Anda di halaman 1dari 25

Pemeriksaan Hasil Acuan Satuan Interpretasi

Normal

Hemoglobin 9,6 13-18 g/dl Rendah

Leukosit 12400 3200-10.000 mm3 Tinggi

Trombosit 55000 170-380 x 103 mm3 Rendah

Ureum 137 15-50 mg/dl Tinggi

Kreatinin 7,5 0,6 – 1,3 mg/dl Tinggi

Natrium 130 135 – 144 m/mmol Rendah

Kalium 5,0 3,6 – 4,8 mmol/l Tinggi

MCV 67 80 – 100 fl Normal

MCH 22,1 28– 34 pg/sel Menurun

MCHC 33 32 – 36 g/dl Normal

Albumin 1,56 3,5 – 5,0 g/dl Rendah

GDS 226 <140 mg/dl Tinggi

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

DS:- Gagal ginjal kronis Kelebihan volume cairan

DO:

- HB: 9,1 mg/dl


- Perut ascites Fungsi renal menurun

- Ketidakseimbanga
n elektrolit:
Natrium 130 mEq,
GRF <<
kalium 5,0 mmol/l
- Pekak di abdomen
- Edema +3 ( ke 2
ektremitas bawah)
Ketidakmampuan ginjal
- RR: 28 x/menit
mengencerkan urin
- TD: 160/100

Retensi Natrium dan H2O

TD>>>

Edema

Kelebihan Volume Cairan


DS: Ureum naik Keletihan

- Klien mengeluh
lemas dan tidak bisa
beraktivitas
GGK

DO:

- Klien tampak
pucat, konjungtiva Produksi hormon eritropoietin
anemis, turun

- TD: 160/100

- RR: 28x/menit
Anemia renal
- Pergerakan otot
nafas tambahan

- HB 9,6 g/dL
Keletihan
- MCH 22,1pg/sel

- kreatinin 7,5 mg/dl


( tinggi)

- ureum 137 mg/dl


( tinggi)

DS: -- Klien mengeluh Gagal ginjal kronis Ketidakefektifan perfusi


lemas dan tidak bisa jaringan perifer
beraktivitas

DO:

Produksi Hb turun
- Edema +3
- Nyeri tekan
- Klien tampak
pucat
Oksihemoglobin turun
- Konjungtiva
anemis
- GDS 226 mg/dl
- TD 160/100
Suplai O2 turun
mmHg
- HB: 9,6 g/dl

Lemas

Intoleran Aktivitas

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

DS: Penumpukan asam (H+) Ketidakefektifan pola


napas
- Klien mengeluh Meningkat
lemas
DO:

- RR: 28 x/menit
- Ada pergerakan Muatan asam ( H+)

otot napas
Meningkat
tambahan

Ph dalam darah darah


menuruh

Asidosis metabolik

Pernapasan kusmaul

Ketidakefektifan pola napas

DS: GFR << Risiko kerusakan


integritas kulit
- Klien mengeluh
gatal gatal

DO Gagal Ginjal Kronis

- Ureum 137 mg/dl


- Albumin 1,56 Sekresi protein terganggu

Protein dalam darah


menumpuk

Sindrom uremia

Pruritus

Risiko kerusakan integritas


kulit

DS: Gagal ginjal kronis Ansietas

- Klien merasa mual


- Klien mengatakan
bahwa klien
Kurang terpapar informasi
merasa cemas
karena baru
didiagnosa gagal
ginjal dan harus Ansietas
menjalani
hemodialisis
DO:

- TD:
160/100mMhg
- Pasien tampak
pucat
- RR: 28x/menit

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


(1) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi d.d HB: 9,1 mg/dl , Perut
ascites, Ketidakseimbangan elektrolit: Natrium 130 mEq, kalium 5,0 mmol/l, Pekak di
abdomen, Edema +3 ( ke 2 ektremitas bawah), RR: 28 x/menit, TD: 160/100
(2) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d hiperglikemia d.d Klien mengeluh lemas dan
tidak bisa beraktivitas, Edema +3, Nyeri tekan, Klien tampak pucat, Konjungtiva anemis,
GDS 226 mg/dl, TD 160/100 mmHg, HB: 9,6 g/dl
(3) Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi d.d.Klien mengeluh lemas, RR: 28
x/menit, Ada pergerakan otot napas tambahan
(4) Risiko kerusakan integritas kulit d.d Klien mengeluh gatal gatal, Ureum 137 mg/dl,
Albumin 1,56
(5) Keletihan b.d kondisi fisiologis d.d Klien mengeluh lemas dan tidak bisa beraktivitas TD:
160/100, RR: 28x/menit, Pergerakan otot nafas tambah, HB 9,6 g/dL, MCH 22,1pg/sel,
kreatinin 7,5 mg/dl ( tinggi), - ureum 137 mg/dl ( tinggi),
(6) Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d Klien merasa mual, Klien mengatakan bahwa
klien merasa cemas karena baru didiagnosa gagal ginjal dan harus menjalani
hemodialisis, TD: 160/100 mmhg, Pasien tampak pucat, RR: 28x/menit
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. DX Tujuan Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


(1) Manajemen cairan/elektrolit  Untuk melihat adanya tanda
selama 3x24 jam, keseimbangan cairan
dehidrasi atau overhidrasi
meningkat, dengan kriteria hasil:etelah  Pantau kadar serum elektrolit
 Status paru atau jantung
dilakukan tindakan keperaw yang abnormal
menunjukkan kelebihan
 Berikan cairan yang sesuai
- Edema tidak ada cairan atau dehidrasi
- Suara napas tambahan tidak ada  Monitor perubahan status
 Untuk mengetahui
- Berat badan cukup terganggu (3) paru atau jantung
keefektifan terapi
 Monitor hasil laboratorium
 Diet yang diberikan diet
yang berkaitan dengan
sodium bertujuan untuk
keseimbangan cairan dan
 Furosemide merupakan
retensi cairan
salah satu jenis terapi
 Berikan resep diet yang tepat
diuretic yang bertujuan
 Kolaborasi pemberian
untuk menurunkan volume
furosemide 40 mg
plama sehingga aliran balik
vena berkurang

Manajemen Hipervolemia  Memberikan informasi


terkait efektivitas terapi
 Timbang BB setiap hari
diuretic
 Monitor status hemodinamik
 Monitor pola pernapasan  Pola pernapasan untuk
 Monitor suara paru mengetahui adanya
abnormal, jantung abnormal perbaikan edema pulmonal
 Monitor intake dan output
 Suara jantung paru untuk
mendengar suara nafas
tambahan dan suara jantung

 Untuk mengetahui adanya


retensi cairan
Manajemen cairan/elektrolit
(2) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Untuk melihat adanya tanda
selama 3x24 jam, perfusi jaringan perifer - Pantau kadar serum elektrolit
dehidrasi atau overhidrasi
meningkat dengan kriteria hasil: yang abnormal
- Status paru atau jantung
- Berikan cairan yang sesuai
- Edema perifer ringan menunjukkan kelebihan cairan
- Monitor perubahan status paru
- Tekanan darah normal atau dehidrasi
atau jantung
- Untuk mengetahui keefektifan
- Monitor hasil laboratorium yang
terapi
berkaitan dengan keseimbangan
- Diet yang diberikan diet
cairan dan retensi cairan
sodium bertujuan untuk
- Berikan resepdiet yang tepat
menurunkan tekanan darah

- Mengetahui adanya
parthesia ( kesemutan)
Manajemen sensasi perifer
pada pasien

- Monitor adanya - Untuk mengetahui danya

parasthesia pada pasien kerusakan kulit

- Instruksikan pasien dan


keluarga untuk
memeriksa adanya
kerusakan kulit

- Untuk mengidentifikasi

Pengecekan Kulit warna, kehangana,

- Amati warna, bengkak, pulpasi,

kehangatan, bengkak, tekstur, edema dan ulseri

pulsasi, tekstur, edema, ektermitas pada pasien

dan ulserasi pada - Untuk mengetahui

ekstremitas keadaan umum pasien


- Monitor warna dan suhu - Anjurkan pasien
kulit menggunakan pakasian
- Monitor adanya ruam dan yang longgar agar
lecet terhindar adrai ruam dan
lecet

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Pernafasan  Pola nafas yang tidak efektif
(3)
selama 3x24 jam, status pernafasan  Monitor kecepatan, irama, dapat diperlihatakan melalui
meningkat, dengan kriteria hasil: kedalaman, dan kesulitan irama nafas, kedalaman,
 Frekuensi napas, deviasi ringan bernafas kesulitan nafas, pergerakan
dari kisaran normal  Catat pergerakan dada dada (adanya otot
 Penggunaan otot bantu  Monitor suara nafas tambahan) sehingga monitor
pernafasan tidak ada  Monitor pola nafas tiga hal tersebuh dapat
 Dispnea ringan  Monitor saturasi oksigen dilakukan untuk melihat
perbaikan pola nafas
 Auskultasi suara nafas
 Saturasi oksigen merupakan
 Palpasi kesimetrisan paru
komponen penting dalam
TTV dan indikasi
diberikannya terapi oksigen
 Auskultasi dilakukan untuk
mendengar suara napas
tambahan
 Palpasi untuk melihat
kesimetrisan dinding dada
saat inspirasi dan ekspirasi

(4) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengecekan Kulit


selama 3x24 jam, integritas jaringan
 Jaga kulit agat tetap bersih  Untuk memberikan
kulit dan membran mukosa meningkat,
dan kering kenyaamanan dan bersih
dengan kriteria hasil:
 Monitor kulit akan adanya  Untuk memonitor adanya
 Tidak ada tanda-tanda infeksi kemerahan  gatal atau kemerahan pada
 Memandikian pasien dengan kulit
 Perfusi jaringan normal
sabun dan air hangat  Untuk memberikan raa
nyaman dan bersih

Manajemen Pruritus
- Anjurkan pasien
- Berikan krim atau losion
menggunakan krim atau
yang mengandung obat
lotion utnuk mencegah
sesuai kebutuhan
kerusakan itegritas kulit
- Instruksikan pasien untuk
- Anjurkan pasien dengan
membatasi mandi
kompres hangat dan batasi
- Instruksikan pasien untuk
mandi
mandi dengan air hangat
- Anjurkan pasien untuk
- Instruksikan pasien untuk
menggunakan telapak
menggunakan telapak tangan
tangakn ketika menggosok
ketika menggosok area kulit
area kulit untuk menjaga
yang luas
kondisis kulit agar
kelembabpan stabil dan
mengurngi rasa nyeri

Manajemen Energi
(5) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
 Kaji status fisiologis pasien - Untuk mengetahui penyebab
selama 3x24 jam, tingkat kelelehan
 Monitor intake nutrisi kelelahan klien
berkurang dengan kriteria hasil
 Monitor sistem - Untuk mengetahui sumber

- Kelelahan tidak ada kardiorespirasi pasien selama energi yang adekuat

- Kegiatan sehari-hari sedikit kegiatan - Memantau tanda-tanda

terganggu  Monitor waktu dan lama bahaya atau gejala lain

istrahat tidur pasien - Untuk mengetahui

 Lakukan rom aktif maupun kecukupan istirahat klien

pasif - Untuk menghilangkan


ketegangan otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan Kecemasan


(6)
selama 3x24 jam, tingkat kecemasan  Gunakan pendekatan yang  Meningkatkan kepercayaan
berkurang dengan kriteria hasil: tenang dan meyakinkan pasien kepada perawat
 Berikan informasi faktual  Agar pasien mengetahui
 Perasaan gelisah ringan
terkait diagnosis, perawatan, kondisinya saat ini dan
 Peningkatan TD tidak ada
dan prognosis mengetahui dampak atau
keuntungan dari tindakan
yang akan diberikan
Terapi Musik

 Pertimbangkan minat klien


 Meningkatkan efektifitas
terhadap musik
terapi karena pasien
 Bantu individu menentukan
menikmati musik
posisi yang nyaman
 Pastikan bahwa volume  Meningkatkan kenyamanan
musik adekuat dan tidak
terlalu keras
Pengajaran: Prosedur/Perawatan

 Jelaskan prosedur
 Mengurangi kecemasan
hemodialisis
pasien akan tindakan
 Informasikan mengenai siapa
 Meningkatkan kepercayaan
yang melakukan tindakan
pasien
 Kaji pengalaman pasien dan
 Mengetahui sejauh mana
tingkat pengetahuan
pemahaman pasien terkait
tindakan yang akan
diberikan
1. Penatalaksanaa Gagal Ginjal Kronik

Penatalaksanaan gagal ginjal kronik (GGK) dibagi menjadi dua


tahap yaitu penanganan konservatif dan terapi penggantian ginjal.
Penanganan GGK secara konservatif terdiri dari tindakan untuk
menghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan pasien,
dan mengobati setiap faktor yang reversible. Sedangkan penanganan
dengan pengganti ginjal dapat dilakukan dialisis intermitten atau
transplantasi ginjal yang merupakan cara paling efektif untuk penanganan
gagal ginjal (Haryanti & Nisa, 2015).

a. Penanganan secara konservatif bertujuan untuk mencegah


memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan –
keluhan akibat akumulasi toksin, memperbaiki metabolisme secara
optimal, dan memelihara keseimbangan cairan elektrolit. Beberapa
tindakan konservatif yang dapat dilakukan dengan pengaturan diet
pada pasien GGK.
b. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada saat penyakit GGK sudah
berada pada stadium 5 yaitu saat LFG kurang dari 15 ml/ menit.
Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, continuous ambulatory
peritoneal dialysis (CAPD) serta transplantasi ginjal (Haryanti & Nisa,
2015).

Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Kronik Pemeriksaan


diagnostik pada sistem ginjal menurut (Priscilla LeMone, 2016) yaitu :

1. Hemoglobin Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa


kadar protein yang ada di dalam sel darah merah. Nilai
normalnya : untuk pria 14-18 g/dl, dan untuk perempuan 12-16
g/dl.

2. Albumin Pemeriksaan darah ini digunakan untuk memeriksa


fungsi organ ginjal. Nilai normalnya : 3,4-5,4 g/dl.

3. Nitrogen Urea Darah (BUN) Pemeriksaan darah ini mengukur


urea. Nilai normalnya : 5-25 mg/dl.
4. Kreatinin (Serum) Pemeriksaan darah ini digunakan untuk
mendiagnosis disfungsi ginjal. Kreatinin adalah sisa pemecahan
otot yang diekskresikan oleh ginjal. Perbandingan nilai normal
BUN/kreatinin yaitu 10:1. Nilai normal : serum 0,5-1,5 mg/dl.

5. Klirens Kreatinin Pemeriksaan urine 24 jam untuk


mengidentifikasi disfungsi ginjal dan memonitor fungsi ginjal.
Nilai normal : 85-135/menit.

6. Sistasin C Pemeriksaan darah ini dapat digunakan untuk


alternatif pemeriksaan kreatinin guna melakukan skrining dan
memonitor ginjal pada orang yang diduga mengalami penyakit
ginjal. Sistain C merupakan inhibitor proteinase sistein yang
disaring oleh ginjal.

7. CT Scan Ginjal CT scan digunakan untuk mengevaluasi ukuran


ginjal, tumor, abses, massa suprarenal dan obstruksi.

8. Sistometogram (CMG, cystometogram) / (Sistogram berkemih)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi kapasitas
kandung kemih dan fungsi neuromuskular kandung kemih,
tekanan uretra, dan penyebab disfungsi kandung kemih.

9. GFR terukur (estimed GFR, eGFR) GFR terukur dianggap


sebagai cara yang paling akurat mendeteksi perubahan fungsi
ginjal. Nilai normal : 90-120 ml/menit.

10. IVP (intravenous pyelogram) IVP merupakan pemeriksaan


radiologi yang dilakukan untuk memvisualisasikan seluruh
saluran ginjal untuk mengidentifikasi ukuran, bentuk, dan fungsi
ginjal yang abnormal.

11. MRI ginjal MRI digunakan untuk memvisualisasikan ginjal


dengan mengkaji gelombang frekuensi radio dan perubahan
medan magnetik yang ditunjukkan pada layar komputer.
12. Scan kandung kemih ultrasonik portabel Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai urine
residual.

13. Erteriogram atau angiogram ginjal Pemeriksaan radiologi ini


dilakukan untuk memvisualisasikan pembuluh darah ginjal guna
mendeteksi stenosis arteri renalis, trombosis atau embolisme
ginjal, tumor, kista.

14. Biopsi ginjal Biopsi ginjal dilakukan untuk menentukan


penyebab penyakit ginjal, mencegah terjadinya metastasis
kanker ginjal, atau bila ada penolakan dengan transplantasi
ginjal.

15. Scan ginjal Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi


aliran darah, lokasi, ukuran, dan bentuk ginjal, serta untuk
mengkaji perfusi ginjal dan produksi urine.

16. Ultrasonografi ginjal Pemeriksaan non invasif dilakukan untuk


mendeteksi massa ginjal atau perirenal, mengidentifikasi
obstruksi, dan mendiagnosis kista ginjal.

17. Urine residual (postvoiding residual urine) Pemeriksaan urine


residual dilakukan untuk mengukur jumlah urine yang tersisa
dalam kandung kemih setelah berkemih. Nilai normal
Peran perawat sebagai care giver

Peran perawat merupakan peran yang sangat penting dari peran-peran

yang lain karena baik tidaknya layanan profesi keperawatan dirasakan langsung

oleh pasien. Adanya hubungan yang bermakna antara peran perawat sebagai care

giver dengan kualitas hidup pasien, peran perawat sebagai care giver sangat

penting bagi pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik. (GGK). Hemodialisa

merupakan terapi yang menggunakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti

untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran

darah manusia melalui membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan

cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra

filtrasi. Terapi hemodialisa menjadis salah satu tindakan pengobatan yang

dilakukan pada pasien GGK karena dengan melakukan terapi hemodialisa pasien

dapat mampu bertahan hidup. Namun dalam tindakan tersebut mempunyai efek

samping yang sangat berpengaruh pada kondisi pasien yang sudah melakukan

terapi hemodialisa,diantaranya adalah kondisi fisik serta psikologis penderita

GGK (Kemenkes, 2018).

Peran perawat dalam kasus ini selain memberikan tindakan hemodialisa

ada juga intervensi Mindfulness, intervensi ini merupakan salah satu intervensi

keperawatan yang dapat diterapkan perawat untuk mengurangi masalah stres pada

pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) bahwa terapi Mindfulness terbukti efektif

menurunkan tingkat stres dan depresi pada pasien Gagal Ginjal Kronik, intervensi

Mindfulness spiritual islam bisa meningkatkan kepatuhan pengobatan dan

kegiatan spiritual pasien. Mindfulness spiritual islam dapat membantu pasien

mengenali masalah yang menyebabkan masalahnya. terapi ini merupakan terapi


dengan cara meditasi sehingga dapat melatih seseorang untuk fokus terhadap

keadaan sekitar dan emosi yang dirasakan serta dapat menerimanya secara

terbuka.

A. Autonomi (kebebasan)

Autonomi merupakan salah satu dalam aspek legal etik dimana pada kasus

ini menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini

setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari

pasien atau keluarga terdekat. autotonomi didasari oleh penilaian kebenaran

manusia untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya sendiri, Perawat

menghargai dan menghormati keputusan pasien, serta melindungi pasien yang

tidak bisa memberikan keputusan bagi dirinya sendiri.

Benificiency ( berbuat baik )

Yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis

dan keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang

baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan pasien dan

keluarga. Dalam hal ini perawat perawat harus memberikan pelayanan yang

terbaik pada pasien sehingga tidak merugikan pasien dan keluarga pasien

Non-Maleficence ( Tidak merugikan )

Poin ini yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan

pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan

pasien. Dalam hal ini ketika perawat sedang melakukan tindakan keprawatan tidak

menimbulkan bahaya pada pasien baik cedera fisik ataupun psikologis.


Justice ( keadilan)

Prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam diri perawat, dalam melakukan

tindakan medis keperawatan harus bersifat adil, tenaga medis harus menjunjung

prinsip keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien. Dalam hal ini

perawat dan tenaga medis yang lain harus bersipat adil dalam melakukan tindakan

keperawatan, tidak boleh membeda-bedakan status pasien sehingga dapat

merugikan pasien tersebut.

Veracity ( kejujuran )

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu

kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Nilai ini sangat diperlukan

oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap

klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.

Prinsip fidelity (menepati janji)

Poin ini menjelaskan perawat dalam memberikan pelayanan harus setia

kepada klien serta memiliki komitmen dalam memberikan pelayanan dengan baik.

Dalam hal ini perawat harus setia pada komitmennya dan harus menepati janji

serta menjaga kerahasiann klien. Karena ketaatan, kesetian, merupakan kewajiban

seseorang untuk memperthankan komitmen yang sudah dibuat.

Prinsip accountability (bertanggungjawab)

yaitu perawat harus bertanggungjawab mengenai tindakan yang dilakukan

terhadap klien maupun keluarga

Prinsip confidentiality (kerahasiaan)


Aturan dalam prinsip kerahasiaan yaitu perawat harus menjaga rahasia

setiap privasi klien, segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan

Kesehatan klien hanya boleh dibaca Ketika klien dalam pengobatan baik pada saat

klien masih hidup maupun sudah meninggal (Utami, 2016)


DAFTAR PUSTAKA

Haryanti, I. A. P., & Berawi, K. N. (2015). erapi Konservatif dan Terapi


Pengganti Ginjal sebagai Penatalaksanaan pada Gagal Ginjal
Kronik. Jurnal Majority, 4(7), 49-54.

LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku


Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai