Contoh Teori Mascom
Contoh Teori Mascom
Contoh yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah, pada iklan air mineral yang
bermerek Aqua. Dimana pada saat produk air mineral ini dipublikasikan, secara
langsung bisa mempengaruhi asumsi khalayak bahwasanya air mineral itu adalah
aqua. Sehingga sampai saat ini aqua sudah terdoktrin di ingatan khalayak. Walaupun
sudah banyak merek-merek air mineral yang bermunculan akan tetapi masyarakat
akan hanya mengenal aqua sebagai air mineral . Dan juga banyak contoh merk atau
brand lain yang melekat pada masyarakat seperti tipe-x yaitu berupa cairan
menghapus tulisan dari balpoint yang bermerk tipe-x , sekarang walaupun banyak
produk serupa yang berbeda merk dan brand masyarakat hanya mengenal dengan
nama tipe-x
Akibat dari KDRT adalah merasa rendah diri, cemas, penuh rasa takut, sedih, putus asa, terlihat lebih tua
dari usianya, sering merasa sakit kepala, mengalami kesulitan tidur, mengeluh nyeri yang tidak jelas
penyebabnya, kesemutan, nyeri perut, dan bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas. Jika anda membaca
gejala-gejala di atas, tentu anda akan menyadari bahwa akibat kekerasan yang paling fatal adalah merusak
kondisi psikologis yang waktu penyembuhannya tidak pernah dapat dipastikan.
Adapun faktor yang mendorong terjadinya kekerasan dalam rumah tangga adalah
- Pembelaan atas kekuasaan laki-laki Laki-laki dianggap sebagai prioritas utama sumber daya dibandingkan
dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.
- Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi
Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri)
ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan
kekerasan.
- Beban pengasuhan anak
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang
tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam
rumah tangga.
-. Wanita sebagai anak-anak
konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-luasaan laki-laki untuk
mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk
melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib.
1. Smackdown
Salah satu program Televisi yang banyak menyedot perhatian penonton ialah SmackDown yang penuh
dengan kekerasan, ejekan dan hal yang berbau permusuhan. Program ini berasal dari belahan eropa yang
mana didalamnya terdapat banyak petarung-petarung lelaki dan perempuan yang memperlihatkan
perkelahian atau pertarungan diantara mereka untuk merebut sabuk WWE.
McLuhan seorang ahli psikologi komunikasi berpendapat bahwa manusia berhubungan dengan televisi
sudah tidak hanya melihat atau menonton lagi, tapi sudah terlibat didalamnya. Ditambah dengan kemajuan
teknologi sekarang dan berbagai permainan yang berbau kekerasan. Perilaku anak dapat terjerumus dalam
tayangan atau game yang melibatkan imajinasi, ilusi, dan impresi anak secara langsung.
Prilaku imitative (meniru) sangat menonjol pada anak-anak. Permasalahan ini diakibatkan karena
kemampuan berpikir anak-anak yang masih sederhana. Maka mereka cenderung berfikir apa yang ada di
televisi adalah yang sebenarnya. Anak-anak masih sulit membedakan antara yang mana fiktif
dan yang nyata. Anak-anak juga masih sulit membedakan antara yang baik sesuai norma dan etika yang
berlaku dan diterima oleh masyarakat, agama dan hukum.
Dampak lainnya anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain. Dampak pemerhati, anak
kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Dampak nafsu adalah meningkatnya keinginan anak untuk
melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.
Menurut Aletha Huston, Ph.D dari University of Kansas, anak-anak yang menonton kekerasan di TV lebih
mudah dan lebih sering memukul teman-temannya. Tidak mematuhi aturan-aturan dalam kelas, membiarkan
tugas sekolahnya tidak selesai, dan cenderung lebih tidak sabar dibanding teman-temannya yang tidak
menonton kekerasan di TV.
Dari berbagai pernyataan diatas jelaslah bahwa smackdown merupakan sebuah tontonan yang dapat
mempengaruhi kejiwaan anak-anak. Karena smackdown merupakan adegan yang mempertontonkan
kekerasan. Dan juga diperparah lagi karena dalam adegan smackdown tidak jarang ditemui adegan saling
umpat dan ejek. Karena pada dasarnya tontonan ini merupakan tontonan yang paling banyak adegan
mengumpat, mengejek dan saling pukul. Maka jikalau anak-anak menonton adegan ini maka secara lambat
laun rusaklah moral anak tersebut.
Faktor Pendorong Smackdown
Seorang ahli Psikologi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr Mohammad Chotib menyebutkan
tayangan televisi memang bukan faktor utama tetapi sangat memegang peranan penting sehingga anak-anak
selalu meniru jika dalam kondiei tertekan. Televisi sering kali menayangkan korban bunuh diri secara jelas.
Menurut Kuncoro, faktor penyebab bunuh diri pada anak itu karena dipengaruhi modeling (ada model yang
ditiru) dan kurangnya perhatian orang tua. Mujiran menambahkan bahwa faktor kerapuhan emosional anak
juga mempengaruhi. Mereka terinspirasi tayangan di media elektronik yang menginternalisasi pola pikiran
anak. Cara berpikir anak masih lugu, mereka hanya bisa melihat, mendengar, tanpa mempertimbangkan
dampaknya. Anak-anak merupakan bakal awal sehingga lingkungan berpengaruh dalam menentukan
kepribadian seseorang
Contoh yang paling nyata adalah tayangan berita di televisi. Ketika marak kasus kekerasan seksual
pada anak, masyarakat menerima informasi tersebut sebagai gambaran dari realitas yang terjadi
sesungguhnya meski sebenarnya mereka tidak mengalami langsung.
Informasi ini membuat masyarakat menyadari akan urgensi dari perkara tersebut dan lebih peka
akan indikasi yang mengarah pada kasus itu. Tak jarang setelah ada satu kasus kekerasan seksual
anak yang muncul dari satu daerah, kasus serupa pun terbongkar dari daerah lain.
Hal ini menunjukkan bahwa media mempengaruhi pola pikir manusia, termasuk terhadap apa yang
dianggap penting dan tidak. Informasi yang diangkat dalam media membuat manusia menganggap
bahwa itu adalah hal yang penting dan layak untuk diperhatikan. Media dapat membuat apa yang
tidak sebelumnya tidak begitu terlihat menjadi sorotan publik, baik hal itu memang benar-benar
penting atau tidak.
Contoh lainnya adalah fenomena telolet yang cukup ramai beberapa bulan yang lalu. Berbeda
dengan contoh sebelumnya, fenomena ini terjadi melalui media yang cukup baru yaitu media sosial.
Telolet sebenarnya hanya suara klakson bus antar kota yang khas dan nyaring, namun jadi melejit
karena viral di media sosial. Saking viral-nya, orang-orang dari luar negeri turut memperlihatkan
ketertarikan mereka terhadap fenomena telolet ini
Fenomena telolet adalah keceriaan dan kesenangan sederhana yang tadinya tidak begitu
diperhatikan menjadi sesuatu yang besar dan tampak penting. Sebelum fenomena ini melejit,
mungkin kita bahkan tidak peduli dengan suara klakson bus yang terdengar nyaring itu. Media
sosial membuat kita menganggap bahwa itu adalah sebuah fenomena yang “wah” dan tidak biasa.
Pengaruh terpaan media ini membuat munculnya opini yang beredar dalam masyarakat dan
membentuk opini umum. Mengacu dari contoh sebelumnya, yaitu berita kekerasan seksual anak
yang kemudian menciptakan opini bahwa kekerasan seksual anak merupakan kasus kejahatan
serius. Juga telolet yang membentuk opini masyarakat sebagai sebuah fenomena besar.
Sebagian besar penelitian telah melibatkan inokulasi yang diterapkan pada komunikasi antarpribadi (persuasi),
pemasaran, kesehatan, dan perpesanan politik. Baru-baru ini, strategi inokulasi mulai menunjukkan potensi sebagai
kontra terhadap penyangkalan sains dan pelanggaran keamanan dunia maya.
Penyangkalan sainsSunting
Penyangkalan sains telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Faktor utamanya adalah penyebaran
informasi yang salah dan berita palsu yang cepat melalui media sosial (seperti Facebook), serta penempatan informasi
yang salah seperti itu secara mencolok dalam pencarian Google. [10] Penyangkalan perubahan iklim adalah masalah
khusus karena sifat globalnya dan jangka waktu yang panjang secara unik sulit dipahami oleh pikiran individu, karena
otak manusia telah berevolusi untuk menghadapi bahaya jangka pendek dan langsung. Namun, John Cook dan
rekannya telah menunjukkan bahwa teori inokulasi menjanjikan dalam melawan penyangkalan. [28] [29]Ini melibatkan
proses dua langkah. Pertama, buat daftar dan dekonstruksi 50 atau lebih mitos paling umum tentang perubahan iklim,
dengan mengidentifikasi kesalahan penalaran dan kesalahan logika masing-masing. [30] Kedua, gunakan konsep
argumentasi paralel untuk menjelaskan kekurangan dalam argumen dengan mentransplantasikan logika yang sama ke
dalam situasi paralel, seringkali ekstrim atau tidak masuk akal. Menambahkan humor yang sesuai bisa sangat efektif.
Keamanan cyberSunting
Treglia dan Delia (2017) menerapkan teori inokulasi pada keamanan siber (keamanan internet, kejahatan siber ). Orang-
orang rentan terhadap trik elektronik atau fisik, penipuan, atau kesalahan penyajian yang dapat menyebabkan
penyimpangan dari prosedur dan praktik keamanan, membuka operator, organisasi, atau sistem untuk
mengeksploitasi, malware, pencurian data, atau gangguan sistem dan layanan. Inokulasi di area ini meningkatkan
ketahanan masyarakat terhadap serangan semacam itu. [31] manipulasi psikologis dari orang lain untuk melakukan
tindakan atau membocorkan informasi rahasia melalui internet dan media sosial merupakan salah satu bagian dari
konstruk yang lebih luas dari rekayasa sosial .
Kampanye politikSunting
Compton dan Ivanov (2013) menawarkan tinjauan komprehensif tentang beasiswa inokulasi politik dan menguraikan
arah baru untuk pekerjaan masa depan. [6]
Pada tahun 1990, Pfau dan rekan-rekannya memeriksa inokulasi melalui penggunaan surat langsung selama
kampanye presiden Amerika Serikat tahun 1988. [5] Para peneliti secara khusus tertarik untuk membandingkan
inokulasi dan sanggahan post hoc. Sanggahan post hoc adalah bentuk lain dari membangun penolakan terhadap
argumen; Namun, alih-alih membangun perlawanan sebelum argumen di masa depan, seperti inokulasi, ia mencoba
memulihkan keyakinan dan sikap asli setelah argumen tandingan dibuat. Hasil penelitian memperkuat kesimpulan
sebelumnya bahwa perlakuan yang sama dan berbeda refutasional keduanya meningkatkan ketahanan terhadap
serangan. Lebih penting lagi, hasil juga menunjukkan inokulasi lebih unggul dari sanggahan post hoc ketika mencoba
untuk melindungi keyakinan dan sikap asli.
Contoh lain adalah studi yang menunjukkan kemungkinan untuk menyuntik pendukung politik seorang kandidat
dalam kampanye melawan pengaruh iklan serangan lawan; [32] dan mendorong warga negara dari negara demokrasi
yang masih muda melawan spiral keheningan (ketakutan akan isolasi) yang dapat menggagalkan ekspresi pandangan
minoritas. [33]
KesehatanSunting
Banyak penelitian yang dilakukan di bidang kesehatan berusaha untuk membuat kampanye yang akan mendorong
orang untuk menghentikan perilaku tidak sehat (misalnya membuat orang berhenti merokok atau mencegah
alkoholisme remaja). [34] Compton, Jackson dan Dimmock (2016) [8] meninjau studi di mana teori inokulasi diterapkan
pada pesan yang berhubungan dengan kesehatan. Ada banyak penelitian inokulasi yang bertujuan untuk menyuntik
anak-anak dan remaja untuk mencegah mereka dari merokok, menggunakan narkoba atau minum alkohol. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa penargetan pada usia muda dapat membantu mereka menolak tekanan teman sebaya
di sekolah menengah atau perguruan tinggi. Contoh penting penggunaan teori inokulasi adalah melindungi remaja
muda dari pengaruh tekanan teman sebaya, yang dapat menyebabkan merokok, minum alkohol di bawah umur, dan
perilaku berbahaya lainnya.[35]
Godbold dan Pfau (2000) menggunakan siswa kelas enam dari dua sekolah yang berbeda dan menerapkan teori
inokulasi sebagai pertahanan terhadap tekanan teman sebaya untuk meminum alkohol. [35]Mereka berhipotesis
bahwa pesan normatif (pesan yang disesuaikan dengan norma sosial saat ini) akan lebih efektif daripada pesan
informatif. Pesan informatif adalah pesan yang disesuaikan dengan pemberian informasi kepada individu. Dalam hal
ini, informasinya adalah mengapa meminum alkohol itu buruk. Hipotesis kedua adalah subjek yang menerima
ancaman dua minggu kemudian akan lebih resisten daripada mereka yang menerima serangan langsung. Hasil
tersebut mendukung hipotesis pertama secara parsial. Pesan normatif menciptakan perlawanan yang lebih tinggi dari
serangan itu, tetapi belum tentu lebih efektif. Hipotesis kedua juga tidak didukung; Oleh karena itu, selang waktu tidak
menciptakan resistensi lebih lanjut bagi remaja untuk tidak minum alkohol. Salah satu hasil utama dari studi ini adalah
resistensi yang diciptakan dengan memanfaatkan pesan normatif.
Dalam studi lain yang dilakukan oleh Duryea (1983), hasilnya jauh lebih mendukung teori tersebut. [36] Studi ini juga
berusaha menemukan pesan yang akan digunakan untuk pelatihan pendidikan guna membantu mencegah remaja
minum dan mengemudi. Subjek remaja diberi sumber daya untuk memerangi upaya membujuk mereka untuk minum
dan mengemudi atau masuk ke kendaraan dengan pengemudi mabuk. Subjeknya adalah: 1) memutar film; 2)
berpartisipasi dalam tanya jawab; 3) latihan bermain peran; dan 4) pertunjukan slide. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kombinasi keempat metode pelatihan efektif dalam memerangi persuasi untuk minum dan mengemudi atau
naik kendaraan dengan pengemudi mabuk. Kelompok yang terlatih jauh lebih siap untuk melawan argumen persuasif.
Selain itu, Parker, Ivanov, dan Compton (2012) menemukan bahwa pesan inokulasi dapat menjadi pencegah yang
efektif terhadap tekanan untuk melakukan hubungan seks tanpa kondom dan pesta minuman keras — bahkan ketika
hanya satu dari masalah ini yang disebutkan dalam pesan kesehatan. [37]
Compton, Jackson dan Dimmock (2016) [8] membahas penelitian penting di masa depan, seperti mempersiapkan ibu
baru untuk mengatasi masalah kesehatan mereka (misalnya, tentang menyusui, kurang tidur, dan depresi pasca
melahirkan).
Teori inokulasi yang diterapkan untuk pencegahan merokok telah banyak dipelajari. Penelitian ini terutama difokuskan
pada pencegahan perokok muda - inokulasi tampaknya paling efektif pada anak-anak. Misalnya, Pfau, dkk. (1992)
meneliti peran inokulasi ketika mencoba mencegah remaja dari merokok. [38] Salah satu tujuan utama penelitian ini
adalah untuk memeriksa umur panjang dan persistensi inokulasi. Siswa sekolah dasar menonton video yang
memperingatkan mereka tentang tekanan untuk merokok di masa depan. Pada tahun pertama, resistensi tertinggi di
antara mereka yang memiliki harga diri rendah . [38] Pada akhir tahun kedua, siswa dalam kelompok tersebut
menunjukkan lebih banyak sikap penolakan terhadap merokok daripada yang mereka lakukan sebelumnya (Pfau &
Van Bockern 1994). [7] Yang penting, penelitian dan tindak lanjutnya menunjukkan efek jangka panjang dari perawatan
inokulasi.
Grover (2011) meneliti efektivitas kampanye anti-merokok "kebenaran" pada perokok dan non-perokok. [39]Iklan
kebenaran bertujuan untuk menunjukkan kepada kaum muda bahwa merokok itu tidak sehat, dan untuk mengungkap
taktik manipulatif perusahaan tembakau. Grover menunjukkan bahwa inokulasi bekerja secara berbeda untuk perokok
dan non-perokok (yaitu, calon perokok). Untuk kedua kelompok, iklan kebenaran meningkatkan sikap anti-merokok
dan anti-industri-tembakau, tetapi pengaruhnya lebih besar bagi perokok. Kekuatan perubahan sikap ini sebagian
dimediasi (dikendalikan) oleh keengganan terhadap produk industri tembakau bermerek. Namun, berlawanan dengan
intuisi, paparan iklan pro-merokok meningkatkan keengganan terhadap produk industri tembakau bermerek
(setidaknya dalam sampel ini). Secara umum, Grover mendemonstrasikan bahwa sikap awal memainkan peran utama
dalam kemampuan menyuntik seseorang.
Studi terkait kesehatan di masa depan bisa sangat bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa bidang penelitian mencakup
masalah saat ini (misalnya, strategi berbasis inokulasi untuk intervensi kecanduan untuk membantu individu yang
sadar agar tidak kambuh), serta mempromosikan kebiasaan makan yang sehat, berolahraga, menyusui, dan
menciptakan sikap positif terhadap mamogram. [34] Bidang yang belum berkembang adalah kesadaran kesehatan
mental. Karena banyaknya orang dewasa muda dan remaja yang melakukan bunuh diri karena penindasan, pesan
penyuntikan bisa menjadi efektif.
Contoh Kasus Sosial Learning Theory
Ada seorang pemuda tempramental yang sering menyiksa pasangannya jika ia merasa marah atau emosi. Tak
hanya pada pasangan, pada teman atau saudaranyapun ia melakukan tindakan kekerasan jika ia merasa tidak
senang atas perlakuan orang disekitarnya. Hal tersebut terjadi karena pada saat pemuda itu masih kecil, ia sering
diperlakukan seperti itu oleh ayahnya. Ia sering dipukuli jika ayahnya merasa tidak senang padanya. Ia juga
sering melihat ibunya yang disiksa, hal tersebut memicu sikap pemuda itu sehingga ia melakukan hal yang sama
pada orang lain.
Social Learning Theori adalah sebuah proses belajar dengan mengamati lalu meniru. Manusia pada dasanya tak
bisa lepas dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, manusia bisa belajar dengan mengamati lawannya lalu
terkadang ia bisa meniru atau bertindak sesuai dengan apa yang telah ia pelajari. Terdapat beberapa jenis
peniruan atau modelling yaitu:
a. Peniruan Langsung : Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian.
b. Peniruan Tak Langsung : Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung.
c. Peniruan Gabungan : Menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak
langsung.
d. Peniruan Seketika/Sesaat : ingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
e. Peniruan Berkelanjutan : Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Kasus diatas termasuk pada jenis peniruan atau modelling berkelanjutan. Dimana pemuda tersebut telah
mengamati sejak ia kecil dan ia meniru tindakan-tindakan yang ia alami kepada orang disekitarnya. Pada tahun
1941, Neil Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (imitation)
merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Seorang anak kecil yang masih polos ketika
melihat orangtuanya saling menyakiti fisik satu sama lain maka ia tidak akan
mengerti bahwa itu adalah tindakan yang buruk. Semakin lama ia melihat dan merasakan maka iapun akan
terbiasa dengan kejadian tersebut dan menimbulkan sifat yang sama dengan orangtuanya.
Contoh kasus use & gratification theory
Anda sendiri, teori ini dapat diterapkan. Orang memilih dari pilihan dan
Begitu pula internet dan telepon genggam telah menjadi salah satu sumber
1. CONTOH KASUS
Contoh 1:
Misal ketika saya sedang lelah setelah kegiatan seharian saya membutuhkan hiburan dengan cara menonton TV,acara TV yang saya pilih tentu
acara yang menghibur contoh “The East” salah satu acara televisi di stasiun TV swasta yang isi pesannya memberikan hiburan
berupa komedi.Tiba-tiba muncul iklan sabun mandi yang menawarkan produk menggiurkan,tapi saya sebagai pengguna aktif tidak akan menonton
iklan sampai acara TV tersebut mulai kembali,karena saya menganggapnya tidak penting sehingga saya biasanya akan memindahkan chanel yang
pada saat itu tidak menayangkan iklan dan saya anggap menarik.
Bibi saya adalah pecinta sinetron,sinetron yang saat ini ia sering tonton adalah sinetron India “Utaran “ ia sampai hafal nama-nama tokoh yang ada
didalam sinetron tersebut,sampai-sampai ia sering terlihat kesal ketika ada tokoh yang tidak ia sukai muncul di layar televisinya.Ia sering marah-
marah sendiri ketika tokoh yang ia benci melakukan kejahatan terhadap tokoh yang ia sukai.Terkadang juga ia ikut menangis ketika ada adegan-
adegan mengharukan dalam sinetron tersebut.
Iklim demokrasi di Indonesia pada masa itu belum berkembang baik, dimana pemerintah pada masas
Orde Baru memakai istilah demokrasi terpimpin, yang dianggap sebagian pengamat tetap digolongkan
demokrasi otoriter. Seseorang menolak untuk mengutarakan pandangan yang bertentangan dengan opini
yang dikembangkan oleh pemerintah yang berkuasa, karena disebabkan oleh risiko bahaya yang mengancam
keselamatan pribadi. Hal ini merupakan akibat dari demokrasi terpimpin yang tidak berjalan dengan baik,
tidak adanya kebebasan berpendapat, serta tekanan dari penguasa negara. Apalagi mayoritas opini
dimunculkan dan didominasi oleh penguasa negara yang juga memiliki kekuatan dan kekuasan terhadap
pemberitaan di media-media massa pada kala itu. Sehingga pemberitaan atas isu-isu yang diangkat oleh
media-media massa pada saat itu dapat dikatakan seragam dengan opini dominan dari pihak penguasa
negara.