Indri Astuti*
Abstract: This research is aimed to observe the development to instructional model of group
counceling using a constructivist approach. The methodology of the research is employing
Borg and Gall combined with the instructional design by Dick and Carey. The steps of the
research include (1) preliminary research; (2) planning model development; (3) valida-
tion, evaluation and revision of model. The concept of instructional constructivistic group
counseling is intergrated between Gladding’s group counseling namely (1) beginning, (2)
transition, (3) activity, (4) and termintion. Cognan’s (1) grouping, (2) situations, (3) in-
WHUJUDWLQJTXHVWLRQLQJH[KLELWLRQDQGUHÀHFWLRQ7KLVRXWSXWRIWKHUHVHDUFK
include instructional materials and student work sheet, group counseling guide and video
of constructivistic group counseling.
Keywords: research and development, model learning, counseling group, counstructivistic
* Indri Astuti, Trainer Bidang PAUD Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat
.
pembimbing/ pendidik melaksanakan layanan akan dicapai yaitu spiritual, emosional dan intelektual.
konseling kelompok sebagai profesi yang bermartabat Untuk itu seharusnya dosen menyusun rancangan
dan bermandat. Bermartabat membelajarkan pembelajaran yang sistemik dan sistematis, sehingga
peserta didik mengentaskan permasalahannya dan perumusan tujuan pembelajaran, penggunaan metode
bertanggung jawab secara pribadi atas keputusan dan pemilihan evaluasi berkesinambungan sesuai
yang diambilnya. Bermandat profesi konseling KKNI.
mendapatkan pengakuan dari instansi terkait. Fakta di lapangan rancangan pembelajaran
Didukung pendapat Ki Hajar Dewantara (1977:25), yang disusun dosen belum sistemik dan sistematis.
bahwa dengan budi pekerti manusia mampu berdiri Pembelajaran menjadi belum efektif. Tujuan
sendiri sebagai insan merdeka akan membentuk pembelajaran hanya terfokus pada kemampuan
manusia yang beradab. intelektual, dan metode pembelajaran berpusat pada
Pembelajaran harus memberikan tempat dosen, evaluasi mengungkap kemampuan intektual
proses pemberdayaan diri, mulai dari pengembangan saja.
potensi diri secara optimal, sehingga peserta didik Hasil belajar mata kuliah konseling kelompok
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian lebih dari separo (120 orang dari 182 orang)
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan mendapatkan nilai rata-rata (67,44/ kategori C).
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, Mata kuliah konseling kelompok merupakan prasarat
masyarakat, bangsa dan negara. (ABKIN, 2013:5-6) semester lima mata kuliah micro konseling/PPL,
Mengindikasikan konselor/pendidik dalam tugasnya semester enam PPL di sekolah, seminar proposal
meIaksanakan layanan konseling kelompok dengan dan skripsi.
kegiatan membelajarkan peserta didik atau sasaran Untuk itu, desain pembelajaran konseling
layanan dalam suasana belajar dalam bentuk kelompok perlu diperbaiki dengan pendekatan
layanan konseling. konstruktivistik untuk meningkatkan hasil belajar
Kualitas pendidikan merupakan aspek penting peserta didik Program Studi Bimbingan dan
yang harus selalu diperhatikan dalam penyelenggraan Konseling STKIP-PGRI Pontianak.
pendidikan. Melalui Peraturan Pemerintah No Menurut Gagnon dan Collay (2001:7),
19 tahun 2005 yang diperbarui dengan PP No 32 desain sistem pembelajaran konstruktivistik ada
tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. enam komponen penting dalam pembelajaran
Penyelenggaraan pendidikan dalam implementasinya konstruktivistik yaitu: (1) situations), (2)
menggunakan kurikulum sebagai acuan proses (gruopings), (3) bridges, (4) questions, (5) exhibits
pembelajaran di sekolah. UHÀHFWLRQV Komponen ini menggambarkan
Perkembangan kurikulum pendidikan di secara komprehensif tentang maksud dan tujuan
Indonesia mengalami perubahan sejak kurikulum dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Berikut ini
2006 secara bertahap berganti kurikulum 2013. diskripsi komponen pembelajaran konstruktivistik:
Implementasinya untuk layanan konseling kelompok (1) Situasi juga tergambar tugas-tugas yang perlu
berganti konsentrasi dari layanan bimbingan dan diselesaikan oleh peserta didik agar mereka
konseling menjadi layanan responsif. Begitu memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah
juga terjadi pada kurikulum di perguruan tinggi, dilalui, (2) Pengelompokkan (gruopings). Komponen
berdasarkan pasal 97 tahun 2012 menyatakan pengelompokan dalam aktivitas pembelajaran
bahwa kurikulum perguruan tinggi dikembangkan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
dilaksanakan berbasis kompetensi (KBK) berubah melakukan interaksi dengan teman sejawat.
sesuai dengan Perpres RI 8 tahun 2012. Kurikulum Pengelompokkan sangat bergantung pada situasi
SHUJXUXDQWLQJJLPHQJDFXSDGDNHUDQJNDNXDOL¿NDVL atau pengalaman belajar yang ingin dilalui oleh
nasional Indonesia (KKNI) tahun 2014. peserta didik. Pengelompokkan dapat dilakukan
Sesuai dengan KKNI, maka capaian secara acak atau random atau didasarkan
pembelajaran mata kuliah konseling kelompok adalah pada kriteria tertentu (porposive). (3) Pengkaitan
mengembangkan kemampuan spiritual, emosional (bridges). Komponen pengkaitan dilakukan untuk
dan intelektual. Pembelajaran berpusat pada peserta menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki
didik dan evaluasi sesuai dengan kemampuan yang oleh peserta didik dengan pengetahuan yang baru.
Bentuk-bentuk kegiatan pengkaitan sangat bervariasi, didominasi pendidik, yaitu dengan memberikan
misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui informasi yang harus dihafal, bertentangan dengan
GLVNXVL WRSLNWRSLN \DQJ VSHVL¿N3HUWDQ\DDQ pandangan belajar konstruktivisme. Untuk itu,
(questions) Pengajuan pertanyaan merupakan hal pembelajaran konseling kelompok perlu didesain
penting dalam aktivitas pem- belajaran. Pertanyaan agar peserta didik dapat memperoleh hasil belajar
akan memunculkan gagasan asli yang merupakan yang baik.
inti dari pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Komponan konseling kelompok, menurut Corey
Munculnya gagasan- gagasan yang bersifat orisinal dikelompokkan menjadi enam tahap yaitu: (1) tahap
peserta didik dapat membangun pengetahuan dalam pembentukan (2) tahap orientasi; (3) tahap transisi;
dirinya. (5) Eksibisi (exhibits). Komponen eksibisi (4) tahap kerja; (5) tahap konsolidasi dan (6) tindak
dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan lanjut. Sementara Yacobs dan Masson (2012:13)
konstruktivistik memberi kesempatan pada peserta mengelompokkan tahap proses konseling kelompok
didik untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah menjadi tiga tahap, yakni: (1) tahap permulaan; (2)
PHQJLNXWL VXDWX SHQJDODPDQ EHODMDU 5HÀHNVL tahap kerja, (3) tahap penutupan. Gladding (2004:
(UHÀHNWLRQV). Komponen ini pada dasarnya memberikan 12), 1) tahap awal (beginning); (2) tahap transisi
kesempatan kepada pendidik dan peserta didik (transition); (3) tahap kegiatan (working) dan (4)
untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar tahap pengakhiran (termination) .
yang telah mereka tempuh baik personal maupun Mencermati tahapan-tahapan konseling
NROHNWLI5HÀHNVLMXJDPHPEHUL NHVHPSDWDQNHSDGD kelompok yang dikemukakan oleh para ahli,
peserta didik untuk berpikir tentang aplikasi dari mempunyai kesamaan tahapan inti yaitu empat
pengetahuan yang telah mereka miliki. tahap di antaranya(1) tahap pembentukan atau tahap
Menurut Woolfolk (2007:347), pendekatan awal, (2) tahap peralihan atau tahap transisi, (3) tahap
konstruktivistik yaitu, “pembelajaran yang kegiatan atau tahap inti dan (4) tahap pengakhiran atau
menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun tahap penutup. Keempat tahapan ini merupakan satu
pemahaman dan memberi makna terhadap informasi kesatuan yang sistemik dan sistematis. Keberhasilan
atau peristiwa yang dialami.” Artinya, dalam tahap pembentukan akan menentukan keberhasilan
mempelajari ilmu pengetahuan peserta didik tidak tahapan berikutnya.
hanya bersifat pasif, tetapi senantiasa mencari dan Untuk itu tujuan penelitian ini adalah
menggali pengetahuan baru. Esensi pandangan untuk merancang model pembelajaran konseling
konstruktivisme dalam proses pembelajaran, yaitu: kelompok dengan pendekatan konstruktivistik dan
(1) Belajar sebagai proses membangun gagasan dari HIHNWL¿WDV PRGHO SHPEHODMDUDQ NRQVHOLQJ NHORPSRN
pada sekedar proses memperoleh pengetahuan, kontruktivistik pada Program Studi Bimbigan dan
(2) Pembelajaran merupakan proses pembangunan Konseling STKIP-PGRI Pontianak.
pengetahuan berdasarkan interpretasi peserta didik
secara personal, (3) belajar merupakan proses METODE PENELITIAN
aktif peserta didik dari pada hanya sekedar Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi
mengkomunikasikan pengetahuan, (4) pembelajaran Keguruan Ilmu Pendididkan (STKIP- PGRI)
berlangsung secara kolaboratif. Pontianak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Juli 2013 – Desember 2013. Pada studi pendahuluan
maka disarikan proses belajar yang berlandaskan peneliti menggunakan respon peserta didik yang
teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan telah mengikuti mata kuliah konseling kelompok
memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman dan daftar penilaian nilai akhir (DPNA) hasil belajar
belajar tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. peserta didik yang telah mengikuti mata kuliah
Sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, konseling kelompok.
H¿VLHQ GDQ PHQ\HQDQJNDQ 3HQJHPEDQJDQ JDJDVDQ Metode penelitian yang digunakan adalah
peserta didik akan terfasilitasi dan mengkomunikasi- penelitian dan pengembangan (Research and
kan gagasannya sebagai produk pengetahuannya Development) dari Borg and Gall untuk tahapan
sendiri, sehingga pembelajaran berpusat pada penelitiannya dan pengembangannya mengikuti
peserta didik. Sedangkan pembelajaran yang tahapan Dick dan Carey. Dalam bidang pendidikan,
R and D diarahkan pada pengembangan produk dengan uji-t untuk mengetahui efektivitas model
yang efektif bagi keperluan pembelajaran dan pembelajaran konseling kelompok konstruktivistik
merupakan penelitian terapan. Untuk perbaikan terhadap hasil belajar sesudah dilakukannya proses
(what works better) daripada kemengapaan (why), pembelajaran.
dan mementingkan kegunaannya dalam pendidikan Tahapan pengembangan model terdapat (1)
(Gall, dkk, 2007: 186 – 187). model konseptual, (2) model prosedural, dan (3)
Model Dick dan Carey memiliki tahapan- PRGHO¿VLNDO0RGHONRQVHSWXDODGDODKPRGHO\DQJ
WDKDSDQ VHEDJDL EHULNXW PHQJLGHQWL¿NDVL bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-
tujuan pembelajaran; (2) melaksanakan analisis komponen produk, menganalisis komponen secara
SHP EHODMDUDQ PHQJLGHQWL¿NDVL WLQJNDK rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen
laku dan karakteristik siswa; (4) merumuskan yang akan dikembangkan. Model prosedural adalah
tujuan performansi; (5) mengembangkan butir model yang bersifat deskriptif, menunjukkan
tes dan acuan patokan; (6) mengembangkan langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan
strategi pembelajaran; (7) mengembangkan materi produk. (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
pembelajaran; (8) mendesain dan melaksanakan Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan,
evaluasi formatif; (9) merevisi bahan pembelajaran, 0RGHO ¿VLNDO DGDODK PRGHO GDODP
(10) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif. EHQWXN¿VLN
Penelitian ini sampai pada 8 yaitu evaluasi
Formatif. Berikut ini langkah-langkah penelitian: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(1) Tahap Pra Pengembangan: langkah satu: Hasil penelitian meliputi hasil dari (1)
penelitian pendahuluan dengan analisis kebutuhan Pengembangan model, (2) Kelayakan model, dan
dan studi literatur. Langkah dua; melakukan ualitatif (3) Efektivitas model.
perencanaan model pembelajaran. Langkah ketiga:
sung untuk No Indikator Hasil Penelitian
Pengembangan draf model, pengembangan draf
1 Pengertian Pemahaman masih kurang
bahan ajar dan pengembangan draf evaluasi. akukan (2) Capaian tentang pembelajaran
Tahap Pengembangan Model: Validasi ahi desain sentase Pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran, ahli materi, ahli media dan dosen konstruktivistik, tujuan
apangan
pembelajaran dan tagihan
pengampu mata kuliah. Lanjut revisi draf model elihat mata kuliah kurang
berdasarkan masukan para ahli. (3) Tahap Uji Coba dipahami. (29,35 %)
uasaan 2 Penyajian Materi pembelajaran
Evaluasi dan Revisi. Meliputi langkah 4: Uji coba
k dengan Materi konstruktivistik kurang
lapangan awal. Langkah 5: Revisi ptoduk hasil uji Pembelajaran dipahami oleh responden
coba awal. Langkah lima: Revisi produk hasil ujiest. Konseling diantaranya dinamika
coba awal. Langkah enam: Uji coba lanjutan dengan dan Kelompok kelompok, struktur
kelompok, tahapan
evaluasi. konseling kelompok dan
model
Prosedur pengumpulan data yang di- gunakan pendektaan kelompok.
tivistik
dalam penelitian pendahuluan adalah : 1) observasi, penyajian materi kurang
sistematis.(25.5 %)
2) angket, 3) wawancara, dan 4) studi dokumentasi. proses 3 Pembelajaran masih
Metode
Pada tahap uji coba peneliti menggunakan Pembelajaran berpusat pada dosen.
Ceramah masih
angket, wawancara, dan observasi. Analisis data yang
at (1) mendominasi (10,5%)
digunakan adalah adalah kualitatif dan kuantitatif. 4 Ketersediaan Responden memerlukan
n (3)
Analisis data kualitatif dilakukan melalui penafsiran Perangkat bahan- Bahan pembelajaran
yang Pembelajaran berupa bahan ajar, panduan
secara langsung untuk menyusun kesimpulan. Data konseling kelompok dan
kuantitatif dilakukan dalam proses uji coba untukponen- lembar kerja untuk praktik
melihat persentase respon subjek uji coba. Pada ecara
uji konseling kelompok.
(20,15)
coba lapangan dilakukan analisis data kuantitatif 5 Evaluasi kognitif belum ada
ponen Evaluasi
untuk melihat efektivitas penggunaan model terhadap Pembelajaran refleksi diakhir
penguasaan materi pembelajaran konstruktivistik dalah pembelajaran (15,40)
ukkan
dengan mencari selisih antara hasil pre test dan post Tabel 1. Hasil Pendapat Responden dalam Penelitian
test. Proses analisis secara statistik dilakukan Pendahuluan
Tabel 4.
Tabel 4.Hasil
HasilObservasi
ObservasiPembelajaran
Pembelajaran kelayakan materi, penyajian materi, kebahasaan,
GDQ JUD¿ND %HQWXN ¿VLNQ\D EHUXSD SHPEXDWDQ
Aspek Hasil Penelitian rencana pembelajaran semester (RPS). Ahli media
Kegiatan Penyampaian diskripsi mata kuliah PHPYDOLGDVLVHFDUDNKXVXVWDWDWXOLVGHVDLQJUD¿V
Pembukaan secara umum. Capaian baik cover maupun isi bahan ajar, panduan dan
pembelajaran tidak disampaiakn lembar kerja praktik konseling kelompok dan contoh
dengan jelas, sehingga peserta CD pembelajaran konseling kelompok.
didik tidak tau arah mata kuliah.
c. Model Draf Akhir
Kegiatan Dosen masih banyak
Inti mendominasi dalam Model draf akhir pembelajaran konseling
pembelajaran, sehingga kelompok konstruktivistik menampilan model
pembelajaran kurang berpusat secara utuh yang terdiri atas (1) model konseptual;
pada siswa.. PRGHOSURVHGXUDOGDQPRGHO¿VLNDO
Kegiatan Belum ada kegiatan merangkum
Penutup dan refleksi. Tidak ada penugasan
untuk peserta didik. Pembelajaran
diakhiri dengan doa.
Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat
Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran masih tampak monoton.
Pembelajaran kurang menyenangkan dan belum
membuat peserta didik aktif membangun gagasan.
Masih terdapat kesulitan dan hambatan ketika
kegiatan pengungkapan masalah dan pembahasan
masalah kegiatan. Pada kegiatan penutup dosen
EHOXPPHQJDGDNDQNHJLDWDQUHÀHNVL
b. Model awal
Gambar 1. Model Utuh Pembelajaran Konseling
Model awal yang secara konseptual
Kelompok Konstruktivistik
dikembangkan berdasarkan model pembelajaran
konstruktivistik Gagnon dan Collay (2001:7).
2. Kelayakan Model
Model awal terdiri dari komponen masukan
meliputi tujuan pembelajaran, karakteristik peserta Kelayakan model dirumuskan berdasarkan uji
didik dan karaktristik mata kuliah konseling kelompok. coba pakar, yang terdiri atas desain ahli
Sedangkan komponen proses meliputi bahan ajar, teknologi pendidikan, ahli materi, dan ahli
enam indikator pembelajaran konstruktivistik masuk media. Hasil validasi para pakar adalah sebagai
dalam unsur strategi pembelajaran dan evaluasi berikut.
kompetensi kognitif dan keterampilan. Model awal Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat dijelaskan
konseptual yang dikembangkan di antaranya bahan bahwa masih diperlukan perbaikan pada rancangan
ajar, panduan dan lembar kerja peserta didik untuk model konseptual agar sesuai dengan konsep
praktik konselingkelompok.. Model Konseptual konstruktivistik. Hasil kelayakan dari ahli materi
Model ini merupakan hasil revisi dari model rata-rata adalah baik. Hal yang harus diperbaiki dari
awal yang telah mengalami validasi dari desain ahli NHJUD¿NDQDGDODKKLUDUNLSHQJJXQDDQfont huruf
teknologi pendidikan, ahli materi, dan ahli media. pada teks pada setiap gambar yang ada dalam
Ahli desain teknologi pendidikan memvalidasi kaitan bahan ajar. Masukan dari para ahli digunakan sebagai
antara Bahan ajar dan Buku panduan, serta Lembar bahan untuk memperbaiki model, sehingga didapat
kerja peserta didik praktik konseling kelompok PRGHOGUDI¿QDO\DQJDNDQGLXMLFREDNHSHVHUWDGLGLN
konstruktivistik. Ahli materi memvalidasi dari
direvisi kemudian diuji coba pada uji coba B Pagi 67,60 81,54 13,94
kelompok kecil. A siang 68,10 81,55 13,45
Berdasrkan tabel 6 dapat disimpulkan (2004: 7), meliputi tahap awal (beginning);
bahwa produk tersebut dapat meningkatkan hasil (2) tahap transisi (transition); (3) tahap kegiatan
belajar peserta didik sehingga layak digunakan dalam (working) dan (4) tahap pengakhiran (termination).
proses pembelajaran. Model yang menunjukkan pembelajaran terintegrasi
%HULNXWLQLGLWDPSLONDQGDODPEHWXNJUD¿N dengan memperhatikan keterampilan, pengetahuan,
dan sikap.
Secara prosedural, model pembelajaran pada
kecil penelitian ini dikembangkan berdasarkan model
Produk Dick dan Carey. Model tersebut merupakan salah
ji coba satu model prosedural yang menyarankan penerapan
desain pembelajaran agar disesuaikan dengan
langkah-langkah yang harus ditempuh secara
berurutan. Salah satu kelebihan dari model Dick
dan Carey adalah adanya tahapan evaluasi formatif
dengan
GDQUHYLVLSDGDVHWLDSODQJNDK0RGHO¿VLNDO\DQJ
jaran. dihasilkan adalah produk berupa Buku bahan ajar,
Pagi Panduan konseling kelompok, Buku latihan kerja
peserta didik untuk praktik konseling kelompok.
ikator Setelah mengalami validasi dan uji coba lapangan,
an uji diperoleh hasil bahwa model secara efektif dapat
mpok meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran konseling kelompok.
elihat
didik. KESIMPULAN
rangkuman, dan latihan. Berdasarkan temuan dari Gagnon Jr. George W. & Collay Michelle, Designing
ketiga kelas yang memberikan respon dengan rata- for Learning Six in Costructivist Classrooms.
rata-rata sangat baik, maka mengindikasikan bahan California: Corein Press, Inc,2001.
DMDUH¿VLHQGDQPHQDULNGHQJDQVLVWHPDWLNDVHVXDL
Gladding, Samuel T. Counseling A Comprehensive
konsep dasar dan praktik konseing kelompok, materi
Profession. Columbus, Ohio: Upper Saddle
yang memadai dan dilengkapi dengan evaluasi dan
River. New Yersey, 2004.
UHÀOHNVL
Respon Dosen terhadap Pembelajaran Jacobs, ED E. et al. Group Counseling : Strategi
Konseling Kelompok Konstruktivistik hasilnya untuk and Skills. California: Brook/Cole Publishing
kejelasan rancangan model pembelajaran (83,34%) Company, 2012.
menyatakan sangat jelas dan (16,67 %) menyatakan Panduan Umum Pelayanan Bimbingan
jelas. Untuk kejelasan setiap tahapan model dan Konseling pada Satuan Pendidikan Dasar
menyatakan (83,33 %) sangat jelas dengan tahapan dan Menengah. Semarang: ABKIN, 2013.
penggunaan model, sementara (16,66%) menyatakan
jelas dan masih ada yang belum dipahami yaitu Prayitno, Mengatasi Krisis Identitas
tentang penggunaan bagan alir konseling kelompok. ProfesiKonselor. Padang: FKIP,2013.
Selanjutnya strategi penilaian pembelajaran yang Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan
akan dilaksanakan ada (66,63%) menyatakan sangat Badan Penelitian dan Pengembangan, Metode
sesuai dengan karakteristik konseling kelompok. Penelitian Pengembangan, Jakarta: Departemen
selebihnya (33,34%) masih ada bagian yang belum Pendidikan Nasional. 2009.
sesuai sehingga memerlukan penjelasan. Adapun
Walter Dick, Lou Carey, dan James O Carey, The
bentuk penilaian yang memerlukan penjelasan
Systemic Design of Instruction. Boston:
adalah penilaian praktik konseling kelompok.
Pearson. 2005.
Keyakinan untuk melaksanakan model menunjukan
(83,33%) menunjukkan yakin dapat melaksanakan Wolfoofolk, Anita. Educational Psychology. Boston:
dan selebihnya (16,66%) berusaha untuk Person Educational Inc,2007.
mencobanya. Kesulitan belum ditemukan karena
belum melaksanakan. Komentarnya pembelajaran
akan menarik dan menantang, peserta didik akan
termotivasi untuk belajar mandiri.
DAFTAR RUJUKAN
Anita Wolfolk, Educatioan Pyscology. Pearson,
Inc. 2007.
Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern.
Jakarta: Erlangga. 2012.
Borg, Wolter R. & Meredith D. Gall. Educational
Research An Introduction, 7th ed. Boston:
Pearson Education Inc, 2003.
Corey Gerald, Marianne Schneider Corey, dan Gerald
Corey, Group Prosess and Practice. Australia:
Thomson Brooks/Cole, 2006.
Dewantara, Ki Hajar. Bagian I – Pendidikan.
Yogjakarta: Majelis Luhur Persatuan
TamanSiswa, 1977.
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching
andLearning. Bandung: Kaifa. 2009.