Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Kelompok 1
1. Ayu Lestari 06101281320008
2. Devi Komalasari 06101181320027
3. Izzati Zahidah 06101281320011
4. Lusiana Setiawati 06101181320028
5. Wiwit Apriliyani 06101181320036

Dosen Pengasuh : Drs. A. Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pengembanagn profesi guru ini sebagai
tugas mata kuliah profesi kependidikan.
Kami telah menyusun makalah pengembangan profesi guru ini dengan sebaik-baiknya
dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Harapan kami, semoga makalah pengembangan profesi guru ini bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah pengembangan profesi guru ini tepat pada waktunya
dan insya Allah sesuai yang saya harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada
rekan-rekan atas dorongan dan motivasi yang telah diberikan kepada saya selama ini.
Mudah-mudahan makalah pengembangan profesi guru ini bisa memberikan sumbang
pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Aamiin.

Indralaya , Maret 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Guru................................................................................................................3
2.2 Pengertian Profesi............................................................................................................3
2.3 Profesionalisme Guru......................................................................................................4
2.4 Pengembangan dan Peningkatan Profesi Guru.................................................................8
2.5 Strategi Pengembangan Profesi Guru............................................................................12
2.6 Ranah Pengembangan Guru..........................................................................................13
2.7 Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)...........................................17
2.8 Manfaat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).........................................17
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mencapai butirbutir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses
pendidikan yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka
semua aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh
positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan,pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi.
Guru sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan diharapkan mampu
menjadi fasilitator, motivator dan dinamisator dalam proses belajar siswa. Oleh karena itu
guru dituntut untuk dapat mempunyai kompetensi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, perlu adanya metode pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh masing-masing guru. Dengan demikian
proses belajar mengajar akan berjalan seiring dengan pengembangan aspek-aspek belajar
siswa yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Untuk mewujudkan niat baik yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tersebut perlu adanya komitmen dari berbagai pihak, terutama pemerintah
dalam mengakomodasikan keinginan para guru dalam pengembangan karier sesuai
dengan Pasal 40 ayat (1).c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan
kualitas.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian profesi guru?
1.2.2 Apa pengertian profesionalisme guru?
1.2.3 Bagaimana upaya mengembangkan profesi guru?
1.2.4 Apa tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan ?
1.2.5 Apa manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian profesi guru
1.3.2 Untuk mengetahui profesionalisme guru
2
1.3.3 Untuk mengetahui upaya mengembangkan profesi guru
1.3.4 Untuk mengetahui tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan
1.3.5 Untuk mengetahui manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar memahami pengertian profesi guru
1.4.2 Agar memahami profesionalisme guru
1.4.3 Agar memahami upaya mengembangkan profesi guru
1.4.4 Agar memahami tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan
1.4.5 Agar memahami tujuan manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Guru


Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikan dengan guru, yang mempunyai makna
“Digugu lan Ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipatuhi. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa arab disebut mu’allim dan dalam
bahasa Inggris disebut teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni “A Person
Occupation is Teaching Other” artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar
orang lain.

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti jabatan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Walaupun pada kenyataan masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang
kependidikan. Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak
meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik
mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal,
disekolah maupun diluar sekolah.

2.2 Pengertian Profesi

Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau
bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu,
atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti
suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan: yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi
harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian dan akademik.

4
Kata profesi identik dengan keahlian, seseorang yang melakukan tugas profesi juga
sebagai seorang ahli (expert). Sama halnya dengan pendapat Volmer dan Mills, mereka
bersama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang
diperoleh melalui studi dan training, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang
bernilai tinggi, sehingga ketrampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi orang lain dan
dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa upah, bayaran dan
gaji (payment).

Suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
dipersiapkan untuk itu. Suatu profesi umumnya berkembang dari pekerjaan, yang
kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen,
dan keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak
profesionalisme.

2.3 Profesionalisme Guru

Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar
maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar
mengajar. Perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas
yang tinggi kepada guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu
meningkatkan kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Seorang guru harus
diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya dalam melakukan proses belajar
mengajar yang baik. Mereka juga perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif
untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses
pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Dengan begitu, akan bermunculanlah guru
yang profesional.

Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah seperangkat fungsi dan tugas
dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya selama
hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi
keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu
tertentu.
Menjadi guru yang profesional tentu saja idaman bagi mereka yang berprofesi sebagai
guru. Dewasa ini, tentu kita tidak bisa menutup mata bahwa profesi guru adalah profesi

5
yang sangat diminati oleh banyak orang, ditambah lagi dengan semakin berpihaknya
pemerintah pada profesi ini, membuat orang berlomba-lomba menjadi guru. Namun, tidak
sedikit juga guru yang hanya menjadi aktor yang bekerja sekedar pelepas tanggung
jawab, bahkan itupun tidak dibarengi dengan kemampuan yang memadai sebagai aktor
yang cakap untuk mentransformasikan pengetahuannya.

Menurut jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi


Maret 1993 menurunkan laporan utama bahwa untuk menjadi profesional, seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Komitmen


tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya


serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

c. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik


evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mempu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar
dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna
melakukan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk
bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang
salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.

e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dan lingkungan


profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya.

Profesionalisme guru merupakan hasil dari profesionalisasi yang dijalainya secara


terus-menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan (preservice education),
pendidikan dalam-jabatan termasuk penataran (in-service training), pembinaan dari
organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
pengakuan kode etik profesi, sertifikasi peningkatan kualitas calon guru, besar kecilnya
gaji atau imbalan, dan lain-lain secara bersama-sama menentukan profesionalisme guru.

6
Seorang guru profesional setidaknya harus memiliki tiga unsur sebagai berikut:

1. Kualifikasi

Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah
minimal S1 dari program keguruan, maka dapat diperoleh melalui pendidikan
tinggi program S1 atau D4. Kualifikasi juga merupakan salah satu upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan profesi guru.

2. Kompetensi

Untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan,


kemampuan dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranannya secara
profesional. Untuk dapat melaksanakan perannya tersebut, guru harus mempunyai
kompetensi sebagai modal dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya.
Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Th 2005, kompetensi guru terdiri atas:

a. Kompetensi Pedagogik

Manusia memiliki potensi untuk dapat mendidik dan dididik sehingga mampu
menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia
dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi
dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai
edengan kedudukannya sebagai makhluk mulia. Fitrah inilah yang
membedakan antara manusia dengan makhluk Allah lainnya dan fitrah ini
pulalah yang membuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang sekaligus
berarti bahwa manusia adalah makhluk paedagogik.

b. Kompetensi kepribadian

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa mempunyai peran
yang unik dalam kehidupan terlebih yang berkaitan dengan kepribadian
dirinya. Guru pun demikian, dia bukanlah manusia super, dia tidak lepas dari
sisi kepribadiannya sebagai seorang manusia biasa yang penuh dengan

7
keterbatasan. Kompetensi guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value)
kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam
kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan
yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan
pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. Berdasarkan uraian di atas,
fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri
tauladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan
mengembangkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.

c. Kompetensi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa untuk hidup


berkelompok. Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan
masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga
peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang
bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan
mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai
kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman, lebih tajam lagi
ditulis oleh Soekarno dalam tulisan “Guru dalam masa pembangunan”
menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi
mesyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah tugas pelayanan manusia.

d. Kompetensi Profesional

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang


hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu
dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau
tidak memperoleh pekerjaan lainnya. Dari rumusan di atas, kata “dipersiapkan
untuk itu” dapat diartikan yaitu mengacu kepada proses pendidikan bukan
sekedar latihan. Makin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya
makin tinggi pula derajat profesi yang disandangnya. Untuk meningkatkan
kualitas guru, perlu dilaksanakan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi
guru. Mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di

8
daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

3. Sertifikasi

Sertifikasi guru adalah prosedur yang digunakan oleh pihak yang berwenang
untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan
kompetensi sebagai guru. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan
untuk meningkatkan kompetensi profesional. Sertifikasi juga bermanfaat sebagai
pengawasan mutu dan penjaminan mutu. Rakernas Depdikbud setiap tahun selalu
menggarisbawahi tentang pentingnya peningkatan profesionalisme guru. Hal ini
menunjukkan pentingnya perhatian Depdikbud terhadap guru dan sekaligus
merupakan penguatan terhadap apa yang telah kita sadari selama ini: betapa guru
mempunyai peranan amat penting dalam keseluruhan upaya pendidikan.

2.4 Pengembangan dan Peningkatan Profesi Guru

Mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu, relevansi,
dan efisiensi pendidikan, maka pegambangan profesionalisme guru merupakan
kebutuhan. Benar bahwa mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru, melainkan
melalui mutu masukan (siswa), sarana, manajemen, dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Akan tetapi seberapa banyak siswa mengalami kemajuan dalam belajarnya, banyak
bergantung kepada kepiawaian guru dalam membelajarkan siswa.

Syaefudin dan Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan


dalam penyelenggaraan pengembangan profesi untuk tenaga kependidikan, yaitu:

1. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik untuk tenaga struktural,
fungsional, maupun teknis)

2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan


profesional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-
masing

9
3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap
organisasi pendidikan

4. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun
sesudah menduduki jabatan/posisi.

5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan


profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi
kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan.

6. Pengembangan yang menyangkut jenjang karier sebaiknya disesuikan dengan


kategori masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri.

Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan perubahan, baik
itu secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang diatur oleh lembaga. E.
Mulyasa menyebutkan bahwa pengembangan guru dapat dilakukan dengan cara on the
job training dan in service training. Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada
pengembangan guru. Pengembangan profesi guru dapat dikategorikan menjadi dua
bagian, yaitu:

1. Pengembangan Profesional selama Pendidikan Prajabatan.


Selama pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Pembentukan
sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon
guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan
latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan
sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam
pendidikan prajabatan. Salah satu contoh konkritnya yaitu dengan terdapatnya
mata kuliah Etika Profesi Keguruan di dalam pendidikan prajabatan untuk guru.
2. Pengembangan Profesional selama dalam Jabatan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional menyebutkan beberapa alternatif Program Pengembangan
Profesionalisme Guru, sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Program ini diperuntukkan bagi guru yang beum memiliki kualifikasi
pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan

10
keguruan. Program ini berupa program kelanjutan studi dalam bentuk tugas
belajar.
b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi.
Program penyetaraan diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program
pendidikan keguruan. Sedangkan sertifikasi guru dapat diartika sebagai suatu
proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi
untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTKB) yaitu pelatihan yang
mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta
didik, sehingga isi, materi pelatihan yang akan dilatihkan merupakan
abungan/integrasi bidang-bidang ilmu sumber bahan pelatihan yang secara
utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi.
d. Program Suprevisi Pendidikan
Sering ada persepsi yang salah atau kurang tepat dimana tugas supervisor
sering dimaknai sebagai tugas untuk mencai kesalahan atau untuk mengadili
guru, padahal tujuan tujuannya untu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
proses belajar mengajar. Kualitas peranan supervisi di lingkungan supervisi
akan dapat meningkatkan profesionalisme guru yang selanjutnya dapat
berdampak positif terhadap prestasi sekolah.
e. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri
dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Dengan MGMP
diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik.
f. Simposium Guru
Melalui forum simposium, diharapkan para guru menyebarluaska upaya-
upoaya kreatif dalam pemecahan masalah. Selain sebagai media sharing
pengalaman, media ini juga berfungsi untuk kompetisi antar guru dengan
menampilkan guru-guru yang berprestasi.
g. Program Pelatihan Tradisional Lainnya
Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Suatu
kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat
efektif untuk pengembangan kursus/pelatihan tradisional ini.
h. Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah

11
Dengan membaca atau bahkan menulis jurnal atau karya ilmiah, guru dapat
mengembangkan profesionalismenya. Selanjutnya dengan meningkatnya
pengetahuan seiring dengan bertambahnya pengalaman, guru diharapkan dapat
mengembangkan konsep barun yang dapat memberikan kontribusi dalam
melaksanakan tugasnya.
i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Partisipasi guru minimal pada kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah akan
memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun profesionalisme
guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Penyampaian makalah utama,
kegiatan diskusi kelompok kecil pameran ilmiah, pertemuan informal untuk
bertukar pikiran, dan sebagainya saling berintegrasi untuk memberikan
kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai seorang profesional.
j. Melakukan Penelitian (Khususnya Penelitian Tindakan Kelas)
PTK merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui kerjasama atau
tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka merefleksikan dan seklaigus
meningkatkan praktik pembelajaran secara terus menerus juga merupakan
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru.
k. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
Organisasi atau komunitas profesional biasanya akan melayani anggotanya
untuk selalu mengembangkan dan memelihara profesionalismenya dengan
membangun hubungan yang erat dengan masyarakat.
1. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
Hal ini sangat menguntungkan bagi pengembangan profesionalisme guru.
Banyak hal daat dilakukan dan dipecahkan berkat kerjasama, seperti
Penelitian Tindakan Kelas, berpartisipasi dalam keguatan ilmiah, dan
kegiatan-kegiatan profesional lainnya.
Selain usaha dari seorang pendidik sendiri untuk mengembangkan
profesinya, pemerintah juga seharusnya turut andil dalam hal ini. Tanpa
bantuan dari pemerintah, tak mungkin jika pengembangan profesi guru
akan berjalan baik. Karena dalam hal ini pemerintah bertugas dan
berfungsi untuk mengatur apa-apa yang tercakup di dalamnya termasuk
pendidikan. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan profesi guru seperti yang telah disebutkan pada alternatif
di atas. Selain itu, pemerintah juga telah merumuskan dan mengesahkan
Undang-Undang Guru yang tentu saja akan lebih mengembangkan
profesionalisme seorang guru.

12
Undang-undang guru penting untuk mengatur berbagai hal yang
berkaitan dengan guru, mereka perlu mendapat perlindungan hukum
agar dapat bekerja secara aman, kreatif dan menyenangkan. Berbagai
permasalahan hukum yang sering dihadapi guru, serta mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya antara lain dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Pemecatan secara sepihak terhadap guru-guru swasta oleh yayasan
dengan alasan tidak jelas, tanpa pesangon, bahkan seringkali tanpa
ucapan terimakasih terhadap apa-apa yang telah dilakuakan dan
disumbangkan di masa lalu.
2. Penundaan kenaikan pangkat dan jabatan bagi guru Pegawai
Negeri Sipil, apalagi kalau pangkat dan jabatan atasannya lebih
rendah, atau di bawah guru yang bersangkutan.
3. Penahanan, pemotongan, keterlambatan, sampai kasus tidak
dibayarnya gaji guru oleh sekolah-sekolah tertentu dengan berbagai
alasan yang tidak masuk akal.
4. Pembajakan terhadap karya guru, sehingga sering mematikan
kreatifitas mereka dalam mengembangkan berbagai potensinya.
Banyak buku-buku karya guru dan dosen yang dibajak tatapi tidak
pernah ada upaya hukum yang dapat menyelesaikannya.
5. Susah pindah, melimpah tugas, atau mutasi dari sekolah atau
daerah tertentu ke daerah yang lain, kecuali dipindahkan oleh dan
atas dasar kehendak atasan. Hal ini lebih diperparah lagi oleh
pemahaman yang salah terhadap konsep otonomi daerah.

2.5 Strategi Pengembangan Profesi Guru

Berangkat dari karakteristik guru untuk masyarakat abad 21 yang akan disimpulkan
dari penjelasan sebelumnya, antara lain:

1. Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, tuntas dan tidak setengah-
setengah.

2. Memiliki kepribadian yang prima.

13
3. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Maka dalam rangka pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan dapat


dilakukan dengan berbagai strategi, antara lain sebagai berikut:

1. Berpartisipasi di dalam pelatihan berbasis kompetensi. Bentuk pelatihan yang


fokusnya adalah keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh guru untuk
melaksanakan tugasnya secara efektif. Pelatihan ini cocok dilaksanakan pada salah
satu bentuk pelatihan pre-service atau in-service.

2. Berpartisipasi di dalam kursus dan program pelatihan tradisional (termasuk di


dalamnya pendidikan lanjut). Workshop in-service, seminar, perkuliahan tingkat
sarjana/pasca sarjana, konferensi adalah bentuk-bentuk pilihan pelatiahn yang sudah
lama ada dan diakui cukup bernilai.

3. Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya. Sebagaimana diketahui
bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara berkesinambungan
diproduksi oleh individual pengarang, lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga
lain.

4. Berpartisipasi di dalam kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah. Konferensi atau


pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran (up to
date) hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru.

5. Menghadiri perkuliahan umum atau presentasi ilmiah. Biasanya perguuan tinggi lokal
atau organisasi profesi sering mengadakan perkuliahan atau presentasi ilmiah yang
dibawakan oleh tenaga ahli yang terbuka bagi umum. Kebanyak dari mereka
berhubungan degnan berbagai isu termasuk pendidikan.

14
2.6 Ranah Pengembangan Guru

Syarat berkembangnya karier seorang guru adalah guru tersebut harus kompeten,
mampu baik pengetahuan, keterampilan, maupun prilaku. Guru kompeten yaitu guru yang
memiliki kecakapan hidup(life skill) dengan rincian sebagai berikut:

a. Cakap mengenal diri(self awareness skill), diantaranya:


 sadar sebagai makhluk Tuhan
 sadar eksistensi diri
 sadar potensi diri
b. Cakap berpikir(thinking skill), diantaranya:
 cakap menggali informasi
 cakap mengolah informasi\
 cakap mengambil keputusan
 cakap memecahkan masalah

c. Cakap bersosialisasi(sosial skill), diantaranya:


 cakap berkomunikasi lisan
 cakap berkomunukasi secara tertulis
 cakap dalam bekerjasama.

d. Cakap secara akademik(akademik skill), diantaranya:


 cakap mengidentifikasi variable
 cakap menghubungkan variable
 cakap merumuskan hipotesis
 cakap melaksanakan suatu penelitian

e. Cakap secara vokasional(vocational skill), diantaranya:


 memiliki keahlian khusus dibidang pekerjaan, misal: ahli komputer, ahli
akutansi, dll.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggung jawab
pemerintah , pemerintah daerah , penyelenggara satuan pendidikan , assosiasi profesi
guru , serta guru secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk
memotivasi , memelihara , dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran , yang berdampak pada peningkatan
mutu hasil belajar siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya , pembinaan dan

15
pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah , yaitu : penugasan, kenaikan pangkat
dan promosi.

1. Penugasan
Guru terdiri dari 3 jenis , yaitu guru kelas , guru mata pelajaran , dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya ,
guru melakukan kegiatan pokok yang mencakup : merencanakan pembelajaran ,
melaksanakan pembelajaran , menilai hasil pembelajaran , membimbing dan
melatih peserta didik , dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.

16
Kegiatan penugasan guru dalam rangk pembelajaran dapat dilakukan di
satu sekolah sebagai suatu admistrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas
sekolah. Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih , guru dituntut melaksanakan
tugas pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu , yaitu :

a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 jam tatap muka dan paling
banyak 40 jam tatap muka dalam 1 minggu pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah
daerah.
b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dan paling banyak
40 jam tatap muka dalam 1 minggu dilaksanakan dengan ketentuan paling
sedikit 6 jam tatap muka dalam 1 minggu pada satuan pendidikan tempat
tugasnya sebagai guru tetap.
c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar
yang setara yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150
peserta didik per tahun pada satu atau lebih satua pendidikan.
d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar
yang setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan
beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas
dasar pertimbangan kepentingan nasional.

2. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi.
Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru Pembina, guru inti,
instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan
sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan
dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan pemerintah No. 74 Tentang
Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak
mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud
meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK GURU adalah penilaian dari tiap

17
butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan
pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas
proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas
tambahan tersebut.

3. Kenaikan pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, permenneg PAN dan RB Nomor
16 Tahun 2009 telah menetapkan 4 ( empat ) jenjang jabatan fungsional guru dari
yang terendah ampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda,
Guru Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru
dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan
persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan
karir merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang
ditetapkan sesuai dengan permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas
–tugas guru yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan
pangkat dan/atau jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsure
penunjang. Unsure utama kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru terdiri atas :
(a) pendidikan ;
(b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah,
(c) pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB ).

2.7 Tujuan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Tujuan umum pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk


meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka

18
meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan secara khusus tujuan pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan


dalam peraturan perundangan yang berlaku.

2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam


perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses
pembelajaran peserta didik.

3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya


sebagai tenaga profesional.

4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.

5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.

6. Menunjang pengembangan karir guru

2.8 Manfaat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)


Manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan yang terstruktur, sistematik dan
memenuhi kebutuhan peningkatan keprofesian guru adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya pelaksanaan PKB, maka peserta didik
memperoleh jaminan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif.
2. Bagi Guru. Kepada guru dengan melaksanakan PKB (pengembangan keprofesian
berkelanjutan) akan dapat memenuhi standar dan mengembangkan kompetensinya
sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas utamanya secara efektif sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.
3. Bagi Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah akan mampu memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih baik dan berkualitas bagi peserta didik.
4. Orang tua/masyarakat memperoleh jaminan bahwa anak mereka mendapatkan
layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang efektif.

19
5. Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB akan memberikan jaminan kepada masyarakat
tentang layanan pendidikan yang berkualitas dan profesional.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka di dapatkan kesimpulan bahwa Guru merupakan suatu
profesi, yang berarti jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan sedangkan profesi secara
etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin,
profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan:
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu
pengetahuan, keahlian dan akademik. Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah
seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni
bidang profesinya selama hidupnya. guru profesional setidaknya harus memiliki tiga unsur
yaitu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Syaefudin dan Kurniatun memberikan
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pengembangan profesi
untuk tenaga kependidikan, yaitu : (1) Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan
(baik untuk tenaga struktural, fungsional, maupun teknis). (2) Berorientasi pada perubahan
tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan profesional dan untuk teknis
pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-masing. (3) Dilaksanakan untuk mendorong
meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan. (4) Dirintis dan
diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki
jabatan/posisi. (5) Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan
motivasi kerja, dan ketahanan organisasi pendidikan. (6) Pengembangan yang menyangkut

20
jenjang karier sebaiknya disesuikan dengan kategori masing-masing jenis tenaga
kependidikan itu sendiri.

Dalam proses pengembangan profesi guru dibutuhkan strategi- strategi yang baik.
Strategi yang bisa digunakan antara lain (1) Berpartisipasi di dalam pelatihan berbasis
kompetensi. (2) Bentuk pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan tertentu yang
dibutuhkan oleh guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. (3) Pelatihan ini cocok
dilaksanakan pada salah satu bentuk pelatihan pre-service atau in-service. (4) Berpartisipasi
di dalam kursus dan program pelatihan tradisional (termasuk di dalamnya pendidikan
lanjut). Workshop in-service, seminar, perkuliahan tingkat sarjana/pasca sarjana, konferensi
adalah bentuk-bentuk pilihan pelatiahn yang sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. (5)
Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa
jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya secara berkesinambungan diproduksi oleh
individual pengarang, lembaga pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. (6) Berpartisipasi
di dalam kegiatan konferensi atau pertemuan ilmiah. Konferensi atau pertemuan ilmiah
memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran (up to date) hal-hal yang berkaitan
dengan profesi guru. (7) Menghadiri perkuliahan umum atau presentasi ilmiah. Biasanya
perguuan tinggi lokal atau organisasi profesi sering mengadakan perkuliahan atau presentasi
ilmiah yang dibawakan oleh tenaga ahli yang terbuka bagi umum. Kebanyak dari mereka
berhubungan degnan berbagai isu termasuk pendidikan.

3.2 Saran
Materi pada makalah ini tentang pemngembangan profesi guru. Dengan makalah ini
bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat, para guru
serta calon guru yang membaca.

21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012, Desember). Pengembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015, dari
Blogger: http://manggamudaku.blogspot.com/2012/12/pengembangan-profesi-
keguruan.html

Budiman, S. A. (2006). Profesi Keguruan 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ilyana, S. (2011, Desember). Strategi Perkembangan Profesi Guru. Dipetik Maret 2015, dari
academia.edu:https://www.academia.edu/7558752/MAKALAH_STRATEGI_PENG
EMBANGAN_PROFESI_GURU_Makalah_ini_disusun_untuk_Memenuhi_Tugas_
Mata_Kuliah_Etika_Profesi_Keguruan_

Luthfiah, S. U. (2010, Desember). Pekembangan Profesi Guru. Dipetik Maret 2015, dari
wordpress: https://ufitahir.wordpress.com/2010/12/18/perkembangan-profesi-guru/

Rosita, D. (2014, April). Perkembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015, dari Blogger:
http://desirositaelf.blogspot.com/2014/04/perkembangan-profesi-keguruan.html

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Guru Profesionalisme Guru.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiono. (2013, Nopember). Perkembangan Profesi Keguruan. Dipetik Maret 2015, dari
Blogger: http://sugiono-motivasi.blogspot.com/2013/11/makalah-pengembangan-
profesi-keguruan.html

Suharsaputra, U. (2004). Profesi Pendidik. Dipetik Maret 2015, dari wordpress:


https://uharsputra.wordpress.com/supervision/pkb-guru/pengembangan-profesi-
pendidik-guru/

22

Anda mungkin juga menyukai