S
DENGAN GANGGUAN MENTAL : DEPRESI
Pembimbing
Dewi Dolifah, M.Kep.,Ners.
Disusun Oleh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan
sehari hari
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan segala kekurangan dalam makalah ini kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.
i
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN.................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................... 6
A. Kasus ......................................................................................................... 17
B. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................... 17
ii
A. Karakteristik Demografi ......................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Demikian pula lansia yang hidup dijalanan, lansia yang awalnya tinggal di
jalanan merasa senang tinggal di panti karena kehidupannya lebih meningkat
dan jauh dari kemiskinan. Sedangkan penyebab depresi lansia yang tinggal di
panti biasanya karena hidup sendiri, merasa kesepian, merasa dianggap orang
yang lemah oleh lingkungannya, tertekan karena perlakuan keluarga yang
kurang menghormatinya, merasa dibuang oleh keluarga dan lain-lain (Kaplan
& Saddock, 1998 dalam Kusumowardani, 2014).
Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia.
Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan
berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia
karena dianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang
dialami oleh lanjut usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat
terhadap depresi dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi
lanjut usia (Dewi, 2014). Depresi yang sering dialami lansia tersebut juga
menyebabkan gangguan mekanisme koping pada penderitanya, kebanyakan
pada klien lansia dengan depresi mengalami koping individu yang tidak efektif
(Irawan, 2013). Menurut WHO (2013), depresi merupakan gangguan psikologis
terbesar ketiga yang diperkirakan terjadi pada 5% penduduk di dunia. Penelitian
yang dilakukan oleh Pracheth &Chowti (2013) di India, memberikan hasil dari
218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64 orang (29,36%) yang mengalami
depresi.
Di Indonesia, belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti tentang
jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi. Namun peningkatan
jumlah penderita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu melalui
peningkatan jumlah kunjungan pasien yang berobat ke pelayananan kesehatan
maupun peningkatan obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari,
2013). Diperkirakan dari jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2013 yaitu
24 juta jiwa, 5% mengalami depresi. Akan meningkat 13,5% pada lanjut usia
yang memiliki penyakit kronis dan dirawat inap. Dari hasil pendahuluan kasus
bulan November tahun 2018 di Pelayananan Sosial Tresna Werdha tercatat 13
3
orang lansia tersebut mengalami keadaan depresi. Depresi adalah gangguan
mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses
mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan
kehilangan harapan (Rice PL 1992, dalam Journal An-nafs: Kajian dan
Penelitian Psikolog 2016).
Depresi dapat menyebabkan mekanisme koping yang sering dialami lansia
yaitu ketidakmampuan klien untuk menerima realita yang terjadi pada usia
lanjutnya dan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya
kasih sayang dari keluarga dan perasaan tidak diinginkan oleh keluarganya serta
faktor tidak mempunyai keluarga atau disebut juga sebatang kara. Batasan
karakteristik yang terjadi yaitu perubahan pada pola komunikasi yang biasa.
Depresi pada lanjut usia telah menjadi masalah utama yang dihubungkan
dengan kematian dan kejadian bunuh diri (Jones, 2003). Hasil penelitian
menyebutkan 15% lanjut usia memiliki kecenderungan bunuh diri karena
depresi (Subrata, 2003). Risiko bunuh diri pada lanjut usia wanita yang
mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi daripada lanjut usia laki-laki
(Jones 2003). Bila hal ini tidak disikapi dengan benar dapat membahayakan
lanjut usia. Ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk
membentuk penilaian valid tentang stresor, ketidakadekuatan pilihan respons
yang dilakukan, dan atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya
yang tersedia. (Wilkinson, 2016). Untuk memperkecil dampak yang
ditimbulkan dari koping individu inefektif, perlu dilakukan intervensi
keperawatan.
Intervensi yang dapat dilakukan dan dijadikan panduan oleh perawat
sebagai acuan untuk mengatasi masalah pada lansia depresi yang mengalami
ketidakefektifan koping menurut Wilkinson (2016) adalah gunakan pendekatan
yang tenang dan menentramkan hati, kurangi stimulus lingkungan yang dapat
disalah-artikan sebagai ancaman, berikan suasana penerimaan, hargai dan
diskusikan respon alternative terhadap situasi, anjurkan pengungkapan
perasaan, persepsi, dan ketakutan, berikan konseling, dorong latihan fisik,
4
lakukan aktivitas spiritual kepada klien sesuai keyakinan yang dianut. Salah
satu teknik latihan fisik yang dapat digunakanadalah senam bugar lansia. Senam
bugar lansia adalah senam aerobik low impact yang dikeluarkan Perwosi
(Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) khusus bagi lanjut usia. Hasil
penelitian oleh Agustin & Ulliya (2014) menunjukkan bahwa senam bugar
lansia dapat meningkatkan koping individu dengan cara memicu perubahan
pola aktivitas lansia, yang akhirnya perubahan pola ini membawa pengaruh
pada perubahan irama sirkadian tubuh dalam mensekresi hormon endorphin
(Moh Soleh, 2006).
5
BAB II
KONSEP TEORI DEPRESI PADA LANSIA
6
ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme
perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi atrofi.
2) Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neorotical sebesar 1 per detik
hubungan persarafan cepat menurut, lambat dalam merespon baik
dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress,
mengecilnya saraf pancaindera, serta menjadi kurang sensitif
terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membrane
tymphan mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan
serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menrun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa dan stress.
4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfringter pupil dan hilangnya respons
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa
lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya
ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya unutk membedakan antara warna biru dengan
hijau pada sklaa pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskular
Elastisitas didnding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan eslastisitas
7
pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah
meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembluh
darah perifer.
7) Sistem Pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya kativitas dari silia, paru-paru kehilangan
elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih
berat, kapasitas pernapasan mkasimum menurun, dan kedalama
bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dn
jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan
otot pernapasan.
8) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami peurunan,
esofagus melebar, sensivitas akan rasa lapar menurun, produksi
asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun, hati (liver) semakin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.
9) Sistem Genitourinaria
8
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat
pada penurunan kemampuan ginjal untukmengonsentrasikan urine,
berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1), blood urine
nitrogen (BUN) meningkathingga 21mg%, nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, Otot-otot kandung kemih (vesica
urinaria) melemah, kapasitasnya menurun hingga 200ml dan
menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat, kandung
kemihsulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine. Pria
dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga kurang lebih 75% dari besar normalnya.
9
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin
rapuh, kifosis,persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga
gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan (intellegence quotient-I.Q),
dan kenangan (memory), kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan
jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu) mencakup
beberapa perubahan dan kenangan jangka pendek atau seketika (0- 10
menit) biasanya dapat berupa kenangan buruk.
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
5) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness
mortality)
10
a) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan
kejadian yang akan terjadi
b) Sulit tidur sepanjang malam
c) Rasa tegang cepat marah
d) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau
takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya
kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak
dideritanya
e) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan
f) Rasa panit terhadap masalah ang ringan
2. Depresi
a) Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun
sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaanya sehari-
hari. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat
menikmati kehidupan sehari-hari.
b) Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
c) Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
d) Daya konsentrasi berkurang
e) Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan
dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa
f) Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat
badan menurun secara cepat.
g) Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada
kecenderungan untuk bunuh diri.
3. Insomnia
a) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari
sehingga mereka masih semangat sepanjang malam.
b) Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari.
c) Gangguan cemas dan depresi
d) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman
11
e) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak
minum pada malam hari
f) Infeksi saluran kemih
4. Paranoid
a) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-
teman, atau orang-orang disekelilingnya.
b) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian
menduuh orang-orang disekelilingnya mencuri atau
menyembnyikan barang miliknya.
c) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain,
seperti depresi dan rasa marah yang ditahan
5. Demensia
a) Meningkatnya keslitan dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari
b) Mengabaikan kebersihan diri
c) Sering lupa akan kejadian-kejadian yang dialam, dalam
keadaan yang makin berat, nama orang atau keluarga
dapat dilupakan.
d) Pertanyaan atau kata-kata sering diulang-ulang
e) Tidak mengenal demensia waktu, misalnya bangun dan
berpakaian pada malam hari.
f) Tidak dapat mengenal demensia ruang atau tempat.
g) Sifat dan perilaku berubah menjadi keras kepala dan cepat
marah
h) Menjadi depresi dan menangis tanpa alasan yang jelas
12
penuaan tidak dapat dihindarkan dan terjadi perubahan keadaan fisik, selain itu
juga para lansia mulai kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan hidup,
kehilangan teman, risiko terkena penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan
memicu kesepian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan mental,
salah satunya adalah depresi. Depresi adalah kondisi emosional yang umumnya
ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan merasa
bersalah, menarik diri dari orang lain, terganggunya pola tidur, kehilangan
selera makan, hasrat seksual, serta minat dan kesenangan dalam aktivitas yang
biasa dilakukan (Davison, Neale & Kring, 2010). Depresi merupakan salah satu
gangguan mental yang banyak dijumpai pada lansia akibat proses penuaan.
Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan
individu untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah, depresi dapat
menyebabkan bunuh diri. Oleh karena itu, para lansia perlu mendapat perhatian
dan dukungan dari lingkungan dan keluarga agar dapat mengatasi perubahan
yang terjadi, selain perubahan fisik dan keadaan mental yang makin rentan.
Suatu penelitian menunjukkan variasi prevalensi pada lansia antara 0,4-
35%, rata-rata prevalensi depresi mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan gejala
klinis depresi nyata 13,5%. Sekitar 15% lansia tidak menunjukkan gejala
depresi yang jelas dan depresi terjadi lebih banyak pada lansia yang memiliki
penyakit medis. Beberapa kondisi lingkungan juga sangat berkaitan dengan
tingkat depresi lansia. Orang yang tinggal di kota dua kali lebih besar tingkat
depresinya dibandingkan dengan orang yang tinggal di desa. Sedangkan orang
yang tinggal sendiri, orang yang bercerai, kondisi ekonomi rendah, tidak punya
tempat tinggal dan tidak bekerja akan mengalami tiga kali lebih sering depresi
dibanding populasi umum.
Saat ini telah diketahui beberapa faktor penyebab depresi, seperti faktor
genetik, biokimia, lingkungan, dan psikologis. Pada beberapa kasus, depresi
berasal dari faktor genetik, orang yang memiliki keluarga depresi lebih
cenderung menderita depresi. Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar,
pengguna alkohol, skizofrenia, atau gangguan mental lainnya juga
meningkatkan resiko terjadinya depresi. Selain itu, kasus trauma, kematian
13
orang yang dicintai, keadaan yang sulit, atau kondisi stres juga memicu
terjadinya depresi. Pada lansia, ketidakmampuan dalam beradaptasi secara
psikologis terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya menjadi salah satu
penyebab terjadinya depresi.
PERUBAHAN FISIK
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL
PERUBAHAN SPIRITUAL
PERUBAHAN FISIK
a. Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat
badan bulan terakhir)
14
b. Gangguan tidur berupa sulit untuk memulai tidur atau tidur terlalu lama
c. Penurunan energi dengan perasaan lemah dan kelelahan fisik
PERUBAHAN PEMIKIRAN
PERUBAHAN PERASAAN
PERUBAHAN PERILAKU
15
Harus terdapat lima dari gejala berikut, yaitu mood depresi, kehilangan minat,
kehilangan kesenangan dalam semua atau sebagian besar kegiatan, berat
badan berkurang atau bertambah (lebih dari 5%), insomnia atau hipersomia,
retardasi atau agitasi psikomotor, lelah, perasaan tidak berharga atau bersalah
yang tidak jelas, penurunan kemampuan berkonsentrasi, pemikiran kematian
atau bunuh diri yang berulang
Harus terdapat satu dari gejala utama, yaitu mood depresi, kehilangan minat,
kehilangan kesenangan dalam semua atau sebagian besar kegiatan
Gejala tersebut setidaknya terjadi selama dua minggu yang menyebabkan
gangguan fungsi dan tidak merupakan pengaruh penggunaan zat, kondisi
medis, atau kehilangan (kematian)
Harus terdapat dua gejala, namun kurang dari lima gejala gangguan depresi
mayor
Gejala tersebut setidaknya terjadi selama dua minggu yang menyebabkan
gangguan fungsi dan tidak merupakan pengaruh penggunaan zat, kondisi
medis, atau kehilangan (kematian)
Diagnosis ini hanya untuk penderita tanpa riwayat gangguan depresi mayor,
distimik, bipolar, atau psikotik
Depresi pada lansia seringkali tidak terdeteksi, oleh karena itu tenaga
kesehatan perlu membuat strategi pengobatan yang komprehensif untuk mengatasi
depresi pada lansia, termasuk metode penapisan depresi, intervensi psikologis, dan
farmakoterapi yang tepat, karena apabila diagnosis terlambat ditegakkan dan
pengobatan yang tidak tepat akan menyebabkan terhambatnya hasil yang maksimal.
16
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA Ny.S
DENGAN GANGGUAN MENTAL : DEPRESI
A. Kasus
B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 68 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Status perkawinan : Janda
Alamat : Desa D
17
Orang terdekat yang dihubungi :-
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan masih hidup,
Nama :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal : 15 juni 2021
Penyebab kematian : Serangan Jantung
2. Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
Nama dan alamat :
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Tahun meninggal : 02 Mei 1980
Penyebab kematian : Demam Berdarah
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Serabutan
2. Pekerjaan sebelumnya : Ibu Rumah Tangga
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Pekerja
Serabutan
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
1. Tipe tempat tinggal : Pedesaan
2. Jumlah kamar :1
3. Jumlah tingkat :-
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : Satu Orang
5. Derajat privasi : baik
6. Tetangga terdekat : Ny. A
18
RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Berkebun
2. Keanggotaan kelompok :-
3. Liburan/perjalanan :-
19
e. Makanan yang tidak disukai :-
f. Alergi terhadap makanan :-
g. Pantangan makanan :-
h. Keluhan yang berhubungan dengan makan :-
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : 8x sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : 1x
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-
b.BAB
Frekuensi dan waktu : 1x sehari
Konsistensi : lembek
Keluhan yang berhubungan dengan BAB :-
Pengalaman memakai Laxantif/pencahar :-
3. Personal hygiene
a. Mandi
Frekuesi dan waktu mandi : 2x pagi dan sore
Pemakaian sabun ( ya/tidak ) : ya
b. Oral hygiene
Frekuensi dan gosok gigi : 2x sehari
Menggunakan pasta gigi : ya
c. Cuci rambut
Frekuensi : 3x seminggu
d. Penggunaan shampoo ( ya/tidak ) : ya
e. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : 1x seminggu
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : ya
20
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur malam : 5jam
Tidur Siang :-
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : insomnia
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
a. Olahraga :-
b. Nonton TV :-
c. Berkebun/memasak : Berkebun
6. Kebiasaan mempengaruhi kesehatan
a. Merokok (ya/tidak) : tidak
b. Minuman keras (ya/tidak) : tidak
c. ketergantungan terhadap obat (ya/tidak) : ya
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis Kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
1. Memasak 30 menit
2. Bersih-bersih rumah 1jam
3. Cuci baju 1jam
4. Cuci piring 30menit
5. Tidur siang -
G. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :-
b. Gejala yang dirasakan :-
c. Factor pencetus :-
d. Timbul keluhan :()
mandadak ( ) bartahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan :-
21
f. Upaya mengatasi :-
H. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua,
paman, bibi, saudara kandung, pasangan, anak-anak)
-
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga
Klien mengatakan suaminya mengalami penyakit jantung dan
anaknya pernah mengalami demam berdarah.
I. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis (G 4 C 5 S 5)
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Nadi : 95
Suhu : 36,6
RR : 15
3. Penilaian umum Kelelahan
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( Ya )
Perubahan nafsu makan : ( Ya)
Demam : ( Tidak)
Keringat malam : ( Tidak)
Kesulitan tidur :
22
(Ya)
Sering pilek, infeksi : ( Tidak)
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ( T i d a k )
Kemampuan melakukan ADL : ( ya)
4. Integumen
Lesi/luka : ( Tidak)
Pruritus : ( Tidak)
Perubahan pigmentasi : ( Tidak)
23
Tanggal pemeriksaan paling akhir : 21 September 2021
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : 21 September 2021
Dampak pada penampilan ADL : -
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ( Tidak )
Vertigo : ( Tidak )
Sensitivitas pendengaran : (Tidak )
Riwayat infeksi : (Tidak )
Tanggal pemeriksaan paling akhir : 21 September 2021
Kebiasaan perawatan telinga : dibersihkan setiap hari
Dampak pada penampilan ADL : -
9. Hidung dan sinus
Nyeri pada sinus : ( Tidak )
Alergi : (Tidak )
Riwayat infeksi : ( Tidak )
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori :
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( Tidak)
Lesi/ulkus : ( Tidak)
Kesulitan menelan : ( Tidak)
Perdarahan gusi : ( Tidak)
Karies : ( Tidak)
Riwayat infeksi : ( Tidak)
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : 21 September 2021
24
11. Leher
Kekakuan : ( Tidak )
Nyeri/nyeri tekan : ( Tidak )
Benjolan/ massa : ( Tidak )
Keterbatasan gerak : ( Tidak )
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( Tidak )
Nyeri/nyeri tekan : ( Tidak )
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : 21
September 2021
13. Pernafasan
Batuk : ( Tidak)
Sesak nafas : ( Tidak )
Sputum : (Tidak )
Asma/alergi pernafasan : ( Tidak )
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : 21 September
2021
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis :( Tidak)
Sesak nafas :( Tidak)
Dispnea nocturnal paroksimal :( Tidak)
Murmur :( Tidak)
Edema :( Tidak)
Varises :( Tidak)
Gastrointestinal
Mual/muntah : ( Tidak)
Perubahan nafsu makan : ( Ya)
15. 15.
Intoleransi makanan : ( Tidak)
Nyeri : ( Tidak)
Benjolan/massa : ( Tidak)
Perubahan kebiasaan defekasi : ( Tidak)
Diare : ( Tidak)
Konstipasi : ( Tidak)
Hemoroid : ( Tidak)
Perdarahan rektum : ( Tidak)
25
Pola defekasi biasanya : baik
16. Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse) pada
usia 50 thn
17. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ( Ya)
Kekakuan : ( Tidak)
Pembengkakan sendi : ( Tidak)
Deformitas : ( Tidak)
Spasme : ( Tidak)
TES KOORDINASI/KESEIMBANGAN
26
Kiri :
dengan
bantua
n
sedang
–
maksi
mal
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi sedikit bantuan 3
netral (untuk keseimbangan)
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk melakukan aktifitas 4
dg lengkap
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan melakukan aktifitas 4
jari kaki yang lain dg lengkap
7 Berjalan sepanjang garis lurus sedikit bantuan (untuk 3
keseimbangan)
8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai sedikit bantuan 3
(untuk keseimbangan)
9 Berjalan mundur melakukan aktifitas dg 4
lengkap
10 Berjalan mengikuti lingkaran sedikit bantuan (untuk 3
keseimbangan)
11 Berjalan dengan tumit dengan bantuan 2
sedang – maksimal
12 Berjalan dengan ujung kaki dengan bantuan 2
sedang – maksimal
JUMLAH Sedikit bantuan 37
(untuk
keseimbangan)
27
Kriteria penilaian
4 : melakukan aktifitas dg lengkap
3 : sedikit
bantuan (untuk
keseimbangan) 2
: dengan bantuan
sedang –
maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan :
42 – 54 : Melakukan
aktifitas dengan lengkap
28 – 41 : Sedikit bantuan
(untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan aktifitas
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( √ ) ya
. ( ) tidak
2. Stabilitas emosi
c
a. Labil (b). Stabil c.
Iritable d. Datar
3. Permasalahan Emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami susah tidur (ya)
28
b. Apakah klien merasa gelisah (ya)
c. Apakah klien murung menangis sendiri (ya)
d. Apakah klien sering was-was atau kuatir (ya)
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan
jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan. (1 bulan terakhir)
b. Ada masalah atau banyak pikiran (ya, karena baru ditinggal suami
meninggal)
c. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain (tidak)
d. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter (tidak)
e. Cenderung mengurung diri ? (ya)
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan emosional
4. Insomnia : ( Ya)
5. Gugup : ( Ya)
6. Takut : ( Ya)
7. Stres : ( Ya)
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : berdiskusi dengan suami
9. Pola respon seksual : -
29
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 95
Keterangan :
0 – 20 :
Ketergantungan
penuh/total 21 –
61 :
Ketergantungan
berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
K. STATUS KOGNITIF
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTSIONNAIRE
(SPMSQ)
30
3 Apa nama tempat ini?
4 Di mana alamat Anda?
5 Kapan Anda lahir?
6 Berapa umur Anda?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda?
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
Jumlah Jumlah Jumlah
Keterangan :
31
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata 5
“DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
kesalaahn; misalnya “aiund”=3
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2
buku)
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3
tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
9 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1
Anda”
10 Klien disuruh menulis dengan spontan 1
11 Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini 1
TOTAL 30
Keterangan :
32
21/09/21 DS : Ny. S tampak sedih Kepedihan kronis kehilangan tempat
b.d kehilangan bersandar
DO : Ny. S mengatakan bahwa dia hanya
tempat bersandar (kematian orang
hidup sebatangkara semenjak ditinggal
(kematian orang terdekat)
suaminya 3 bulan yang lalu
terdekat)
33
b. Sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk
Dicegah
3. a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
. Menonjolnya masalah
34
N. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Ketidakefektifan koping b.d gangguan pola melepaskan ketegangan ditandai dengan perubahan pola tidur
2. Kepedihan kronis b.d kehilangan tempat bersandar (kematian orang terdekat) d.d kesedihan
O. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Mengurangi kecemasan dengan 1. Gunakan pendekatan yang
koping b.d gangguan keperawatan selama 3x24 jam menggunakan pendekatan yang baik dengan tenang dan meyakinkan
pola melepaskan Ketidakefektifan koping b.d pola pasien 2. Berada disisi klien untuk
ketegangan ditandai melepaskan ketegangan ditandai meningkatkan rasa aman
dengan perubahan dengan perubahan pola tidur dapat dan mengurangi ketakutan
pola tidur teratasi dengan kriteria hasil:
- Kecemasan skala 5
35
DO: - Gangguan tidur skala 5 3. Atur penggunaaan obat-
Ny. S tampak Cemas - Peningkatan tekanan darah skala obatan untuk mengurangi
TD= 130/90 mmHg 5 kecemasan yang tepat
- Depresi skala 5 4. Puji/ kuatkan prilaku yang
DS: baik secara tepat
Ny. S mengatakan
kesulitan untuk tidur
2 Kepedihan Kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Memfasilitasi proses berduka 1. Identifikasi kehilangan
kehilangan tempat keperawatan selama 3x24 jam 2. Dengarkan ekpresi
bersandar (kematian Kepedihan Kronis b.d kehilangan berduka
orang terdekat) d.d tempat bersandar (kematian orang 3. Buat pernyataan empatik
kesedihan terdekat) dapat teratasi dengan mengenai duka cita
kriteria hasil: 4. Komunikasikan
DO: - Insomnia skala 5 penerimaan dalam
Ny.S tampak sedih -Kesedihan skala 5 mendiskusikan
DS: - Prasaan depresi skala 5 kehilangan
Ny. S mengatakan
36
bahwa dia hanya hidup
sebatangkara semenjak
ditinggal suaminya 3
bulan yang lalu
37
DAFTAR PUSTAKA
Ballo, I. R., Kaunang, T. M., Munayang, H., & Elim, C. (2012). Jurnal Biomedik.
59-67.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M, L., & Swanson, E. (2013) Nursing
Outcomes Classification (NOC). Mocomedia. Edisi kelima
Parasari, G.A.T., Lestari, M.D., 2015. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Kelurahan Sading. Jurnal
Psikologi Udayana. 2(1). hal.68-77. ISSN: 977-2339281-01-9