Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika

MENGEMBANGKAN TES SIKAP ILMIAH DAN ANALISISNYA


UNTUK INSTRUKSI PEMBELAJARAN YANG BERSIFAT
PENYELIDIKAN (INVESTIGATION), EKSPERIMEN
ILMIAH BERBASIS LABORATORIUM
DAN INKUIRI BEBAS

Dosen Pengampu :
Dr. Wawan Bunawan, M.Pd.,M.Si.

Oleh :

Lusi Mardiah 8206175005


Rini Lestari Dalimunthe 8206175006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
2021
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengembangkan tes sikap
ilmiah dan analisisnya untuk instruksi pembelajaran yang bersifat penyelidikan
(investigation), eksperimen ilmiah berbasis laboratorium dan inkuiri bebas dan
dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan refrensi bagi
kita sehingga lebih mengetahui tentang Evaluasi pembelajaran fisika.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3. Tujuan.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Penyelidikan ( Group Investigation)...................................................5
2.2 Eksperimen Berbasis Laboratorium...................................................8
2.3 Inquiry Bebas......................................................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................15
3.1. Kesimpulan.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah telah banyak mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu

upaya tersebut adalah dengan menyempurnakan kurikulum di semua jenjang pendidikan.

Pada tahun 2006, diterbitkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai

penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Salah satu substansi yang menjadi

penekanan KTSP adalah bagaimana menciptakan pembelajaran yang efektif. Menurut

Mulyasa (2004: 19), pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya sikap yang

menekankan pada pembelajaran siswa secara efektif.

Sains merupakan mata pelajaran yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar. Salah satu fungsi dan tujuan dari mata pelajaran sains adalah siswa dapat memperoleh

pengalaman dalam penerapan metode ilmiah melalui percobaan dan eksperimen sehingga

terlatih untuk bersikap ilmiah. Pembelajaran sains seharusnya selaras dengan fungsi dan

tujuannya, yakni menumbuhkan sikap ilmiah. Peranan guru untuk menumbuhkan sikap

ilmiah siswa menurut Harlen (1992) adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan sikap ilmiah.

Model pembelajaran diartikan sebagai pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan

pembelajaran, lingkungan belajar dan pengelolaan kelas. Menurut (Trianto, 2007), model

pembelajaran diartikan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tes sikap ilmiah untuk penyelidikan (investigation) ?

2. Bagaimana tes sikap ilmiah untuk eksperimen berbasis laboratorium ?

3. Bagaimana tes sikap ilmiah untuk inquiri bebas ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tes sikap ilmiah untuk penyelidikan (investigation)

2. Untuk mengetahui tes sikap ilmiah untuk eksperimen berbasis laboratorium

3. Untuk mengetahui tes sikap ilmiah untuk inquiri bebas

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Tes Sikap Ilmiah untuk Penyelidikan ( Investigation )

A. Pengertian

Eggen dan Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group

Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok

untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut, Group

Investigation fokus utamanya untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek

khusus.

Jadi, dengan Group Investigation ini, siswa didorong utnuk terlibat dalam

pembelajaran. Siswa harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi maupun dalam

keterampilan proses kelompok. Hasil akhir dari kelompok adalah ide dari setiap anggota dan

pembelajaran kelompok yang lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan

dengan belajar sendiri-sendiri. Sharan (Supandi,2005:6) mengemukakan langkah-langkah

pembelajaran pada model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:

1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok secara heterogen

2. Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran dan memberi tugas pada kelompok yang

harus dikerjakan

3. Guru menentukan ketua kelompok dan memanggilnya ke depan kelas untuk

mengambil materi tugas yang telah disediakan

4. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam

kelompoknya

5. Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau

salah satu anggota menyampaikan hasil pembahasannya

6. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembehasannya

5
7. Guru memberikan penjelasan singkat bila terjadi kesalah pahaman konsep dan

memberikan kesimpulan

8. Evaluasi

B. Kelebihan model Group Investigation

Menurut Shoimin (2014:81-82) dibagi menjadi 3, yaitu Kelebihan model Group

Investigation ini dibagi menjadi 3, yaitu secara pribadi, secara sosial, dan secara akademis.

Secara Pribadi Model Group Investigation ini, dapat menjadikan diri siswa seperti berikut

ini:

1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas

2. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif.

3. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat.

4. Dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah.

5. Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik.

Secara Sosial Group Investigation ini, dapat meningkatkan hubungan antar siswa

seperti: a) Meningkatkan belajar bekerja sama. b) Belajar berkomunikasi baik dengan teman

sendiri maupun guru. c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis. d) Belajar

menghargai pendapat orang lain. e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu

keputusan. Secara Akademis Group Investigation ini, dapat meningkatkan pengetahuan

siswa seperti berikut:

1. Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan.

2. Bekerja secara sistematis.

3. Mengembangkan dan melatih keterampilan fisik dalam berbagai bidang.

4. Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya.

5. Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat.

6
6. Selalu berpikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga didapat suatu

kesimpulan yang berlaku umum.

C. Kelemahan model Group Investigation

Menurut Shoimin (2014:81-82):

1. Sedikitnya materi yang disampaikan pada satu kali pertemuan.

2. Sulitnya memberikan penilaian secara personal. Tidak semua topik cocok dengan

model pembelajaran Group Investigation.

3. Model ini cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk

memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri.

4. Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif. Untuk mengatasi kelemahan

pada model pembelajaran Group Investigation ini, peneliti memberi solusi. Telah

dijelaskan bahwa tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran ini, model

ini cocok untuk diterapkan yang menuntut siswa memahaminya dari

pegalamannya senidiri. Sehingga, penelitian ini mengambil materi sifat cahaya.

Dimana, siswa akan dibimbing dan didorong untuk melakukan kegiatan yang

dapat mereka jumpai di kehidupannya seharihari. Misalkan saja, untuk sifat

cahaya dapat merambat lurus. Untuk menj elaskan ini, guru dapat memberikan

contoh. Siswa pasti pernah melihat sinar cahaya

Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dari pembelajaran, maka guru perlu

mengadakan tes formatif. Dengan tes formatif, guru juga dapat mengetahui siswa yang belum

mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jika terdapat peserta didik yang belum

berhasil, maka guru harus mengadakan kegiatan remidial pada siswa tersebut. Dengan

permasalahan yang ada, penulis akan mencoba merubah pembelajaran yang awalnya hanya

ceramah dan jarang menggunakan alat peraga menjadi pembelajaran yang lebih

7
menyenangkan dan mengikut sertakan keaktifan peserta didik didalam proses kegiatan

pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation berbantuan alat peraga.

Dengan model ini, maka siswa yang biasanya kurang aktif, mereka dapat lebih aktif

didalam kegiatan. Karena, model pembelajaran Group Investigation ini akan menuntut siswa

untuk lebiih berkonsentrasi terhadap materi. Siswa akan dibentuk kedalam

kelompokkelompok kecil. Dimana setiap kelompok tersebut akan dibagikan materi yang

berbeda, dan tentunya alat peraga yang dibagikan pun juga berbeda satu sama lain.

2.2 Tes Sikap Ilmiah untuk Eksperimen Berbasis Laboratorium

A. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen atau percobaan menurut Mulyani Sumantri dan Johar permana

(1999: 157), diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan

mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan tersebut. Syaiful Bahri

Djamarah dan Azwan zain (2010: 84), mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara

penyajian dimana siswa dapat melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar dengan metode ini siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,

mengamati objek, menganalisis, menarik mebuktikan dan menarik kesimpulan sendiri

mengenai proses yang dialaminya. Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, di

mana siswa melakukan sesuatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan didepan kelas

dan dievaluasi oleh guru Roestiyah (2012 : 80).

Menurut Paul Suporno (2007: 77) mengatakan bahwa secara umum metode

eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang mengajak supaya siswa melakukan

percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah di pelajari itu memang

benar. Beberapa pengertian metode eksperimen dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

8
merupakan metode mengajar yang melibatkan peserta didik untuk melakukan mengalami dan

membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan tersebut. Metode eksperimen dibedakan

menjadi dua, yaitu yang terencana atau terbimbing dan eksperimen bebas Paul Suporno

(2007: 78)

A. Eksperimen Terbimbing

Metode eksperimen terbimbing Paul Suporno (2007: 78), yaitu metode yang seluruh

jalannya percobaan telah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa, baik

dari langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan apa yang harus diamati dan

diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal. Beberapa hal yang harus dilakukan guru

dalam eksperimen terbimbing Paul Suporno (2007: 78-79) yaitu :

1. Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa.

2. Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya, peralatan yang

digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data yang harus dikumpulkan siswa,

bagaimana menganalisis data, dan apa kesimpulannya.

3. Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehinnga pada saat siswa

mencoba semua siap dan lancer.

4. Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa

melakukan percobaannya dan memberikan masukan pada siswa.

5. Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan dengan

baik.

6. Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang dilakukan.

7. Setelah siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya.

8. Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan lagkah percobaan dalam satu

lembar kerja sehingga memudahkan siswa bekerja.

9
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh siswa dalam percobaan antara lain sebagai

berikut Paul Suporno (2007: 79). a) Membaca petunjuk percobaan yang teliti. b) Mencari alat

yang diperlukan. c) Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan. d) Mulai

mengamati jalannya percobaan. e) Mencatat data yang diperlukan f) Mendiskusikan dalam

kelompok untuk mengambil kesimpulan dari data yang ada. g) Membuat laporan percobaan

dan mengumpulkan. h) Dapat juga mempresentasikan percobaan didepan kelas.

B. Eksperimen Bebas

Metode eksperimen bebas Paul Suporno (2007: 81), yaitu dalam eksperimen guru

tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan terinci, dengan kata lain siswa harus lebih

banyak berpikir sendiri, bagaimana akan merangkai rangkai, apa yang harus diamati, diukur,

dan dianalisis serta disimpulkan. Dengan percobaan bebas menantang siswa untuk

merancanakan percobaan sendiri tanpa banyak dipengaruhi oleh arah guru dandapat

membangun kreativitas siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen terbimbing.

Di mana segala sesuatu yang diperlukan pada percobaan telah direncanakan oleh guru.

B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Kelebihan metode eksperimen menurut Syaiful Syagala (2010: 220-221), yaitu: 1)

Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan

percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja. 2) Dapat

mengembangkan sikap mengadakan studi eksploratis tentang sains dan teknologi, suatu sikap

dari seseorang ilmuwan. 3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern antara lain:

(a) siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri proses atau kejadian; (b) siswa

terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat

objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah (e) hasil belajar akan tahan

lama dan internalisasi.

10
Selain itu menurut Roestiyah N.K (2010: 82), keunggulan dari metode eksperimen

antara lain: 1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam

menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti

kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang sebelum ia membuktikan

kebenarannya. 2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki

oleh kegiatan belajar mengajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri

dengan bimbingan guru. 3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen di samping

memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan

dalam menggunakan alat-alat percobaan. 4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri

kebenaran teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah

peristiwapersitiwa yang tidak masuk akal.

Keunggulan-keunggulan dari metode ekperimen yang digunakan dalam kegiatan

belajar-mengajar menurut Moedjiono dan Moh.Dimyati (1992: 78):

1) Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data yang

diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.

2) Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara

empiris melalui eksperimen, sehingga siswa terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.

3) Siswa berkesempatan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dalam rangka

menguji kebenaran hipotesis-hipotesis.

C. Kekurangan Metode Eksperimen

Adapun metode eksperimen juga memiliki kekurangan, menurut Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain (2010: 85):

1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

11
2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu

mudah diperoleh dan mahal.

3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin

ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

2.3 Tes Sikap Ilmiah untuk Inquiri Bebas

A. Kajian Tentang Inquiry

Pembelajaran inquiry dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran berbasis

Inquiry merupakan metode pembelajaran yang member rang sebebas-bebasnya bagi peserta

didik untuk menemukan gairah dan cara belajarnya masing-masing. Peserta didik

dikembangkan untuk menjadi pembelajar yang kreatif dan produktif. Proses belajar mengajar

menggunakan metode ini tidak memberikan celah kepada peserta didik untuk melakukan D3

yaitu dating, duduk, diam. Tetapi peserta didik harus diberi ruang untuk menyerap, mengerti,

dan merespons setiap bagian dari materi yang disampaikan.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry

Dalam melaksanakan pembelajaran inquiry ada beberapa tahapan- tahapan yang

harus dilalui. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran inquiry menurut Wina Sanjaya

(2012:201) antara lain:9 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina

suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar

peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran 2. Merumuskan masalah Merumuskan

masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung

teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah itu tentu ada jawabanya, dan peserta

12
didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat 3. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban

sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis

perlu diuji kebenaranya. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas

menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dilakukan. Peran guru

dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta

didik untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji hipotesis Menguji

hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau

informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasar

hasil pengujian hipotesis.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

- Group Investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa

ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari

pernyataan tersebut, Group Investigation fokus utamanya untuk melakukan

investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.

- Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang mengajak supaya

siswa melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan bahwa teori yang

sudah di pelajari itu memang benar.

- Pembelajaran berbasis Inquiry merupakan metode pembelajaran yang member

rang sebebas-bebasnya bagi peserta didik untuk menemukan gairah dan cara

belajarnya masing-masing.

14
DAFTAR PUSTAKA

Emirianti, P. 2005. Pengaruh Sikap Ilmiah dan Konstruktif Mahasiswa pada Waktu
Perkuliahan terhadap Prestasi Belajar Struktur Kayu Mahasiswa Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Tahun Akademik 2002/ 2003 Universitas Negeri
Semarang. Skripsi tidak diterbitkan.Semarang :, FT, Universitas Negeri Semarang
Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London : David Fulton Publishers Ltd

15

Anda mungkin juga menyukai