Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

Departemen Keperawatan Komunitas

Dosen Pengajar : Ns. Annisa Wuri Kartika, S. Kep. M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh :
Kelompok 5 Reg 2
MK: Keperawatan Populasi Khusus

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data umum
1. Nama KK : Bpk J
2. Tempat/Tgl Lahir : Semarang/ 28 -05 - 1962
3. Umur KK : 58 tahun
4. Alamat : RW 13/Kota Malang
5. No. Telephon :-
6. Pekerjaan : Swasta
7. Riwayat Penyakit : Hipertensi
8. Pendidikan : SMP
9. Susunan Anggota Keluarga :
Jenis Hub Dg Pendidik Riwayat
No Nama Umur Pekerjaan
Kelamin KK an Sakit
1 Ibu Ah 53 P Istri SMA IRT DM
2 Bpk NF 24 L Anak S1 Swasta -
3 Ib NM 23 P Menantu SMA IRT -
4 An I 1 bln P Cucu - -
Genogram
Asam urat,
hipertensi Riwayat
Riwayat
HIPERTENSI JANTUNG

Ibu A Bpk J (58


(54 thn thn)
DM)
Hipertensi

Bpk MH Bpk NF Ibu NM


(35 thn) (25 thn) (24 thn)

An I
1 bln

Keterangan Genogram :
: Laki-laki : garis pernikahan

: Perempuan : garis keturunan

x : Meninggal : tinggal serumah


10. Tipe Keluarga
Extended Family, anak Pak J yaitu Bapak NF memiliki KK sendiri meskipun masih
tinggal satu rumah

11. Latar belakang kebudayaan/Suku (etnik)


Keluarga dan lingkungan sekitar sebagian besar menganut budaya jawa. Keluarga masih
melakukan kebiasaan slametan atau tujuh bulanan ketika ada anggota keluarga yang
hamil. Tidak ada nilai-budaya yang dipegang khusus mengenai kesehatan. Keluarga
menganggap jika slametan merupakan sesuatu yang wajar dan tidak merugikan karena
juga berisi permintaan doa untuk keselamatan. Keluarga kadang juga meminta doa
kepada kyai/ulama untuk kesehatan anggota keluarga.

12. Agama
Seluruh anggota keluarga beragama islam. Kegiatan ibadah sehari-hari yang
dilaksanakan keluarga adalah shalat lima waktu, kadang Ibu Ah menyempatkan untuk
membaca Al Qur’an setiap hari. Kegiatan keagamaan yang diikut Bapak J adalah
pengajian bapak-bapak di wilayah RW, sedangkan Ibu Ah aktif pengajian satu minggu
sekali. Semenjak sakit Ibu Ah tidak pernah lagi ikut pengajian karena sering merasa
lemas dan tidak enak badan.

13. Status sosial ekonomi


Pendapatan keluarga keluarga selama sebulan ± Rp 3.500.000/bulan . yang merupakan
pendapatan dari Bapak J sebagai driver panggilan (freelance), sedangkan anaknya yaitu
Bapak NF sebagai driver ojek online dengan rata-rata penghasilan ± Rp 200.000 –
300.000/hari. Bapak NF dan istrinya mengaku pendapatan mereka cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk membeli rumah sendiri dan
mandiri dari keluarga orang tuanya. Rumah yang ditempati keluarga adalah rumah milik
sendiri, tipe permanen dan keluarga memiliki dua buah sepeda motor yang digunakan
untuk bekerja. Keluarga mengatakan pendapatan cukup digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari keluarga yaitu makan dan kebutuhan lainnya. Keluarga memiliki tabungan
yang digunakan bila ada kepentingan mendadak. Keluarga memiliki asuransi BPJS kelas
3, namun sudah tidak aktif karena menunggak membayar (tidak ingat berapa bulan) dan
berkeinginan untuk berganti menuju KIS/PBI karena merasa kesulitan untuk membayar
tagihan BPJS setiap bulannya.

14. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Keluarga jarang melakukan aktivitas rekreasi, biasanya menghabiskan waktu di rumah
untuk menonton televisi. Kegiatan rekreasi yang dilakukan keluarga terakhir dulu
sebelum bu Ah sakit yaitu kira-kira 1 tahun yang lalu jalan-jalan bersama keluarga besar.
B. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan

15. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Keluarga dengan tahap tumbuh kembang dewasa menengah.

16. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Semua tahap perkembangan sudah terpenuhi. Keluarga sudah melepas semua anaknya
untuk berkeluarga sendiri. Ibu Ah mengatakan masih kepikiran kehidupan anaknya,
yang pertama sudah tidak berkeluarga lagi sedangkan anak kedua masih tinggal dengan
keluarga bapak J.

17. Riwayat keluarga inti


Bapak J dan Ibu Ah sudah menikah selama 38 tahun, menikah sejak tahun 1983. Tidak
lama kemudian memiliki anak pertama laki-laki yang lahir pada tahun 1986. Sekarang
anak pertama sudah tinggal di rumah sendiri. Anak kedua mereka juga laki-laki dan
sekarang sudah menikah dan memiliki anak bayi usia 1 bulan dan tinggal bersama dalam
satu rumah. Bapak J memiliki keluhan hipertensi namun tidak merasakan gejala,
memiliki kebiasaan merokok (sudah dikurangi sekarang hanya 2/3 batang saja per hari).
Ibu Ah menderita DM sejak setahun yang lalu meskipun tidak ada riwayat penyakit DM
di keluarga. Awalnya Ibu Ah mengalami luka yang tidak sembuh-sembuh di betis
sebelah kanan awalnya gatal dan lecet akibat digaruk dan akhirnya menjadi luka
bernanah dan busuk. Ibu A juga mengalami luka gangrene di jari kelingking kaki kiri
yang kemudian membusuk dan akhirnya diamputasi. Pertama kali memeriksa gula darah
waktu itu adalah 535 mg/dl dan dokter mengatakan Ibu A mengalami sakit DM. Ibu Ah
tidak mengerti kenapa bisa menderita sakit DM padahal orang tuanya tidak ada yang
mengalami DM, dan yang punya DM adalah kakak iparnya. Ibu Ah merasa trauma
karena sekali diperiksa kemudian dokter mengamputasi jempol kaki kirinya.
Bapak NF tidak ada keluhan kesehatan sementara istrinya Ibu NM juga tidak ada
keluhan kesehatan, setelah melahirkan langsung memberi ASI eksklusif dan tidak ada
keluhan dalam proses menyusui. Anak I lahir dengan BB 3,6 kg secara persalinan
normal dan sekarang memiliki berat badan 4,5 kg. Tidak ada keluhan kesehatan yang
diamati oleh bapak/ibu pada bayinya. Terdapat beberapa bintik merah pada lengan dan
pipi bayi karena digigit nyamuk.

18. Riwayat keluarga asal


Ayah dan ibu Bapak J sudah meninggal, ibu Bapak J meninggal karena tua sedangkan
ayah Bapak J meninggal karena sakit jantung, sedangkan ibu dari Ibu Ah meninggal 5
tahun yang lalu, ayah Ibu A berusia 75 tahun dan tinggal di RW 10. Hubungan dengan
keluarga besar tidak ada masalah, keluarg menjaga komunikasi dan beberapa saudara
Bapak J tinggal di RW 10. Kakak ipar Ibu Ah mengalami DM dan stroke sedangkan
kakak yang lain hanya punya riwayat hipertensi atau sakit jantung.
C. Data Lingkungan

19. Karakteristik rumah


Rumah keluarga merupakan rumah permanen dengan lantai keramik. Pencahayaan
cukup di ruang tamu, namun di ruang makan dan dapur agak gelap bila pintu belakang
tidak dibuka. Kondisi rumah rapi dan terawat. Ventilasi cukup, jendela dan pintu dibuka
bila pagi. Sumber air dari PDAM, bersih dan keluarga memasak air sebelum dikonsumsi.
Keluarga memilki jamban dengan septic tank, jamban adalah jamban jongkok. Kondisi
kamar mandi lantai tidak licin karena selalu dibersihkan rutin setiap seminggu sekali.
Sampah dibakar atau dibawa oleh tukang sampah. Tidak ada lingkungan yang
membahayakan, lantai di depan rumah langsung berbatasan dengan jalan yang diaspal.
Ruangan terdiri dari kamar tidur sebanyak 3 buah, ruang dapur, kamar mandi, ruang
keluarga untuk menonton TV dan ruang tamu. Bpk NF dan keluarga kecilnya menempati
satu kamar tidur yang berada di depan ruang tamu. Tidak ada keluhan dari bapak NF
karena memasak atau kegiatan lain djuga dilakukan di dalam rumah bersama keluarga
orang tuanya.
Kecukupan lebar rumah dengan anggota keluarga cukup. Kondisi kamar mandi bersih
dan tidak ada jentik nyamuk.
Denah rumah

B. A.
C.
D.

F. E. G.

Keterangan denah: H.
1. Teras
2. Ruang Tamu
3. Kamar Tidur 1
4. Kamar Tidur 2
5. Ruang Keluarga/TV
6. Kamar tidur 3
7. Dapur
8. Kamar mandi, tempat mencuci baju

20. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dan masyarakat


RT yang ditempati keluarga adalah RT 1 dari 5 RT di RW 13. Kondisi RW 13
memanjang dengan dipisahkan oleh kator PDAM, sehingga jarak dengan RT lainnya
jauh. Lingkungan tempat tinggal keluarga berada di perumahan dengan kepadatan
penduduk yang cukup, masih terdapat beberapa lahan kosong di sebelah rumah, ada
lahan terbuka dan berbatasan dengan sungai ciliwung di belakang rumah. Lingkungan
tempat tinggal Keluarga merupakan perkampungan yang berbatasan dengan perumahan
Pesona. Rata-rata rumah adalah kontrakan. Kondisi jalan beraspal dan lebar karena
merupakan akses ke kantor PDAM. RT yang berada di belakang lingkungan rumah
merupakan perkampungan padat penduduk dan terdapat akses jalan ke RT lain yang
berada di dalam satu RW. Kondisi kampung tempat keluarga tinggal agak tertutup dari
RW lain karena berada di belakang kantor PDAM. Terdapat mushola sekitar 100 meter
dari rumah yang digunakan untuk mengajar ngaji anak-anak, sedangkan akses ke kantor
RW yang juga tempat pelaksanaan Posbindu jauh sekitar 1 km dengan jalan memutar
sehingga kehadiran warga di dua RT ke kegiatan posbindu sekitar tempat tinggal juga
jarang karena jauh.
Akses ke layanan kesehatan mudah dengan kendaraan pribadi dan jarak dengan klinik
tempat BPJS keluarga sekitar 3 km dan jarak dengan Puskesmas sekitar 5 km dan jarak
dengan RS terdekat adalah 8 km. Tidak ada tempat belanja sayur yang terdekat sehingga
ibu A mengatakan agak kesulitan mengenai belanja karena bergantung pada pedagang
sayur keliling yang berhenti agak jauh dari rumah. Akses ke RW terdekat yaitu RW 12
dan RW 10 sekitar 2-3 km.

21. Mobilitas geografis keluarga


Dari awal menikah hingga sekarang keluarga sudah tinggal di rumah tersebut dan tidak
pernah pindah pindah hingga saat ini. Keluarga memiliki kendaraan pribadi berupa
motor untuk digunakan mobilisasi dan juga bekerja.

22. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Terdapat pengajian ibu-ibu yang dilaksanakan 2 kali dalam seminggu yaitu Kamis dan
Jumat, sedangkan untuk bapak-bapak dilakukan shalat berjamaah dan kajian di mushola
setiap satu minggu sekali. Awalnya ibu Ah rajin datang pengajian dan kegiatan arisan,
namun semenjak sakit tidak pernah datang lagi karena sering merasa lemas saat sakit.
Kegiatan posbindu atau posyandu lansia diadakan pada tanggal 17 setiap bulannya.
Namun keluarga jarang datang karena lokasinya yang jauh. Ada kegiatan senam untuk
ibu-ibu di setiap minggu pagi, namun Ibu A tidak pernah ikut semenjak sakit dan kurang
kuat untuk berolahraga bersama.

D. Struktur Keluarga

23. Pola dan Komunikasi Keluarga

Komunikasi menggunakan bahasa indonesia. Tidak ada kesulitan dalam komunikasi


verbal, namun Ibu A mengatakan jarang mengobrol dengan suaminya bila ada masalah.
Bapak J juga mengatakan sering mendiamkan bila ada masalah dan jarang bertanya
bagaimana perasaan istrinya karena biasanya akan terjadi konflik karena sifat bapak
yang santai sementara ibu selalu khawatir dan kepikiran bila ada masalah. Bapak J
mengatakan watak istrinya sensitif, keras dan mudah emosi. Selama ini pertengkaran
karena salah paham pernah terjadi namun bisa diselesaikan karena Bapak J sering
mengalah untuk menghindari konflik yang lebih besar. Komunikasi dengan anak dan
menantu juga sama-sama tertutup sehingga tidak ada kebiasaan curhat di dalam
keluarga. Tidak ada konflik komunikasi antara Ibu Ah dengan memanantunya karena
menantu ibu Ah punya karakter pendiam dan penurut.
Keluarga menggunakan ponsel untuk berkomunikasi bila kondisi berjauhan. Anak
pertama yang tinggal terpisah menjaga komunikasi dengan menghubungi orang tuanya
dengan WA, namun seringnya berkomunikasi langsung dengan datang ke rumah
biasanya satu bulan sekali karena rumahnya juga tidak begitu jauh di kota lain. Keluarga
merasa bahwa gaya komunikasi tersebut memang kurang bagus namun karena sudah
biasa akhirnya merasa hal tersebut bukan masalah. Keluarga juga mengetahui dampak
komunikasi tidak bagus karena tidak memfasilitasi penyelesaian masalah akibat masalah
dipendam sendiri.

24. Struktur Kekuatan


Struktur kekuatan keluarga terlihat dalam pelaksanaan pengambilan keputusan. Yang
paling dominan adalah Bapak J sebagai kepala keluarga. Bapak J memiliki kewenangan
untuk memutuskan apa yang terjadi di dalam keluarga dengan tetap memperhatikan
pendapat semua anggota keluarga. Proses pemecahan masalah dan keputusan di dalam
keluarga diambil dengan bermusyawarah. Namun bapak J juga sering mengalah bila
terdapat perbedaan pendapat dengan Ibu Ah karena menghindari konflik mengingat
watak Ibu Ah yang keras dan bila menginginkan sesuatu harus dipenuhi. Keputusan di
keluarga kecil Bapak NF diputuskan sendiri oleh Bpk NF, Bpk J mengatakan tidak ikut
campur karena anaknya sdh punya keluarga sendiri

25. Struktur Peran

Bapak J sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai driver freelance. Penghasilan
tidak tetap namun mencukupi kebutuhan sehari-hari standar Rumah tangga yaitu
pembiayaan makan, pakaian, listrik, air dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Di dalam
keluarga bapak J berperan sebagai pengambil keputusan utama bila ada masalah di
dalam keluarga.
Ibu A sejak sakit tidak bekerja dan hanya diam di rumah untuk mengurus pekerjaan di
rumah yaitu memasak, mencuci, menyapu dan lain-lain. Ibu A mengatakan bosan karena
sebelum sakit aktif bekerja dengan membantu menjaga anak dari saudaranya. Ibu A
mengatakan mengatasi kebosanan dengan sering bersilaturrahim ke rumah ipar yang
berada di RW 10.
Anak NF meskipun tinggal bersama keluarga ayah ibunya menjadi kepala keluarga bagi
Ibu NM dan anak mereka. Sebagai kepala keluarga bekerja untuk mencari nafkah
sebagai driver ojek online
Ibu NM sebagai istri berada di rumah untuk membantu mertuanya mengurus rumah
dengan memasak, menyapu dan mencuci serta mengurus bayinya. Ibu Nm mengatakan
tidak kesulitan mengurus bayinya karena sdh terbiasa mengurus anak kakaknya waktu
masih belum menikah dulu, Bpk Nf juga mau membantu memandikan dan menjaga
bayinya. Mertuanya juga selalu menjaga bayinya jika ibu Nm sibuk membereskan
rumah.
Tidak ada konflik peran dalam keluarga.
26. Nilai-Nilai Keluarga

Keluarga menganut nilai-nilai agama islam dan nilai-nilai suku jawa. Keluarga
mengadakan slametan bila ada keluarga yang meninggal. Keluarga sudah mulai
meninggalkan kepercayaan missal sakit karena gangguan makhluk ghaib semenjak
mendapat pengetahuan di pengajian bahwa segala yang terjadi adalah kehendak dari
Allah SWT.

E. Fungsi Keluarga

27. Fungsi Afektif


Seluruh anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Bentuk perhatian
ditunjukkan dengan perilaku dan jarang diucapkan secara verbal. Missal perhatian
ditunjukkan dengan mengingatkan untuk makan atau menanyakan kabar pada anak yang
tinggal terpisah. Keluarga jarang menunjukkan ekspresi kasih sayang di depan publik
atau tamu yang datang ke rumah. Ketika berkomunikasi bapak J duduk di ruang keluarga
dan tidak bergabung di ruang tamu. Bapak J akan bergabung dengan diskusi bila perawat
meminta bapak J untuk ikut dalam diskusi.

28. Fungsi Sosialisasi


Bapak J sering bersosialisasi dengan tetangga dengan aktif mengikuti sholat berjamaah
bila sedang ada di rumah dan tidak bekerja, sedangkan Ibu Ah mengurangi kegiatan
semenjak mengalami sakit. Keluarga membiasakan anak untuk bebas berinteraksi dan
mengajarkan mereka untuk menghormati orang lain atau orang yang lebih tua sejak
anak-anak. Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh keluarga adalah gaya demokratis
yang membebaskan anak asalkan tidak menyalahi aturan.

29. Fungsi Perawatan Kesehatan


Riwayat kesehatan : Ibu Ah menderita DM sejak setahun yang lalu. Nilai GDS saat
dilakukan pengkajian adalah 245 mg/dl. Awalnya dari mengalami luka gangrene di jari
kelingking sebalah kiri (tersenggol ujung meja saat berjalan) dan mengalami amputasi
pada bagian jari kelingking kaki kiri. Ada riwayat luka di betis kanan yang juga
bernanah sehingga dibawa ke dokter dan saat dicek gula darahh ternyata tinggi yatu 535
mg/dl. Tidak ada riwayat DM di keluarga. Dulu ibu Ah gemuk dengan BB 65 kg dan TB
150 cm, memiliki kebiasaan untuk minum kopi susu setiap hari saat pulang dari belanja.
Keluarga menyadari bahwa hal tersebut mungkin menjadi penyebab sakit DM yang
dialami oleh ibu Ah. Keluarga mengatakan tidak pernah mendapatkan informasi lengkap
mengenai DM baik pengertian sampai dengan dampak komplikasi maupun manajemen
pengobatan yang tepat. Keluarga belum melakukan manajemen DM dengan baik
misalkan kontrol gula darah, kontrol nutrisi, olahraga dan jarang berobat ke dokter untuk
sakit DM yang diderita. Bapak J tidak memiliki riwayat keluhan kesehatan, hanya
terkadang pusing dan flu. Bapak NF juga tidak memiliki keluhan kesehatan begitu juga
dengan ibu NM.

Pola makan keluarga 3 kali sehari tanpa ada pengaturan diet khusus. Lauk yang sering
dimasak adalah goreng tahu atau tempe, sayur bening atau sayur asem. Sedangkan Ibu
A sejak sakit mengatakan mengurangi porsi makannya karena takut gula darahnya naik.
Ibu Ah juga mengatakan tidak pernah menjalani pola makan khusus DM serta masih
sering memakan gorengan namun sudah membatasi makan makanan yang manis
misalkan teh manis hanya satu kali dalam sehari. Ibu Nm mengatakan ibu mertuanya
juga sering mengkonsumsi energen pagi hari. Ibu Ah mengatakan tidak tahu bagaimana
pola makan yang tepat bila memiliki sakit DM karena belum mendapat informasi.
Kebiasaan keluarga makan sayur dilakukan setiap hari, misalkan sayur bayam dan sawi.
Kebiasaan makan buah jarang dilakukan oleh keluarga. Penggunaan garam di keluarga
dan konsumsi individu tidak ada pembatasan karena merasa tidak ada yang mengalami
hipertensi. Tidak ada kebiasaan makan bersama di keluarga dalam satu meja makan.
Keluarga memasak sendiri dan jarang membeli makanan siap saji atau lauk dan sayur
yang dibeli di luar.

Bayi I berusia satu bulan, minum ASI eksklusif dan tidak ada masalah dalam konsumsi
ASI. Imunisasi yang sudah didapatkan sesuai dengan usia yaitu hepatitis B, polio dan
BCG.

Bapak J memiliki kebiasaan jalan pagi meskipun jarang, sedangkan Ibu Ah tidak pernah
olahraga semenjak sakit. Keluarga juga belum mengetahui manfaat olahraga bagi kadar
gula darah. Ibu Ah belum mengetahui mengenai bagaiman senam kaki untuk penderita
DM dan tidak pernah melakukan di rumah.

Kebiasaan tidur keluarga terbiasa tidur jam 9 malam untuk kemudian bangun saat
shubuh. Semenjak ada bayi maka ibu NM memiliki jam tidur yang berbeda dengan
biasanya, ibu M mengatakan memilki kebiasaan tidur siang saat bayinya tidur dan
pekerjaan rumah sudah selesai. Tiak ada keluhan mengenai jam istirahat oleh Ibu NM
karena merasa masih bisa tidur saat bayinya tidur siang.

Persepsi keluarga mengenai sakit DM yang dialami oleh Ibu Ah adalah sakit yang
memang serius namun tidak melakukan kontrol penyakit dengan rutin karena Ibu Ah
sendiri takut bila kontrol ke dokter dan keluarga terkesan membiarkan karena mencegah
terjadinya konflik karena sifat ibu Ah yang keras.

Kebiasaan berobat keluarga bila sakit adalah ke klinik yang ada di dekat rumah atau ke
Puskesmas, kebiasaan bila ke Puskesmas adalah untuk mengobati sakit flu atau sakit
maag dan tidak pernah mengontrol sakit DM yang dirasakan. Akses pembiayaan dengan
kartu BPJS kelas 3.
Bapak J dan bapak NF memilki kebiasaan merokok. Namun mereka merokok di luar
rumah. Bapak J mengatakan sudah mengurangi jumlah rokok yang dihisap dengan rata-
rata 2 atau 3 batang per hari dan sering bisa mencegah keinginan untuk merokok. Bapak
NF mengatakan jumlah rokok yang dihisap adalah 1 pak/hari dan merokok saat diluar
rumah/bekerja karena tahu merokok membahayakan kesehatan bayi mereka.

- Terapi Komplementer dan Alternatif


Keluarga tidak menggunakan terapi alternative/komplementer dan tidak mengetahui
jenis terapi alternative yang bisa digunakan untk sakit DM yang diderita
- Sumber Pembiayaan Kesehatan
Sumber penghasilan utama keluarga adalah penghasilan Bapak J dan pembiayaan
kesehatan dengan BPJS

F. Stress dan Koping Keluarga


30. Stressor jangka pendek
Untuk saat ini keluarga mengatakan stressor yang dirasakan adalah sakit dari Ibu Ah dan
kabar bahwa iuran BPJS naik sehingga menginginkan untuk pindah ke kelas PBI.

31. Stressor jangka panjang


Keluarga masih merasakan sakit Ibu Ah juga sebagai stressor jangka panjang
.
32. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga mampu mengatasi masalah dengan berobat saat sakit menunjukkan gejala,
namun belum bisa mengatasi masalah sakit kronis yang perlu pengobatan teratur.

33. Strategi koping keluarga


Keluarga ini jika ada masalah selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara yang
agak berbeda. Bapak J mengatakai santai sementara Ibu Ah mengatakan selalu kepikiran
dengan masalahnya dan juga melakukan tindakan pencegahan dengan mengurangi
makan. Ibu A mengatakan kadang sulit tidur dan merasa takut akan dampak sakit DM
yang diderita dan jarang kontrol GD ke dokter karena takut mengetahui kadar GD bila
tidak normal dan takut dimarahi dokter bila gula darahnya tinggi. Ibu A tidak tahu
bahwa hal tersebut membawa dampak buruk bagi kondisinya.

34. Adaptasi keluarga disfungsional


Ibu A tidak memeriksakan gula darah secara teratur karena takut Gula Darahnya tinggi
dan tidak mium obat gula darah secara teratur karena tidak tahu bahwa sakit DM harus
minum obat secara teratur

G. Harapan Keluarga
Harapan keluarga kepada perawat adalah agar perawat bisa membantu menyelesaikan
masalah sakit DM yang diderita Ibu Ah.
H. Pemeriksaan Fisik

Bapak J Ibu Ah Bapak NF Ibu NM Anak I


PEMERIKSAAN FISIK UMUM 
1. Penampilan    
Umum      
Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Cara berpakaian Rapi Rapi Rapi Rapi
   
Kebersihan personal Bersih Bersih
Bersih Bersih Bersih
Postur dan cara Postur tubuh simetris. Postur tubuh simetris. Postur tubuh simetris. Postur tubuh simetris. -
berjalan Berjalan seimbang Berjalan seimbang Berjalan seimbang Berjalan seimbang
Bentuk dan ukuran Overweight Kurus Berat badan proposional Berat badan proposional
tubuh dengan tinggi badan dengan tinggi badan

TB : 160 cm, BB : 70 kg TB : 150 cm, BB : 40 kg TB : 165 cm, BB : 66 kg TB : 160 cm, BB : 50 kg Panjang badan : 52 cm,
IMT: 27 (overweight) IMT = 17 (kurus) IMT 24 (normal) IMT 19 (normal) BB : 4,5 kg, Lingar
kepala 35 cm
Tanda-tanda vital Tgl : 24 Oktober 2019 Tgl : 24 Oktober 2019 Tgl : 24 Oktober 2019 Tgl : 24 Oktober 2019 Tgl : 24 Oktober
2019
TD : 150/90 mmHg TD : 138/85 mmHg TD : 120/80 mmHg TD : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit Nadi : 82 x/menit Nadi : 86 x/menit Nadi : 84 x/menit
RR : 16 x/menit RR : 16 x/menit RR : 18 x/menit RR : 16 x/menit
Tubuh terasa hangat Tubuh terasa hangat Tubuh terasa hangat Tubuh terasa hangat
PEMERIKSAAN Warna kulit coklat, akral Kulit warna sawo matang, Kulit terlihat bersih, bebas Kulit terlihat bersih, Kulit terlihat bersih,
KULIT tidak dingin, tidak ada luka / kering terutama pada área bau badan, warna agak bebas bau badan, agak bebas bau badan, warna
perdarahan kaki, pada betis kanan gelap, tonus kulit gelap, kulit kencang, sawao matang, tonus
masih terlihat bekas luka kencang, elastis, tidak elastis, tidak terdapat lesi, kulit kencang, elastis,
kehitaman, pada área terdapat lesi, sensitifitas sensitifitas terhadap tidak terdapat lesi,
punggung kaki kanan dan terhadap benda tumpul benda tumpul dan tajam sensitifitas terhadap
kiri kulit terlihat kering, dan tajam baik baik benda tumpul dan tajam
punggung kaki kiri ada baik
bekas luka hitam dan
bersisik

Kuku Kuku jari tangan dan kaki Kuku jari pada tangan Kuku terlihat rapid an Kuku terlihat rapid an
Terlihat bersih , rata, terlihat kusam tapi bersih bersih
capilary refill < 2 detik, terpotong rapi, pada kuku
kuku jari kanan panjang kaki terlihat kasar, tebal dan
rusak
PEMERIKSAAN KEPALA
Rambut Rambut dan kulit kepala Rambut terlihat bersih, Rambut terlihat bersih, Rambut terlihat bersih, Rambut terlihat bersih,
bersih, warna campuran warna hitam, tipis warna hitam, tebal warna hitam, warna hitam, distribusi
antara hitam dan putih, merata, tebal
Distribusi menyebar rata,
tidak ada tanda kebotakan
Mata Isokor, bola mata dapat Isokor, bola mata dapat Isokor, bola mata dapat Isokor, bola mata dapat
mengikuti arah gerakkan mengikuti arah gerakkan mengikuti arah gerakkan mengikuti arah gerakkan
tangan pemeriksa, tangan pemeriksa, tangan pemeriksa, tangan pemeriksa,
konjungtiva tidak anemis, konjungtiva pucat/ anemis, konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikhterik, tidak kornea tidak ikhterik, tidak kornea tidak ikhterik, kornea tidak ikhterik,
memakai kacamata memakai kacamata tidak memakai kacamata tidak memakai kacamata
Telinga Daun telinga simetris kiri Daun telinga simetris kiri Daun telinga simetris kiri Daun telinga simetris kiri
dan kanan, bersih, tidak ada dan kanan, bersih, tidak ada dan kanan,bersih, tidak dan kanan,bersih, tidak
benjolan , tidak bengkak. benjolan , tidak bengkak. ada benjolan , tidak ada benjolan , tidak
Klien dapat mendengar Klien dapat mendengar bengkak. Klien dapat bengkak. Klien dapat
dengan baik dengan baik mendengar dengan baik mendengar dengan baik

Mulut Bibir simetris, warna agak Bibir simetris, mukosa Bibir terlihat simetris, Bibir terlihat simetris,
gelap, mukosa lembab, tidak kering dan tampak pucat, lembab, tidak ada lembab, tidak ada
ada gangguan dalam tidak ada gangguan dalam gangguan dalam gangguan dalam
merasakan asam, manis dan merasakan asam, manis dan merasakan asam, manis merasakan asam, manis
asin asin dan asin dan asin

PEMERIKSAAN RESPIRASI
Respirasi Simetris, irama regular, Simetris, irama regular, Simetris, irama regular, Simetris, irama regular, Wheezing (-), ronkhi (-)
tidak ada wheezing/ronkhi, tidak ada wheezing/ronkhi, tidak ada tidak ada
alat bantu nafas (-), sesak (-) alat bantu nafas (-), sesak (-) wheezing/ronkhi, alat wheezing/ronkhi, alat
bantu nafas (-), sesak (-) bantu nafas (-), sesak (-)
PEMERIKSAAN KARDIOVASKULER
Kardiovaskuler BJ 1 dan BJ 2 normal, tidak BJ 1 dan BJ 2 normal, tidak BJ 1 dan BJ 2 normal, BJ 1 dan BJ 2 normal,
ada bunyi jantung tambahan ada bunyi jantung tambahan tidak ada bunyi jantung tidak ada bunyi jantung
tambahan tambahan
PERUT Inspeksi : ada obesitas Inspeksi : Perut datar Inspeksi : Perut datar Inspeksi : pada perut
sentral tampak sedikit guratan
putih striae gravidarum
Palpasi : Perut terasa lemas, Palpasi : Perut terasa lemas, Tidak dikaji (tidak ada Palpasi : Perut terasa
tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat nyeri tekan, riwayat sakit pada lemas, tidak terdapat
tidak teraba massa, hepar tidak teraba massa, hepar pencernaan) nyeri tekan, tidak teraba
tidak teraba. tidak teraba. massa, hepar tidak teraba.
Auskultasi : Bising usus Auskultasi : Bising usus 6 tidak dikaji Auskultasi : Bising usus 5
5x/menit. x/menit. x/menit.
Perkusi : suara timpani. Perkusi : suara timpani. tidak dikaji Perkusi : suara timpani.
lingkar perut 98 cm
GENETALIA DAN Genetalia tidak dikaji Genetalia tidak dikaji Genetalia tidak dikaji Genetalia tidak dikaji
ANUS Pola BAB tidak ada masalah Pola BAB tidak ada masalah Pola BAB tidak ada Pola BAB tidak ada
masalah masalah
PERKEMIHAN Pola BAK ± 3 – 4 x/hari, Pola BAK ± 4 – 5 x/hari, Pola BAK ± 3 – 4 x/hari, Pola BAK ± 3 – 4 x/hari,
warna kuning warna kuning warna kuning warna kuning
Tidak ada nyeri saat BAK Tidak ada nyeri saat BAK Tidak ada nyeri saat BAK Tidak ada nyeri saat BAK
EKSTREMITAS
Ektremitas Atas dan Tremor (-), nyeri (-) Tremor pada tangan (+), Tremor (-), nyeri (-) Tremor (-), nyeri (-)
bawah Kekuatan otot nyeri (-), kaki sering Kekuatan otot Kekuatan otot
5555 5555 kesemutan dan baal (+) 5555 5555 5555 5555
Test sensitivitas dengan
5555 5555 monofilament terdapat 10 5555 5555 5555 5555
dari 11 area sensitif
Kekuatan otot
5555 5555

5555 5555
II ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan
Data Subyektif: Risiko ketidakstabilan
 Ibu A mengatakan tidak terbiasa melakukan olahraga sejak gula darah pada Ibu A
kaki sakit dan lemas
 Ibu A mengatakan tidak memiliki jadwal diit/ makan secara
Pada keluarga juga bisa
khusus dan mengatakan mengurangi makan karena takut GD muncul diagnose
naik ketidakefektifan
 Ibu A mengatakan tidak pernah datang kontrol ke dokter manajemen kesehatan
karena takut apabila hasil pemeriksaan GD tinggi keluarga, tapi say
 Ibu A mengatakan jarang minum obat DM dan berhenti acontohkan diagnosis
individu dulu untuk yang
sejak beberapa bulan yang lalu
diagnose ini
 Ibu A mengatakan tidak mengetahui tentang DM dan Ketidakefektifan manaj
manajemen DM yang baik kesehatan keluarga
 Ibu A mengatakan kontrol treakhir GD adalah 3 bulan yang ditandai dg keluarga
lalu di apotek, dan sebelumnya tidak pernah rutin melakukan membiarkan perilaku tdk
kontrol gula darah sehat ibu A, klg minim
pengalaman utk
Data Obyektif: merawat, keluarga minim
 BB = 40 , TB = 150, IMT 17,8 (underweight) info ttg penyakit ibu A
 GDS periksa = 245 mg/dl
 Riwayat diabetic foot setahun yang lalu
(kelingking kaki kiri diamputasi dan bekas luka di lutut
kanan)
 Pemeriksaan resiko diabetic foot = resiko
rendah/tidak ada penurunan sensasi pada 10 area kaki dari
11 area (pnurunan sensasi pada satu area kaki kiri)

Data Subjektif Gangguan Proses


 Ibu A mengatakan jarang mengobrol dengan suaminya Keluarga pada keluarga
bila ada masalah. Bapak J juga mengatakan sering bapak J
mendiamkan bila ada masalah dan jarang bertanya
bagaimana perasaan istrinya karena biasanya akan terjadi
konflik karena sifat bapak yang santai sementara ibu
selalu khawatir dan kepikiran bila ada masalah
 Komunikasi dengan anak dan menantu juga sama-sama
tertutup sehingga tidak ada kebiasaan curhat di dalam
keluarga.
 Keluarga jarang menunjukkan ekspresi kasih sayang di
depan publik atau tamu yang datang ke rumah.
Data Objektif
 Bentuk perhatian ditunjukkan dengan perilaku dan jarang
diucapkan secara verbal.
 Ketika berkomunikasi bapak J duduk di ruang keluarga
dan tidak bergabung di ruang tamu.
Data Subjektif Ketidakmampuan Koping
 Tidak melakukan control penyakit dengan rutin karena keluarga pada keluarga
Ibu Ah sendiri takut bila control ke dokter bapak J
 Keluarga terkesan membiarkan karena mencegah
terjadinya konflik
 Ibu A mengatakan jarang mengobrol dengan suaminya
bila ada masalah. Bapak J juga mengatakan sering
mendiamkan bila ada masalah dan jarang bertanya
 ibu selalu khawatir dan kepikiran bila ada masalah

Data Objektif :
-

III DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Skoring Diagnosa
1. Risiko Ketidakstabilan Gula Darah Pada Ibu A

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah : 3/3 X 1 1 Masalah dirasakan oleh keluarga dan
Aktual memberikan dampak
ketidaknyamanan pada ibu A
Kemungkinan masalah 2/2 X 2 2 Ibu A masih merasa takut untuk
dapat diubah : periksa ke dokter namun memiliki
Mudah keinginan untuk sembuh, keluarga
memiliki kartu BPJS untuk berobat
sehingga mendukung penyelesaian
masalah
Potensial masalah 2/3 X 1 2/3 Keluarga belum memiliki
dapat dicegah : pengetahuan yang cukup untuk
Cukup mengatasi masalah dan ibu A belum
memiliki jadwal makan yang tepat
sesuai kondisinya
Menonjolnya masalah : 2/2 X 1 1 Keluarga merasakan bahwa hal ini
Ada masalah dan perlu adalah msalah yang perlu segera
segera ditangani ditangani agar tidak menyebabkan
komplikasi
Total 4 2/3

2. Gangguan Proses Keluarga

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah : 1/3 x 1 1/3 Bila masalah tidak segera diatasi akan
membuat keluarga Tn J tidak sapat
menyelesaikan masalah karena kurang
komunikasi
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Masalah kemungkinan dapat diubah
dapat diubah : sebagian karena Tn J dan Ibu A
memilki watak yang berbeda
Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Masalah dapat dicegah cukup karena
dapat dicegah : kelurga Tn J saling menyayangi

Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 1 Merupakan masalah yang berat karena


Keluarga Tn J tidak mendukung Ibu A
untuk kontrol ke dokter
Total 3

3. Ketidakmampuan Koping Keluarga

Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


Sifat Masalah : 2/3 x 1 2/3 Bila masalah tidak segera diatasi akan
membuat keluarga Tn J tidak sapat
menyelesaikan masalah karena penyait
yang dialami Ibu A
Kemungkinan masalah 1/2 x 2 1 Masalah kemungkinan dapat diubah
dapat diubah : sebagian karena keluarga Tn J belum
bisa mengatasi masalah sakit kronis
yang perlu pengobatan teratur
Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Masalah dapat dicegah cukup karena
dapat dicegah : kelurga Tn J mempunyai harapan Ibu
A sembuh dari DM
Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 1/2 Merupakan masalah yang perlu
ditngani dengan segera karena
keluarga Tn J mampu melkukan
koping untuk stressor jangka
pendeknya
Total 2,84
b. Daftar Diagnosa Berdasarkan Prioritas
No. Diagnosa keperawatan Tanggal teratasi Tanda tangan
1 Risiko Ketidakstabilan Gula
Darah Pada Ibu A

2 Gangguan Proses Keluarga


pada keluarga Tn J

3 Ketidakmampuan Koping
Keluarga pada keluarga Tn J
IV RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosa NOC/SLKI NIC/SIKI
Keperawatan
(NANDA/SDKI)
1 Diagnosis TUK 1 TUK 1
Risiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan, keluarga Keluarga mampu mengenal masalah:
ketidakstabilan mampu mengenal masalah dengan kriteria hasil:
kadar glukosa Pengetahuan : Manajemen Diabetes Pengajaran Proses penyakit
darah pada Ibu A Pengetahuan manajemen kesehatan keluarga a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai
(NANDA-00179) meningkat dari skala 1 (tidak ada pengetahuan) penyakit
menjadi skala 5 (pengetahuan sangat banyak) b. Jelaskan patofisiologi penyakit mengenai
Definisi: Rentan tentang: factor penyebab, etiologi, tanda, gejala,
terhadap variasi a. Factor-faktor penyebab dan factor yang dampak dan komplikasi serta factor yang
kadar glukosa berkontribusi mempengaruhi kondisi kesehatan karena
darah/gula darah b. Tanda dan gejala awal penyakit sakit DM
dari rentang c. Peran diet dalam mengontrol kadar gula darah c. Jelaskan faktor risiko terjadinya DM
normal, yang dapat d. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan diet termasuk di dalam keluarga
menganggu e. Peran olahraga dalam mengontrol glukosa d. Review pengetahuan pasien mengenai
kesehatan darah kondisinya
f. Hiperglikemi dan gejala terkait e. Berikan informasi kepada keluarga
g. Rejimen obat oral yang diresepkan mengenai perkembangan klien
h. Praktik pencegahan perawatan kaki f. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
i. Manfaat manajemen penyakit mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi
g. Instruksikan tindakan untuk mencegah
/meminimalkan efek samping penanganan
penyakit

Pengajaran : peresepan diet


1. Jelaskan pada klien tujuan kepatuhan diet
Nb:
 Linkage baik dalam 3 N ataupun 3S belum sepenuhnya bisa memfasilitasi kebutuhan dalam merumuskan renpra sesuai TUK,
biasanya yang bisa difasilitasi adalah TUK 3 dan 4 serta bisa jadi TUK 1, namun untuk TUK 2 dan 5, maka sesuai tujuannya biasanya
NIC-NOC atau SIKI-SLKI-nya terbatas hanya bbrapa saja (bisa jadi bberapa diagnosis berbeda namun TUK 2 dan TUK 5-nya sama
itu tidak masalah, namun konteksnya disesuaikan dg initi masalah dari diagnose tsbt).
 Satu TUK bisa berisi lebih dari satu NIC-NOC atau SIKI-SLKI (SATU JUGA BENAR), pilihan NIC-NOC atau SIKI-SLKI-nya satu
atau lebih tergantung kompleksitas masalah dan pertimbangan perawat serta kondisi keluarga
 Satu diagnose bisa diimplementasikan dalam > 2 kali pertemuan tergantung kompleksitas masalah dan perencanaan intervensi (sebagai
gambaran, diagnosis 1 diselesaikan dalam 6 kali TM dg rincian TM 1: edukasi ttg DM dan penatalaksanaan, TM 2: pengambilan
keputusan yang tepat serta konsultasi, TM 3: Manajemen nutrisi, TM 4: Manajemen obat dan latihan, TM 5: manajemen stress, TM 6:
peran /dukungan keluarga dan konsultasi layanan kesehatan). Namun untuk diagnosis 3 bisa diselesaikan dalam 2 TM (TM 1: TUK 1&2,
TM 2: TUK 3-5), sekali lagi tergantung kapasitas klien dan keluarga serta kompleksitas intervensi yang kita lakukan

Cara identifikasi NIC-NOC atau SIKI-SLKI yang tepat :


1) Identifikasi masalah dari diagnosis tersebut (lihat datanya mengarah pada apa, atau klw SDKI lihat gejala mayor/minor  karena itu
biasanya yg menjadi indicator /masalah utamanya)
2) Tentukan rumusan NIC-NOC atau SIKI-SLKI yang sesuai untuk menyelesaikan poin no 1
Daftar Pustaka

Decroli, E. (2019). DIABETES MELITUS TIPE 2 (1st ed.). Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar. Yogyakarta

Indrasari, H. N. (2018). Penerapan Manajemen Nutrisi Untuk Mengontrol Glukosa Darah


Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
POLTEKES KEMENKES KENDARI.

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.


KEMENKES RI.

Pranata, L., Indaryati, S., & Daeli, N. E. (2020). Perangkat Edukasi Pasien dan Keluarga
dengan Media Booklet (Studi Kasus Self-Care Diabetes Melitus). Jurnal Keperawatan
Silampari, 4(1), 102-111.

Sonia, A. P., & Nurul, D. A. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap
Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan. Dk, 53(9), 1689–1699.

Tumiwa, F. A., & Langi, Y. A. (2013). Terapi Gizi Medis Pada Diabetes Melitus. Jurnal
Biomedik (Jbm), 2(2). https://doi.org/10.35790/jbm.2.2.2010.846
Lampiran

a. SAP (Terlampir)

b. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai