Dosen Pengampu :
Dr. Wawan Bunawan, M.Pd.,M.Si.
Oleh :
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengembangkan tes sikap
ilmiah dan analisisnya untuk instruksi pembelajaran yang bersifat penyelidikan
(investigation), eksperimen ilmiah berbasis laboratorium dan inkuiri bebas dan
dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan refrensi bagi
kita sehingga lebih mengetahui tentang Evaluasi pembelajaran fisika.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Penyelidikan ( Group Investigation)...................................................5
2.2 Eksperimen Berbasis Laboratorium...................................................8
2.3 Inquiry Bebas......................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................15
3.1. Kesimpulan.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2006, diterbitkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Salah satu substansi yang menjadi
Mulyasa (2004: 19), pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya sikap yang
Sains merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Salah satu fungsi dan tujuan dari mata pelajaran sains adalah siswa dapat memperoleh
pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui percobaan dan eksperimen sehingga
terlatih untuk bersikap ilmiah. Pembelajaran sains seharusnya selaras dengan fungsi dan
tujuannya, yakni menumbuhkan sikap ilmiah. Peranan guru untuk menumbuhkan sikap
ilmiah siswa menurut Harlen (1992) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran, lingkungan belajar dan pengelolaan kelas. Menurut (Trianto, 2007), model
pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok
untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut, Group
Investigation fokus utamanya untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek
khusus.
Jadi, dengan Group Investigation ini, siswa didorong utnuk terlibat dalam
keterampilan proses kelompok. Hasil akhir dari kelompok adalah ide dari setiap anggota dan
2. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran dan memberi tugas pada kelompok yang
harus dikerjakan
kelompoknya
5
7. Guru memberikan penjelasan singkat bila terjadi kesalah pahaman konsep dan
memberikan kesimpulan
8. Evaluasi
Investigation ini dibagi menjadi 3, yaitu secara pribadi, secara sosial, dan secara akademis.
Secara Pribadi Model Group Investigation ini, dapat menjadikan diri siswa seperti berikut
ini:
Secara Sosial Group Investigation ini, dapat meningkatkan hubungan antar siswa
seperti: a) Meningkatkan belajar bekerja sama. b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman
sendiri maupun guru. c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. d) Belajar
6
6. Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu
2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal. Tidak semua topik cocok dengan
3. Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk
pada model pembelajaran Group Investigation ini, peneliti memberi solusi. Telah
dijelaskan bahwa tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran ini, model
Dimana, siswa akan dibimbing dan didorong untuk melakukan kegiatan yang
cahaya dapat merambat lurus. Untuk menj elaskan ini, guru dapat memberikan
Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran, maka guru perlu
mengadakan tes formatif. Dengan tes formatif, guru juga dapat mengetahui siswa yang belum
mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jika terdapat peserta didik yang belum
berhasil, maka guru harus mengadakan kegiatan remidial pada siswa tersebut. Dengan
permasalahan yang ada, penulis akan mencoba merubah pembelajaran yang awalnya hanya
ceramah dan jarang menggunakan alat peraga menjadi pembelajaran yang lebih
7
menyenangkan dan mengikut sertakan keaktifan peserta didik didalam proses kegiatan
Dengan model ini, maka siswa yang biasanya kurang aktif, mereka dapat lebih aktif
didalam kegiatan. Karena, model pembelajaran Group Investigation ini akan menuntut siswa
kelompokkelompok kecil. Dimana setiap kelompok tersebut akan dibagikan materi yang
berbeda, dan tentunya alat peraga yang dibagikan pun juga berbeda satu sama lain.
Metode eksperimen atau percobaan menurut Mulyani Sumantri dan Johar permana
(1999: 157), diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan
mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan tersebut. Syaiful Bahri
Djamarah dan Azwan zain (2010: 84), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara
penyajian dimana siswa dapat melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar dengan metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengenai proses yang dialaminya. Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, di
mana siswa melakukan sesuatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan didepan kelas
Menurut Paul Suporno (2007: 77) mengatakan bahwa secara umum metode
eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang mengajak supaya siswa melakukan
percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah di pelajari itu memang
benar. Beberapa pengertian metode eksperimen dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
8
merupakan metode mengajar yang melibatkan peserta didik untuk melakukan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan tersebut. Metode eksperimen dibedakan
menjadi dua, yaitu yang terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas Paul Suporno
(2007: 78)
A. Eksperimen Terbimbing
Metode eksperimen terbimbing Paul Suporno (2007: 78), yaitu metode yang seluruh
jalannya percobaan telah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa, baik
dari langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan apa yang harus diamati dan
diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal. Beberapa hal yang harus dilakukan guru
3. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehinnga pada saat siswa
4. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa
5. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan dengan
baik.
9
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh siswa dalam percobaan antara lain sebagai
berikut Paul Suporno (2007: 79). a) Membaca petunjuk percobaan yang teliti. b) Mencari alat
kelompok untuk mengambil kesimpulan dari data yang ada. g) Membuat laporan percobaan
B. Eksperimen Bebas
Metode eksperimen bebas Paul Suporno (2007: 81), yaitu dalam eksperimen guru
tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan terinci, dengan kata lain siswa harus lebih
banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkai, apa yang harus diamati, diukur,
dan dianalisis serta disimpulkan. Dengan percobaan bebas menantang siswa untuk
merancanakan percobaan sendiri tanpa banyak dipengaruhi oleh arah guru dandapat
Di mana segala sesuatu yang diperlukan pada percobaan telah direncanakan oleh guru.
Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja. 2) Dapat
mengembangkan sikap mengadakan studi eksploratis tentang sains dan teknologi, suatu sikap
dari seseorang ilmuwan. 3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern antara lain:
(a) siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri proses atau kejadian; (b) siswa
terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat
objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah (e) hasil belajar akan tahan
10
Selain itu menurut Roestiyah N.K (2010: 82), keunggulan dari metode eksperimen
antara lain: 1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam
menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti
kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang sebelum ia membuktikan
kebenarannya. 2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki
oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri
kebenaran teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah
1) Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang
empiris melalui eksperimen, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.
11
2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu
4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin
ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran berbasis
Inquiry merupakan metode pembelajaran yang member rang sebebas-bebasnya bagi peserta
didik untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing. Peserta didik
dikembangkan untuk menjadi pembelajar yang kreatif dan produktif. Proses belajar mengajar
menggunakan metode ini tidak memberikan celah kepada peserta didik untuk melakukan D3
yaitu dating, duduk, diam. Tetapi peserta didik harus diberi ruang untuk menyerap, mengerti,
harus dilalui. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran inquiry menurut Wina Sanjaya
(2012:201) antara lain:9 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah itu tentu ada jawabanya, dan peserta
12
didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat 3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dilakukan. Peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta
didik untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji hipotesis Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
rang sebebas-bebasnya bagi peserta didik untuk menemukan gairah dan cara
belajarnya masing-masing.
14
DAFTAR PUSTAKA
Emirianti, P. 2005. Pengaruh Sikap Ilmiah dan Konstruktif Mahasiswa pada Waktu
Perkuliahan terhadap Prestasi Belajar Struktur Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Tahun Akademik 2002/ 2003 Universitas Negeri
Semarang. Skripsi tidak diterbitkan.Semarang :, FT, Universitas Negeri Semarang
Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London : David Fulton Publishers Ltd
15