Anda di halaman 1dari 35

Referat

GAMBARAN RADIOLOGIS
BRONKIEKTASIS

Oleh :
Nanda Safira Alisa 04084822124102

Pembimbing :

dr. Muhammad Iqbal, Sp.Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul :


GAMBARAN RADIOLOGIS BRONKIEKTASIS

Oleh :
Nanda Safira Alisa, S.Ked 04084822124102

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 11 Oktober 2021
– 19 Oktober 2021.

Palembang, Oktober 2021

dr. Muhammad Iqbal, Sp.Rad

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gambaran
Radiologis Bronkiektasis” sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di
Departemen Radiologi Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang. Penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Muhammad Iqbal, Sp.Rad selaku
pembimbing referat yang telah memberikan bimbingan dan nasihat dalam
penyusunan telaah ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar referat ini menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga referat ini bisa
membawa manfaat bagi semua orang dan dapat digunakan dengan sebaik-
baiknya.

Palembang, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
2.1 Anatomi Bronkus.....................................................................................2
2.2 Bronkiektasis............................................................................................3
2.2.1 Definisi.................................................................................................3
2.2.2 Epidemiologi........................................................................................3
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko...................................................................4
2.2.4 Klasifikasi............................................................................................5
2.2.5 Patofisiologi.........................................................................................6
2.2.6 Manifestasi Klinis................................................................................8
2.2.7 Diagnosis..............................................................................................9
2.2.8 Tatalaksana........................................................................................10
2.2.9 Komplikasi.........................................................................................12
2.2.10 Prognosis...........................................................................................12
2.3 Gambaran Radiologis Bronkiektasis......................................................13
BAB III KESIMPULAN......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus
yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya
aliran udara dari dan ke paru-paru. Manifestasi dari bronkiektasis berupa peradangan saluran
pernapasan yang menyebabkan sumbatan aliran udara dan gangguan pembersihan mukus,
sesak napas, batuk dan kadang-kadang batuk darah (hemoptisis).1 2 3
Batuk kronis yang produktif dapat terjadi pada hampir 90% pasien dengan
bronkiektasis. Sesak napas atau dispnea merupakan ciri lain dari bronkiektasis. Dispnea dapat
terjadi pada 34% sampai 75% pasien bronkiektasis. Dispnea ini dapat disertai wheezing atau
tidak. Hemoptisis atau batuk darah adalah hal yang umum dan dapat terjadi pada sebanyak
50% pasien. Hemoptisis episodik dengan sedikit atau tidak adanya produksi sputum
(bronkiektasis kering) biasanya merupakan gejala sisa dari TB paru.3 4 5
Perkembangan terakhir diagnosis bronkiektasis menunjukkan bahwa pemeriksaan
High Resolution Computed Tomography (HRCT) merupakan baku emas untuk diagnosis
pasti, menggantikan pemeriksaan bronkografi. Hal ini dikarenakan pemeriksaan HRCT
menunjukkan sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik dan bersifat kurang invasif daripada
bronkografi. Dengan penggunaan HRCT dalam lebih dari satu dekade terakhir, maka semakin
banyak anak dengan bronkiektasis yang dapat diagnosis.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bronkus


Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus berjalan ke arah
bawah dan samping menuju paru dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Bronkus kanan mempunyai diameter lumen lebih lebar, ukuran
lebih pendek dan posisi lebih vertikal. Letak sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis serta mengeluarkan sebuah cabang utama yang melintas di bawah
arteri, yang disebut bronkus kanan lobus bawah.7
Sedangkan bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang, diameter lumennya
lebih sempit dibandingkan bronkus kanan dan melintas di bawah arteri pulmonalis
sebelum di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris,
kemudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris ini bercabang terus menjadi
bronkus yang lebih kecil, dengan ujung cabangnya yang disebut bronkiolus. Setiap
bronkiolus memasuki lobulus paru, dan bercabang-cabang dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus berjalan ke arah bawah dan samping
menuju paru dan bercabang menjadi 5-7 bronkiolus terminalis.7
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli (kantong udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih
1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh
otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.7

2
Gambar 1. Percabangan Bronkus.7

Sama seperti halnya hepar, bronkus juga memiliki pembagian segmentasi


yang nantinya juga merupakan segmentasi bagi pulmo juga. Segmenta
bronchopulmonalia adalah unit paru secara anatomis, fungsi dan pembedahannya.
Dimana dalam masing-masing segmenta bronkus ini juga berperan sebagai
segmenta pada pulmo yang memiliki ujung saluran, cabang arteria pulmonalis,
aliran vena, aliran limfe dan persarafan otonom yang berbeda-beda pada masing-
masing segmenta lainnya. Hal ini berfungsi pada pasien pneumonektomi (suatu
prosedur pembedahan untuk pengangkatan paru).7

2.2 Bronkiektasis
2.2.1 Definisi
Bronkiektasis berasal dari bahasa Yunani “bronkhos” yang berarti
pipa atau tabung dan “ektasis” yang berarti melebar atau meluas.
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan oleh Laennec pada tahun 1819
sebagai penyakit paru supuratif dengan gambaran fenotip yang heterogen.
Pengertian bronkiektasis saat ini adalah suatu penyakit peradangan saluran
napas kronik dengan karakteristik dan gejala klinis batuk kronik,
peningkatan produksi sputum dan infeksi bronkus disertai proses inflamasi
pada dinding bronkus dan parenkim paru sekitarnya. Gambaran radiologi

3
abnormal dengan pelebaran atau dilatasi bronkus yang permanen.8 9 10 11

Bronkiektasis berasal dari bahasa


Yunani
“bronkhos” yang berarti pipa atau tabung
dan
“ektasis” yang berarti melebar atau
meluas.1
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan
oleh
Laennec pada tahun 1819 sebagai
penyakit
paru supuratif dengan gambaran fenotip
yang
heterogen.2,3 Pengertian bronkiektasis
saat ini
adalah suatu penyakit peradangan
saluran
napas kronik dengan karakteristik dan
gejala
klinis batuk kronik, peningkatan
produksi

4
sputum dan infeksi bronkus, serta
gambaran
radiologi abnormal dengan pelebaran
atau
dilatasi bronkus yang permanen
Bronkiektasis berasal dari bahasa
Yunani
“bronkhos” yang berarti pipa atau tabung
dan
“ektasis” yang berarti melebar atau
meluas.1
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan
oleh
Laennec pada tahun 1819 sebagai
penyakit
paru supuratif dengan gambaran fenotip
yang
heterogen.2,3 Pengertian bronkiektasis
saat ini
adalah suatu penyakit peradangan
saluran
5
napas kronik dengan karakteristik dan
gejala
klinis batuk kronik, peningkatan
produksi
sputum dan infeksi bronkus, serta
gambaran
radiologi abnormal dengan pelebaran
atau
dilatasi bronkus yang permanen
Bronkiektasis berasal dari bahasa
Yunani
“bronkhos” yang berarti pipa atau tabung
dan
“ektasis” yang berarti melebar atau
meluas.1
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan
oleh
Laennec pada tahun 1819 sebagai
penyakit
paru supuratif dengan gambaran fenotip
yang
6
heterogen.2,3 Pengertian bronkiektasis
saat ini
adalah suatu penyakit peradangan
saluran
napas kronik dengan karakteristik dan
gejala
klinis batuk kronik, peningkatan
produksi
sputum dan infeksi bronkus, serta
gambaran
radiologi abnormal dengan pelebaran
atau
dilatasi bronkus yang permanen
6968
CDK Edisi Suplemen-2/Vol. 45 th. 2018
Alamat Korespondensi email:
CONTINUING MEDICAL
EDUCATION
Akreditasi PB IDI–2 SKP
mazpraz.keren@gmail.com

7
Bronkiektasis
Nur Prasetyo Nugroho
RSM Ahmad Dahlan, Kediri, Jawa Timur,
Indonesia
ABSTRAK
Bronkiektasis adalah penyakit paru
kronik dengan gambaran pelebaran
bronkus permanen. Hipotesis lingkaran
setan Cole secara umum
menjelaskan patogenenis bronkiektasis.
Pemeriksaan diagnosis standar untuk
bronkiektasis adalah high resolution chest
computed tomography
(HRCT). Penatalaksanaan jangka pendek
dan jangka panjang bertujuan untuk
mengurangi frekuensi dan lama
eksaserbasi penyakit. Edukasi
pasien dan tatalaksana sesuai pedoman
adalah kunci keberhasilan manajemen
penyakit.
8
Kata kunci: Bronkiektasis, lingkaran
setan Cole
ABSTRACT
Bronchiectasis is a chronic lung disease
with permanent bronchial enlargement.
The Cole vicious circle hypothesis is
commonly accepted to
explain its pathogenesis. High resolution
chest computed tomography (HRCT) is
the standard diagnostic for
bronchiectasis. Short-term and
long-term management aims to reduce the
frequency and duration of exacerbations.
Patient education and management in
accordance with
guidelines are the key to management
success. Nur Prasetyo Nugroho.
Bronchiectasis
Keywords: Bronchiectasis, Cole vicious
circle
PENDAHULUAN
9
Bronkiektasis berasal dari bahasa
Yunani
“bronkhos” yang berarti pipa atau tabung
dan
“ektasis” yang berarti melebar atau
meluas.1
Bronkiektasis pertama kali dijelaskan
oleh
Laennec pada tahun 1819 sebagai
penyakit
paru supuratif dengan gambaran fenotip
yang
heterogen.2,3 Pengertian bronkiektasis
saat ini
adalah suatu penyakit peradangan
saluran
napas kronik dengan karakteristik dan
gejala
klinis batuk kronik, peningkatan
produksi
sputum dan infeksi bronkus, serta
gambaran
10
radiologi abnormal dengan pelebaran
atau
dilatasi bronkus yang permane
2.2.2 Epidemiologi
Sebelumnya prevalensi bronkiektasis tidak banyak diketahui karena
gejala bervariasi dan diagnosis sering tidak ditegakkan. Saat ini kejadian
bronkiektasis meningkat, karena kewaspadaan para klinisi meningkat dan
makin banyak tersedia alat standar diagnostik terutama High Resolution
Chest Computed Tomography (HRCT).12 13
Berbagai penelitian epidemiologis menunjukkan prevalensi
bronkiektasis 1,3 - 17,8 penderita per 1000 penduduk. Di Amerika Serikat,
dari tahun 2000 sampai tahun 2007 prevalensi bronkiektasis meningkat
8,74% setiap tahun sesuai usia dan memuncak pada usia 80-84 tahun.
Prevalensi lebih tinggi pada perempuan dan paling tinggi pada populasi
Asia. Bronkiektasis lebih sering terjadi pada perempuan. Rentang usia
penderita terutama pada usia pertengahan dan meningkat pada usia lanjut.
Di Indonesia belum ada laporan angka pasti mengenai penyakit ini, namun
cukup sering ditemukan di klinik atau rumah sakit.14

2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab pasti bronkiektasis sulit ditentukan dengan pemeriksaan klinis
yang menyeluruh, pemeriksaan laboratorium dan patologik, 50-80% kasus
bronkiektasis masih idiopatik. Penelitian di Inggris pada tahun 2000
terhadap 150 pasien bronkiektasis kulit putih mendapatkan 53%
penyebabnya masih idiopatik. Penelitian lain di Inggris menunjukkan
hanya 26% idiopatik. Pada kedua penelitian tersebut, pasca infeksi paru
merupakan salah satu penyebab tersering, dan didapatkan pada sepertiga
kasus. Pada anak-anak penyebab tersering bronkiektasis adalah fibrosis
kistik, namun prevalensi bronkiektasis non fibrosis kistik pada anak-anak
terus meningkat terutama di negara berkembang.10
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit bronkiektasis
non fibrosis kistik antara lain pasca infeksi paru, COPD (Chronic
11
Obstructive Pulmonary Disease), disfungsi imun, penyakit
inflamasi/reumatologi, defisiensi alfa-1 antitripsin, klirens mukosilier,
malnutrisi atau gizi buruk, dan peningkatan usia. Haemophilus influenzae
adalah kuman yang paling banyak didapatkan dari sputum pasien.
Pseudomonas aeruginosa berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum, eksaserbasi, lama rawat inap, dan penurunan kualitas hidup.
Infeksi Nontuberculous mycobacterial (NTM) juga berperan penting pada
penyakit bronkiektasis, namun prevalensinya hanya sekitar 2-10%.10 11
Tabel 1. Penyebab Bronkiektasis Non Fibrosis Kistik.10

2.2.4 Klasifikasi
Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :16
1. Bronkiektasi Silindris.
Seringkali dihubungkan dengan kerusakan parenkim paru,
12
terdapat penambahan diameter bronkus yang bersifat regular, lumen
distal bronkus tidak begitu melebar.
Bronkiektasis silindris atau tubular, ditandai dengan dilatasi saluran
napas.
2. Bronkiektasis Fusiform (Varikosa).
Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindris dan bersifat
irregular. Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang
mengembang adalah gambaran khas pada bentuk varikosa. Ditandai
dengan area konstriktif fokal disertai dengan dilatasi saluran napas
sebagai akibat dari defek pada dinding bronkial.
3. Bronkiektasis Kistik atau Sakular.
Dilatasi bronkus sangat progresif menuju ke perifer bronkus.
Pelebaran bronkus ini terlihat seperti balon, kelainan ini
biasanya terjadi pada bronkus besar.
Ditandai dengan dilatasi progresif saluran napas yang berakhir pada
kista ukuran besar, sakula, atau gambaran grape-like clusters
(gambaran ini adalah gambaran bronkiektasis yang paling berat)

Gambar 2. Klasifikasi Bronkiektasis.16

2.2.5 Patofisiologi

13
Ada beberapa jalur yang menerangkan terjadinya bronkiektasis. Secara
luas, bronkiektasis dapat terjadi sehubungan dengan kejadian atau episode
insidental yang tidak berhubungan dengan kondisi dasar intrinsik
pertahanan tubuh penderita, dapat pula berkaitan dengan kondisi dasar
konstitusional genetik penderita. Perbedaan dua mekanisme diatas
merupakan elemen penting yang menentukan prognosis dan
penatalaksanaan penderita. Hal dasar yang perlu dipahami dalam
patogenesis bronkiektasis adalah apakah infeksi yang bersangkutan adalah
suatu penyebab bronkiektasis atau infeksi pada penderita tersebut
berhubungan dengan kondisi predisposisi yang mendasar.17 18

Gambar 3. Pada bronkiektasis, produksi mucus meningkat, silia mengalami


kerusakan dan daerah bronkus mengalami inflamasi kronik dan mengalami
kerusakan.14
Udara inspirasi sering terkontaminasi dengan gas toksik, partikel, dan
mikroba. Lini pertama pertahanan paru dibentuk oleh bentuk kompleks
saluran napas atas dan bawah yang sedemikian sehingga membentuk aliran
udara dengan turbulensi tinggi. Bentuk saluran napas yang khas tersebut
memungkinkan impaksi, sedimentasi dan deposisi partikel dan
mikroorganisme ke mukosa saluran napas. Partikel dan mikroorganisme
yang terdeposisi pada mukosa selanjutnya akan dibuang melalui
mekanisme gerakan mukosilier atau langsung keluarkan dari saluran napas
melalui mekanisme bersin, batuk, atau penelanan. Saluran napas dilapisi
atas epitel bersilia, di mana stuktur dan fungsi dari silia ini telah banyak
dipelajari. Fungsi silia dan gerakan mukosilier juga bergantung pada
viskositas yang rendah dari lapisan cairan perisilier, lapisan cairan yang
terhidrasi cukup memungkinkan separasi yang baik antara epitel dan
14
lapisan viscous mucous yang melapisi silia. Apabila lapisan perisilier tidak
merata (seperti pada fibrosis kistik), lapisan perisilier yang tipis dapat
menyebabkan silia terjerat pada lapisan mukus, sehingga menyebabkan
gerakan mendorong mukus terganggu.19

Patogenesis yang terjadi berkaitan kombinasi inflamasi berulang


dinding bronkus dan fibrosis parenkim, menghasilkan dinding bronkus
yang lemah dan berlanjut menjadi dilatasi yang irreversibel. Tipe sel
inflamasi yang banyak ditemukan pada bronkiektasis adalah neutrofil pada
lumen saluran napas yang menyebabkan purulensi sputum dan makrofag,
sel dendritik, serta limfosit pada dinding saluran napas. Sel makrofag, sel
dendritik, dan limfosit khas terlihat pada pasien dengan tubuler
bronkiektasis dan menjadi penyebab utama obstruksi pada saluran napas
kecil.18 19

Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya,


sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk
kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga
meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami
kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan
nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri yang pada akhirnya
bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga menjadi
lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas

2.2.6 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis bronkiektasis sangat bervariasi, beberapa pasien tidak
menunjukkan gejala sama sekali atau gejala hanya dirasakan saat
eksaserbasi, dan beberapa pasien mengalami gejala setiap hari.
Bronkiektasis harus dicurigai pada setiap pasien dengan batuk kronis
dengan produksi sputum atau infeksi saluran napas berulang. Hemoptisis,
nyeri dada, penurunan berat badan, bronkospasme, sesak napas dan
penurunan kemampuan fisik juga didapatkan pada pasien bronkiektasis.
Sputum dapat bervariasi mulai dari mukoid, mukopurulen, kental, dan liat.
Gambaran sputum 3 lapis yang meliputi lapisan atas yang berbusa, lapusan
tengah mukus, dan lapisan bawah purulen merupakan gambaran
15
patognomonik, namun tidak selalu dapat dijumpai. darah dapat disebabkan
erosi saluran napas terkait infeksi akut. Nyeri dada pleuritik ditemukan
pada beberapa pasien dan menunjukkan proses peregangan saluran napas
perifer atau pneumonitis distal yang berdekatan dengan pleura komplemen
(CR) viseral. Dimasa lampau, jari tabuh merupakan tanda klinis yang
sering dihubungkan dengan bronkiektasis, namun penelitian menunjukkan
prevalensnya hanya 3%. Sesak napas dan wheezing temukan pada 75%
pasien sehingga sering rancu dengan gejala klinis PPOK.5
Eksaserbasi terjadi bila didapatkan 4 atau lebih gejala berikut : Batuk
dengan peningkatan dahak, sesak bertambah, peningkatan suhu badan > 38
̊C, peningkatan wheezing, penurunan kemampuan fisik, fatigue, penurunan
fungsi paru, dan terdapat tanda-tanda infeksi akut secara radiologis.5

Tabel 2. Gejala-gejala Bronkiektasis dengan Eksaserbasi Akut.5


Perubahan produksi sputum
Sesak nafas bertambah
Batuk bertambah
Demam (suhu badan >38°C
Peningkatan wheezing
Malaise fatigue, letahargie atau penuluran toleransi aktivitas fisik
Penurunan faal paru
Perubahan radiologis baru yang sesuai dengan proses infiltrasi paru
Perubahan pada suara nafs

2.2.7 Diagnosis

16
Gambar 3. Alur Diagnostik Bronkiektasis.20

Diagnosis bronkiektasis ditentukan dari temuan klinis dan hasil


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi aliran napas sedang hingga berat. Pemeriksaan radiologi berperan
dalam diagnosis dan monitoring. Pemeriksaan x-ray atau foto polos dada
untuk skrining awal penyakit dan eksaserbasi, namun spesifisitas dan
sensitivitasnya terbatas. Pemeriksaan foto polos dada bronkiektasis
memiliki gambaran tram track opacities, parallel linear densities, ring
shadows, dan struktur tubuler. Tanda eksaserbasi pada foto polos dada
antara lain tampak densitas merata karena adanya pemadatan mukus yang
berlebih. High Resolution Chest Computed Tomography (HRCT) adalah
pemeriksaan standar untuk menegakkan diagnosis bronkiektasis.21 22

2.2.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan bronkiektasis meliputi : identifikasi keadaan
eksaserbasi akut dan penggunaan antibiotik, mengendalikan pertumbuhan
mikroba, terapi terhadap kondisi yang mendasarinya, mengurangi respons
inflamasi yang berlebihan, peningkatan higienitas bronkial, mengontrol
perdarahan bronkial, terapi bedah untuk menghilangkan segmen paru atau
lobus paru yang mengalami kerusakan hebat yang dapat menjadi sumber
infeksi atau perdarahan.23
17
a. Antibiotik.
Antibiotik memiliki peranan krusial dalam penatalaksanaan
bronkiektasis, antibiotik dapat menghambat proses lingkaran setan infeksi,
inflamasi, dan kerusakan epitel saluran napas. Penggunaan antibiotik
diperlukan sebagai terapi saat eksaserbasi maupun sebagai terapi jangka
panjang. Penggunaan antibiotik lebih awal pada eksaserbasi dapat
membatasi ‘vicious circle’. Antibiotik dilaporkan dapat menurunkan
kadar CRP, sel inflamasi pada sputum, volume sputum, purulensi sputum
dan densitas bakteri. Penderita dengan sputum purulen setelah pemberian
antibiotik lebih pendek waktu eksaserbasi berikutnya dibandingkan dengan
penderita dengan sputum mukoid. Data klinis menunjukkan pemberian
antibiotik dosis tinggi dan jangka waktu yang lebih lama memberikan hasil
yang lebih baik, hal tersebut disebabkan sulitnya mencapai konsentrasi
antibiotik yang cukup ke dalam lumen yang bronkiektasis, bakteri yang
sering resisten, serta adanya biofilm yang ‘melindungi’ bakteri. Lama
pemberian terapi antibiotik sampai saat ini masih menjadi perdebatan,
namun demikian British Thoracic Society guideline for non CF
Bronchiectasis 2010 menyebutkan pada kondisi eksaserbasi antibiotik
diberikan selama 14 hari.24
Pada saat eksaserbasi, antibiotik dapat diberikan secara oral maupun
intravena sesuai dengan derajat klinis penderita. Menurut British Thoracic
Society guideline for non CF Bronchiectasis 2010, apabila tidak terdapat
data bakteriologis, maka antibiotik lini pertama yang dapat digunakan
adalah amoksisilin 500 mg tiga kali sehari atau klaritromisin 500 mg dua
kali sehari (untuk penderita alergi penisilin) selama 14 hari. Regimen dosis
tinggi (misalnya amoksisilin 1 gram tiga kali sehari, atau amoksisilin 3
gram dua kali sehari) mungkin diperlukan pada penderita dengan
bronkiektasis berat yang telah terjadi kolonisasi kronis.24 25

Tabel 3. Organisme yang sering dihubungkan dengan Bronkiektasis Eksaserasi Akut dan
Antibiotik yang Direkomendasikan.24

18
Tabel 4. Antibiotik Intravena yang dapat digunakan untuk Terapi Eksaserbasi
Bronkiektasis.25

b. Penatalaksanaan Bedah.
Reseksi bedah pada bronkiektasis hanya dilakukan dengan
pertimbangan khusus, diantaranya pada pasien dengan kelainan
terlokalisasi yang gagal dengan terapi medis dan menderita gejala klinis
yang memperburuk kualitas hidup pasien. Konsep dasar tindakan bedah

19
pada bronkiektasis adalah menghilangkan area parenkim paru yang rusak
yang menyebabkan penetrasi antibiotik tidak dapat berjalan dengan baik.
Jaringan paru yang rusak menjadi area reservoir bakteri yang menyebabkan
infeksi berulang. Beberapa hal yang memengaruhi suksesnya tindakan
bedah antara lain : reseksi komplit area yang terlibat, intervensi awal untuk
mencegah terjadinya perkembangan mikroba resisten dan penyebaran ke
segmen paru yang berdekatan, terapi antibiotik preoperasi sesuai dengan
kultur dan sensitivitas, terapi antibiotik tetap dilanjutkan setelah operasi,
perbaikan suplementasi nutrisi preoperasi sesuai indikasi, antisipasi
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.26

2.2.9 Komplikasi
Komplikasi bronkiektasis antara lain pneumonia berulang, abses paru,
empiema, batuk darah, pneumothorax, kor pulmonale, dan infeksi
intrakranial (abses serebral atau ventrikulitis). Bronkiektasis yang lama dan
luas dapat menyebabkan amyloidosis.12

2.2.10 Prognosis
Prognosis bronkiektasis tergantung penyebab penyakit yang mendasari.
Pada pasien kriteria berat menurut skor BSI dengan hasil nilai ≥9, tingkat
kematian satu tahun pertama 7,6-10,5% dan angka rawat inap sebesar
52,6%. Dengan penatalaksanaan yang tepat kebanyakan pasien
bronkiektasis ringan dan sedang dapat menjalani hidup normal tanpa
disabilitas yang berarti.27

2.3 Gambaran Radiologis Bronkiektasis


Foto Polos Thoraks
Pada foto toraks bronkiektasis dapat terlihat dengan adanya gambaran
tram track, densitas garis paralel, densitas berbentuk ring, dan gambaran
struktur tubuler ; gambaran-gambaran tersebut mencerminkan dinding
bronkial yang mengalami penebalan dan dilatasi abnormal. Semakin difus
gambaran bronkiektasis akan tampak gambaran hiperinflasi dan oligemia
sejalan dengan obstruksi saluran napas kecil yang berat. Foto toraks
20
berperan dalam kecurigaan awal bronkiektasis, follow up dalam
penatalaksanaan bronkiektasis, dan penanganan pada saat eksaserbasi.28,29
 Ring shadow
Gambaran ring shadow dapat samar-samar berukuran 5 mm sampai 1
cm dengan bentukan cysts yang jelas. dengan jumlah satu atau lebih
bayangan cincin sehingga membentuk gambaran ‘honeycomb
appearance’ atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut
menunjukkan kelainan yang terjadi pada bronkus.29

Gambar 4. Tampak Ring shadow pada bagian bawah paru yang menandakan adanya dilatasi
bronkus.29

21
Gambar 5. Tampak Ring shadow yang menandakan adanya dilatasi bronkus (tanda panah).29

Gambar 6. Tampak dilatasi bronkus (tanda panah).29

 Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini terlihat terdiri
atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah berwarna hitam.
Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah parahilus. Tramline
shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah parahilus.
22
Gambar 7. Tramline shadow terlihat diantara bayangan jantung.29

Gambar 5. Bronkiektasis Silindris dengan Gambaran Tram Track line.22

CT Scan Thoraks
Pemeriksaan CT-scan toraks juga berguna untuk diagnosis dan
mengelola komplikasi. Diagnosis banding bronkiektasis secara luas dapat
diketahui dengan mempertimbangkan lokasi anatomis dan distribusi
patologi berdasarkan pemeriksaan HRCT. Pedoman terkini dari BTS
23
(British Thoracic Society) merekomendasikan HRCT sebagai standar
pemeriksaan untuk diagnosis dan saat eksaserbasi, namun tidak untuk
pemeriksaan follow up rutin.22
High Resolution Chest Computed Tomography (HRCT) adalah
pemeriksaan standar untuk menegakkan diagnosis bronkiektasis. HRCT
memberikan informasi morfologi paru yang lebih jelas ; bronkiektasis
ditandai dengan bronkus yang tidak meruncing ke arah perifer, bronkus
terlihat pada jarak 1-2 cm dari perifer paru, dan peningkatan rasio
bronkoarterial (diameter internal bronkus lebih besar daripada pembuluh
darah yang menyertainya) yang disebut signet ring sign. Berdasarkan
gambaran HRCT, bronkiektasis dapat diklasifikasikan menjadi bentuk
silindrik, varikose, dan sakuler atau kistik.12 28
Dilatasi bronkus, yang merupakan tanda kardinal bronkiektasis, pada
HRCT dapat diidentifikasi dengan adanya rasio bronkoarterial > 1 (BAR >
1), kurangnya bronchial tapering, dan terlihatnya saluran napas sampai
dengan 1 cm dari permukaan pleura atau berdekatan dengan permukaan
pleura mediastinal. Rasio bronkoarterial adalah perbandingan antara
diameter bronkial dengan diameter arteri yang berdampingan, rasio > 1
adalah abnormal dan dikenal dengan istilah signet ring sign.22
Kurangnya bronchial tapering atau tram like appearance adalah
gambaran bronkiektasis yang sering dijumpai pada lapangan tengah paru.
Terlihatnya saluran napas perifer juga merupakan tanda langsung adanya
bronkiektasis pada penderita. Teknik HRCT terkini dapat memberikan
visualisasi saluran napas sampai dengan diameter 2 mm dan ketebalan
dinding saluran napas hingga 0,2 mm. Tanda-tanda lain yang ditemukan
pada bronkiektasi termasuk penebalan dinding bronkial, impaksi mukoid,
dan air trapping. Minor volume loss dapat terlihat pada fase awal
bronkiektasis, sedang area kolaps yang lebih besar sebagai akibat dari
mucous plugging pada penyakit yang lebih lanjut. Bercak konsolidasi
kadang ditemukan pada infeksi sekunder. Penebalan dinding bronkus dapat
disebabkan oleh inflamasi saluran napas, hipertrofi otot polos, dan
proliferasi fibroblastik. Penebalan bronkus minor juga dapat ditemui pada
individu normal, asma, perokok, dan infeksi saluran napas bawah.22
24
Gambar 8. Gambaran HRCT Bronkiektasi Menunjukkan Signet ring Sign (Garis Panah
Pendek) dan Terlihatnya Saluran Napas Perifer Pada Jarak 1 cm dari Permukaan Pleura
(Garis Panah Panjang).22

Gambar 9. Gambaran Non Tapering Bronchi Pada Bronkiektasis. 2 2

25
Gambar 10. Bronkiektasis dengan Penebalan Dinding Bronkus (Tanda Bintang)
dan Mucous Plugging (Tanda Panah) di Lobus Medius Paru Kanan.22

Gambar 11. Gambaran HRCT bronkiektasis: (a) Bronkus normal, (b) bronkiektasis silindris (tanda
panah), (c) Bronkiektasis varikose dengan gambaran string of pearls (tanda panah(, (d)
Bronkiektasis kistik (tanda panah).22

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI sedang dikembangkan untuk memberikan informasi
perubahan struktural dan fungsi paru penyakit bronkiektasis. MRI memiliki
hasil yang baik dalam pencitraan pada bronkiektasis, terutama dalam
kondisi seperti fibro kistik, yang pada pasien usia muda mungkin
memerlukan pencitraan serial untuk pemantauan penyakit dan penilaian
respon terhadap pengobatan.27
Keunggulan MRI adalah sedikitnya radiasi yang mungkin penting
pada pasien yang membutuhkan pemeriksaan berulang kekurangannya
adalah tingginya biaya dan ketersediaan alat yang masih terbatas.22
26
Gambar Perbandingan MRI dengan CT-Scan pada bronkiektasis.27

Gambar (a) MRI tanpa kontras (b) setelah pemberian kontras pada bronkiekrasis, Setelah
pemberian kontras meggambarkan penebalan dinding bronkial (tanda panah) dengan adanya cairan
pada intrabronkial (air fluid-level).27

BAB III

KESIMPULAN

Bronkiektasis saat ini adalah suatu penyakit peradangan saluran napas kronik
dengan karakteristik dan gejala klinis batuk kronik, peningkatan produksi sputum dan
infeksi bronkus, serta gambaran radiologi abnormal dengan pelebaran atau dilatasi
bronkus yang permanen. Penyebab pasti bronkiektasis sulit ditentukan dengan
pemeriksaan klinis yang menyeluruh, pemeriksaan laboratorium dan patologik, 50-80%
kasus bronkiektasis masih idiopatik. Pada anak-anak penyebab tersering bronkiektasis
adalah fibrosis kistik, namun prevalensi bronkiektasis non fibrosis kistik pada anak-
27
anak terus meningkat terutama di negara berkembang. Bronkiektasis harus dicurigai
pada setiap pasien dengan batuk kronis dengan produksi sputum atau infeksi saluran
napas berulang. Hemoptisis, nyeri dada, penurunan berat badan, bronkospasme, sesak
napas dan penurunan kemampuan fisik juga didapatkan pada pasien bronkiektasis.
Gambaran radiologis yang dapat ditemukan pada bronkiektasis adalah gambaran tram-
track opacities, parallel linear densities, ring shadows, dan struktur tubuler. Prognosis
pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya penyakit waktu
pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau
pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition.


James. D.
2. Crapo (ed), Lippincott Williams & Walkins, Philadelphia; 2004. p. 255- 274.
3. Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. 2008.
4. Emmons, EE. Bronchiectasis [internet]. 2007 [diakses pada 26 September 2021].
Tersedia pada : www.emedicine.com.
5. Barker, AF. The New English Journal of Medicine : Bronchiectasis. 2002; 346:
1383-1393.
28
6. Anonim. 2017. Bronkiektasis. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
7. Pino, P, dkk. 2013. Pengaruh Lama Waktu Kematian Terhadap Kemampuan
Pergerakan Silia Bronkus Hewan Coba Post Mortem yang Diperiksa Pada Suhu
Kamar dan Suhu Dingin. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

8. Chalmers JD. Bronchiectasis and COPD overlap: A case of mistaken identity.


American College of Chest Physician [Internet]. 2017. Available from http://dx.doi.
org/10.1016/j.chest.2016.12.027.

9. Eva P, Pieter CG, Melissa JM, Stefano A, Sara EM, Michael RL. European
Respiratory Society Guidelines for the Management of Adult Bronchiectasis. Eur
Respir J. 2017;50:1700629.

10. James DC, Stefano A, Fransesco B. Management of Bronchiectasis in Adults. Eur


Respir J. 2015;45:1446-62.

11. King PT. The Pathophysiology of Bronchiectasis. Internat J COPD. 2009;4:411-9.

12. Fatmawati F, Rasmin M. Bronkiektasis dengan Sepsis dan Gagal Napas. J Respir
Indon. 2017;37(2):165-76.

13. Bravein A, Diego JM, Miguel A, Martinez G. Update in Bronchiectasis 2014. Am J


Respir Crit Care Med. 2015;192(10):1155-61.

14. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009 .p. 2297-304.

15. James DC, Stefano A, Fransesco B. Management of Bronchiectasis in Adults. Eur


Respir J. 2015;45:1446-62.
16. Allsagaf, Hood&Abdul Mukti. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
17. Bilton D, Jones AL. European Respiratory Monograph: Bronchiectasis. European
Respiratory Society. 2011;52:1–10.

29
18. Iseman D, Chan ED.Bronchiectasisin : Murray and Nadels’s Textbook of

Respiratory Medicine5th ed.2011;48: 853–876.


19. Lambrecht BN, Neyt K, GeurzvanKessel CH. Pulmonary Defence Mechanisms and
Inflammatory Pathways in Bronchiectasis. European Respiratory Monograph:
Bronchiectasis2011;2:11–19.
20. Elborn JS, Drain M. Assesment and Investigation of Adult with Bronchiectasis. Eur Respir
Mon 2011; 2: 52–3.

21. O’Donnell AE. Bronchiectasis. Chest 2008;134(4):815-23.


22. Perera PL, Screaton NJ. Radiological Features of Bronchiectasis. Eur Respir Mon.
2011;52:44-67.
23. Rademacher J, Welte T. Bronchiectasis-Diagnosis and Treatment. Deutsches
Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2011; 108(48): 809–15.
24. Pasteur M C, Bilton D, Hill A T. British Thoracic Society Guideline for Non-
CFbronchiectasis. 2010.
25. Haworth CS. Antibiotic Treatment in Adults with Bronchiectasis. European
Respiratory Monograph: Bronchiectasis2011;2:211–222.
26. MauchleyDC, Mithell. Surgery for Bronchiectasis. European Respiratory
Monograph: Bronchiectasis2011;2:248–257.
27. Organtzis I, Papakosta D, Foyka E, Lampaki S, Lagoudi K, Moumtzi D, et al.
Bronchiectasis diagnosis and treatment. J Thorac Disc. 2015;7(S1):75-109.
28. Luce C, Alexander AB, Ronald LE. Bronchiectasis. AJR. 2009;193:158-71.
29. Eng P, Cheah FK. Interpreting Chest X-rays. Cambridge Univesrsity Press. New
York. 2005. hal 67-68.

30

Anda mungkin juga menyukai