Makalah Bahasa Arab Tentang Fiil
Makalah Bahasa Arab Tentang Fiil
Bahasa Arab 1
Dosen pengampu :
H. Wawan Kusnawan,S.S,M.Pd.I,B.A
Oleh :
Prodi :
Tafsir Hadits/1
Fakultas :
Yogyakarta
Th 1434 / 2013
Daftar Isi
Kata pengantar – i
Bab 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan- 1
Bab 2
PEMBAHASAN
2.1. Pembahasan umum – 2
Bab 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan - 8
3.2. Saran – 9
3.3. Penutup – 9
DAFTAR PUSTAKA – 10
KATA PENGANTAR
Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
bersangkutan, Secara khusus, dosen dan teman-teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan
dukungan yang begitu besar sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik, meskipun dalam
pengharapan yang besar dari penulis menginginkan bahwasanya makalah ini lepas dari kesalahan,
namun pasti selalu ada yang kurang, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi nantinya,
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al- Qur’an dan Sunnah,
Sebagai dua sumber utama ajaran agama Islam yang harus kita pegang teguh.
Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah kita mengetahui kaidah-
kaidah bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu sharaf. Karena keduanya merupakan kunci
dalam mempelajari Al- Qur’an dan Sunnah.
Dan pada kesempatan ini, kami akan sedikit membahas tentang beberapa kaidah yang ada di dalam
kaidah bahasa Arab. Yaitu Dhomir.
· Pengertian Dhomir.
· Penggunaan Dhomir di dalam kata kerja lampau, kata kerja sekarang, dan kata kerja masa yang
akan datang.
1.3. Tujuan
· Manfaat teoritis, untuk mengembangkan pengetahuan tentang pengertian, fungsi, jenis- jenis,
serta pemakain dari Dhomir itu sendiri.
· Memberikan pengertian kepada mahasiswa, untuk dapat berfikir lebih luas, serta pengetahuan
yang lebih dalam tentang kaidah- kaidah bahasa Arab, agar dapat memahami tentang bahasa Arab
itu sendiri, Al- Qur’an dan Sunnah.
BAB 2
PEMBAHASAN
· FI'IL ( ) فِعْ ل = setiap lafadz yang menerangkan tentang pekerjaan di masa- masa yang khusus.
· HARF ( ) َحرْ ف = setiap Setiap lafadz selain Isim dan Fi’il, atau bisa diartikan kata sambung,
kata penghubung, kata tanya tugas, dll.[1]
Secara global, kita telah mengetahui pembagian tersebut dan telah kita pelajari pembagian-
pembagiannya. Salah satunya pembagian Isim.
Pada pokok bahasan kali ini, kami akan membahas masalah Dhomir, yang mana, Dhomir
adalah bagian dari pada Isim yang Mabniy.
Secara bahasa,[2] الضمير هو ما د ّل على متكلّم كأنا أو مخاطب كأنت أو غائب كهو
Definisi Dhomir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim (pembicara/orang
pertama), Mukhaotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang
ketiga).
Contoh:
Contoh:
Pada contoh di atas, kata أَحْ َم ُدdiganti dengan ( ه َُوdia), sedangkan ( األَ ْوالَدanak-anak) diganti
dengan ( ُه ْمmereka).
Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat
berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat.
Dhamir Rafa'
Dhamir Nashab
Dhamir Rafa'
Dhamir Nashab
أَ َنا
ي
َّأَ ْن ُتن
َُّكن
َُنحْ ن
َنا
ه َُو
ُه
َأَ ْنت
ك
َ
ِي
َ ه
َها
ِ أَ ْن
ت
ِك
ُه َما
ُه َما
أَ ْن ُت َما
ُك َما
ُه ْم
ُه ْم
أَ ْن ُت ْم
ُك ْم
َّهُن
َّهُن
Dhamir Nashab adalah turunan (bentuk lain) dari Dhamir Rafa' yang terdiri dari:
Dhamir Nashab berfungsi sebagai objek dan tidak dapat berdiri sendiri; ia terikat dengan kata lain
dalam suatu kalimat, baik itu dengan Isim, Fi'il ataupun Harf.
1) Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf Taa’
ُ ُ ( قAku telah berdiri ).
pada kata kerja مْت
2) Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ ( أَ ْنتKamu ) dalam kata ( قُ ْمBerdirilah!) yang
meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud
adalah َ أَ ْنتkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
1. Al-Muttashil, yaitu Dhomir yang bersambung dengan lafazh sebelumnya. Lebih jelas kita
katakan bahwa Dhomir jenis ini tidak mungkin digunakan untuk mengawali ucapan, contohnya:
Seperti: huruf Yaa’ pada kata ْ( ِا ْبنِيAnakku) dan huruf Kaaf pada kata ك َ َ( أIa
َ كر َم
memuliakanmu).Dhomir-dhomir seperti ini tidak mungkin ada di awal kalimat.
2. Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga bisa
digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah harf Contoh: َ ( أَناSaya) yang bisa
digunakan untuk mengawali ucapan seperti: ٌ( أَ َنا م ُْؤ ِمنSaya seorang mu’min) atau bisa juga diletakkan
setelah harf, seperti: ( َما َقا َم إِالَّ أَ َناTidak ada yang berdiri kecuali saya).
1. Al-Mustatir yang wajib, yaitu yang tidak mungkin digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang
bukan Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
2. Al-Mustatir yang boleh, yaitu yang bisa digantikan oleh Isim Zhahir (Isim biasa yang bukan
Dhomir) ataupun Dhomir Munfashil.
2.2.4. Penggunaan Dhomir di dalam kata kerja.
Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas tiga golongan besar menurut waktu terjadinya:
Untuk Fi'il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari',
perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
Dhamir
Fi'il Madhy
Fi'il Mudhari'
Tarjamah
أَ َنا
ُ َف َع ْل
ت
أَ ْف َع ُل
saya mengerjakan
َُنحْ ن
َف َع ْل َنا
َن ْف َع ُل
kami mengerjakan
َأَ ْنت
ََف َع ْلت
َت ْف َع ُل
ِ أَ ْن
ت
ِ َف َع ْل
ت
َت ْف َعلِي َْن
أَ ْن ُت َما
َف َع ْل ُت َما
َت ْف َعالَ ِن
َّأَ ْن ُتن
ََّف َع ْل ُتن
َت ْف َع ْل َن
ه َُو
َف َع َل
َي ْف َع ُل
ِي
َ ه
ْ ََف َعل
ت
َت ْف َع ُل
ُه َما
ََف َعال
ُه َما
َف َعلَ َتا
َت ْف َعالَ ِن
ُه ْم
َف َعلُ ْوا
َي ْف َعلُ ْو َن
َّهُن
َف َع ْل َن
َي ْف َع ْل َن
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh
Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan
bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah
Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: َ أَ ْنت- ت
ِ أَ ْن- أَ ْن ُت َما- أَ ْن ُت ْم- َّ أَ ْن ُتن.
Fa'il
Fi'il Amar
Tarjamah
َأَ ْنت
ِا ْف َع ْل
ِ أَ ْن
ت
ِْا ْف َعلِي
أَ ْن ُت َما
َِا ْف َعال
أَ ْن ُت ْم
ِا ْف َعلُ ْوا
(kalian -lk) kerjakanlah!
َّأَ ْن ُتن
ِا ْف َع ْل َن
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
· ISIM ( ) اِسْ م = setiap lafadz yang menerangkan kepada nama orang, atau nama hewan, atau
benda mati.
· FI'IL ( ) فِعْ ل = setiap lafadz yang menerangkan tentang pekerjaan di masa- masa yang khusus.
· HARF ( ) َحرْ ف = setiap Setiap lafadz selain Isim dan Fi’il, atau bisa diartikan kata sambung,
kata penghubung, kata tanya tugas.
Definisi Dhomir adalah tiap Isim yang dibuat untuk mewakili Mutakallim (pembicara/orang
pertama), Mukhaotob (yang diajak berbicara/orang kedua), Ghaib (yang tidak ada di tempat/orang
ketiga).
Contoh:
Dhamir Rafa'
Dhamir Nashab
'Dhamir Rafa
Dhamir Nashab
أَ َنا
ي
أَ ْن ُتنَّ
ُكنَّ
َنحْ نُ
َنا
ه َُو
هُ
أَ ْنتَ
ك
َ
ِي
ه َ
َها
أَ ْن ِ
ت
كِ
ُه َما
ُه َما
أَ ْن ُت َما
ُك َما
ُه ْم
ُه ْم
أَ ْن ُت ْم
ُك ْم
َّهُن
َّهُن
1) Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf Taa’
ُ ُ ( قAku telah berdiri ).
pada kata kerja مْت
2) Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir َ ( أَ ْنتKamu ) dalam kata ( قُ ْمBerdirilah!) yang
meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang dimaksud
adalah َ أَ ْنتkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata kerja itu
sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.
3.2. Saran
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah kita selalu
mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa melakukan hidup ini
dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan makalah ini, semoga bisa bermanfaat
untuk pembelajaran bahasa Arab nantinya. Aamiin.
3.3. Penutup
Alhamdulillah, demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi menjadi lebih baiknya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan –
kesempatan berikutnya. Semoga bisa berguna bagi semua.
DAFTAR PUSTAKA
Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press. Tarogong, Garut.
Sumber lain :
http://www.dhod.web.id/isim+dhomir+2#sthash.8Tfg3fgJ.dpuf
http://www.dhod.web.id/isim+dhomir+4#sthash.CtBb7kHM.dpuf