Anda di halaman 1dari 6

Tugas pertemuan 13

Sejarah dan Filsafat Matematika

ALIRAN INTUISIONISMEFILE

Dosen Pengampu:
Dr. Hidayah Ansori, M. Si

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Abdul Kholiq (2010118110014)
Muhammad Fitrian (2010118310017)
Muhammad Rizky Ramadhani Noor (2010118210038)
Surya Wudda (2010118210015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021

1
Aliran Intuitisionisme
Sejarah dan Filsafat Matematika

Hidayah Ansori
01 November, 2021

2
Aliran Intuisionisme

Intuisionisme adalah aliran filsafat dalam tradisi Kant bahwa semua


pengetahuan manusia diawali oleh intuisi, menghasilkan konsep-konsep, dan
diakhiri dengan ide-ide. Berlawanan dengan madzab formalisme berkembanglah
madzab landasan matematik intuitionisme yang dipelopori oleh ahli matematik
Belanda Luitzen Egbertus Jan Brouwer. Beliau berpendirian, bahwa matematik
adalah sama dengan bagian yang eksak dari pemikiran manusia. Ketepatan dalil-
dalil matematik terletak dalam akal manusia (human intellect) dan tidak pada
simbol-simbol di atas kertas sebagaimana diyakini oleh madzab formalisme.
Dalam pemikiran madzab intuitionisme matematik berlandasan suatu ilham dasar
(basic intuition) mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan
yang tak terbatas. Ilham ini pada hakikatnya merupakan suatu aktivitas berpikir
yang tak tergantung pada pengalaman, bebas dari bahasa dan simbolisme, serta
bersifat obyektif. (Gie, 1985)
Aliran ini memandang matematika sebagai hasil dari intuisi. Intuisi
dijadikan andalan dalam mengkaji dan memahami matematika. Pengetahuan
secara intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya
dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan (Haryono,
2014: 50). Menurut Eves, 1976 dalam buku karangan Hardi Suyitno, aliran
intuitionisme berpandangan matematika sebagai suatu aktifitas pemikiran
manusia yang terbatas dari bahasa dan basisnya adalah filsafat tentang pikiran.
Matematika yang paling dasar terletak pada intuisi yang paling dalam (primitive
untuition). Tesis aliran ini menyatakan bahwa matematika semata-mata dibangun
dengan metode kontruktif berhingga (finite constructive methods) yang secara
intuitif memberikan urutan bilangan asli. Ketetapan matematika terletak dalam
akal manusia dan tidak pada simbol – simbol di atas kertas. Selanjutnya
intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika,
keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal
dianggap tidak ada.

3
Implikasi dari pandangan intutionisme adalah membawa kepada suatu
bentuk matematika yang kontruktif dengan meninggalkan banyak bagian dari
matematika klasik. Implikasi yang dan adalah kepercayaan pada suatu filsafat
tentang pemikiran memasukkan atau memperkenalkan keistimewaan atau cirri-
ciri yang tidak ada dalam matematika klasik dengan bentuk dari matematika
konstruktif. (Suyitno, 2014)

Tesis aliran Intusionisme adalah matematika harus dibangunsemata-mata


atas dasar metode konstruktif finit (dalam sejumlah langkah yang hingga) dengan
dasar barisan bilangan asli yang diketahui secara intuitif. Namun demikian, akibat
dari tesisnya sendiri terlalu banyak hal menarik dalam matematika yang harus
dihilangkan dan dikorbankan. Kekurangan lainnya, matematika intusionis
dianggap sebagai kurang kuat dibanding matematika klasik, dan dalam banyak hal
jauh lebih rumit untuk berkembang. Kelebihannya, metode intuisionisme diyakini
tidak menghasilkan kontradiksi.

Dalam Suyitno (2018), tokoh lain yang juga dimasukkan ke dalam jajaran
intuitionisme adalah Arend Heyting (1898-1980) yang merupakan mahasiswa
Brouwer di University of Amsterdam. Heyting memberikan kontribusi dengan
mengkonstruksi tiga sistem formal logika konstruktif yaitu: 1) Heyting’s
proportional calculus atau intuitionistic propositional calculus, memformulasikan
prinsip-prinsip logika proposisi konstruktif; 2) Heyting’s predicate calculusatau
intuitionistic predicate calculus, memformulasikan logika predikat konstruktif; 3)
Heyting’s arithmetic atau intuitionistic arithmetic,memformulasikan prinsip-
prinsip teori bilangan elementer yang konstruktif (Mints, 2011). Dalam
perjalanannya, Heyting mengembangkan lambang logika kaum intuisionis. Kaum
Intuisionis dengan logika yang dikembangkannya sendiri telah berjaya dengan
berhasil menyusun kembali sebagian besar matematika masa kini, termasuk teori
kekontinuan dan teori himpunan. Namun demikian, masih terdapat kekurangan
yaitu matematika intusionis dianggap sebagai kurang kuat dibanding matematika
klasik, dan sulit untuk berkembang. Sedangkan kelebihannya adalah metode
intuisionisme ini diyakini tidak menghasilkan kontradiksi (Prabowo, 2009)

4
Menurut aliran ini, pada dasar yang paling dalam terletak intuisi primitif,
bersekutu dan bekerja sama dengan akal duniawi manusia, yang memungkinkan
manusia mengangankan suatu obyek tunggal, kemudian satu lagi, satu lagi dan
seterusnya tak berakhir. Dengan cara ini diperoleh barisan tak berakhir, yang
dikenal dengan barisan bilangan alam. Dengan menggunakan dasar intuitif
bilangan asli ini, sebarang obyek matematika harus dibangun dengan cara
konstruktif murni, dengan menggunakan operasi dan langkah-langkah yang
banyaknya berhingga. (Prabowo, 2009)

Dalam matematika, intuisionisme adalah suatu program menyatukan


kembali metodologi dengan motto bahwa "tidak ada kebenaran matematik tanpa
pengalaman" (L.E.J. Brouwer). Dari loncatan ini, para penganut intuisionisme
mencari untuk merekonstruksi apakah mereka memperhatikan terhadap bagian
matematika yang dapat diperbaiki sesuai dengan konsep-konsep Kantian, benar,
pantas, intuisi, dan pengetahuan. Brouwer, pendiri dari gerakan ini, beranggapan
bahwa objek-objek matematik muncul dari bentuk-bentuk apriori kehendak yang
menerangkan persepsi dari obyek-obyek yang bersifat empirik.

Hukum-hukum logika tidaklah memberikan kepada kita aturan-aturan bagi


sahnya penalaran matematis. Sebaliknya, hukum-hukum ini baru kemudian dapat
ditangkap sesudah ada penalaran matematis, bila penalaran ini telah sekali
terungkap dalam tanda-tanda yang dapat diamati. Maka dalam hal ini, orang perlu
berhati-hati, karena bukannya tanda-tanda itu yang hakiki bagi matematika,
melainkan hasil-hasil intuisi yang terdapat dalam pikiran manusia. Simbol-simbol
ini hanya diperlukan untuk dapat mengkomunikasikan bentukan-bentukan ini.

Leopold Kronecker mengatakan: "Bilangan-bilangan asli datang dari


Tuhan, segala sesuatunya adalah kerja laki-laki." Kekuatan besar dibelakang
Intuisionisme adalah L.E.J. Brouwer, yang menolak kegunaan dari logika formal
dari setiap penggolongan matematika.
Dalam intuisionisme, batasan "pengkonstruksian eksplisit" tidak dengan
tepat didefinisikan, dan banyak menuai kritik. Ada usaha untuk menggunakan

5
konsep Turing machine atau fungsi yang dapat dihitung untuk mengisi
kesenjangan ini, yang utama adalah klaim bahwa hanya pertanyaan-pertanyaan
tentang perilaku algoritma-algoritma yang hingga yang mempunyai makna dan
sebaiknya diinvestigasi dalam matematika. Dari sini lahirlah studi tentang
bilangan-bilangan yang terhitung, yang pertama kali diperkenalkan oleh Alan
Turing.Maka tidaklah mengherankan bahwa pendekatan terhadap matematika ini
kadang-kadang dikaitkan dengan teori ilmu pengetahuan komputer (computer
science). Tokoh yang menganut intiutionisme adalah seorang ahli matematika asal
Belanda yang bernama Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966).

DAFTAR PUSTAKA
Prabowo, Agung. 2009. Aliran-aliran Filsafat Matematika. Semarang.
Universitas Jendral Sudirman.
Suyitno, Hardi. 2014. Filsafat Matematika. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
The Liang Gie.1985. Filsafat Matematik. Yogyakarta: Penerbit Supersukses
Berrling, dkk. https://idr.uinantasari.ac.id/3452/1/BAB%20I%2C%20II%2C
%20III%2C%20IV%2C%20V%20.pdf - Bing

Anda mungkin juga menyukai