Anda di halaman 1dari 5

UTS MANAJEMEN PERUBAHAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

SEMESTER GASAL 2021-2022


Dosen: Dr. Didik Subiyanto, M.M

NAMA : LINA SETIAWATI


NIM : 2020301049
NO. AB. : 17

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2021
KRITISI TERHADAP UPAYA MANAJERIAL UNTUK MENYELAMATKAN
PT. GARUDA INDONESIA ERA ABDUL GANI PADA TAHUN 1998

Perubahan strategis pada PT. Garuda Indonesia pada era kepemimpinan Abdul Gani
menggunakan strategi manajemen turnaround, dimana strategi dilakukan jika suatu perusahaan
sudah mulai menghadapi persoalan-persoalan yang agak pelik dan melibatkan pihak-pihak
yang lebih luas. Pada tahapan ini perusahaan masih mempunyai sumberdaya dan waktu yang
memungkinkan untuk melakukan manuver-manuver perbaikan. Adapun masalah yang
dihadapi PT Garuda Indonesia pada tahun 1998 antara lain sebagai berikut:
A. Masalah Keuangan
Berkaitan dengan laba, uang masuk, uang keluar, investasi, biaya, kas
• Kegiatan bisnis yang Merugi
• Cashflow operasi negative.
• Kewajiban-kewajiban jatuhtempo sebesar $ 1,8 Juta- Net Worth negatif $234 juta.
Terjadinya krisis moneter dimana perusahaan jika memproduksi banyak menggunakan
bahan baku impor, investasi mensin banyak impor, modal juga banyak impor (hutang
dollar), ketika hutang jatuh tempo hutangnya membayar dengan dollar, sehingga rupiah
di tukar dengan dollar, karena permintaan dolar tinggi maka harga dollar akan tinggi
dan nilai rupiah akan jatuh. Sehingga mulai krisis, sehingga dibutuhkan perubahan
secara makro, dimana suatu perusaan tidak harus bergantung pada impor terkait bahan
bakunya.
• Sistem Informasi manajemen yang tidak dapat dikendalikan
B. Masalah Operasional biaya pendapatan laba
• Rute-rute yang diterbangi sebagian tidak menguntungkan.
• Terlalu banyak jenis pesawat
• Pelayanan dan Produk berkualitas rendah.
• Ketepatan waktu buruk
C. Masalah Manajemen; masalah perencanaan terhadap kegiatan suatu perusahan yang akan
diraih pada waktu 1 tahun, perencanaan anggaran, baik penganggaran keuangan maupun di
operasional. Dengan cara memperbaiki manajemen keuangan, operasioanal dan sumber
daya manusia.
• Manajemen tidak solid dan tidak efektif
• Operasional tidak efisien
• Budaya perusahaan tidak mendukung strategi (tidak fit dengan kebutuhan)
• Produktivitas rendah
PT Garuda Indonesia merupakan plat merah, yaitu masuknya faktor politik. Sehingga jika
perusahaan dimasuki faktor politik tidak akan sehat.

PT Garuda pada masa itu mempunyai kinerja yang memburuk, sehingga pada Era
kepemimpinan Abdul Gani, beliau membawa perubahan terhadap perusahaan Garuda
Indonesia. Ia mengajak beberapa orang muda di Indonesia untuk memotret masalah
masing-masing unit. Mereka ini kelak menjadi semacam Change agents di Garuda. Dengan
begitu, Gani bisa menciptakan iklim perubahan dengan lebih cepat. Ia sendiri
menganut pendekatan konsepsional, sistematis, bertahap dan konsisten, artinya, ia tidak
mau melakukan perubahan secara membabi buta atau berdasarkan selera dan
“mood” pribadi, melainkan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang tepat,
melalui proses yang diyakini bisa dilewati secara konsisten.
Adapun tahapan konsepsi yang dilakukan oleh Abdul Gani adalah sebagai berikut:
1. Abdul Gani mulai dengan program survival, yaitu dengan menghentikan pendarahan
yang dapat mematikan Garuda yaitu cashflow yang negatif, jumlah utang besar (4, 913
miliar rupiah atau 1,8 miliar dolar, dan modal perusahaan yang negatif.
Selama lima tahun beroperasi (1993-1997), net operating cash flownya negatif terus
menerus. Pada tahun 1993, negatif 408 juta dollar, dan pada dolar negatif, gani
bertindak cepat, dengan segera melakukan pembenahan keluar dan kedalam. Ia
meneruskan langkah perpindahan kantor dari Merdeka Selatan ke Cengkareng
sehingga lebih mudah melakukan pengawasan dan pengendalian. Semua “lemak”
yang tampak dilaopan keuangan ia bersihkan agar perusahaan lebih sehat dan ramping.
Ia juga mengubah paradigma berfikir Garuda dengan cara:
a. Mengajak anak-anak buahnya bersama-sama berfikir bahwa Garuda bukan hanya
sekedar angkutan udara, melainkan berada dalam “travel Business”.
b. Garuda adalah Businnes layanan (“Business on Service”) sehingga pelayanan,
kebersihan, dan ketepatan waktu harus diutamakan.
c. Garuda adalah perusahaan penerbangan komersial (Comercial Airline) sehingga
mutlak harus menerapkan seluruh norma bisnis secara utuh.
d. Penerbangan domestik adalah Prioritas usaha.
e. Menggeser segmentasi pasar ke kelas menengah keatas sehingga mendapat margin
yang lebih baik, sedangkan untuk segmen dibawah dilayani oleh citilink.
f. Pola pikir dan tindak di “Garuda in Business” yang berarti membuang sikap lama
yang tidak berorientasi pada bisnis.
g. Bekerja secara tim (team work) dan berirama seperti sebuah orkestra musik dengan
ketepatan waktu yang harmonis. Ibarat kanker, penyakit yang diderita oleh
manajemen Garuda saat itu memang sudah menyerang kemana-mana.

Sehingga dengan segala terpaksa di zaman abdul gani seluruh karyawan, harus
rela menelan pil-pil pahit agar perusahaan kembali sehat. Pemakaian jatah tiket gratis
kembali ditata kembali, praktik-praktik KKN dibersihkan, kordinasi dan reposisi
jabatan ditingkatkan. Tak semua orang tentu rela melakukannya. Tapi itulah
yang harus diambil agar Garuda tidak mau dibubarkan. Walaupun begitu, setahun
berikutnya titik terang mulai kelihatan. Garuda mulai bisa membagikan bonus kepada
karyawan. Ini adalah sesuatu yang sudah lama ditunggu-tunggu.

2. Tahun ke-2 Gani mencanangkan program ketepatan waktu (on-time Performance).


Dimasa Robby Djohan, setiap pesawat yang terlambat pergi selalu diawasi dan di
evaluasi. Bahkan pihak-pihak yang menghambat diberi teguran. Tetapi masih ada yang
sesuatu yang tersisa, yaitu kebiasaan yang masih melekat dari para konsumen elite,
yaitu (pejabat-pejabat tinggi) yang minta pesawat agar “menunggu“ sampai
mereka tiba dibandara. Kebiasaan-kebiasaan itu dihapus oleh Gani dengan
mengubah sikap mental seluruh petugas dan kepada mereka diberikan bonus
ketepatan waktu. Dikantor Garuda setiap akhir bulan karyawan bisa melihat apakah
bulan ini mereka berhasil mencapai terget yang ditentukan atau tidak. Bila ya,
direkening mereka masing-masing pasti akan mampir bonus tersebut. Bonus ini
ternyata berhasil bekerja dengan baik. Bahkan dalam dua tahun berturut-turut Garuda
memporoleh pengharggan “The Most Punctual Airline”. Dari bandara
Amsterdam. Bersamaan dengan itu, pelayanan secara menyeluruh ditingkatkan di
Garuda Airline. Untuk pertama kalinya seluruh staf (lintas fungsi) duduk bersama
merumuskan pelayanan mereka kepada konsumen. Dalam bisnis penerbangan, cabin
crew, terutama pilot adalah warga negara kelas satu yang berada di atas. Merekalah
yang menentukan keselamatan dan arah penerbangan. Mereka punya pelatihan khusus
dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku secara unik. Kali ini, sebelumprogram
komunikasi pemasaran yang terpadu digulirkan kepada khalayak umum, mereka diajak
duduk bersama-sama dengan staf di front desk, ticketing, niaga, keuangan dan
sebagainya. Tujuanya agar semua pihak mendukung program, rela menikatkan layanan,
dan meingkatkan tem work seluruhnya, sekitar 60 % karyawan, terlibat dalam proses
ini dan program ini dipercaya meninggalkan bekas yang sangat kuat hingga hari ini.

Kesimpulan
Pada era kepemimpinan PT Garuda Indonesia yaitu Abdul Gani, untuk mengatasi masa pelik
dilakukan Rekstrukturisasi peningkatan kinerja PT. Garuda Indonesia. Rekstrukturisasi
terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan maskapai penerbangan Garuda
Indonesia. Adapun Rekstrukturisasi yang dilakukan anatra lain sebagai berikut:
1. Faktor ketepatan memilih srategi
Pemimpin yang tepat tidak hanya mampu menyusun strategi dengan baik, tapi juga mampu
menjalankannya secara konsisten. Disamping bisa mentransformasi nilai-nilai perusahaan
kepada seluruh karyawan sebagai follower dan adaptif. Sehingga setiap membutuhkan
strategi agar dapat berjalan dengan optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
2. Perubahan terpimpin
Perubahan terpimpin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja garuda Indonesia,
yaitu pimpinan yang bisa memotivasi, antisipatif dan inspirasi merupakan indikator yang
paling sesuai diterapkan di perusahaan maskapai penerbangan.
3. Orientasi kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan jadi faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai
kenerja tinggi. Sebab kompetensi belum sepenuhnya mampu diwujudkan dalam bentuk
perbaikan kinerja jika tidak dilengkapi dengan orientasi kewirausahawan. PT Garuda
Indonesia harus profitable dan mandiri kedepannya, agar bisa berkesinambungan.

Meski berstatus BUMN, manajemen Garuda perlu dibebaskan dari intervensi pemerintah,
lembaga legislatif dan pihak lain yang bisa berpengaruh buruk terhadap kinerja perusahaan.
proses Rekstrukturisasi yang dilakukan oleh Abdul Gani dinilai berhasil dan dapat membawa
dampak positif terhadap PT. Garuda Indonesia salah satunya meningkatkan laba operasi PT.
Garuda.

Anda mungkin juga menyukai