Anda di halaman 1dari 36

Bahan Gipsum

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
BAHAN GIPSUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi penggunaan gips, baik untuk
keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium.Material gips ini banyak dipergunakan antara lain dalam
pembuatan model dan die, articulating cast, mould, refractory investment dan lain-lain.
Karena banyaknya pengunaan gips dalam Kedokteran Gigi ini maka perlu untuk mengetahui segala aspek dalam
gips terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil
manipulasi yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan
memperlihatkan cara manipulasi gips yang benar serta pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.
Bahan-bahan yang dipakai di bidang Kedokteran Gigi kebanyakan mempunyai berbagai fungsi berdasarkan
kegunaannya atau pemakaianya. Salah satunya adalah penggunaan Gips. Gips dalam bidang ilmu material
kedokteran gigi aplikasi bahan ini banyak sekali dijumpai, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan
laboratorium.
Bahan yang berasal dari Gips dapat digunakan sebagai :
• Model dan die
• Bahan cetak
• Mounting
• Packing
• Bahan tanam
Gipsum merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Gypsum yang dihasilkan untuk tujuan
kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat ( CaSO4.2H2O ) murni. Produk gypsum dalam kedokteran gigi
digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo fasial dan sebagai piranti penting
untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.
Saat ini penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi telah meluas. Penggunaan tersebut dapat diperlihatkan
dalam pembuatan model gig tiruan. Selain itu kegunaan klinis maupun laboratories yang lain yaitu untuk
membuat model kerja maupun model studi sehingga bahan gypsum ini harus mempunyai kekuatan tekan yang
kuat agar tidak rusak dalam pembuatan restorasi gigi tiruan. Di alam gypsum merupakan massa yang padat dan
berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi,
anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida lain.
Intial setting dan final setting pada gipsum sangat begantung dengan komposisi powder dan liquid yang
digunakan. Jika powder yang digunakan lebih banyak dalam artian tidak seimbang dengan liquidnya maka
gypsum tersebut akan dapat mencapai tahapan initial setting yang lebih cepat.

1.2. Tujuan
o Mengetahui macam-macam gypsum
o Mengetahui cara manipulasi gypsum yang benar
o Mengetahui klasifikasi setting time, initial setting, final setting
o Mengetahui perbedaan antara initial setting dengan final setting

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

Gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gips
merupakan masa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat
lain seperti tanah liat, oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2 atau oksida logam lain (Anderson 1997)
Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah:
a. Solubility (daya larut) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan dengan 100 bagian pelarut
pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam persen berat/volume.
b. Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan
air.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips dengan air sudah sudah tidak
dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/
timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari kalsium sulfat
dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain adalah kekerasan belum maksimum,
kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :
1. Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel dental stone lenih halus, maka
air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk
pencampuran plaster of paris.
2. Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak. Karena tidak adanya sifat
lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips
lunak baik dalam keadaan basah maupun kering.
3. Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya tahan abrasi.
Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. daya tahan abrsai meningkat dan
meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai
daya strength. Gips keras merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.
Faktor-faktor berikut ini dapat diamati selama berlangsungnya reaksi setting:
a. Campuran air dan hemyhidrat dapat dituang dengan seketika (bila digunakan perbandingan yang benar antara
air dengan puder)
b. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras (initial set); pada tahap ini bahan dapat diukir tetapi sudah tidak dapat
dibentuk/dicetak.
c. Terjadi apa yang disebut ‘final set’ dimana bahan menjadi keras dan kuat. Walaupun demikian pada tahap ini
reaksi hydrasi tidak berarti sudah sempurna, juga tidak berarti bahwa kekuatan dan kekerasan optimum sudah
tercapai.
d. Dihasilkan panas selama setting karena hydrasi hemyhidrat bersifat eksotermis
(Combe, 1992 : 319).

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O. Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk
menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan pada
temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut;
Gips sampai 130o CaSO4.2H2O
Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4
(Richard dkk, 2002)

Klasifikasi gips (ADA) spesifikasi nomor 25


1. Impression plaster (tipe I)
Impression plaster sekarang jarang digunakan dalam bidang kedokteran gigi dan bahan ini digantikan dengan
bahan yang tidak terlalu kaku dan material elastik impression

2. Model plaster (tipe II)


Model plaster biasanya digunakan untuk diagnostik cast dan artikulasi dari stone cast. Produk ini secara
tardisional diproduksi dalam warna putih untuk membedakannya dengan dental stone.
3. Dental stone (tipe III)
Dental stone ideal untuk pembuatan model dari full atau partial denture, model ortodonsi dan lain lain.Dental
stone secara tradisional berwarana kuning atau putih
4. Dental stone, high strength (tipe IV)
Material tipe IV ini sering digunakan sebagai die stones karena cocok untuk pembuatan pola dari malam dalam
cast restoration
5. High strength, high expansion dental stone (tipe V)
Tambahan dalam klasifikasi ADA untuk material ini berkembang atas respon untuk memenuhi kebutuhan akan
kekuatan dan ekspansi gips yang lebih tinggi dibanding dental stone. Material ini berwarna biru atau hijau dan
paling banyak membutuhkan biaya dibandingkan semua produk gips.
(Hatrick dkk, 2003)

Sifat-Sifat
a. Ketepatan
- Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus
- Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil
- Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari mulut
- Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil meskipun ada sedikit kontraksi karena
pengeringan
- Sebelum diisi dengan model gips cetakan harus diberi bahan separasi
b. Sifat sifat lainnya
- Bahan cetak gips bersifat nontoksis
- Waktu setting bisa dikontrol dengan menggunakan bahan tambahan yang tepat
(Combe, 1992)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN


Alat :
Mangkok karet dan spatula
Pensil tinta
Neraca
Stop watch
kotak kubus dengan atas terbuka ukuran 4 x 3 x 3
gelas ukur
penggaris
vibrator
pisau model
pisau gips
Bahan :
Gips putih / plaster of paris
Vaselin
Air
Kertas gosok
3.2 CARA KERJA
1. Pada praktikum gips ini akan dilakukan manipulasi dengan konsistensi normal.
2. Mengolesi seluruh bagian dalam kotak kubus dengan vaselin secara tipis dan merata
3. Menimbang bahan gips menggunakan neraca sebanyak 35 gram dan air menggunakan gelas ukur sebanyak
23 ml.
4. Melakukan manipulasi, menyiapkan stop watch untuk melihat waktu yang dibutuhkan gips dalam mencapai
initial setting sampai final setting.
5. Menuangkan air ke dalam mangkok karet, kemudian menuangkan gips ke dalam mangkok karet, mengaduk
campuran gips dengan air diatas vibrator searah dengan jarum jam selama 1 menit/60 putaran dan
memperhatikan waktu.
6. Setelah campuran gips homogen, menuangnya ke dalam kotak kubus, melakukan hal ini di atas vibrator
sampai kotak kubus terisi penuh. Merapikan kelebihan gips pada tepi kotak kubus
7. Memperhatikan waktu, menandai waktu dimana gips mencapai initial setting sampai final setting.
8. Setelah gips mencapi finnal setting, membuka kotak kubus kemudian merapikan gips dengan pisau gips
menjadi ukuran 3,5 x 2,5 x 2,5 menggunakan penggaris dan pensil tinta. Terakhir menghaluskan permukaan gips
dengan kertas gosok.
9. Hasil maksimal adalah didapatkan balok gips dengan ukuran tepat, permukaan yang halus dan tidak poros.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum diatas dapat dilihat beberapa tanda dari gipsum seperti berikut :
1. Warna
Terlihat bahwa warna gips menjadi agak keruh. Hal ini terjadi karena pada konsistensi normal perbandingan
powdernya lebih besar sehingga akan lebih memperkeruh campuran.
2. Porositas
Porositas ini terjadi karena pengadukan dan lama waktu diatas vibrator belum mencapai 1 menit sehingga udara
masih terjebak dalam adonan. Porsentasi kemungkinan terjadinya porositas dalam manipulasi gips lebih besar
untuk adonan yang lebih encer, karena semakin banyak air berarti semakin banyak H2O yang menimbulkan
gelembung udara dan dapat mengakibatkan porositas. Namun hal ini sebenarnya bisa dihindari jika dalam
pengerjaannya operator (praktikan) lebih teliti dan hati hati dalam melakukan pengadukan
3. Kekerasan
Pada saat merapikan gips dapat dirasakan adanya perbedaan kekuatan dan kekerasan pada gips setelah
setting. Hal ini terjadi karena powder (mineral gips) merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia CaSO4,
unsur kalsium (Ca) ini yang menunjukkan kekerasan dan kekuatan dari gips.
4. Initial setting
Initial setting bisa diketahui saat campuran bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta
terjadi ekspansi termis atau adanya panas. Hal ini terjadi karena ketika partikel calcium sulfat dalam powder
dicampur dengan air akan terjadi massa padat dari dihydrat. Sehingga semakin banyak air akan semakin lama
terjadinya reaksi dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi setting.
5. Final setting
Final setting dapat diketahui dengan menurunnya suhu campuran dan pada akhirnya menjadi dingin. Pada finnal
setting gips sudah bisa dilepas dari cetakan dan bisa dibentuk. Hal ini terjadi karena semakin banyak air akan
semakin memperlambat berakhirnya reaksi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menjadi setting.

Setelah semuanya dingin panas sudah tidak teraba dengan tangan, balok boleh dibuka. Faktor kesalahan dari
praktikum yang telah dilakukan yaitu terbentuknya lubang-lubang kecil atau porus pada gypsum. Hal ini
disebabkan oleh tidak sempurnanya dalam proses penuangan dan kesalahan praktikan pada saat menggunakan
vibrator yang tidak sempurna. Kemudian ketiga gypsum tersebut dibentuk lagi dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3,5
dengan menggunaan pisau gips. Supaya gypsum halus, maka dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok.
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum Gips kali ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa:
• Dalam melakukan manipulasi gips perlu diperhatikan atara lain adalah:
o Penyimpanan
o Kebersihan alat untuk manipulasi
o Rasio atau perbandingan air dan powder
o Waktu Pengadukan
o Initial setting-working time
o Final setting
o Pemberian bahan separator
o Hindari terjebaknya udara bias dengan menggunakan vibrator
• Gips mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
o Menghasilkan detail yang halus
o Dimensionalnya akurat
o Sifat mekanis yang kuat
Dari data hasil pratikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa waktu setting dari gypsum
dipengaruhi oleh W/P rasio dan komposisinya. Semakin banyak powdernya, semakin kental pula campuran
tersebut. Semakin kental gypsum maka semakin cepat pula waktu settingnya. Semakin encer gypsum tersebut
maka semakin lambat pula waktu settingnya.

Bahan Cetak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat tiruan negatif dari rongga mulut, sehingga
selanjutnya dapat dibuat model gigi darinya. Model gigi tersebut digunakan oleh dokter gigi sebagai model studi
maupun sebagai model kerja. Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk membuat
tiruan dari jaringan intraoral dan ekstraoral harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, bahan tersebut
harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok
cetak yang menghantar bahan cetak ke mulut. Kedua, selama di mulut bahan tersebut harus berubah
(mengeras) menjadi bahan padat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya waktu pengerasan total harus
kurang dari 7 menit. Akhirnya cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari
mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat dituang. (Anusavice, 2004:94)
Bahan cetak dapat dikelompokkan menurut sifat mekanisnya. Ada 2 jenis bahan cetak, yakni bahan cetak elastis
dan bahan cetak non-elastis. Bahan cetak non elastis dibagi lagi menjadi bahan cetak non elastis yang
irreversible dan bahan cetak non elastis yang reversible. Sedangkan bahan cetak elastis, dapat dibagi lagi
menjadi bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer tanpa air.
Bahan cetak elastis dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun lunak dari rongga mulut,
termasuk undercut dan celah interproksimal. Meskipun bahan ini dapat dipakai untuk mencetak pasien tanpa
gigi, kebanyakan dibuat untuk model cor untuk gigi tiruan sebagian cekat atau lepasan serta untuk unit restorasi
tunggal. Bahan cetak elastik dapat diklasifikasikan menjadi bahan cetak hidrokoloid dan elastomer.
Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan
dengan air, sehingga disebut hidrokoloid. Koloid merupakan kombinasi dari wujud benda apapun, terkecuali
bentuk gas. Semua penghambur koloid disebut sol. Bahan cetak hidrokoloid sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi bahan cetak hidrokoloid irreversible, dan bahan cetak hidrokoloid reversible.
Bahan cetak hidrokoloid irreversible dapat dicontohkan dengan alginat. Bahan ini disebut irreversible, sebab
bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi membentuk wujud sol. Bahan ini
ditemukan pada saat bahan cetak yang digunakan sebelumnya menjadi langka, yakni pada waktu perang dunia
kedua. Bahan ini memiliki kelebihan dibandingkan bahan cetak lainnya, yakni proses manipulasinya yang
mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal karena tidak memerlukan banyak peralatan.
Bahan cetak hidrokoloid lainnya, yakni bahan cetak hidrokoloid jenis reversible. Bahan ini dipengaruhi oleh suhu,
sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula (reversible). Bahan ini leleh pada temperatur 70-100OC,
sedangkan pada temperatur 37-50OC, bahan ini dapat menjadi gel. Contoh bahan cetak jenis ini ialah agar.
Elastomer merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan cetak hidrokoloid. Suatu bahan cetak elastomer
terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan tersebut mengikat rantai
polimer yang melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel.
Pada keadaan ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas tertentu
yang dapat kembali ke keadaan semula, yaitu rantai kembali melingkar pada keadaan berikatan ketika diangkat.
Banyaknya ikatan silang menentukan kekakuan dan sifat elastis bahan tersebut. (Anusavice, 2004: 117)
Bahan cetak lainnya yakni bahan cetak non elastis. Bahan cetak ini dapat dibedakan menjadi irreversible dan
reversible. Contoh dari bahan cetak jenis ini yang irreversible ialah plaster of paris dan zinc oxyde eugenol.
Sedangkan contoh dari yang reversible ialah malam dan compound. Bahan cetak jenis ini memiliki sifat keras
dan tidak dapat dikeluarkan melalui undercut tanpa mematahkan atau mengubah bentuk cetakan. Bahan cetak
tidak elastis ini digunakan untuk semua cetakan sebelum ditemukannya cetakan agar. Meskipun bahan tersebut
sudah tidak dipakai lagi untuk pasien bergigi, bahan tidak elastis ini memiliki keunggulan dalam pembuatan
cetakan untuk pasien tak bergigi. Sebenarnya bahan cetak zinc oxyde eugenol dan plaster of paris disebut
bahan cetak mukostatik karena bahan tersebut tidak menekan jaringan selama perlekatan cetakan. (Anusavice,
2004: 94)

2.1 Plaster of Paris


Sewaktu bahan dasar gips (CaSO4)2.H2O dicampur dengan air diduga terjadi hal – hal sebagai berikut
(meskipun dalam literatur masih terdapat perbedaan pendapat mengenai bentuk reaksi setting yang terjadi):
a. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion – ion Ca2+ dan SO42-
berlangsungb. Hemihydrat yang terlarut membentuk dihydrat dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu
jenuh. Maka dari larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihydrat. Bahan menjadi kaku tetapi tidak keras, dapat
diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi termis dan panas masih INITIAL SETTING
c. Factor – factor penting berkaitan dengan reaksi setting bahan dasar gips:
I. Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; pada kasus ini inti dapat berupa kristal gypsum yang timbul
sebagai impurity pada kristal hemihydrat,
II. Pergerakan ion – ion Ca2+ dan SO42- ke inti juga sangat penting, dan
III. Oleh karena dihydrat berkristalisasi maka lebih banyak hemihydrat yang larut dan proses bersambung terus.
bahan keras, kaku, ekspansi thermis dan panas sudah berakhir SETTINGFINAL SETTING TIMEwaktu
yang diperlukan bahan untuk setting sampai menjadi rigid W/P ratio, dan lama pengadukan. REAKSI SETTING:
(CaSO4) 2H2O + 3H2O 2CaSO4.2H2O + panas.setting time dipengaruhi oleh: komposisi, bentuk fisis,
temperature,

2.1.1 Bahan Additive


1. Setting Time; AKSELERATOR, Na2SO4mempercepat pembentukan kalsium sulfat hemihidrat,
K2SO4menambah kecepatan larutnya kalsium sulfat hemihidrat. RETARDUS, Na sitrat, boraks, Kalium
sitratbahan in i diserap oleh inti kristal sehingga dapat meracuni inti kristal akibatnya kelarutan tidak sempurna
hemihidrat.mengurangi kecepatan kelarutan
2. Setting Expantion; memperbesar setting expantion, Kalsium asetat1% setting expantion linier untuk
kompensasi pengerutan logam saat dingin, dan memperkecil setting expantion, Natrium sulfatmengurangi
setting expantion sebesar 0,05%.
penambahan bahan additive dapat mengurangi kekuatan gips (Kuliah IMTKG 1, 2005)
3. Kekuatan; perubahan dimensi saat setting plaster of parisbesar ekspansi linier 0,3 0,4%. Ekspansi ini
disebabkan adanya dorongan kearah luar oleh kristal – kristal dihydrate yang sedang terbentuk. Bahan yang
telah ekspansi mengandung kristal – kristal dihydrate dan pori – pori. Volume kristal bahan yang telah set lebih
kecil dari volume awal hemihydrate. Besarnya pengurangan volume kristal ini dapat dihitung dari berat molekul
dan berat jenis hemihydrat, dan ini kira – kira sebanyak 7%. Bila gips yang telah dicampur dibiarkan dalam air
pada waktu initial set, maka akan terjadi ekspansi yang lebih besar ; ini disebut hygroscopic expansion dan
kadang –kadang dilakukan untuk mengekspansi bahan tanam gypsum.

2.1.2 Manipulasi gips


dapat menyebabkan terbentuknya hidrat, penyimpanan mempercepat settingtime 1. Harus tertutup rapat
untuk menghindari kelembaban udara
2. Hindari kontaminasi
3. cara mencampurSiapkan air sesuai kebutuhan dalam bowel, kemudian tuang bubuk/powder gips,
aduk60 kali per menit diatas vibrator
Bubuk dulu kemudian air: banyak udara terjebak porus model tidak akurat kontak permukaan partikel bubuk
gips dengan air tidak samareaksi kristalisasi tidak sama.thermal expantion tidak sama
4. W/P rasio: plaster of paris (50 – 60ml/100gr), DS (22 – 35ml/100gr), DSHS (20ml/100gr). (Kuliah IMTKG 1,
2005)
Kekuatan gips tergantung pada:
i) Bahan yang dipergunakan; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan adanya bahan additive,
ii) Perbandingan air / puder, dan
iii) Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat – sifat optimal, gips hendaknya dibiarkan
berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih lama), dan kemudian dikeringkan sampai diperoleh
berat yang konstan pada suhu 450˚C. (E.C.Combe,1992)

2.2 Compound
Compound, juga disebut modeling plastic, dilunakkan dengan pemanasan, dimasukkan dalam sendok cetak,
serta diletakkan pada jaringan sebelum bahan mengeras. Indikasi utama penggunaannya adalah untuk
mencetak linggir tanpa gigi. Kadang-kadang compound digunakan dalam kedokteran gigi operatif untuk
mencetak preparasi gigi tunggal atau untuk membuat stabil pita matrikx atau alat operatif lainnya. Untuk
mencetak gigi tunggal, pita tembaga silindris (disebut pita matriks) diisi dengan bahan compound yang sudah
dilunakkan. Pita yang terisi kenudian ditekan di atas gigi, menekan compound beradaptasi dengan preparasi gigi.
Cetakan seperti itu kadang disebut cetakan tube. Setelah compound didinginkan, cetakan dilepas, dan hasil cor,
atau die, dibuat dari cetakan tersebut. (Anusavice, 2003 : 149)
Compound yang agak lebih kental, disebut compound sendok cetak, dapat digunakan untuk membentuk sendok
cetak dalam pembuatan gigi tiruan. Suatu cetakan jarungan lunak diperoleh dari compound sendok cetak seperti
yang digambarkan. Cetakan ini disebut cetakan primer. kemudian digunakan sebagai sendok cetak untuk
menahan lapisan tipis bahan cetak kedua, yang akan ditempatkan langsung menghadap jaringan. Cetakan ini
disebut sebagai cetakan sekunder. Cetakan sekundr dapat juga dibuat dari pasta oksida seng eugenol,
hidrokoloid, atau elastomer tanpa air.
Aplikasi umum lain dari bahan compound adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak
perseorangan dari akrilik selama mencoba sendok cetak. Ada dua bentuk dasar compound cetak, yaitu bentuk
kue dan stick (batang). (Anusavice, 2003 : 149)
Komposisi. Umumnya, compound terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi, dan bahan
pewarna. Satu dari substansi pertama yang dipergunakan untuk bahan cetak adalah malam lebah (beeswax).
Karena malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac, asam stearic, dan gutta percha ditambahkan untuk
meningkatkan plastisitas dan kemampuan kerja. Bila substansi-substansi tersebut digunakan dengan cara ini,
substansi dianggap sebagai bahan pembuat plastis (plastisizers). Resin sintetik meningkat penggunaannya,
biasanya dikaitkan dengan resin alami. (Anusavice, 2003 : 149)
Bahan pengisi. Banyak bahan diperkuat atau sebaliknya, diubah sifat fisknya dengan penambahan partikel kecil
bahan lembam, biasanya dikenal sebagai bahan pengisi, yang secara kimia berbeda dengan kandungan utama
atau kandungan lainnya.
(Anusavice, 2003 : 150)
Malam atau resin dalam compound cetak adalah kandungan utama dan membentuk matriks. Struktur ini terlalu
cair untuk ditangani dan memberikan kekuatan yang rendah meskipun pada temperature ruangan. Karena itu,
bahan pengisi harus ditambahkan. Bahan pengisi meningkatkan viskositas pada temperature di atas temperature
mulut dan meningkatkan kekerasan compound pada temperature ruang.
Struktur compound cetak agak seperti suatu komposit. Konsep komposit digunakan secara luas dalam produksi
bahan kedokteran gigi. (Anusavice, 2003 : 150)
Sifat termal. Pelunakan dengan panas adalah suatu persyaratan dalam penggunaan compound. Kegunaannya
ditentukan oleh respon terhadap perubahan temperature dalam lingkungan sekitarnya. (Anusavice, 2003 : 150)
Temperatur fusi. Kemaknaan praktis temperature fusi adalah bahwa temperature tersebut menunjukkan suatu
penurunan nyata dalam keplastisan bahan selama pendinginan. Di atas temperature ini bahan yang dilunakkan
tetap bersifat plastis sementara cetakan dibuat. Jadi, setiap detail jaringan mulut lebih mudah diperoleh. Begitu
sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut, sendok cetak harus ditahan secara kuat pada posisinya sampai
cetakan mendingin di bawah temperature fusi. Pada keadaan apapun, cetakan tidak boleh diganggu atau
dikeluarkan sampai bahan tersebut mencapai temperature mulut. (Anusavice, 2003 : 150)
Konduktivitas dan kontraksi termal. Seperti diperkirakan, konduktivitas termal dari bahan ini adalah rendah,
mrnunjukkan perlunya waktu tambahan untuk memperoleh pendinginan dan pemanasan yang sempurna dari
bahan compound. Adalah penting bahwa bahan lunak merata pada saat sendok cetak dimasukkan dan dingin
menyeluruh dalam sendok cetak sebelum cetakan dikeluarkan dri mulut. Biasanya air dingin dapat disemprotkan
pada sendok cetak ketika di dalam mulut, sampai compound mengeras merata sebelum dikeluarkan. Kegagalan
memperoleh bahan yang mengeras sempurna sebelum dikeluarkan, dapat menghasilkan distorsi besar pada
cetakan. (Anusavice, 2003 : 150)
Rata-rata kontraksi linier compound cetak pada pendinginan dari temperature mulut sampai temperature ruang
25oC bervariasi antara 0,3% sampai 0,4%. Kesalahan yang disebabkan dari besarnya kontraksi ini tidak bisa
dihindari, dan merupakan kesatuan dari teknik. (Anusavice, 2003 : 150)
Pelunakan compound cetak. Compound dapat dilunakkan dalam oven atau di atas api. Bila api langsung
digunakan, compound tidak boleh dibiarkan mendidih atau terbakar sehingga kandungan di dalamnya menguap.
(Anusavice, 2003 : 150)
Bila sejumlah besar compound, seperti yang dibutuhkan untuk mencetak seluruh rahang, hendak dilunakkan,
disarankan melakukan perendaman dalam air. Perendaman terlalu lama atau terlalu panas dalam rendaman air
tidaklah diindikasikan; compound dapat menjadi rapuh dan berbutir bila beberapa kandungan berberat molekul
rendah terlepas dari bahan. (Anusavice, 2003 : 150)
Pelunakan compound adalah satu-sat unya cara mengeluarkan model dari compound cetak setelah stone
mengeras. Metode yang dianjurkan adalah merendam bahan cetak dalam air hangat sampai compound cukup
lunak sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari model. (Anusavice, 2003 : 150)
Aliran. Setelah compound melunak, dan selama periode dicetakkan ke jaringan mulut, bahan harus dengan
mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan sehingga setiap detail dan tanda-tanda dalam mulut
terpindahkan secara akurat. Di lain pihak, bila jumlah aliran pada temperature mulut terlalu besar, distorsi dapat
terjadi ketika cetakan dikeluarkan dari mulut. (Anusavice, 2003 : 151)
Distorsi. Relaksasi dapat terjadi baik selama waktu yang boleh dikatakan amat singkat atau dengan peningkatan
temperature. Hasilnya adalah kerusakan atau distorsi cetakan. Untuk meminimalkan distorsi, prosedur paling
aman adalah melakukan pendinginan bahan cetak dengan seksama sebelum dikeluarkan dari mulut dan
membuat hasil cor atau die secepat mungkin setelah cetakan diperoleh, sedikitnya dalam waktu satu jam.
(Anusavice, 2003 : 151)
2.3 ZnO-eugenol
Zink oksid tersedia dalam bentuk pasta. Ini diperoleh dengan menambah suatu minyak (misalnya olive oil, light
mineral oil atau linseed oil). Minyak ini juga bertindak sebagai plastisizer di dalam bahan. Juga dapat disertakan
hydrogenated rosin untuk mempercepat setting dan menjadikan pasta lebih kohesif. Eugenol mengandung talc
atau kaolin sebagai bahan pengisi membuatnya berbentuk pasta.
Salah satu atau kedua pasta dapat mengandung accelerator, seperti zinc asetat. Setidak-tidaknya ada satu jenis
pasta yang mengandung asam karboksilat sebagai bahan pengganti untuk eugenol. Bahan ini dapat bereaksi
dengan zinc hidroksida (yang kemungkinan terbentuk oleh karena hidrolisa zinc oksida) membentuk garam
sebagai berikut :
Zn(OH)2 + 2RCOOH - - (RCOO)2Zn + 2H2O
1. Manipulasi
Kedua pasta tersedia dalam warna yang berbeda . Pasta dengan perbandingan yang benar (biasanya sama
panjang) dicampur pada slab/mixing pad dengan spatel flexible sampai diperoleh warna yang homogen.
2. Sifat-sifat
- Bahan ini cukup encer untuk dapat mencatat detil halus dalam mulut
- Tidak terdapat perubahan dimensional selama proses setting, atau kalaupun hanya ada sedikit.
- Bahan ini tidak elastic sehingga tidak bisa mencatat daerah undercut.
- Bahan yang telah set kelihatannya cukup stabil dalam penyimpanan di laboratorium.
- Bahan ini dapat kompatibel dengan bahan model dental stone. Pasta dapat dikeluarkan dari stone dengan cara
melunakkannya dalam air suhu 60o.
- Tidak toksis, tetapi pasta yang mengandung eugenol dapat mengiritasi, member rasa gatal, atau rasa seperti
terbakar dan rasanya tetap lengket sehingga banyak pasien menganggapnya tidak menyenangkan. Pasta dapat
merekan ke jaringan, sehingga bibir pasien biasanya diolesi vaselin (petroleum jelly) terlebih dulu.
- Waktu setting cukup baik. Adanya air dan peningkatan suhu, keduanya dapat memperpendek waktu setting.
- Daya tahan bahan ini cukup lama.
3. Pemakaian
Bahan ini biasanya dipergunakan dalam bagian tipis (2-3 mm) sebagai wosh impression. Cetakan dengan zinc
oksid eugenol dapat dilakukan dengan menggunakan sendok khusus yang sangat rapat atau menggunakan
basis gigi tiruan yang ada terutama basis gigi tiruan yang hendak di-relining. (Combe, E.C. 1992. Sari Dental
Material)
2.4 Aqueous Hydrocolloids
2.4.1 Agar (reversible)
Agar adalah koloid hidrofilik organik (polisakarida) diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Merupakan suatu
ester sulfuric dari polimer linear galaktosa. Terdapat dalam konsentrasi 8%-15%, bergantung pada sifat bahan
yang dimaksud. Kandungan utama berdasarkan berat adalah air(> 80%). Penambahan boraks dalam jumlah
sedikit berfungsi untuk menguatkan atau meningkatkan kerangka micelle dalam gel. Hamper semua borat yang
larut, baik organic maupun anorganik, menghasilkan efek yang sama. Tetapi boraks juga merupakan retarder
terbaik untuk pengerasan gypsum. Keadaannya dalam bahan cetak hidrokoloid bersifat merugikan dalam jumlah
yang berlebihan karena memperlambat pengerasan plester atau stone yang dituang ke dalam cetakan agar.
Untuk mengatasi efek air dan boraks terhadap lamanya pengerasan maka kalium sulfat ditambahkan untuk
mempercepat pengerasan gypsum. Beberapa produk dagang, mengandung sejumlah bahan pengisi untuk
mengendalikan kekuatan, viskositas, dan kekerasan. Bahan pengisi yang digunakan adalah tanah diatoma,
tanah liat, silica, malam, karet, dan serbuk kaku serupa. Timol dan gliserin biasanya ditambahkan sebagai
antibakteris dan bahan pembuat plastis. Serta adanya pigmen dan aroma ditambahkan sebagai kenyamanan
pasien.
Pengerasan hidrokoloid reversibel biasa disebut gelasi, yaitu proses menjadi padat dari bentuk sol menjadi gel.
Sifatnya yang reversibel memungkinkan bahan cetak ini dapat kembali ke bentuk semula. Perubahan bentuk ini
dipengaruhi oleh perubahan temperatur. Tetapi untuk merubah kembali bentuk gel ke dalam bentuk sol
dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi daripada pembentukan gel. Gel harus dipanaskan pada temperatur yang
lebih tinggi, yang dikenal sebagai temperatur liquefaction (temperatur leleh) untuk mengembalikan menjadi
bentuk sol yaitu sekitar 70-100o . sedangkan untuk membentuk gel dari keadaan sol hanya di butuhkan
temperatur 37o hingga 50 o C.
Manipulasi bahan cetak
Menggunakan bahan cetak hidrokoloid reversibel mencangkup 3 tahapan proses, yaitu:
1. Mempersiapkan bahan sebelumnya,
2. Preparasi tepat sebelum membuat cetakan, dan
3. Membuat cetakan.
Tahapan pertama dalam menggunakan bahan adalah mencairkannya dan menyimpannya dalam bentuk sol.

A. Persiapan bahan
Hidrokoloid biasanya dikemas dalam 2 bentuk, yaitu semprit dan bahan sendok cetak. Tube untuk mengisi
sendok cetak berpendingin air dan cartridge untuk digunakan dalam semprit. Tahap pertama adalah merubah gel
hidrokoloid menjadi sol. Air panas merupakan cara paling mudah untuk mencairkan bahan. Bahan sebaiknya
dipertahankan pada temperatur ini selama 10 menit. Setelah dilelehkan bahan dapat di simpan dalam bentuk sol
hingga waktunya diinjeksikan ke dalam preparasi kavitas atau diisikan ke sendok cetak. Karena proses ini
memerlukan waktu dan bahan bisa disimpan selama beberapa hari, merupakan praktik umum untuk menyiapkan
beberapa tube bahan dan semprit sebagai persedian seminggu. Bahan disimpan pada temperatur penyimpanan
sampai siap digunakan.

B. Kondisioning atau pendinginan


Suhu 55o C merupakan temperatur maksimal yang dapat ditolerir oleh jaringan rongga mulut kita. Oleh karena
itu, bahan yang digunakan mengisi sendok cetak harus didinginkan atau tempered. Untuk tahap preparasi
segera, sebuah tube sol hidrokoloid dikeluarkan dari kompartemen penyimpanan, diisikan ke sendok cetak,
sepotong kasa diletakkan di atas bahan yang terletak disendok cetak dan sendok cetak diletakan pada
kompartemen pendingin (45o C) cukup untuk memastikan bahwa semua bahan sudah cukup mencapai
temperatur yang lebih rendah (≤ 55o C).
Menghilangkan efek imbibisi adalah maksud pemakaian kasa yang diletakkan di atas bahan cetak. Bila sendok
cetak dimasukkan ke dalam ruang pendingin,bahan tersebut mulai menyerap air dan juga lapisan film karet
tersebut di permukaannya. Kasa tersebut tidak dapat mencegah hal ini; namun, bila sendok cetak diangkat dari
ruang pendingin dan kasa dibuang, lapisan bahan yang terbentuk tadi menempel pada kasa dan ikut terbuang.
Permukaan yang segar telah siap melekat pada bahan yang disuntikkan di sekitar gigi yang di preparasi.
Selain menurunkan temperatur, pendingin berfungsi juga meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid sehingga
bahan tersebut tidak dapat mengalir keluar sendokcetak. Efek keluarnya bahan dari lubang kecil pada semprit,
dapat menurunkan temperatur bahan dalam semprit sehingga cukup nyaman bagi pasien.

2.4.2 Alginate (irreversible)


Komposisi bahan cetak alginate yaitu larutan garam asam alginik yang bereaksi dengan kalsium menghasilkan
gel kalsium alginate, garam kalsium alginate yang lambat larut (trisodium phospat) melepas kalsium untuk
bereaksi dengan alginate, bahan pengisi untuk meningkatkan kohesi campuran memperkuat gel, siliko flourida
atau flourida untuk memperbaiki permukaan model stone, bahan pewangi agar bahan lebih disenangi pasien,
indicator kimia agar warna dapat berubah dengan berubahnya pH.
Untuk memperoleh hasil cetakan yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Container dikocok lebih dahulu, agar campuran merata,
b. Bubuk dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik,
c. Biasanya menggunakan air dengan suhu kamar,
d. Retensi dengan sendok cetak diperoleh dengan salah satu atau kedua cara berikut, menggunakan sendok
cetak yang berlubang-lubang atau memakai bahan adesif seperti sticky waxyang dicairkan,
e. Pencampuran hendaknya dilakukan dengan rata selama waktu tertentu,
f. Bahan cetan alginate hendaknya dikeluarkan dengan tiba-tiba/cepat dari jaringan,
g. Setelah dikeluarkan dari dalam mulut cetakan hendaknya disiram dengan air dingin untuk menghilangkan
saliva, ditutup dengan kain kasa lembab untuk mencegah syneresis, dan diisi sesegera mungkin,
Sifat-sifat bahan cetak alginate:
a. Sifat rheology,
b. Selama proses pengerasan bahan perlu diperhatikan agar cetakan jangan dibuka,bahan yang berkontak
dengan jaringan mengeras lebih dahulu,
c. Bahan ini cukup elastic,
d. Dimensi cetakan alginate tidak stabil pada penyimpanan, karena adanya syneresis,
e. Dapat kompatibel dengan model plaster dan stone,
f. Tidak toksik dan tidak mengiritasi,
g. Waktu setting tergantung pada komposisi, dan
h. Bubuk alginate tidak stabil disimpan pada ruangan yang lembab atau kondisi yang lebih hangat dari suhu
kamar.
Aplikasi
Bahan ini biasanya tidak dipergunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan jembatan, tetapi dipergunakan
dengan hasil yang sangat baik untuk cetakan prostodonti dan ortodonti. Alginate kurang stabil dibandingkan
dengan elastomer.

2.5 Non-aquoeous Elastomer


2.5.1 Polysulfide
Kandungan dasar pasta polimer adalah merkaptan polifungsional atau polimer polisulfida dengan rumus struktur
umum. Polimer linier ini mengandung ¬+ 1 mol% cabang untuk memberikan gugus merkaptan yang cukup
sebagai tempat rantai berikatan silang. Polimer ini biasanya berikatan dengan bahan oksida seperti timah
dioksid. Karakteristik warna coklat pada polisulfida adalah akibat timah teroksidasi ini. Selama reaksi kondensasi
timah dioksida dengan gugus SH polimer polisulfida, terjadi 2 fenomena (1) polimerisasi perpanjangan rantai dari
reaksi dengan pusat gugus SH, dan (2) ikatan silang dari reaksi dengan rantai cabang gugus SH.
Karena gugus kaitan hanya merupakan persentase kecil dari kelompok SH yang ada, awalnya, reaksi
polimerisasi menghasilkan perpanjangan rantai, yang menyebabkan viskositas meningkat. Reaksi ikatan silang
selanjutnya mengikat rantai-rantai bersamaan membentuk jalinan 3 dimensi yang menjadikan terciptanya sifat
elastik pada bahan. Awal peningkatan viskositas mempengaruhi waktu kerja bahan dan merupakan suatu
perubahan yang biasa dikenal oleh dokter gigi ketika menggunakan bahan ini.
Reaksi pengerasan mulai pada saat awal pengadukan dan mencapai nilai maksimal segera setelah pengadukan
sempurna, pada tahap dimana jalinan sifat kelentingan mulai terjadi. Selama pengerasan akhir, terbentuk suatu
bahan dengan elastisitas dan kekuatan cukup yang dapat dikeluarkan melalui undercut dengan mudah.
Reaksi polimerisasi dari polimer polisulfida adalah eksotermik, banyaknya panas yang dihasilkan bergantung
pada banyaknya jumlah bahan dan konsentrasi inisiator. Kelembaban dan temperatur mempengaruhi jalannya
reaksi. Khususnya, keadaan panas dan lembab dapat mempercepat pengerasan bahan cetak polisulfida. Hasil
reaksi kondensasi dari bahan ini adalah air. Hilangnya molekul kecil dari bahan yang mengeras memiliki
pengaruh yang nyata pada kestabilan dimensi cetakan.
Anusavice, Kenneth J. 2003. (Phillips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC)
2.5.2 Silikon
Susunan kimia
Polimerisasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi dan tetrafungsi alkyl silikat, biasanya tetraetil
orthosilikat, dengan adanya rantai oktoat mengandung timah. Reaksi ini dapat terjadi pada temperature rata-rata
jadi bahan ini sering disebut silicon vulkanisasi temperature ruangan (RTV). Pembentukan elastomer terjadi
melalui ikatan silang antara kelompok terminal dari polimer silicon dan alkyl silikat untuk membentuk jalinan kerja
3 dimensi.
Etil alcohol adalah produk samping reaksi pengerasan kondensasi. Penguapan etil alkohol selanjutnya
barangkali ikut diperhitungkan dalam besarnya kontraksi yang terjadi pada karet silikon yang mengeras.

Komposisi bahan
Bahan cetak silikon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu pasta katalis atau cairan dengan
kekentalan rendah. Karena polimer silikon merupakan suatu cairan, silikon koloidal atau logam oksida ukuran
mikro ditambahkan sebgai pengisi untuk menbentuk suatu pasta. Silikon memiliki tingkat energi kohesif yang
rendah dan karena itu punya interaksi molekul yang lemah.
Pengaruh bahan pengisi terhadap kekuatan adalah hal yang penting, ukuran partikel harus dalam kisaran
optimal 5-10µm. Partikel yang lebih kecil cenderung berkumpul bersama-sama tapi partikel yang lebih besar
tidak berperan untuk memperkuat.
Bahan dengan kekentalan tinggi atau putty untuk mengatur pengerutan polimerisasi yang besar dari bahan cetak
silikon kondensasi. Bahan ini mengandung pengisis cukup banyak sehingga polimer yang ada menjadi lebih
sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih kecil. Ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan
polimer karena partkel pengisi memiliki koefisien ekspansi termal lebih kecil
Polimer ini tidak memilki karakteristik warna. Kondensasi bahan pasta silikon dan putty dapat dibuat dalam
berbagai jenis warna. Merah muda, pastel, hijau dan ungu adalah warna yang sering ditemukan.

Manipulasi
Silikon kondensasi dikemas dalam pasta basis dan cairan katalis atau reaktor. Bahan putty dikemas sebagai
pasta yang amat kental dan suatu caira aselerator. Untuk menghasilkan bahan yang teraduk sempurna adalah
tidak mudah ketika putty dan cairan yang mengandung minyak dicampur. Dengan sistem manapun , tehnik
pencampuran terbaik adalah meremas bahan tersebut dengan jari.

Waktu kerja dan pengerasan


Temperatur memiliki pengaruh nyata terhadap kecepatan prses pengerasan dari bahan cetak silikon kondensasi.
Mendinginkan bahan atau mengaduknya pada permukaan dingin memperlambat proses reaksi. Mengubah
perbandngan basis dan katalis adalah metode lain yang efektif dan praktis dalam mengubah kecepatan
pengerasan bahan cetak ini.

Elastisitas
Sifat elastis bahan silikon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfid. Bahan ini menunjukkan deformsi
permanen minimal dan dapat kembali ke bentuk semula dengan cepat bila diregangkan. Bahan ini tidak terlalu
kaku sehingga tidak sulit mengeluarkan dari undercut tanpa meyebabkan distorsi.

Rheologi
Bahan tersebut dapat memberikan respon elastik. Bahan ini cenderung bereaksi sebagai suatu elastik bila
diregangkan dengan cepat , jadi cetakan harus dikeluarkan dengan cepat sehingga deformasi yang terjadi
adalah elastik dan kembali ke bentuk semula.

Stabilisasi dimensi
Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikon kondensasi memerlukan suatu modifikasi tehnik pembuatan
cetakan supaya menghaslkan cetakan yang akurat.
Sebagai tambahan dari besarnya pengerutan ketika mengeras, ketidakstabilan dimensi juga disebabkan oleh
penguapan produk reaksi yaitu etil alkohol. Model yang paling akurat diperoleh dengan mengisis cetakan dengan
menggunakan gypsum stone langsung setelah setelah cetakan dikeluarkan dari mulut.

Biokompatibilitas
Adanya kemungkinan tertinggalnya bahan yang robek pada sulkus gingiva. Karena bahan silikon tidak radiopak,
sulit dideteksi adanay robekan bahan cetak. Seringkali peradangan gingiva menyertai adanya ”benda asing”
diduga akibat iritasi preparasi gigi atau sementasi restorasi.

BAHAN CETAK SILIKON DENGAN REAKSI TAMBAHAN (VINYLPOLYSILOXANE)

Komposisi
Baik pasta basis dan katalis mengandung bentuk vinil silikon. Pasta basis mengandung polymethyl hidrogen
siloxane serta pre-polimer siloxan lain. Pasta katalis mengandung divinyl polymethyl siloxane dan pre-polimer
lain. Bila pasta katalis mengandung aktivator garam platinum berarti pasta yang berlabel basis harus
mengandung hibrid silikon
Satu kerugian bahan cetak silikon adalah sifat hidrofobik. Untuk mengatasinya dengan reaksi tambahan lebih
hidrofilik. Untuk mengembalikan permukaan dari cetakan hidrofilik, bahan permukaan ditambahkan pada pasta.
Bahan permukaan ini memnungkinkan bahan cetak membasahi jaringan lunak lebih baik dan dapat diisi dengan
stone secara lebh efektif. Pengisian cetakan lebih mudah, karena stone basah memilki afinitas yang lebih besar
untuk afinitas hidrofilik.
Manipulasi
Vynil polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2 past, sementara bahan putty dikemas dalam 2 toples
yang terdiri atas bahan basis dengan kekentalan inggi dan bahan katalis. Bahan ini punya kekentalan yang
hampir sama. Jadi bahan tersebut lebih mudah diaduk dibandingkan dengan silikon kondensasi.
Kesamaan konsistensi pasta dan sifat menipis dengan tarikan, membuat bahan cetak vynilpolysiloxane cocok
untuk digunakan dengan alat otomatis ketika melakukan pengadukan dan pengambilan bahan. Umumnya
digunakan untuk bahan dengan kekentalan rendah dan sedang. Alat ini punya keunggulan, dengan
menggunakan alat mekanis tersebut terdapat keseragaman dalam membagi dan mengaduk bahan, semakin
kecil kemungkinan masuknya udara ke dalam adukan, serta waktu pengadukan menjadi lebih singkat. Jadi
kemungkinan kontaminasi jadi lebih sedikit.
Bahan cetak yang telah teraduk tersbeut dimasukkan langsung ke dalam sendok cetak yang telah dilapisi
adhesif atau pada gigi yang telah direparasi bila ujung semprit telah terpasang
Seringkali perbedan warna dari kedua pasta bagitu sedikit sehingga sulit menenukan secara visual apakah
banyaknya jumlah basis dan katalis telah teraduk merata. Idak adanya perbedan warna juga mempersulit upaya
memastikan bahwa adukan telah homogen.

Waktu kerja dan pengerasan


Kebalikan dengan silikon kondensasi, lamanya pengerasan silikon tambahan nampak ebih sensitif terhadap
temperatur daripada polisulfid. Waktu kerja dan pengerasan dapat diperpanjang smapai 100% dengan
penambahan retarder yang dipasok oleh masing-masing pabrik dan dengan pendinginan alas pengaduk. Begitu
bahan cetak dimasukkan ke dalam mulut, bahan tersebut dengan cepat menghangat dan waktu pengerasan
tidak lebih panjang jika dibanding dengan retarder kimia. Retarder tidak praktis dengan alat pengaduk otomatis.

Elastisitas
Bahan cetak vynil polysiloxane merupkan bahan bersifat elastik paling ideal yang ada selama ini. Distorsi ketika
mengeluarkan melalui undercut umumnya tidak terjadi, karena bahan punya nilai regangan dalam traikan
terendah.
Kestabilan dimensi
Bahan cetak vynil polysiloxane adalah yang paling stabil dimensinya. Tidak ada penguapan produk hasil reaksi
samping yang menyebabkan pengerutan bahan. Bahan yang mengeras secara klinis hampir mengalami proses
reaksi sempurna, sehingga sedikit sekali residu polimerisasi yang menghasilkan perubahan dimensi. Perubahan
dimensi umumnya berasal dari pengerutan termal begitu bahan mendingin dari temperatur mulut ke temperatur
ruangan.

Biokompatibilitas
Bahan ini dapat ditolerir oleh jaringan hidup. Bahaya tertinggalnya sebagian bahan selama mengeluarkan
vetakan dapat dihindari dengan penanganan bahan yang tepat dan pemeriksaan tepi cetakan secara cermat
untuk menjamin tidak ada daerah yang robek.

2.5.3 Polyether
Elastomer jenis polyether ini mempunyai pasta dasar yang mengandung suatu polyether tidak jenuh dengan
gugus ujung imine, bahan plastisizer dan bahan pengisi. Pasta pereaksi mengandung aromatic sulfonat sebagai
kontitusi utamanya bersama-sama dengan plastisizer dan bahan pengisi anorganik. Setting terjadi dengan reaksi
cross-link gugus imine, ini adalah reaksi polimerisasi kation.
a. Komposisi
Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung polimer polieter, suatu silika koloidal sebagai
pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti glikoleter atau ftalat. Pasta aselerator mengandung alkil
sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan pembuat plastis.
b. Sifat
Sifat-sifat umum polyether :
1. Ketepatan,
(i). Keenceran bahan sebagian besar tergantung pada komposisinya. Beberapa polisulfida tersedia dengan
variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk disuntikkan deengan spuit dan medium serta heavy bodied untuk
dipakai dengan sendok cetak. Pasta elastomer yang belum dicampur biasanya berbentuk pseudoplastis.
(ii). Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan oleh karena adanya kontraksi polimerisasi. Juga
dapat terjadi kontraksi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar.
(iii). Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut. Pada umumnya lebih kuat dan tidak mudah
patah dibandingkan dengan alginate. Bahan polyether lebih keras bila dibandingkan dengan elastomer lainnya,
karena itu lebih sukar dibuka.
(iv). Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagai akibat terus berlangsungnya polimerisasi. Penguapan
hasil sampingan yang mudah terbang, merupakan sumber kontraksi lain. Stabilitas dimensionil polyether sangant
jelek pada udara yang lembab.
(v). Bahan ini pada umumnya kompatibeldengan bahan model dan die, meskipun dapat menyebabkan sedikit
lunak pada permukaan gips keras. Evolusi awal hidrogen dari bahan yang mengandung organo-hydrogen
siloksan menyebabkan timbulnya bintil-bintil pada permukaan stone.
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi. Beberapa pasta elastomer yang mengandung
lead dioksida mempunyai bau dan rasa yang tidak menyenangkan.
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal, jumlah pereaksi dan sebagainya. Terdapat air dan
suhu yang tinggi juga mempercepat waktu setting polisulfida.
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan tidak selalu ideal, beberapa pereaksi tidak stabil
setelah lebih dari 2 tahun, tetapi dapat tahan lebih lama bila disimpan pada refrigator.
c. Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan. Bahan pseudoplastis memungkinkan satu adukan
digunakan baik untuk bahan semprit maupun sendok cetak. Kemudian, pabrik pembuat menyediakan pasta
tambahn yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu adukan pengencer. Komponen bahan memerlukan
perumusan ulang untuk mengadaptasi bahan bila ingin digunakan dengan alat pengaduk otomatis. Meskipun
alat ini dapat digunakan dengan berhasil, kebanyakan polyether masih diaduk dengan menggunakan tangan.
Selain itu untuk bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat menyadari bahwa klinisi lebih menyukai
beragam viskositas dari vinyl polysiloxane. Jadi polyether diubah sehingga dapat dipasok dengan keragaman
viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan polyehter juga berkurang.

d. Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untuk cetakan inlay, mahkota dan pekerjaan jembatan, atau untuk
gigi tiruan sebagian apabila ditemukan undercut yang sangat besar, sehingga apabila digunakan cetakan
alginate dapat patah sewaktu dilepas dari jaringan. Oleh karena harganya yang mahal, bahan ini tidak sering
dipergunakan pada pencetakan yang membutuhkan jumlah bahan cetak yang besar.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Bahan Cetak


3.1.2 Non-elastic
3.1.2.1 Plaster of Paris
3.1.2.2 Compound
1. Konstitusi dan pemakaian
Bahan ini biasanya terbuat dari campuran damar alam (misalnya colophony dan shellac dan/ atau wax), bahan
pengisi (soap-stone atau talc), dan pelicin (asam stearic atau stearin). Bahan ini bersifat thermoplastic, yaitu
lunak sewaktu dipanaskan dan mengeras apabila didinginkan tanpa terjadi suatu reaksi kimia. Bahan yang ada
dapat diklasifikasikan atas dua tipe :
(a) Tipe I, lower fusing materials:
i. Untuk mendapatkan cetakan prosthetic seperti preliminary-impression pada pasien yang sudah tidak bergigi,
tersedia dalam lembaran dengan tebal kira-kira 4 sampai 5 mm.
ii. Bahan untuk peripheral seal.
iii. Tersedia dalam bentuk batang; dipakai untuk keperluan cetakan yang menggunakan cincin kuprum yaitu
untuk inlay dan mahkota, juga untuk ditambahkan pada bagian marginal sendok cetak khusus, dan lain-lain.
(b) Tipe II, higher fusing materials:
Dipakai sebagai bahan untuk sendok cetak, bahan ini cukup kaku untuk dapat mendukung bahan cetak lainnya.

Gambar dua macam bentuk bahan cetak compound. (a) berbentuk


lembaran (bentuk kue) dan (b) berbentuk stick (batang)

Gambar bahan cetak compound tipe II (higher fusing materials)


yang digunakan sebagai bahan untuk sendok cetak
2. Manipulasi
(a) Untuk cetakan prosthetic, bahan komposisi dipanaskan dalam waterbath pada suhu 55 sampai 60oC. Karena
bahan ini mempunyai sifat penghantar panas yang rendah maka harus direndam agak lama dalam waterbath
sampai sepenuhnya lunak. Meskipun demikian bila dibiarkan terlalu lama beberapa konstitusinya dapat terlepas
ke waterbath sehingga merubah sifat-sifat bahan. Air dapat terikut serta ke dalam bahan apabila bahan
komposisi dipijit-pijit sewaktu berada di dalam waterbath; air ini akan berlaku sebagai plastisizer. Bila komposisi
dibiarkan terlalu dingin maka ia tidak mengalir dengan baik sewaktu diletakkan di dalam mulut; tetapi sebaliknya
menjadi merekat apabila dibiarkan terlalu panas. Selalu diingat member lapisan kain kasa pada waterbath agar
bahan tidak merekat padanya.
(b) Untuk cetakan dengan cincin kuprum, misalnya untuk pekerjaan imlay dan mahkota, batangan komposisi
dipanaskan dengan api (gas atau alkohol). Apabila terjadi overheating beberapa konstitusinya bisa menguap
sehingga dapat merubah sifat-sifat bahan.
Gambar hasil cetakan rahang menggunakan
bahan cetak compound
3. Sifat-sifat
(a) Ketepatan
i. Secara umum bahan ini meskipun pastis sewaktu dicetakkan tetapi tidak cukup encer untuk mencatat semua
detail halus dalam mulut.
ii. Bahan cetak komposisi mepunyai koefisien ekspansi termal yang besar; maka pada pendinginan sewaktu
setting terjadi kontraksi yang cukup banyak. Hal ini dapat dikurangi sampai batas tertentu dengan cara
memanaskan permukaan bahan yang telah set di atas api lalu diulangi melakukan pencetakan. Dengan cara ini
maka hanya sejumlah kecil bahan komposisi yang mengalami kontraksi, sehingga resultane besarnya kontraksi
juga kecil. Kontraksi juga terjadi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar (kira-kira 1,5% volume).
iii. Cetakan komposisi mengalami perubahan sewaktu melewati daerah undercut.
iv. Terjadi perubahan dimensional selama penyimpanan hasil cetakan di laboratorium. Stress dapat terbentuk di
dalam bahan terutama apabila dimanipulasi atau dibentuk ketika belum sepenuhnya lunak. Perubahan lebih
lanjut dapat terjadi oleh karena pelepasan stress ini, terutama apabila dibiarkan beberapa waktu di dalam
atmosfir hangat sebelum dilakukan pengisian model.
v. Bahan ini kompatibel dengan bahan model dan die.
(b) Sifat-sifat lain
Bahan cetak komposisi ini :
i. Tidak toksik dan tidak mengiritasi.
ii. Mengeras di dalam mulut dalam waktu yang dapat ditoleransi.
iii. Dapat tahan cukup lama, tetapi perubahan pada shellac dapat menyebabkan kemunduran kualitasnya setelah
pemakaian yang lama.

3.1.2.3 Waxe
Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang terdiri dari berbagai bahan organis dan bahan alami
sehingga membuatnya sebagai bahan dengan sifat-sifat yang sangat berguna.
Malam atau wax merupakan salah satu bahan yang memegang peranan penting di ilmu bidang Kedokteran Gigi.
Malam atau wax dipergunakan pertama kali di dunia Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan
cetakan rahang yang tidak bergigi. Meskipun telah ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan
dalam jumlah yang besar untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis. (Combe,1992)
Unsur-unsur pokok dental wax terdiri dari 3 sumber utama, yaitu : mineral, serangga (hewani), dan sayur-
sayuran (tumbuh-tumbuhan).
1. Wax yang berasal dari bahan mineral diperoleh dari hasil residu petroleum melalui proses destilasi. Malam
yang berasal dari bahan mineral diantaranya adalah:
a. Paraffin Wax, mencair pada suhu 48-70°C dan memiliki rantai hidrokarbon yang lurus serta memiliki sifat
mudah pecah.
b. Micro crystallin Wax, microcrystallin wax akan mencair pada suhu 65-90°C dan memiliki rantai hidrokarbon
yang bercabang memiliki sifat yang Iebih fleksibel dan kuat.
2. Wax yang berasal dari serangga (hewani) adalah beeswax, beeswax akan mencair pada suhu 84-91°C dan
memiliki sifat yang mudah pecah pada temperatur kamar, tetapi mudah dibentuk pada temperatur tubuh.
3. Wax yang berasal dari sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan) adalah:
a. Carnauba wax, mencair pada suhu 84-91°C
b. Candelilla wax, mencair pada suhu 68-75°C dan digunakan terutama untuk memperkeras paraffin wax dengan
jalan menambahkannya ke dalam parrafin wax.
c. Resin
Beberapa sifat-sifat fisik dental wax yang menjadikannya sebagai bahan penunjang yang sangat berguna di
bidang kedokteran gigi adalah:
1. temperatur peralihan ke solid
2. termal ekspansi dan kontraksi
3. daya alir (flow)
4. tekanan internal
5. sifat mudah pecah (brittleness)

Semua sifat-sifat tersebut harus secara penuh dipahami bila bahan tersebut ingin memuaskan saat digunakan.
Fungsi utama dental wax di bidang kedokteran gigi adalah untuk mendapatkan suatu pattern. Pembuatan pattern
tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemanipulasian wax. Karena hasil akhir dari restorasi
sangat bergantung pada pattern yang telah kita dapatkan.Selain itu, malam yang dipergunakan di dunia
Kedokteran Gigi harus memenuhi syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaannya dalam rongga mulut,
sebagai berikut :
1.Stabil pada suhu mulut
2. Dapat mengisi rongga cetak
3. Non iritan dan Non toxic
4. Tidak meninggalkan residu
5. Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan (Wilson,1987)
Malam sintesis (Misal derivat nitrogen dari asam lemak) atau polimer dari ethylene dapat memberikan
keuntungan yang lebih. Pada prakteknya, di dunia kedokteran sendiri lebih banyak mempergunakan malam
campuran dari berbagai macam sumber yang tujuannya untuk saling melengkapi dan menutupi kekurangan
setiap malam. (Craig,1983)
Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :

1. Malam model : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan untuk pencatatan
relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang digunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak
mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan pada suhu mulut dan didinginkan pada suhu kamar.

2. Malam lembaran tuang : Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan tertentu. Bahan
malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari bumbung tuang tanpa meninggalkan residu.

3. Malam inlay : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola inlay, yang dapat dipergunakan
langsung di dalam mulut atau dengan model.

4. Carding dan Boxing wax : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk melekatkan gigi tiruan pada tempatnya
dan untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan pengisian.

5. Malam perekat/sticky wax : Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah patah/brittle, warna kuning, terbuat
dari beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan memiliki
kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung.

6. Malam cetak : Malam jenis ini dipergunakan untuk mencetak rahang yang tidak bergigi. Malam ini
menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut.
(Combe,1992)

Malam memiliki sifat fisis yang baik, sehingga dapat membantu pekerjaan didunia Kedokteran.Gigi. sifat fisis itu
antara lain :

1. Suhu transisi padat – padat.


Suhu transisi padat – padat ini dapat diperoleh dengan memanaskan malam secara merata hingga massa
malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk memanipulasi malam. Keadaan ini disebabkan karena kisi
kristal yang stabil (orthorhombic) berubah menjadi bentuk hexagonal yang terjadi di bawah titik cair malam.
Malam yang tetap kaku pada suhu mulut mempunyai suhu transisi padat – padat di atas suhu 37ºC.

2. Ekspansi dan Kontraksi Termis


Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan pada pola atau desain sewaktu didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar. Ekspansi dan kontraksi
sewaktu pemanasan ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh sedikit berbeda dari dimensi ukuran yang
sebenarnya.

3. Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detil cetakan yang sempurna. Sifat aliran pada
tiap tipe malam berbeda – beda sesuai dengan penggunaannya di kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan
campuran malam meningkat apabila suhu naik sampai di atas suhu transisi padat – padat. Pengukuran aliran
pada malam tergantung dari pergeseran molekul – molekul malam selama pergerakannya.

4. Tegangan dalam (internal stress)


Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan adanya pemanasan malam yang
tidak merata. Malam yang mengalami internal stress akan mengalami distorsi apabila dilakukan pemanasan
ulang.

KOMPOSISI, KLASIFIKASI, JENIS-JENIS DAN PENGGUNAAN WAX DALAM KEDOKTERAN GIGI

Klasifikasi malam yang diperoleh secara alami


a. Mineral
Paraffin wax : Strukturnya rantai lurus polykristal-hydrocarbon. Bersifat rapuh dan suhu kamar. Diperoleh
sewaktu penyulingan minyak mentah.
Microcrystalline wax atau ceresin : strukturnyatidak serapuh paraffin wax karena mengandung minyak. Bersifat
rantai pilikristal hydrocarbon yang bercabang. Diperoleh pada waktu penyulingan minyak mentah.

b. Serangga Bees wax : strukturnya mengandung lebih sedikit kristalline dan lebih banyak bahan amorf. Sifatnya
bila dicampur dengan paraffin wax, menjadi tidak begitu rapuh pada suhu kamar dan pada suhu yang lebih tinggi
(misal : suhu mulut) mengurangi flo dari malam. Dibuat dari sarang lebah.

c. Tumbuhan
Carnauba wax : bersifat keras dan kuat. Dicampur dengan paraffin wax untuk memperkerasnya dan
meningkatkan suhu transisi padat-padat. Dibuat dari pohon palm/amerika selatan.
Candelila wax : sifatnya serupa dengan candelila wax. Dibuat dari tanaman candelila.
Resin atau gum : digunakan untuk menamba daya rekat wax. Dibuaat dari pohon.

Klasifikasi berdasarkan kegunaannya


a. Lilin pola (pattern wax)
1) Base plate wax: Merupakan lilin/malam pelat landasan dengan komposisi : lilin lebah untuk member
elastisitas, paraffin, carnauba untuk mengatur titik cair dan zat warna estetis. Syarat base plate haruslah mudah
dibentuk dalam keadaan lunak tanpa sobek dan patah, mudah diukir, larut dalam air panas tanpa residu, serta
tidak emncemari model. Biasanya diperdagangkan dalam bentuk lembaran 14,5 x 7,5 x 2 mm
.
2) Casting wax : merupakan malam tuang/ cor untuk membuat pola lilin gigi tiruan rangka logam. Diaplikasikan
pada model refractory. Syarat lilin ini : harus dapat menguap habis pada waktu dibakar (burn out).
Doperdagangkan dalam bentuk sheet dan ready shape.

3) Inlay wax : malam inlaydipergunakan untuk pembuatan pola inlay secara langsung di dalam mulut dengan
direct technique atau pada model/die yang diperoleh dari suatu cetakan atau yang disebut indirect technique.
Malam untuk penggunaan langsung didalam mulut perlu agar mempunyai kontraksi termis yang serendah-
rendahnya, mempunyai sifat aliran yang baik mempunyai warna yang kontras dengan jaringan mulut ( biasanya
biru atau hijau). Selain itu semua, malam inlay hendaknya mudah diukir tanpa putus atau terkelupas dan dapat
dibakar habis pada bumbung tuang tanpa meninggalkan residu. Komposisi dari malam inlay antara lain :
campuran paraffin, carnauba, lilin lebah, candelila, dan getah dammar serta zat warna.

b. Lilin proses (processing wax)


1) Boxing wax : digunakan untuk memagar/membatasi cetakan sebelum diisi/dicor dengan gips. Dapat dibentuk
tanpa pemanasan dan disediakan dalam bentuk lembaran atau batangan.

2) Utility wax : dapat digunakan untuk berbagai keperluan (mendukung bahan cetak, batas perifer).
Diperdagangkan dalam bentuk lembaran atau batangan (merah tua dan oranye). Komposisinya terdiri dari lilin
lebah, petroleum, dan wax softeners.

3) Sticky wax : merupakan malam yang rapuh dan dipergunakan sebagai malam perekat, biasanya terbuat dari
beeswax dan beberapa resin alami serta getah damar. Dipergunakan pada laboratorium untuk berbagai hal
dimana dibutuhkan penyambungan sementara, misalnya : untuk menyatukan bagian-bagian logam sewaktu
penyolderan; sewaktu melakukan reparasi gigi tiruan, mala mini dipakai untuk menyambung bagian-bagian gigi
tiruan yang pecah. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan hendaknya memiliki kontraksi
minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yanghendak disambung. Tersedia
dalam bentuk batangan dengan penampang bulat atau heksagonal.

c. Lilin cetak (impression wax)


1) Corrective Waxes : Corrective waxes digunakan sebagai malam lapisan untuk berkontak dan mendapatkan
detail dari jaringan lunak. Ini diklaim sebagai tipe material cetak yang merekam membran mukosa dan jaringan
dibawahnya. Corrective wxes dibuat dari hidrokarbon waxes seperti paraffin, seresin dan lilin lebah serta metal
partikel.

2) Bite Waxes : Bite wax digunakan secara akurat untuk merekam gigitan. Bite wax terbuat dari 28-gage lembar
casting wax atau baseplat wax yang keras, tapi lilin yang diidentifikasi sebagai bite waxes nampaknya terbuat
dari beeswax atau lilin hidrokarbon seperti paraffin atau ceresin. Lilin ceresin bite mengandung aluminium atau
partikel tembaga.

2. SIFAT FISIS WAX

• Suhu transisi padat – padat.


Suhu transisi padat – padat ini dapat diperoleh dengan memanaskan malam secara merata hingga massa
malam lunak dan merupakan saat yang tepat untuk memanipulasi malam. Keadaan ini disebabkan karena kisi
kristal yang stabil (orthorhombic) berubah menjadi bentuk hexagonal yang terjadi di bawah titik cair malam.
Malam yang tetap kaku pada suhu mulut mempunyai suhu transisi padat – padat di atas suhu 37ºC

• Ekspansi dan Kontraksi Termis


Koefisien ekspansi termis malam lebih tinggi dari bahan kedokteran gigi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan
kesalahan pada pola atau desain sewaktu didinginkan dari suhu cairnya ke suhu kamar. Ekspansi dan kontraksi
sewaktu pemanasan ini dapat menyebabkan hasil yang diperoleh sedikit berbeda dari dimensi ukuran yang
sebenarnya
• Aliran (flow)
Sifat aliran suatu malam sangat menentukan dalam menghasilkan detil cetakan yang sempurna. Sifat aliran pada
tiap tipe malam berbeda – beda sesuai dengan penggunaannya di kedokteran gigi. Sifat aliran malam dan
campuran malam meningkat apabila suhu naik sampai di atas suhu transisi padat – padat. Pengukuran aliran
pada malam tergantung dari pergeseran molekul – molekul malam selama pergerakannya

• Tegangan dalam (internal stress)


Tegangan dalam adalah tegangan yang timbul pada malam yang diakibatkan adanya pemanasan malam yang
tidak merata. Malam yang mengalami internal stress akan mengalami distorsi apabila dilakukan pemanasan
ulang.
(Combe,1992)

SYARAT WAX YANG DIGUNAKAN DALAM KEDOKTERAN GIGI


Stabil pada suhu mulut\
Dapat mengisi rongga cetak\
Non iritan dan non toxic
Tidak meninggalkan residu jika disiram air
Tidak berubah sifat fisis jika dipanaskan
Mudah dibentuk dalam temperatur tertentu\
Setelah dingin dapat mempertahankan bentuknya
Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi dengan permukaan lain
Dalam keadaan keras dapat diukir
Melting range cukup lama
Dapat dicairkan dan dipadatkan berkali-kali
Jika dibentuk tidak robek atau retak

PEMAKAIAN MALAM DI KEDOKTERAN GIGI


Malam Model
Ini dipergunakan sebagai bahan untuk membuat pola dan untuk pencatatan relasi rahang dalam pembuatan gigi
tiruan. Syarat-syarat yang dibutuhkan adalah :
a. Hendaknya mudah dibentuk setelah dilunakkan dan tidak robek, terkelupas atau retak
b. Hendaknya mudah diukir
c. Hendaknya mudah dicairkan dan dipadatkan berkali-kali tanpa merubah sifat-sifatnya
d. Tidak ada residu yang tertinggal setelah cetakan yang dihasilkan oleh malam ini disiram dengan air mendidih
dan deterjen.
Komposisi sebenarnya dari suatu malam model yang tersedia di pasar biasanya tidak diberitahu oleh pabrik,
tetapi suatu bahan yang baik dapat dihasilkan dengan cara mencampur beberapa macam malam seperti carrafin
wax dan bees wax dengan sedikit malam yang lebih keras dan kuat seperti carnauba. Bahan ini dapat diperoleh
dalam beberapa macam tingkatan suhu pelunakan. Dalam melakukan manipulasi penting agar seluruh ketebalan
malam dipanaskan merata dan dibentuk sebelum menjadi dingin untuk mengurangi distorsi yang disebabkan
oleh karena lepasnya tegangan dalam.
Malam model yang dipergunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak/sedikit mengalami perubahan dimensi
ketika dipanaskan ke suhu mulut dan selanjiutnya didingingkan ke suhu kamar

Lembaran Malam Tuang


Lembaran malam tuang tersedia dalam lembar yang telah digulung dengan tebal tertentu. Sewaktu
memanipulasi perlu diperhatikan agar malam ini jangan menjadi lebih tipis. Ini dapat dicegah dengan cara
memanaskannya dalam air hangat dan mempergunakan kain wool basah untuk menekan atau
membentuknya.ing agar klammer meupun konektor gigi tiruan tuangan mempunyai tebal yang tepat.
Untuk menyederhanakan pengukiran malam dalam pembuatan gigi tiruan tuangan, jiga tersedia komponen
patron gigi tiruan yang terbuat dari bahan polimer yang telah siap dibentuk.
Bahan malam tuang dan komponen polimer tersebut harus dibakar habis dari bumbung tuang tanpa
meninggalkan residu.

Malam Inlay
- Malam inlay digunakan untuk pembuatan pola inlay, ini dapat dilakukan :
a. Langsung di dalam mulut dengan direct technique, atau
b. Pada model atau die yang diperoleh dari suatu cetakan atau yang disebut indirect technique.

- Malam untuk penggunaan langsung di dalam mulut perlu agar :


a. Mempunyai kontraksi termis yang serendah-rendahnya, meskipun tak dapat dihindari bahwa pada
kenyataannnya ini adalah tinggi.
b. Mempunyai sifat aliran yang baik
c. Memepunyai warna yang kontras dengan jaringan mulut

- Selain itu semua malam inlay hendaknya :


a. Mudah diukir tanpa terputus atau terkelupas
b. Dapat dibakar habis dari bumbung tuang tanpa meninggalkan residu
Konstitusi malam inlay serupa dengan malam model. Bagaimanapun juga, dalam perbandingannya dipakai lebih
banyak malam keras agar diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan yang lebih keras untuk malm inlay.

Carding dan Boxing Wax


Merupakan malam yang memiliki aliran tinggi pada suhu kamar dan sangat mudah dibentuk tanpa membutuhkan
pemanasan. Bahan ini dipergunakan oleh pabrik untuk melekatkan geligi tiruan pad atempatnya untuk
dipasarkan dan juga dipergunakan dalam laboratorium untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan
pengisian.

Malam Perekat
Merupakan malam yang rapuh yang dipergunakan sebagai malam perekat, biasanya terbuat dari beeswax dan
beberapa resin alami. Malam ini hendaknya tidak mengalir pada suhu kamar. Digunakan pada laboratorium
untuk berbagai hal dimana dibutuhkan penyambungan sementara, misalnya untuk menyatukan bagian-bagian
logam sewaktu penyoderan, sewaktu melakukan reparasi gigi tiruan, malam ini dipakai untuk menyambung
bagian-bagian gigi tiruan yang pecah. Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan hendaknya
memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak
disambung.

Malam Cetak
Malam untuk mencetak, malam koreksi dan malam penyingkap, semuanya memiliki ciri-ciri yang menunjukkan
derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut.

CARA MANIPULASI LEMPENG GIGIT


1. Merapikan basis model dengan pisau gips, memberi identitas pada basis model dengan pensil tinta
2. Menggambar outline dengan pensil tinta pada model, perhatikan daerah frenulum, bebaskan daerah tersebut.
Jika masih belum terampil menggambar outline dengan baik, bisa menggunakan pensil biasa terlebih dahulu,
dan jika sudah disetujui oleh instruktur bisa menebalkan outline dengan menggunakan pensil tinta.
3. Membagi satu lembar baseplate wax menjadi dua bagian yang sama besar. Satu bagian baseplate wax
digunakan untuk RA dapat langsung dimanipulasi, untuk yang RB sebelum dimanipulasi bagian baseplate wax
dipotong berbentuk segitiga atau seperti huruf V.
4. Menyiapkan lampu spirtus dengan nyala api sedang, kemudian baseplate/ malam mulai dimanipulasi dengan
cara memanaskan malam diatas lampu spirtus secara merata. Setelah malam memcapai suhu transisi padat-
padat, letakkan lempeng malam diatas model kemudian tekan-tekan dengan menggunakan ibu jari. Perhatikan
saat menekan malam dengan ibu jari jangan sampai merobek lembaran malam, jika malam menjadi keras
panaskan kembali diatas lampu spirtus.
5. Setelah semua permukaan malam menempel pada model,potong malam sesuai dengan garis outline dengan
menggunakan pisau model dan pisau malam sesuai dengan kebutuhan. Merapikan seluruh tepi malam.
6. Hasil maksimal adalah seluruh malamdapat diaplikasikan pada model dengan ketebalan yang sama dan tepi
yang rapi sesuai garis outline, halus dan permukaannya rata.

Cara memanipulasi wax :


1. malam sebelum dipanaskan adalah mudah mengalami flaking/ patah/ robek karena struktur bentuk kristalnya.
2. pemanasan secara merata pada seluruh permukaan malam akan menjadikan malam mudah dimanupilasikan
pada model.
3. bila sisi yang dipanaskan hanya sebagian maka panas tidak akan disebarkan ke sisi lain sehingga sisi tempat
pemanasan akan mencair.
4. pemanasan yang merata akan mengurangi tegangan dalam.
5. untuk malam inlay cor, harus hati-hati bila melunakan batangan malam agar tidak terlalu panas.
6. malam diputar-putar sampai mengkilap kemudian dijauhkan dari api. Hal ini diulang sampai malam menjadi
hangat seluruhnya.
7. malam kemudian diuli dan dibentuk kedalam kavitas preparasi.
8. tekanan harus diaplikasikan dengan jari / meminta pasien menggigit malam.
9. malam menjadi dingin secara berangsur-angsur pada temperatur mulut, tidak perlu direndam pada air dingin.

PERBEDAAN LEMPENG GIGIT DAN BASIS GIGI TIRUAN


Lempeng gigit merupakan model kerja yang terbuat dari malam yang jika di proses lebih lanjut akan menjadi
basis gigi tiruan. Proses tersebut meliputi :

1. Lempeng gigit yang melekat rapat pada modelnya didiapkan. Lakukan kontur sederhana dengan merapikan
seluruh permukaan lempeng gigit sampai rata, halus dan mengkilat.
2. Selanjutnya untuk tahap penanaman siapkan kuvet, begel portabel, gips putih, gips biru, vaselin
3. Ulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan vaselin kecuali pada model malam
4. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal. Tuang ke dalam kuvet bawah, kemudian
meletakkan model ke dalam kuvet, untuk model rahang atas dengan kemiringan 45’ dan rahang bawah tegak
lurus 90’
5. Setelahh gips mencapai final setting, ulasi seluruh permukaan dengan vaselin kecuali model malam, aduk gips
biru dengan konsistensi kental, ulasi seluruh permukaan model malam dengan gips biru.
6. Setelah gips biru mencapai final setting, katupkan kuvet lawan, lalu aduk gips putih lalu tuangkan ke dalam
kuvet. Letakkan kuvet ke dalam press portable kemudian press dengan kekuatan maksimal lalu biarkan gips
mencapai final detting.
7. Didihkan air dalam kompor lalu masukkan kuvet dan press begel ke dalam panci lalu biarkan selama 5 menit.
8. Setelah 5 menit angkat kuvet dan begel portable lalu buka press begel hingga kuve terlepas, lalu pisahkan
kuvet lawannya
9. Setelah kuvet terpisah, pastikan seluruh daerah mould space terbebas dari malam
10. Tahap selanjutnya adalah packing akrilik
11. Setelah proses pemasakan akrilik selesai maka akan menjadi basis gigi tiruan akrilik.
3.1.2.4 ZnO-eugenol
Zinc oxide eugenol (ZOE) adalah suatu material dibuat dengan kombinasi dari seng oksida dan eugenol (yang
terkandung dalam minyak cengkeh. Sebuah reaksi asam-basa terjadi dengan pembentukan kelat eugenolate
seng. Reaksi ini dikatalisis oleh air dan dipercepat oleh kehadiran garam logam. ZOE dapat digunakan sebagai
bahan mengisi atau semen dalam kedokteran gigi. [1] [2] Hal ini sering digunakan dalam kedokteran gigi ketika
pembusukan sangat mendalam atau sangat dekat dengan ruang saraf atau bubur kertas. Karena di dalam
jaringan gigi, yaitu pulp, bereaksi buruk terhadap rangsangan pengeboran (panas dan getaran), itu sering
menjadi sangat meradang dan presipitat suatu kondisi yang disebut pulpitis akut atau kronis. Kondisi ini biasanya
mengarah ke sensitivitas gigi kronis yang parah atau sakit gigi aktual dan kemudian dapat hanya diperlakukan
dengan pencabutan saraf (pulp) yang disebut terapi saluran akar.
Penempatan dari ZOE "sementara" selama beberapa sampai beberapa hari sebelum penempatan mengisi akhir
biasanya mencegah sensitivitas atau sakit gigi dan karena itu, sebagian besar kali, menghalangi kebutuhan yang
mahal dan memakan waktu prosedur saluran akar. Hal ini diklasifikasikan sebagai perantara bahan restoratif dan
telah anestesi dan antibakteri properti. Hal ini kadang-kadang digunakan dalam pengelolaan karies gigi sebagai
"sementara mengisi". ZOE semen diperkenalkan di1 890-an.
Seng oksida eugenol juga digunakan sebagai bahan kesan lengkap selama konstruksi gigi palsu dan digunakan
dalam teknik mucostatic mengambil tayangan.
Seng oksida eugenol juga digunakan sebagai antimikroba aditif dalam cat.

Komposisi
a. Zinc oxide 69%,
b. Putih damar 29,3%
c. Zinc Stearate 2% (bertindaksebagaiakselerator)
d.Sengasetat0.7%(meningkatkankekuatan)

ZOE kemasan pasta yang dibagikan sebagai dua pasta terpisah. Satu tabung mengandung seng oksida dan
sayur atau minyak mineral, yang lain mengandung eugenol dan damar. Sayur atau minyak mineral bertindak
sebagai sebuah plasticizer dan membantu mengimbangi tindakan dari eugenol sebagai iritasi.
Minyak cengkeh, yang mengandung 70% hingga 85% eugenol, kadang-kadang digunakan dalam preferensi
untuk eugenol karena kurang menghasilkan sensasi terbakar pasien ketika kontak pada jaringan lunak.
Penambahan damar ke pasta dalam tabung kedua memfasilitasi kecepatan reaksi dan hasil yang lebih halus,
lebih homogen produk.
Kanada balsam dan Peru balsam sering digunakan untuk meningkatkan aliran dan meningkatkan sifat
pencampuran. Jika pasta campuran terlalu kurus atau kekurangan tubuh sebelum set, pengisi (seperti lilin) atau
bubuk inert (seperti kaolin, bedak, atau diatomaceous bumi) dapat ditambahkan ke salah satu atau kedua dari
pasta asli.
Properties of Zinc-Oxide Eugenol
Konstituen yang khas pasta seng oksida eugenol adalah:
a. BASE PASTE
Seng oksida
Inert minyak (plasticiser)
Terhidrogenasi resin (meningkatkan pengaturan waktu dan meningkatkan kohesi)

b. REACTOR PASTE
Eugenol
Zinc asetat (pedalgas)
Pengisi (talek atau kaolin)
Beberapa pasta mengandung eugenol pengganti misalnya asam karboksilat. 2 pasta datang dalam warna-warna
kontras dan dibagikan dalam rasio 1:1. Mereka dicampur untuk memberikan pasta bahkan warna.
Himpunan berisi materi yang tidak bereaksi baik beberapa seng oksida dan eugenol.Setiap gerakan dari nampan
sebagai pasta adalah pengerasan akan menyebabkan cacat, kesan tidak akurat.
Pengaturan waktu tergantung pada:
1. Accelerator tambahan (misalnya seng asetat, asamasetat)
2. Paparan kelembaban pada pencampuran atau penambahan air akanmempercepat reaksi
3. Peningkatan suhu menyebabkan reaksi yang lebih cepat pengaturan.
Pengaturan waktu biasanya 4-5 menit.
PROPERTIES
a. Non toxic
b. Kepatuhan terhadap jaringan
c. Mucostatic atau mucocodisplacive (tergantung pada merek yang digunakan).
Baik permukaan detail dibagian tipis,
d. Stabilitas dimensi yang baik (sedikit atau tidak ada perubahan tentang pengaturan dimensi, 0.1% dimensi
berubah selama pengaturan)
e. Dapat ditambahkan kesegar seng oksida eugenol
f. Stabil dirak penyimpanan dan baik kehidupan

KEUNTUNGAN

1. Stabilitas dimensi
2. Bagus permukaan detail
3. Dapat ditambahkan
4. Mucostatic atau mucocodisplacive

Kekurangan

1. Tidak dapat digunakan dalam sangat dalam memotong


2. Hanya set cepat di bagian tipis
3. Eugenol alergi pada beberapa pasien

3.1.3 Elastic
3.1.3.1 Aqueous Hydrocolloids
3.1.3.1.1 Agar (reversible)
Komposisi
Agar (14%): berfungsi sebagai koloida,
Borax (0,2%): berfunsi memperkuat gel, tetapi memperlambat waktu setting bahan gips keras.
Natrium sulfat (2%): berfungsi mempercepat waktu setting gips keras,
Air (83,8%): berfungsi sebagai media tempat tersebarnya koloida.
Sifat
• Sifat rheologi : Bahan ini dapat dibuat cukup encer sehingga seandainya dikerjakan dengan benar sanggup
mencetak detail yang halus.
• Bahan yang terlebih dahulu mengeras adalah bagian yang berkontak dengan sendok karena bagian ini lebih
dingin daripada jaringan. Jadi bahan yang berkontak dengan jaringan berada dalam keadaan cair agak lama dan
dapat mengalir sehingga mengeliminer bagian cetakan yang kurang sempurna yang diakibatkan oleh adanya
perubahan dimensi atau karena bergeraknya sendok cetak.
• Bahan yang telah set dapat dikeluarkan melalui undercut. Adhesi agar dengan logam sangat jelek sehingga
perlu dipergunakan sendok cetak yang berlubang-lubang.
• Model sebaiknya diisi langsung setelah pencetakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya syneresis dan
imhibisi.
• Sifat kompatibel terhadap bahan model tergantung pada senyawa kimia yang terkandung pada bahan cetak.
Tanpa adanya akselerator untuk setting stone (missal K2SO4) dapat diperoleh permukaan yang halus.
• Bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi.
• Waktu settingnya agak lambat, kecuali apabila diberi pendinginan yang efisien.
• Tahan cukup lama dipakai. Bahan dapat dipergunakan berulang dan dapat disterilisasi. Hilangnya air dapat
terjadi dengan diikuti oleh peningkatan kekentalan sol. Apabila perlu ditambah air.

Manipulasi
• Bahan tersedia dalam container yang disegel untuk mencegah penguapan air. Bahan ini dibuat menjadi cairan
dengan cara memanaskan tabungnya dalam air mendidih selama kira-kira 10 menit.
• Tabung dikocok sampai isinya tercampur rata, lalu dibiarkan sampai dingin (45ºC), baru dipindahkan dari
tabung ke dalam sendok cetak.
• Dibiarkan dalam posisinya di dalam mulut sampai menjadi gel.
• Pembentukan gel agak lambat, ini dapat dipercepat dengan menyemprot sendok cetaknya dengan air dingin
atau mempergunakan sendok cetak yang memiliki saluran-saluran melalui mana mengalir air dingin.
• Dibutuhkannya suhu yang lebih tinggi untuk memindahkan keadaan dari gel ke sol daripada dari sol ke gel.

Aplikasi/Penggunaan
Bahan ini dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan pencetakan prostodonsia dan pekerjaan mahkota dan
jembatan.
3.1.3.1.2 Alginate (irreversible)
Komposisi
Komponene utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversible adalah salah satu alginate yang larut dalam air,
seperti natrium, kalium, atau alginate trietanolamin. Bila alginate larut dicampur dengan air, bahan tersebut
membentuk sol. Berat molekul dari campuran alginate amat bervariasi, tergantung pada buatan pabrik.
Tabel komposisi bahan cetak alginate:

Konstitusi Persentase Fungsi


1. Larutan garam asam alganik (Na, K, ammonium alginate
2. Garam kalsium alginate (kalsium sulfat dihidrat)
3. Trisodium phosphate
4. Bahan pengisi (tanah diatom)
5. Siliko fluoride

6. Bahan pewangi

7. Indicator kimia 12

12

70

Sedikit

Sedikit

Sedikit

Bereaksi dengan ion Ca2+ Menghasilakan gel kalsium alginate

Melepas ion Ca untuk bereaksi dengan alginate

Menghalangi pembentukan gel


Memperkuat gel

Memperbaiki permukaan model stone


Agar lebih disenangi pasien
Untuk menunjukkan waktu perbedaan manipulasi

Manipulasi
Alat: - Mangkuk karet (bowl)
- Spatula
- Sendok cetak
alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih untuk menghindari kontaminasi, karena kontaminasi dapat
mempercepat waktu setting.
a. Menakar bubuk dan air
b. Memasukkan bubuk alginate ke dalam bowl yang telah diisi air
Air yang digunakan umumnya air dalam suhu kamar. Untuk memepercepat setting, digunakan air hangat.
Sedangkan untuk memeperlambat setting, digunakan air dingin.
c. Mengaduk bahan
Menggunakan teknik angka delapan (8) dengan cara dihentakkan dan ditekan pada dinding mangkuk karet. Ini
dilakukan untuk mengeluarkan gelembung udara. Pengadukan dihentikan sampai campuran bahan seperti krim
dan tidak menetes dari spatula ketika diangkat dari mangkuk.
d. Campuran bahan diletakkan pada sendok cetak kemudian dimasukkan ke dalam mulut.
e. Setelah bahan cetak terlihat elastic, kemudian dikeluarkan secara tiba-tiba untuk menjamin keadaan
elastisitas yang paling baik.
f. Setelah dikeluarkan:
i. Hasil cetakan disiram dengan air dingin untuk menghilangkan saliva
ii. Ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah syneresis
iii. Diisi dengan gips sesegera mungkin, yaitu tidak lebih dari 15 menit.
Sifat
a. Ketetapan
i. Sifat rheologi: alginate cukup encer untuk sanggup mencatat detail halus dalam mulut
ii. Reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, sehingga bahan yang menempel pada jaringan
akan berkontal lebih dulu
iii. Bahan cukup elastis untuk ditarik melalui undercut.
iv. Dimensi cetakan alginate tidak stabil pada penyimpanan. Hal ini disebabkan karena syneresis
v. Dapat kompatibel dengan model plaster atau stone
b. Tidak toksis, tidak mengiritasi, rasa dan bau dapat ditoleransi
c. Waktu setting tergantung komposisi dan suhu pencampuran
d. Tidak stabil jika disimpan dalam ruangan yang lembab atau kondisi yang lebih hangat dari suhu kamar.
Keuntungan
- Manipulasi mudah
- Nyaman bagi pasien
- Murah
Fungsi
Bahan ini tidak digunakan untuk mencetak inlay, mahkota, dan pekerjaan jembatan, tetapi dipergunakan dengan
hasil sangat baik untuk cetakan prostetik dan ortodonsia.
3.1.3.2 Non-aqueous Elastomer
3.1.3.2.1 Polysulfide
1. Komposisi
Terdiri dari 2 pasta, yaitu :
a. Pasta basis : polisulfida, bahan pengisi 11-54% (titanium dioksida)
b. Pasta katalisator : PbO2, sulfur, minyak
2. Sifat-sifat
Setting time dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu semakin cepat setting time dari bahan cetak
polisulfida.
Elastisitas
Rheologi
Ketahanan terhadap robekan yang tinggi
Kestabilan dimensi
Biokompatibilitas yang baik
3. Keuntungan dan kerugian dari polisulfida
a. Keuntungan :
• Waktu kerjanya lama
• Terbukti akurat
• Ketahanan robek tinggi
• Harganya terjangkau
• Waktu penyimpanannya lama
b. Kerugian :
• Membutuhkan sendok cetak perseorangan
• Hidrofobik
• Berpotensi terhadap distorsi
• Aromanya mengganggu pasien
4. Manipulasi
Menekan pasta dengan panjang tertentu dari kedua pasta yang ditekan keluar dari tube kemasannya pada
lembaran pengaduk atau kaca pengaduk, pasta katalisator mula-mula dikumpulkan pada spatula tahan karat dan
kemudian didistribusikan di atas pasta basis, dan diaduk dilembar pengadukan. Massa yang diperoleh
dikumpulkan dengan bilah spatula dan kembali diaduk merata. Proses tersebut dilanjutkan sampai pasta adukan
berwarna seragam, tanpa terlihat garis warna basis atau katalis pada adukan. Bila adukan tidak homogen,
proses pengerasan tidak akan berlangsung seragam, dan diperoleh hasil cetakan yang mengalami distorsi.
3.1.3.2.2 Silikon
Komposisi :bahan cetak silicon kondensasi dikemas sebagai pasta basis dan suatu pasta katalis atau cairan
dengan kekentalan rendah. Karena polimer silicon merupakan suatu cairan ,silicon koloidal atau logam oksida
ukuran mikro ditambahkan sebagai pengisi untuk membentuk suatu pasta. Pemilihan dan penanganan dari filter
tersebutlah amatlah penting karena silicon memiliki tingkat energy kohesif yang rendah dan ,karena itu ,memiliki
interaksi antar molekul yang lemah. Seringkali partikel pengisi terpisah dari polimer ,dan bahan yang dicampur
Nampak seperti 2 komponen.pengaruh pengisi terhadap kekuatan adalah hal yang lebih penting untuk suatu
elastomer silicon dibandingkan untuk bahan cetak lainnya. Partikel yang lebih kecil cenderung untuk berkumpul
bersama-sama tetapi partikel yang lebih besar tidak berperan untuk memperkuat. Partikel seringkali diterapi
untuk mendapat kecocokan yang lebih baik dan memperkuat karet silicon. Bahan dengan kekentalan tinggi
,biasa disebut dengan ‘putty’ (seperti dempul), dikembangkan untuk mengatur pengerutan polimerisasi yang
besar dari bahan cetak silicon kondensasi. Bahan ‘putty’ ini mengandung pengisi cukup banyak sehingga polimer
yang ada menjadi lebih sedikit dan pengerutan polimerisasinya juga lebih kecil. Karena bahan memiliki
konsentrasi partikel pengisi yang lebih besar ,sifat bahan cetak terpengaruh oleh sifat bahan pengisi. Jadi
,ekspansi termal keseluruhan lebih sedikit dibandingkan polimer karena partikel pengisi memiliki koefesien
ekspansi termal yang lebih kecil.
Sifat sifat bahan cetak silicon :
• Elastisitas. Sifat elastic bahan cetak silicon kondensasi lebih ideal dibandingkan polisulfida. Bahan cetak ini
menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat kembali ke bentuk semula dengan cepat bila diregangkan.
Seperti polisulfida ,bahan ini tidak terlalu kaku sehingga tidak sulit mengeluarkannya dari undercut tanpa
menyebabkan distorsi.
• Rheologi. Karakteristik viskoelastik bahan ini menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat memberikan respons
elastic (melenting seperti pegas) atau seperti cairan kental yang mudah mengalami deformasi permanen (tidak
pernah kembali ke tempat yang tepat sama ,seperti bercak kotor). Bahan ini cenderung bereaksi sebagai elastic
bila diregangkan dengan cepat ,jadi cetakan harus dikeluarkan dengan cepat sehingga deformasi yang terjadi
adalah elastic dan dapat kembali ke bentuk semula. Regangan yang diperlama dengan mengeluarkan cetakan
perlahan-lahan meningkatkan kesempatan terjadinya deformasi permanen karena rantai polimer bereaksi dalam
cara seperti cairan kental. Kebanyakan konsistensi bahan kondensasi adalah putty dan wash. Bahan putty
merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan wash adalah setara dengan light body atau bahan
dalam semprit.
• Stabilitas dimensi. Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silicon kondensasi memerlukan suatu
modifikasi teknik pembuatan cetakan supaya menghasilkan cetakan yang akurat. Teknik putty-wash digunakan
untuk silicon kondensasi. Teknik ini dapat mengimbangi kestabilan dimensi yang buruk dari bahan ini.
Banyaknya kontraksi linier adalah lebih dari 2-4 kali dibandingkan dengan bahan cetak lainnya.
• Biokompatibilitas. Silicon dalah salah satu bahan yang dapat diterima secara biologi. Jadi ,amat tidak mungkin
bahan cetak kondensasi silicon menyebabkna masalah biokompatibilitas.
Ada 2 jenis bahan cetak ,yaitu :
• Polysiloxanes
Keuntungan bahan ini adalah :waktu kerja 5-7 menit ,aromanya enak ,sebaiknya hasil cetakan dicor dalam 1
jam.
• Polyvinylsiloxanes
Bahan ini paling akurat ,paling sedikit mengalami pengerutan polimerisasi ,distorsi sangat rendah ,waktu kerja 3-
5 menit ,masih dapat dicor sampai 1 minggu setelah pencetakan.
Macam-macam teknik mencetak :
1. Teknik adonan ganda.
Masalah jika disediakan sendok cetak khusus bahan polisufid, cetakan sebaiknya segera dicor tetapi
penyimpanan sampai 24 jam masih dapat diterima. Diperlukan relief liquid foil pada dinding-dinding aksial model.
Alasan pemilihan, adanya penyusutan polimerisasi masih memungkinkan membuat mahkota yang cukup longgar
sehingga tersedia tempat bagi larutan semen dan mahkota dapat duduk rapat pada bahu. Tepi-tepi yang tipis
tidak mudah robek seperti pada silikon. Warna cokelat disebabkan karena katalis yang membuat bahan-bahan
ini mudah diperiksa detail hasil reproduksinya dan adanya cacat. Untuk mencetak preparasi beberapa mahkota
vener penuh dan jembatan. Jika tidak tersedia sendok cetak khusus menggunakan bahan silikon (Tipe II) untuk
mencetak preparasi intrakoronal (mahkota ¾ dan inlai) teknik adonan ganda silikon (tipe II) :
a. dengan putty (tidak ada sendok cetak khusus).
b. Mengganti putty dengan pasta heavy body (diperlukan sendok cetak khusus).
Bahan silikon adalah pengeras tambahan oleh karenanya sangat akurat dan tidak menyusut pada polimerisasi
atau penyimpanan. Oleh karena itu bahan ini dapat disimpan sampai waktu tak terbatas sebelum pengecoran.
Teknik pencetakkan elastomer dengan teknik adonan ganda (untuk heavy dan liquid bodied polysulphide atau
putty dan light bodied silicone).
Buat sendok cetak khusus yang menutupi seluruh lingkung tetapi tidak menutupi palatum (sulkus bukal)
(palatum hanya diperlukan jika akan dibuat bar palatal, seperti pada gambaran spring contilever). Dua lapis
lempeng malam basis yang keras di atas model akan memberikan ruang yang cukup untuk bahan cetak. Berikan
adhesif pada permukaan sendok cetak. Aduk selama 45-60 detik bahan-bahan light dan heavy bodied dengan
panjang yang sama sehingga menghasilkan masa yang homogen.
Keluarkan ganjal gingiva keringkan seluruh preparasi. Tempatkan bahan light-bodied dalam semprit (syringe)
dan infeksikan disekeliling preparasi. Masukkan bahan heavy bodied dalam sendok dan tempatkan pada
posisinya ke atas seluruh lengkung (aliran udara secara perlahan dengan semprotan udara dapat membantu
menyebarkan bahan light bodied diatas permukaan preparasi).
Tahan sendok pada posisinya dengan tekanan
jari yang ringan selama 4-7 menit sesuai dengan petunjuk pabrik. Dianjurkan untuk menahan cetakan pada
posisinya selama 2 menit setelah bahan terlihat mengeras. Hal ini disebabkan karena bahan memperlihatkan
reaksi pengerasan yang berlanjut dan jika masih banyak polimerisasi yang terjadi setelah pengeluaran sendok
cetak hal ini akan mengakibatkan perubahan bentuk.
Variasi : jika tidak tersedia
sendok cetak khusus dapat dipergunakan putty di kombinasikan bahan light bedied (hanya silikon).
2. Teknik dan tahap (putty dan wash) tanpa spacer.
Untuk mencetak preparasi bebarapa mahkota vener penuh dan jembatan. Masalah jika tidak tersedia sendok
cetak khusus sebaiknya cetakan ini dicor dalam 1 jam karena penyusutan yang terjadi sesudah proses
polimerisasi lebih lanjut dan penguapan alkohol. Alasan pemilihan karena bahan masih mempunyai penyusutan
polimerisasi yang sangat besar, penyusutan bahan ini harus dijaga sesedikit mungkin dengan penggunaan
bahan putty tanpa spacer. Penyusutan yang terjadi masih memungkinkan dibuat mahkota yang cukup longgar
guna menyediakan tempat bagi larutan semen. Dengan atau tanpa sendok cetak khusus teknik dua tahap
dengan spacer (putty dan wash ; tidak ada sendok cetak khusus) Alasan pemilihan karena bahan ini sangat
elastik, tidak berubah bentuk sewaktu dikeluarkan dari underkut sekitar intrakoronal gigi yang dipreparasi. Bahan
silikon (tipe I). Teknik pencetakan elastomer dengan teknik dua tahap (untuk putty dan masih silikon
menggunakan spacer).
Sendok cetak
berlubang-lubang siap pakai bawah (palatum hanya diperlukan jika akan dibuat bar palatal). Bagaimanapun juga
sebaiknya sendok cetak harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang dapat merubah bentuk. Berikan adesif
pada permukaan sendok cetak. Campur putty base dan tetesan katalis pada yang disediakan
Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi. Masukan putty ke dalam sendok, tempatkan pada posisinya
dalam mulut. Tahan kurang lebih 3 menit hingga mengeras , sedikit perubahan bentuk tidaklah penting apabila
dipergunakan spacer. Keluarkan sendok dan keringkan
permukaannya. Buang spacer dan keluarkan ganjal gingival. Aduk bahan light bodied. Masukkan bahan light
bodied yang telah dicampur ke dalam cetakan di atas seluruh lengkung (tidak hanya di sekitar cetakkan pada
gigi yang telah dipreparasi). Suntikkan bahan light bodied
sekeliling gigi yang dipreparasi (penggunaan semprotan udara secara perlahan akan membantu dapat
membantu menyebarkan bahan light bodied di atas permukaan preparasi). Tempatkan kembali sendok cetak ke
dalam mulut dan tahan selama kira-kira 5 menit Gunakan tekanan jari yang ringan.
Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama kira-kira 5 menit. Gunakan tekanan jari yang
ringan
3. Teknik sekali aduk.
Untuk mencetak preparasi beberapa mahkota vener penuh dan jembatan jika tidak tersedia sendok cetak
khusus. Bahan polieter. Biasanya cetakan ini mempunyai daya tahan yang baik. Pada keadaan lembab, cetakan
ini sebaiknya dicor sesegera mungkin karena dapat menyerap air. Disini diperlukan pula liquid foil pada model.
Alasan pemilihan sederhana penggunaannya tetapi sulit dikeluarkan dari underkut dalam mulut dan pada model
setelah pengecoran. Hal ini disebabkan karena konsistensinya yang sangat keras setelah mengeras. Jangan
dipergunakan pada pasien yang mempunyai bakat alergi.
4. Teknik pencetakan pita tembaga (copper band) dikombinasi dengan cetakan alginat.
Untuk mencetak preparasi mahkota penuh tunggal. (khususnya cocok untuk cetakkan preparasi yang tipis
seperti gigi insisivus lateral atas dan gigi-gigi insisivus sentral serba lateral bawah. Juga sesuai untuk gigi non
vital dimana panas dari compound tidak menimbulkan trauma pulpa, dan pada kasus-kasus dimana perlu
mengatur jaringan lunak yang tumbuh berlebihan).
Bahan cetak compound dalam cincin tembaga untuk mencetak permukaan yang dipreparasi, dikombinasikan
dengan cetakan alginat dari seluruh lengkung rahang. Cetakan alginat harus disimpan dalam kantong plastik
yang tertutup. Algihard adalah bahan yang berguna karena dapat disimpan untuk periode yang lama. Alasan
pemilihan. Murah, karena tidak memerlukan sendok cetak khusus atau bahan mahal lain. Mudah untuk
mendapatkan cooper plated die yang kuat (lain dengan die stone yang lebih lemah biasanya dibuat pada
cetakan elastometik).
Teknik pencetakan untuk bahan non-elastik dengan pita tembaga dengan compound :
• Pilih ukuran pita yang sesuai (pita yang keras lebih mudah digunakan dari pada yang lunak). Sebaiknya sedikit
melewati tepi preparasi tanpa menjadi terlalu longgar. Pita yang telah longgar akan menjebak jaringan lunak
pada bahu preparasi.
• Pita merengang pita yang sedikit keseimbang kesempitan dapat di renggangkan dengan memasukkannya ke
sepasang jepitan howe dan sedikit membuka peganganya. Mungkin perlu untuk melakukan pengurangan pada
cincin tembaga yang keras dengan memanaskannya sampai kemerahan dan mendinginkannya dalam methyled
spiritus.
• Pita kontur, sesuaikan kontur supaya rapat dibawah tepi gingiva dan tandai permukaan bukalnya untuk
memudahkan mengenalinya sewaktu melakukan pencetakkan. Pembentukan kontur awal dengan pemotong Be-
Be dan diikuti dengan batu abrasif.
• Compound lunak. Panaskan grey stick compound panjang (kira-kira 4-5 cm) pada api bunsen sampai lunak
sampai pertengahan panjangnya. Masukkan ke dalam pita dan lunnakkan kembali dengan nyala api.
Penggunaan petroleum jelly akan mencegah kompound melekat pada jari-jari.
• Pencetakkan, letakkan permukaan yang bertanda dari band pada posisi bukal gigi dan dengan kokoh dorong
cetakan di atas gigi yang dipreparasi sampai melewati tepi gingiva. Pada kasus-kasus dimana terdapat inti dan
pasak, pemberian sedikit pasta anestesi topikal akan membuat pekerjaan ini cukup nyaman bagi gingiva tanpa
perlu melakukan injeksi anestesi lokal. Compound yang meluncur di atas preparasi akan mendorong darah dan
saliva pada satu sisi. Akhrinya compound dijepit pula posisinya oleh pita sewaktu mencapai tepi gingiva yang
berada sedikit dibelakang compound.
• Pendinginan, diinginkan cetakan dengan semprotan air sebelum mengeluarkannya.
• Pengeluaran, jika mengalami kesulitan pada waktu mengeluarkan pita, masukkan bur bulat no. 3 pada henpis
konvensional ke dalam pita, untuk membebaskan preparasi. Cetakan dapat dibiarkan pada henpis yang
memberikan pegangan tambahan. Sekarang dapat diberikan dorongan pada arah aksial.
3.1.3.2.3 Polyether
Elastomer jenis polyether ini diperkenalkan di jerman pada akhir tahun 1960an. Merupakan polimer berbasis
polyether yang diperkeras dengan reaksi antara cincin azridin, yang merupakan ujung cabang molekul polyether.
Rantai utama dapat merupakan suatu kopolimer etilen oksid dan tetrahidrofuran. Ikatan silang, dan kemudian
pengerasan, terjadi oleh jenis ester sulfonat aromatik. Bahan ini merupakan elastomerik pertama yang
dikembangkan terutama untuk berfungsi sebagai bahan cetak. Semua bahan lain diadaptasikan dari pengguna
lain.
c. Komposisi
Karet polyether dipasok berupa 2 pasta. Basis mengandung polimer polieter, suatu silika koloidal sebagai
pengisi, dan suatu bahan pembuat plastik seperti glikoleter atau ftalat. Pasta aselerator mengandung alkil
sulfonat aromatik sebagai tambahan terhadap bahan pengisi dan pembuat plastis.
d. Sifat
Sifat-sifat umum polyether :
2. Ketepatan,
(i). Keenceran bahan sebagian besar tergantung pada komposisinya. Beberapa polisulfida tersedia dengan
variasi kekentalan, misalnya light bodied untuk disuntikkan deengan spuit dan medium serta heavy bodied untuk
dipakai dengan sendok cetak. Pasta elastomer yang belum dicampur biasanya berbentuk pseudoplastis.
(ii). Terjadi sedikit kontarksi sewaktu bahan setting, disebabkan oleh karena adanya kontraksi polimerisasi. Juga
dapat terjadi kontraksi sewaktu pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar.
(iii). Bahan ini cukup elastis dan sanggup ditarik melalui undercut. Pada umumnya lebih kuat dan tidak mudah
patah dibandingkan dengan alginate. Bahn polyether lebih keras bila dibandingkan dengan elastomer lainnya,
karena itu lebih sukar dibuka.
(iv). Pada penyimpanan dapat terjadi kontraksi sebagai akibat terus berlangsungnya polimerisasi. Penguapan
hasil sampingan yang mudah terbang, merupakan sumber kontraksi lain. Stabilitas dimensionil polyether sangant
jelek pada udara yang lembab.
(v). Bahan ini pada umumnya kompatibeldengan bahan model dan die, meskipun dapat menyebabkan sedikit
lunak pada permukaan gips keras. Evolusi awal hidrogen dari bahan yang mengandung organo-hydrogen
siloksan menyebabkan timbulnya bintil-bintil pada permukaan stone.
2. Pada umumnya bahan ini tidak toksis dan tidak mengiritasi. Beberapa pasta elastomer yang mengandung
lead dioksida mempunyai bau dan rasa yang tidak menyenangkan.
3. Waktu setting tergantung pada komposisi bahan misal, jumlah pereaksi dan sebagainya. Terdapat air dan
suhu yang tinggi juga mempercepat waktu setting polisulfida.
4. Stabilitas bahan yang belum dicampur pada penyimpanan tidak selalu ideal, beberapa pereaksi tidak stabil
setelah lebih dari 2 tahun, tetapi dapat tahan lebih lama bila disimpan pada refrigator.
5. Biokompabilitas, Pada awalnya, ada kekhawatiran tentang kesensitivan terhadap sistem katalis polyether.
Dermatitis kontak akibat polyether, khususnya pada asiten dokter gigi telah dilaporkan. Namun, penelitian akahir-
akhir ini menunjukkan tidak ada efek sitotoksik yang berhubungan dengan katalis imin. Bahan cetak polyether
yang mengeras memang menghasilkan nilai toksisitas sel tertinggi dan jumlah sel hidup terendah setelah
pemaparan berulang.
c. Manipulasi
Awalnya polyether dikemas hanya dalam 1 kekentalan. Bahan pseudoplastis memungkinkan satu adukan
digunakan baik untuk bahan semprit maupun sendok cetak. Kemudian, pabrik pembuat menyediakan pasta
tambahn yang dapat digunakan untuk menghasilkan suatu adukan pengencer. Komponen bahan memerlukan
perumusan ulang untuk mengadaptasi bahan bila ingin digunakan dengan alat pengaduk otomatis. Meskipun
alat ini dapat digunakan dengan berhasil, kebanyakan polyether masih diaduk dengan menggunakan tangan.
Selain itu untuk bersaing dengan silikon tambahan, pabrik pembuat menyadari bahwa klinisi lebih menyukai
beragam viskositas dari vinyl polysiloxane. Jadi polyether diubah sehingga dapat dipasok dengan keragaman
viskositas. Sebagai akibatnya, kekerasan polyehter juga berkurang.
1. Waktu kerja dan pengerasan
Kecepatan pengerasan polyether kurang sensitif terhadap perubahan temperatur dibandingkan dengan silikon
tambahan. Modifikasi rasio basis dan aselerator dapat digunakan untuk memperlama waktu kerja. Penggunaan
bahan pengencer juga memperpanjang waktu kerja dengan hanya sedikit meningkatkan waktu pengerasan.
Sebagai tambahan untuk mengurangi kekentalan bahan yang belum mengeras, pengencer mengubah sifat
bahan yang telah mengeras. Modulus elastik atau kekerasan bahan yang mengeras berkuran tanpa
meningkatkan deformasi permanen, atau aliran bahan. Untuk dipergunakan dengan polyether juga tersedia
bahan retarder yang dapat memperlama waktu kerja tanpa mengurangi sifat elastik atau meningkatkan
pengerutan polimerisasi.
2. Elastisitas
Polyether selalu dianggap bahan cetak yang palin keras, tidak termasuk bahan putty viskositas tinggi. Awalnya
bahan ini amat sulit dikeluarkan dari daerah undercut karena memiliki modulus elastisitas yang tinggi. Beberapa
formulasi baru dari bahan bervikositas reguler atau sedang sebenarnya kurang keras bila dibandinkan bahan
cetak vinyl polysiloxane hidrofilik satu tahap. Hasil uji komprensi menunjukkan bahwa polyether sedikit kurang
elastik bila dibandingkan dengan vinyl polysiloxane.
3. Kestabilan dimensi
Perubahan dimensi bahan cetak polyether sedikit. Seperti silikon tambahan, polyether tidak memiliki reaksi
samping. Meskipun polimerisasi residual terus terjadisetelah waktu pengerasan secara klinik, hal tersebut lebih
pendek bia dibandingkan dengan bahan cetak polisulfid. Kekerasan bahan berarti bahwa gaya yang diperlukan
untuk mengeluarkan cetakan lebih besar bagi bahancetak polyether dibandingkan jenis bahan lain.
d. Aplikasi
Penggunaan utama bahan elastomer adalah untuk cetakan inlay, mahkota dan pekerjaan jembatan, atau untuk
gigi tiruan sebagian apabila ditemukan undercut yang sangat besar, sehingga apabila digunakan cetakan
alginate dapat patah sewaktu dilepas dari jaringan. Oleh karena harganya yang mahal, bahan ini tidak sering
dipergunakan pada pencetakan yang membutuhkan jumlah bahan cetak yang besar.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Klasifikasi bahan cetak kedokteran gigi :
[a] Bahan yang kaku / non elaatis
• Plaster Of Paris
• Impression composition (coumpound)
• Zinc oksid- eugenol dan pasta sejenisnya
• Bahan cetak dari wax
[b] Bahan yang elastis
• Hydrocolloid
- Reversible : Agar
- Irreversible : Alginat
• Elastomer
- Plysulphida (Rubber Base, Mercapatan, Thiokol)
- Silikon (Xantopren, Optosil, Reprosil,President)
Polyether (Impregum Polysulfide)

Macam-macam teknik mencetak :


a. Teknik adonan ganda.
b. Teknik dan tahap (putty dan wash) tanpa spacer.
c. Teknik sekali aduk
d. Teknik pencetakan pita tembaga (copper band) dikombinasi dengan cetakan alginat

2. Mengapa awal kunjungan memakai bahan ireversible dan kunjungan kedua memakai elastomer?
Pada dasarnya antara kunjungan pertama dan kunjungan kedua jelas berbeda tetapi semua tergantung dari
keputusan masing-masing dokter gigi.
Dimana saat pasien dating pada kunjungan pertama. Hal ini bertujuan untuk membuat cetakan model study
dengan bahan Hydrokoloid dalam hal ini adalah Alginat. alasan pertama adalah karena bahan Alginat lebih
murah dibandingkan dengan bahan Elastomer dan bahan alginate mudah didapatkan serta bahan Alginat
banyak disukai pasien karena memiliki rasa bervariasi dan pecetakan menggunakan Alginat ini hanya
diperuntukan untuk mencetak model study saja.

3. Cetakan menurut Soelarko dan Herman(1980):


A. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan yang tidak menghiraukan tertekan atau
tidaknya mukosa.
Cetakan dilakukan dengan menggunakan sendok cetak biasa (stock tray).
Bahan yang dipakai biasanya adalah alginat dan compound.
Hasil cetakan digunakan sebagai model studi.
B. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak
dan tak bergerak, juga memperhatikan tertekannya mukosa. Cetakan dilakukan dengan menggunakan sendok
cetak individual (terbuat dari shellac/selfcuringacrilic). Hasil cetakan digunakan sebagai model kerja.

4. Beda alginat reguler set dan fast set


Sebelum mengetahui perbedaan kedua jenis alginat tersebut, akan dijelaskan mengenai proses gelasi dari
bahan cetak jenis alginat. Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut
air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Kalsium sulfat bereaksi dengan
cepat membentuk kalsium alginat tidak larut dari kalium atau natrium alginat dalam suatu larutan cair. Produksi
kalsium alginat ini begitu cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja. Jadi, suatu garam larut air
ketiga, seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja. Strateginya adalah
kalsium sulfat akan lebih suka bereaksi dengan garam lain dibanding alginat larut air. Jadi, reaksi antara kalsium
sulfat dan alginat larut air dapat dicegah asalkan ada trinatrium fosfat yang tidak bereaksi. Sebagai contoh, bila
sejumlah kalsium sulfat, kalium alginat, dan trinatrium fosfat dicampur dan sebagian atau seluruhnya dilarutkan
dalam air dengan proporsi yang tepat, reaksi berikut terjadi pertama kali :

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4


Bila pasokan trinatrium fosfat menipis, ion kalsium mulai bereaksi dengan kalium alginat untuk membuat kalsium
alginat sebagai berikut :

K2nAlg + n CaSO4 nK2SO4 + CanAlg


Garam yang ditambahkan dikenal sebagai retarder (baham pelambat). Ada sejumlah garam larut air yang dapat
digunakan, seperti natrium atau kalium fosfat, kalium oksalat, atau kalium karbonat, trinatrium fosfat, natrium
tripolifosfat, dan tetranatrium pirofosfat. Dua nama yang terakhir adalah yang paling sering digunakan dewasa
ini. Sejumlah retarder harus disesuaikan dengan hati-hati untuk mendapat waktu gelasi yang tepat. Umumnya
bila kira-kira 15 g bubuk dicampur 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu sekitar 3-4 menit pada temperatur
ruangan.
Peranan pabrik dalam memproduksi jenis alginat yang memiliki waktu setting fast dan regular tergantung dari
pemberian retarder pada bahan alginat tersebut. Pada jenis alginat yang berjenis fast, memiliki retarder lebih
sedikit dibandingkan dengan jenis alginat yang regular set. Hal ini dikarenakan semakin banyak retarder yang
ditambahkan dalam suatu bahan alginat, semakin lama waktu setting bahan tersebut, sebab kalsium alginat tidak
dapat terbentuk sesuai dengan yang dijelaskan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Jack L. Ferracane, Bahan dalam Kedokteran Gigi: Prinsip dan Aplikasi, 2001, 2d Edition, Lippincott Williams &
Wilkins, ISBN 0781727332

Richard van Noort, 2002, Introduction to Dental Material, 2d Edition, Elsevier Health Sciences, ISBN 0723432155

Anusavice, Kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 10. Jakarta : EGC.

Combe, E. C. 1992. Sari Dental Material. Jakarta : Balai pustaka.


Resin Akrilik
Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang. 1
Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses rehabilitatif, untuk pelat
ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge.
A.    Klasifikasi
Menurut American Dental Asociation (ADA), resin akrilik dibedakan menjadi dua, yaitu :2
1.      Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat-Cured Polymerization).
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi
peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan
mengawali proses polimerisasi.
2.      Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self-Cured Autopolymerizing/Resin Cold Curing).
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.
Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan
dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penembahan
amintersier terhadapa monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier
akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan
polimerisasi dimulai.
B.     Komposisi
Berikut adalah table komposisi dari resin akrilik.3
Polymer Butir polymetakrilat
POWDER Initiator Peroxide seperti benzoil peroxide
Pigmen Salt dari cadmium of Iron atau organic dyes
Monomer Methylmetacrylat
Cross-Linking Ethylenglycoldimethacrylate
LIQUID Agent Kira-kira 10%
Inhibitor Hydroquinone
Activator* N-dimethyl-P-toluidinol
*hanya pada self-curing materials.
C.     Sifat
Berikut adalah sifat dari resin akrilik.3
1.      Sifat Fisik
Dari penampilannya, resin akrilik memadai. Material tersedia dalam beragam nuansa. Resin
akrilik mengandung bermacam pigmen yang dapat dicocokkan pada jaringan pasien dalam
beberapa ras.
Nilai Tg dapat bervariasi dari satu produk ke produk lain tergantung pada berat molekul rata-
rata dan level monomer residu. Sebuah nilai yang umum dari Tg untuk resin akrilik polimerisasi
panas adalah 1050C. Dimana nilai tersebut merupakan nilai yang lebih tinggi dari suhu dimana
basis peroleh selama servis normal. Nilai modulus elastic menurun dan bagaimanapun, potensi
creep meningkat jauh pada suhu yang mendekati Tg, dan pasien dapat menyebabkan distorsi
dengan merendam gigi tiruan dalam air mendidih. Nilai Tg untuk resin akrilik swapolimerisasi
biasanya lebih rendah daripada resin akrilik polimerisasi panas. Nilainya adalah sekitar 90 0C.
Bagaimanapun, ada kesempatan besar dari produk ini mengalami distorsi pada air mendidih.
Penggunaan air pada suhu diatas 650C dapat dihindari untuk merendam gigi tiruan. Nilai Tg dapat
berkurang menjadi 600C atau lebih rendah jika besar kuantitas dari jumlah molekul rendah atau
monomer residunya ada. Hal ini dapat terjadi jika material tidak cured dengan benar dan
kebanyakan terjadi di resin akrilik swapolimerisasi.
Resin akrilik memiliki nilai rendah terhadap gravitasi karena terbuat dari kelompok atom
bersinar, contohnya carbon, oxygen dan hydrogen.
Resin akrilik dapat digolongkan ke isolator yang baik. Konduktivitas noemalnya sekitar 100-
1000 kali lebih rendah dari nilai pada logam dan alloy.
2.      Sifat Mekanik
Dibandingkan dengan alloy seperti Co/Cr dan stainless steel, resin akrilik dapat dikatakan
lembut, lemah dan material yang fleksibel. Basis gigi tiruan dibuat dengan ketebalan yang
memadai, kaku, dan kuat.
Resin akrilik juga memiliki dampak yang relative rendah terhadap kekuatan dan jika basis ini
di jatuhkan pada permukaan kasar, maka kemungkinan terjadinya fraktur adalah tinggi. Dampak
kekuatan pada dasarnya adalah ukuran untuk ketangguhan material seperti mengukur energy yang
dibutuhkan untuk memulai retak melalui specimen dari dimensi yang diketahui.
Crazing terkadang dapat terjadi pada permukaan dari resin akrilik. Ini merupakan seri dari
permukaan retak yang memiliki efek melemahkan basis.
Angka kekerasan Vicker mengindikasikan bahwa polimer resin akrilik relative lembut,
terutama jika dibandingkan dengan alloy.
3.      Sifat Kimia dan Biologi
Resin akrilik lambat dalam menyerap air dan nilai ekuilibrium sekitar 2% absorpso dicapai
setelah beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan dari basis.
Absorpsi air dapat menyebabkan perubahan dimensi, walaupun hal ini dianggap tidak
signifikan.
Hal yang berhubungan dengan absorpsi air adalah kemampuan beberapa organism berkolon di
permukaan dari resin akrilik. Masih belum jelas apakah organism, seperti Candida albicans,
terdapat pada permukaan tepat dari gigi tiruan, atau mereka mempenetrasi lapisan luar resin.
Resin akrilik harus diperlakukan dengan tepat dan ditangani dengan hati-hati oleh teknisi
yang terlibat dalam manipulasi. Tingkat bubuk akrilik dan monomer MMA pada atmosfer harus
berada di batas minimal karena keduanya dapat berbahaya.
Monomer residu dari resin akrilik dapat mengiritasi jaringan dan menyebabkan alergi.
D.    Manipulasi
Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang cukup untuk
membasahi keseluruhan partikel polimer.
Ada dua jenis cara manipulasi resin akrilik, yaitu teknik molding-tekanan, dan teknik molding-
penyuntikan.2
1.      Teknik Molding-Tekanan
         Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
         Master model ditanam dalam dentak stone yang dibentuk dengan tepat.
         Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
         Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini, dental
stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan diletakkan
pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras.
         Setelah proses pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mold. Untuk
melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit.
Kuvet kemudian dikeluarkan/diangkat dari air dan kedua bagian kuvet
dibuka. Kemudian malam lunak dikeluarkan.
         Penempatan medium pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan
protesa.
2.      Teknik Molding-Penyuntikan
         Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master
diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan mengeras.
         Sprue diletakkan pada basis malam.
         Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka
untuk memudahkan pengeluaran protesa.
         Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua bagian kuvet dan
kemudian kuvet disatukan kembali.
         Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
         Resin dibiarkan dingin dan memadat.
         Kuvet dimasukkan ke dalam bak air untuk polimerisasi resin. Begitu bahan
terpolimerisasi, resin tambahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah
selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diproses akhir, dipoles.
DAFTAR PUSTAKA
   1.      http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22643/5/Chapter%20II.pdf
   2.      K. Anusavice. Philip’s Science and Dental Materials. 11th Ed. Elsevier Science. 2003
   3.      McCabe JF and Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Blackwell. Munksgaard.
2008   

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer
Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini
dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer merupakan reaksi polimerisasi
yang terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan, yang disebut
sebagai reaksi polimerisasi.8
2.2 Klasifikasi Bahan Cetak elastomer
Spesifikasi American Dental Association (ADA) menyebutkan beberapa jenis bahan
cetak elastomer berdasarkan bahan dasarnya yaitu silikon kondensasi, polieter, polisulfid dan
polyvinyl siloxane (silikon adisi). Masing-masing bahan tersebut dapat mencetak struktur rongga
mulut dengan cukup akurat untuk digunakan dalam pembuatan restorasi protesa cekat atau
lepasan. Bahan cetak ini dikemas dalam bentuk dua pasta yaitu pasta basis dan pasta
katalis.1,8,10,14,15
Pada umumnya, bahan cetak polieter dan silikon memiliki keunggulan tanpa bau. Di sisi
lain, silikon lebih unggul dibandingkan bahan cetak polisulfid dan polieter dari sudut pandang
lamanya penyimpanan.8
Bahan cetak yang ideal dapat mencetak struktur rongga mulut secara akurat, dikeluarkan
dari mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses laboraturium atau ketika diisi
stone. Begitu dikeluarkan dari mulut, cetakan harus dapat mempertahankan keakuratan
dimensinya.8
2.3 Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane (Adisi Silikon)
Bahan cetak Polyvinyl siloxane adalah elastomer polimerisasi adisi silikon yang
diperkenalkan pada tahun 1970 sebagai sistem dua pasta yaitu pasta basis dan pasta katalis. Sejak
waktu bahan cetak ini diperkenalkan secara luas di pasaran. Bahan cetak ini mempunyai
perubahan dimensi yang rendah, setting time yang relatif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pendek, tidak menghasilkan by product pada reaksi polimerisasi, dan mempunyai
stabilitas dimensi yang baik. Polyvinyl siloxane digunakan pada pembuatan gigi tiruan cekat,
tambalan, gigi tiruan lepasan dan implan.
2.3.1 Komposisi Bahan Cetak Polyvinyl Siloxane
Polyvinyl siloxane merupakan bahan cetak yang terdiri atas pasta basis dan katalis mengandung
vinil silikon. Dimana bahan ini merupakan modifikasi dari silikon kondensasi. Pasta basis
mengandung polymethyl hydrogen siloxane, serta pre-polimer siloxan lain. Pasta katalis
mengandung divinyl polidimetil siloxane dan pre-polimer siloxan lain. Bila pasta katalis
mengandung aktivator garam platinum, berarti pasta yang berlabel basis harus mengandung
hibrid silikon. Bahan retarder mungkin juga terdapat dalam pasta yang mengandung katalis
platinum. 8
Pasta Basis dan katalis juga mengandung bahan pengisi. Amorphous silica atau
flourcarbons digunakan sebagai bahan pengisi untuk meningkatkan dan memperbaiki sifat – sifat
pasta. Bahan pengisi secara normal berguna untuk meningkatkan bond strength antara bahan
pengisi dan polimer, yang mana berfungsi sebagai cross-linker. Warna agen yang ditambahkan
untuk membedakan pasta basis dan katalis dan untuk membantu evaluasi pengadukan. 7
Tabel 1. Komposisi bahan cetak polyvinyl Komponen
1,8
siloxane Pasta
Pasta basis
1. Polymethyl hydrogen siloxane (CH3 SiH)
2. Filler yang mengandung armophous silica
atau flourcarbons

Pasta katalis (accelerator)


1. Divinyl polidimetil siloxane

( CH2CHSiCH3 )

2. Filler yang mengandung armophous silica


atau flourcarbons
3. Platinum salt seperti chloroplatinic acid
sebagai katalis dan cross linking agent

Resin Akrilik
LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
RESIN AKRILIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak aplikasikan untuk pembuatan
anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan
hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita
mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan
serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat
secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan
mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara
polimer dan monomer.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan polymethyl methacrylate yang
terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran
(monomer) mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate.
Berdasarkan reaksinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic ( membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk membantu proes polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic ( dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).
3. Light Cured Acrylic Resin.

1.2 Tujuan
1. Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.
2. Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.
3. Mengetahui nilai Resin Akrilik sebagai bahan restorasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini berasal dari Asam Acrolain
atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi
atau arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan
dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan pesawat orthodontik
(orthodontik base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi
untuk mengganti gigi yang rusak.
Resin acrylic adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non metalik yang dibuat secara
sintetis dari bahan-bahan organic. Resin ini dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras
apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan monomer. Berdasarkan
polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk membantu proses
polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
3. Light Cured Acrylic Resin.

HEAT CURED ACRYLIC


Heat cured acrylic resin, komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:
1. Polymer (Bubuk):
i. Polymer; poly (methyl methacrylate).
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air
maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
ii. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
iii. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
i. Monomer: methyl methacrylate.
ii. Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah polymerisasi selama penyimpanan.
iii. Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene glycol dimethacrylate.
(E. combe 1992: 270)

Manipulasi Heat Cured Acrylic


Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer,
biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer
sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh
terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada
adonan acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila
terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.
Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang
tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan
monomer dicampuur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila ditarik akan membentuk serat
(stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk
sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer yang menguap, terutama
pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada
permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih singkat.

Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic


Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi
oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut
diisi dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could
mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage).
Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi di dalam gips sehingga
menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan dough
sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya
tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity.
Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat dan padat,
maka dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan
dilakukan dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara pengepresan yang benar
adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga cetak, kemudian kedua bagian
kuvet ditutup dan diselipi kertas selofan. Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic
dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic
dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet diambil dan dipindahkan pada
begel.

Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian (packing) dan pengepresan
perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus
diperhati-kan, lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan dapat dilakukan
dengan cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet.
Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit).
Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api
dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan
ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin
sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean beugel dimasukkan dan
ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara perlahan-lahan. Selama
pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam
polimer. Pendinginan secara perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena
perubahan plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol perbandingan antara monomer
dan polimer. Karena monomer mudah menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan
kurang sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic. Hal-hal yang menyebabkan
berkurangnya jumlah monomer adalah:
Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada temperature yang terlalu
rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic.
Porositas yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada
permukaan acrylic) dan gaseous porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada
bagian acrylic yang tebal dan jauh dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya crazing (retak) pada
permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer.
Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama
pada proses reparasi. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan denture yang
menyebabkan kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil
untuk lapisan cetakan maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini
hilang dari acrylic maka dapat menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture porselen atau bahan
lain seperti klamer dengan landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer berkontak dengan resin
dan dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)

SELF CURED ACRYLIC


Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya mengandung bahan activator
seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai
berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl
paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak mudah dilihat pada resin yang
diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer
pada suhu kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan mengandung lebih banyak
sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured.
Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured
menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam pemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl
methacrylate), polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan lebih
cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat terjadi penguningan setelah
beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)

Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang berantai panjang
(polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat
berolimerisasi oleh karena panas atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Polimerisasi pada suhu
tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu
rendah. Ada dua tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini
banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan
membentuk molekul ketiga yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil peroxide yang dibantu dengan activator (zat
kimia, sinar ultraviolet,atau pemanasan).a. Initiation
Tahap terbentukknya rantai polimer.b. Propagation
Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang ditandai dengan pertukaran sebuah atom
hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada rantai lain.c. Termination
Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk pertumbuhan selanjutnya.d. Chain Transfer

LIGHT CURED ACRYLIC RESIN


Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light).
Dengan cara ini terjadinya polimerisasi tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada
bagian permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat empat buah lampu
halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500 nm.

Syarat-syarat yang dibutuhkan resin acrylic :


a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidaak mudah mengalami perubahan
bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai sebagai bahan restorai yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna yang diperoleh
hendaknya tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.
Sifat-sifat fisik resin acrylic antara lain:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b. Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran panasnya sebesar 5,7x10-
4/detik/cm/0C/cm2
c. Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan. Penerutannya liniernya sebesar 0,47-
0,56%.
d. Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi larut dalam keton dan ester.
e. Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan
yang kasar.
f. Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan ekspansi linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat
menerima dengan baik.
i. Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau tekanan terus menerus dan
kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan tensile stress yang
menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer.
(E Combe 1992: 276)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


a. Alat :

• Pisau malam
• Pisau model
• Bowl dan spatula
• Kuvet dan begel portable
• Bunch press hidrolik
• Lampu spirtus
• Mixing jar
• Mesin pulas
• Macam-macam mata bur (sesuai kebutuhan)
• Straight dan contra h.p dan tali bur
• Masker
• Kompor dan panci
• Kuas kecil
• Chip blower
• Vibrator
• Trimmer

b. Bahan :
• Model spacer malam
• Vaselin
• Gips putih
• Gips biru
• Resin akrilik
• Baseplate wax
• Kertas gosok
• Air sabun
• CMS
• Celophan
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigi dari tahap pekerjaan praktikum malam.
2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa bergerak tak bergerak.
3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan lempeng gigit sampai rata, halus dan
mengkilat, digosok dengan air sabun untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada model malam.
4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable, gips putih, gips biru dan vaselin.
Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet, apakah pasangan kuvet sudah mudah dilepas? Dan melakukan
penanaman percobaan, memerikasa apakah seluruh model dapat termuat dalam kuvet, jika tidak melakukan
pengurangan tepi tepi model dengan cara mentrimmer model.
5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan vaselin kecuali model malam.
6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke dalam kuvet bawah diatas vibrator
hingga terisi penuh ¾ bagian, kemudian meletakkan model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o ,
mencobakan kuvet lawan memperhatikan jarak antara bagian tertinggi model dengan batas bibir atas kuvet
lawan, jarak ideal adalah 1 cm, setelah dicapai jarak yang sesuai melepas kembali kuvet lawan.
7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips pada kuvet, memperhatikan agar
jangan sampai ada daerah undercut, terakhir menggosok dengan kertas gosok sehingga seluruh permukan gips
menjadi rata dan halus.
8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan dengan vaselin kecuali model
malam, mengaduk gips biru secukupnya dengan konsistensi kental, mengolesi seluruh permukaan model malam
dengan gips biru dengan menggunakan kuas, merapikan dan menghindari terjadinya daerah undercut.
9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan, mengaduk gips putih kemudian
menuang ke dalam kuvet diatas vibrator sampai penuh, tutup kuvet, merapikan, membuang sisa sisa gips yang
keluar dari mulut kuvet. Meletakkan kuvet pada press portable kemudian peress dengan kekuatan maksimal lalu
membiarkan mencapi finnal setting.
10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap ini disiapkan kompor dan panci.
Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam
dalam air. Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci dibiarkan selama 5 menit.
11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci, membuka press portable hingga kuvet
terlepas, memisahkan kuvet atas dengan kuvet bawah, memperhatikan cara mengungkit.
12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat malam menyiram dengan air
mendidih, memastikan seluruh mould space bebas dari malam . Kemudian membiarkan setengah dingin.
13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas, mengulasi seluruh permukaan model
dengan menggunakan bahan separator (CMS), ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam
dalam air.
14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1 menurut volume dan 3 :1 menurut
berat.
15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian mengaduknya sampai homogen,
menutup mixing jar agar terhindar dari sinar matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai
fase dough stage.
16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua bagian sama basar, diaplikasikan
masing masing bagian kedalam kuvet atas dan bawah, ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet
bawah dengan cellophan, memasang kuvet lawan lalu di press dengan press hidrolik, ditekan sampai mencapai
900 psi, dipertahankan sampai 10 detik, lalu perlahan lahan dilepaskan tekanan hingga mencapai 0, kuvet
dikeluarkan dari press hidrolik.
17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik dengan pisau model, menambahkan
monomer, menutup kembali dengan cellophan kemudian mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian
mengkatupkan kembali kedua kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik kembali, ditekan hingga mencapai
tekanan 1200 psi dipertahankan 10 detik, memisahkan kedua kuvet, merapikan kembali akrilik, membuang
kelebihan akrilik lalu menambahkan sedilit monomer pada masing masing kuvet kemudian katupkan kembali,
pada tahap ini tanpa menggunakan cellophan. Meletakkan kuvet pada press hidrolik memberi tekanan sebesar
1500 psi mempertahankan 10 detik, lalu membuka tekanan press keluarkan kuvet dan letakkan kuvet pada press
portable, memutar hingga mencapi kekuatan maksimal, lalu merendam kuvet dalam air selama 8 jam.
18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci, banyaknya air diperkirakan
cukup sampai seluruh permukaan kuvet terendam, pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan
ke dalam panci kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20 menit. Setelah itu
api dimatikan dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air mencapai suhu normal kembali.
19. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press portable dalam panci kemudian
melepaskan kuvet dari press portable, memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah
mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh (tidak pecah). Memisahkan lempeng
akrilik dengan model, memperhatikan arah ungkitan.
20. Melakukan tahap finishing dengan merapikan lempeng akrilik, menggunakan straight hand piece dan fraser,
membentuk lempeng sesuai outline dan membebaskan daerah mukosa bergerak tidak bergerak.
21. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik dengan menggunakan kertas
gosok, setelah rata dan halus dipulas dengan mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
22. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ini didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan pada rahang atas dari acrylic
yang halus dan mengkilat. Model tersebut telah selesai dilakukan tahap finishing dimana model tersebut harus
sesuai dengan model rahang atas yang telah diterima dan pinggirannya dipotong sesuai garis outline yang
merupakan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak. Dan juga membebaskan daerah frenulumnya.
1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di bagian tepinya.
2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus tidak porus dan tanpa ada
daerah under cut.
3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.
4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi tapi tidak porus.
5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin akrilik yang halus, homogen
dan mengkilat.
4.2 Pembahasan
Secara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang digunakan dalam percobaan ini, untuk berpolimerasinya
dibantu dengan penekanan tertentu dan dipanaskan dengan suhu tertentu dalam waktu yang tertentu pula.
Akrilik yang digunakan dalam percobaan ini adalah bermerek QC-20 dan bertipe heat cured.
Pembentukan Mould Space
10 menit dan disiram dengan air mendidih sehingga bekas malam ini terbentuk rongga dan rongga inilah yang
disebut mould space yang akan ditempati akrilik.Mould space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model
rahang dan dibentuk sesuai dengan keadaan rahang dan outline formnya dimana malam beserta modelnya
ditanam dalam gips di kuvet. Kemudian malam ini dibuang dengan cara digodok
Persiapan Model Malam
Pada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan celah yang ada pada tepi malam
dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga
bertujuan untuk memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing.
Penanaman / Investing
Untuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan detail dan kehalusan yang baik
sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan
kuvet maka permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan bahan separator
yaitu vaselin.
Pembuangan Malam
1000 C sedang lama perebusan 10 menit. Waktu perebusan harus tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan
mencair dan merembes kepori-pori gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu
bahan separator CMS tidak dapat menempel dan melapisi secara sempurna.Pada pembuangan malam iniyang
perlu diperhatikan adalah suhu air yang besarnya
Manipulasi Bahan Akrilik
* Pencampuran
Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder atau polimer dengan liguid
atau monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila terlalu
rendah kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan
porselen atau dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat
yang digunakan terbuat dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut bereaksi dalam
reaksi polimerisasi adonan gips, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup
untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangi tingkat keberhasilan dalam
pencetakan akrilik. Misalnya sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.
* Pengisian
Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. Tujuan dari bahan separato ini adalah :
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips ) yang berpolimerisasi disana sehingga
menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/ gips.
b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.
Adonan yang dimasukkan kedalam mould space yang ideal pada stadium dought, hal itu dipengaruhi oleh :
1 Ukuran partikel polimer dimana partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan labih cepat tercapai konsistensi
liat.
2. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.
4. Suhu, pembentuikan dought dapat diperlambat dengan menyimpan campuran didalam freezer.
5. Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih singkat. Sedangkan penekanan pendahuluan baik
yang I dan II dan penggunaan kertas selopan bertujuan untuk mengontrol kelebihan dari adonan akrilik. Tujuan
pemberian monomer/ cairan pada proses pembuangan kelebihan akrilik karena monomer dari akrilik mudah
menguap sehingga dengan adanya pemberian ini menjaga agar perbandingan powder dan liquid tetap. Setelah
pengepresan terakhir kuvet beserta press direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang sudah ada
dan mengindari menguapnya dari monomer.

* Kiur/ pemanasan
Karena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan pemanasan. Cara dari
pemanasannya yaitu dengan memanaskan pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit.
* Pendinginan
Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama pendinginan terdapat kontraksi antara bahan
cetakan dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.
* Deflasking/ pelepasan
Pelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :
a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt
kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai
dengan outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati.
Tidak terdapat porus karena mould space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah
muda pucat seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang
digunakan terlalu tinggi.
b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang hal ini
disebabkan karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.
* Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan
permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.
* Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan
pertama kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam
air. Bahan selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk
suspensi dalam air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu
diaplikasikan dalam model rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik
akrilik tetap pada model rahang atau tidak jatuh.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin acrylic merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon non metalik yang dibuat secara
sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin acrylic terdiri dari cairan/monomer (monomethyl methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl
methacrylate). Manipulasi dengan mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3 menurut volume
atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan acrylic kedalam rongga cetak (mould space) adalah
dough stage.
c. Untuk acrylic heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya memerlukan pemanasan. Ada empat tahap
yang diperllikan untuk mencapai polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi dan chains transfers.
2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
b. Penghantaran panas.
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.
d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi larut dalam keton dan ester.
f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
g. Sifat estetika cukup memuaskan
h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala alergi
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
O’Brien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection. 9th edition. Philadelphia
USA : W.B Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai