Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi kehidupan manusia.

Proses pendidikan berlangsung terus menerus dimanapun dan kapanpun.

Pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga Negara

berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional

yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang – undang.

Pada saat ini, ketika wabah Covid – 19 muncul, seluruh aktivitas

manusia dibatasi, termasuk kegiatan belajar – mengajar baik di jenjang

sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Berdasarkan Surat Edaran

MENDIKBUD RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan

Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease

(COVID-19), MENDIKBUD RI menganjurkan kegiatan belajar –

mengajar dilakukan di rumah melalui pembelajaran jarak jauh/daring.

Jika dilihat dari KBBI Kemendikbud, daring adalah akronim dalam

jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.

Dengan kata lain, pembelajaran daring adalah metode belajar yang

menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen

1
2

System (LMS) dengan menggunakan aplikasi yang ada seperti Zoom,

Whatsapp, Google Meet, dan lainnya. Dengan diberlakukannya

pembelajaran daring seperti ini, komunikasi antar pendidik dan peserta

didik harus berjalan baik, maka pembelajaran yang diberikanpun harus

menarik dan mudah dipahami peserta didik.

Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, di jenjang sekolah

dasar khususnya kelas bawah. Mata pelajaran yang satu berkaitan dengan

mata pelajaran yang lain, mata pelajaran IPA biasanya ada di dalam Mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan

mata pelajaran yang mengajarkan tentang gejala alam dan perubahan –

perubahan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berdasarkan fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari – hari. Proses pembelajarannya menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Dalam pembelajaran IPA, khususnya pada saat pembelajaran


3

daring, peran seorang pendidik adalah sebagai fasilitator yang

memungkinkan tercapainya kondisi yang baik bagi peserta didik untuk

belajar. Terciptanya kondisi yang baik bisa menumbuhkan minat dan

meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Akhirnya, pemilihan metode eksperimen sangat tepat digunakan

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya pada saat

pembelajaran daring. Tidak hanya pendidik yang aktif dalam kegiatan

pembelajaran tetapi peserta didik juga aktif dan kreatif karena secara

langsung menguji cobakan apa yang dipelajari dan menemukan hasilnya

sendiri.

Berdasarkan observasi yang telah penulis laksanakan di SDN 132

Cihaurgeulis ditemukan bahwa guru telah menjajar semaksimal mungkin.

Namun, masih terdapat penggunaan metode mengajar penugasan pada

pembelajaran daring saat ini, di mana guru hanya memberikan tugas

melalui WhatsApp grup tanpa ada interaksi lain seperti pembelajaran

biasanya saat pembelajaran dilakukan secara luring. Selain itu berdasarkan

pengamatan terlihat juga sering ditemukan permasalahan khususnya di

kelas 2 ini, di antaranya: (1) Peserta didik kurang mengikuti proses

pembelajaran karena dirasa kurang menarik, (2) Tidak terjadi

pembelajaran yang menyenangkan karena metodenya hanya penugasan


4

saja, (3) Pembelajaran kurang kreatif, (4) Kurangnya motivasi belajar

peserta didik, (5) Kurangnya pemberian kesempatan kepada peserta didik

untuk bertanya dan berpendapat karena keterbatasan sarana dan prasarana

baik itu dari peserta didik maupun gurunya sendiri.

Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian proses pembelajaran daring dengan judul “Pembelajaran Daring

Mata Pelajaran IPA Materi Perubahan Wujud Benda Pada Peserta Didik

SD Kelas II Melalui Metode Eksperimen”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana skenario dan implementasi pembelajaran daring mata

pelajaran IPA materi perubahan wujud benda pada peserta didik SD

kelas II melalui metode eksperimen?

2. Bagaimana respon pendidik dan peserta didik terhadap implementasi

pembelajaran daring dengan menggunakan metode eksperimen?

3. Kesulitan apa saja yang dialami peserta didik kelas II dalam

menyelesaikan tugas – tugas materi perubahan wujud benda?

4. Kendala apa yang dialami oleh pendidik dalam pembelajaran daring?


5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dan menelaah :

1. Skenario dan implementasi pembelajaran daring mata pelajaran IPA

materi perubahan wujud benda pada peserta didik SD kelas II melalui

metode eksperimen.

2. Respon pendidik dan peserta didik terhadap implementasi pembelajaran

daring dengan menggunakan metode eksperimen.

3. Kesulitan – kesulitan yang dialami peserta didik kelas II dalam

menyelesaikan tugas – tugas materi perubahan wujud benda dalam

pembelajaran daring.

4. Kendala yang dialami oleh pendidik dalam pembelajaran daring.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan:

1. Bagi Pendidik :

a. Mendapatkan pengalaman ilmiah dalam mengembangkan dan

melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen

secara daring.

b. Menambah pengetahuan pendidik tentang pentingnya penggunaan

metode eksperimen dalam proses belajar IPA.


6

c. Mengembangkan kreativitas pendidik dalam proses mengajar yang

menyenangkan khususnya dalam pembelajaran daring.

d. Meningkatkan kemampuan profesional pendidik dalam mengajar

dengan menerapkan suatu penerapan suatu metode pembelajaran.

2. Bagi Peserta didik:

a. Meningkatkan keaktifan dan ketertarikan peserta didik dalam proses

pembelajaran secara daring.

b. Memudahkan peserta didik dalam memahami konsep perubahan

wujud benda.

3. Bagi pembelajaran SD pada umumnya:

a. Meningkatkan kualitas dan prestasi belajar sehingga dapat menetaskan

lulusan yang berkualitas terutama untuk mata pelajaran IPA.

b. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme

pendidik.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara online

dengan memanfaatkan alat – alat IT seperti HP, komputer atau laptop dan

aplikasi – aplikasi yang ada di dalamnya.

2. Materi IPA dalam penelitian ini meliputi materi tentang perubahan wujud

benda. Materi yang dibahas adalah mempelajari tentang apa itu benda air,

padat, dan gas, serta apa yang dimaksud dengan mencair, membeku,
7

menyublim, mengembun, dan menguap.

3. Metode eksperimen adalah salah satu metode mengajar, di mana peserta

didik melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati

prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya.


BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Kajian Pustaka
1. Sistem pembelajaran daring (dalam
jaringan)
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan
sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara
pendidik dan peserta didik tetapi dilakukan melalui online yang
menggunakan jaringan internet. Pendidik harus memastikan kegiatan
belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada di
rumah. Solusinya, pendidik dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring
(online).
Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Disease (COVID – 19).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat
personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi
jaringan internet. Pendidik dapat melakukan pembelajaran bersama
diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti
WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media
lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, pendidik
dapat memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam
waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.

2. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (1985:80), metode eksperimen adalah

8
9

salah satu cara mengajar, di mana peserta didik melakukan suatu


percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik.
Adapun metode eksperimen dimaksudkan sebagai suatu cara
memperoleh pengetahuan atau keterampilan dengan mencoba,
berbuat atau melakukan sesuatu (Sriyono dkk, 1992:116).
b. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen
Menurut Roestiyah (1985:80), penggunaan metode
eksperimen mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan – persoalan
yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, peserta
didik juga dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan
eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori
sesuatu yang sedang dipelajarinya.

c. Kelebihan Metode Eksperimen


Roestiyah (1985:82), beberapa kelebihan dari metode
eksperimen antara lain:
1) Dengan eksperimen peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah
dalam mengahadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya
pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya, tidak mudah percaya
pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat
dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana
peserta didik lebih aktif belajar sendiri dengan bimbingan pendidik.
3) Pendidik dalam melaksanakan eksperimen di samping memperoleh
ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat – alat percobaan.
4) Dengan eksperimen peserta didik membuktikan sendiri kebenaran
10

suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah
peristiwa – peristiwa yang tidak masuk akal.

Menurut Soetomo (1993:165), kelebihan dari metode


eksperimen, antara lain:

1) Peserta didik dapat belajar melalui


pengalaman langsung.

2) Peserta didik langsung memperoleh pengalaman dan keterampilan


dalam melakukan eksperimen.
3) Mempertinggi partisipasi peserta didik baik secara individu atau
kelompok.
4) Peserta didik belajar berfikir melalui prinsip – prinsip metode ilmiah
atau belajar mempraktikkan prosedur kerja berdasarkan metode
ilmiah.

Menurut Sriyono (1992:116) beberapa kelebihan dari metode


eksperimen antara lain:

1) Pengetahuan peserta didik tidak verbalitas dan memberikan


kemungkinan berfikir lebih kritis.
2) Memberikan pengalaman yang real.
3) Keragu – raguan peserta didik dapat hilang dengan mengamati
dan mengadakan eksperimen.
4) Memberikan kemungkinan lebih berhasilnya interaksi belajar –
mengajar.

3. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Anitah,
2008:1.18).
11

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses


komunikasi timbal balik, baik antara pendidik dengan peserta didik
maupun antara peserta didik dengan peserta didik, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Hernawan dkk, 2011:9.4).
1) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam
memandang pembelajaran (Anitah , 2008;1.27).
2) Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam
memanfaatkan segala sumber belajar yang dimiliki dan atau yang
dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan (Anitah , 2008:1.28).
3) Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaan adalah ragam khas penerapan suatu
metode sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran
menggambarkan langkah – langkah penggunaan metode mengajar,
yang sifatnya lebih operasional.
4) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yaitu rumusan kemampuan yang
diharapkan dimiliki pembelajar setelah mempelajari suatu topik
atau pokok bahasan tertentu (Hernawan dkk, 2011:10.6).
5) Prinsip – Prinsip Pembelajaran

Dalam merancang kegiatan pembelajaran terdapat beberapa


prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu prinsip mengaktifkan peserta
didik, prinsip kesesuaian, prinsip memberikan kepuasan, prinsip
pengalaman belajar yang sama menimbulkan hasil yang berbeda,
serta prinsip variasi pengalaman belajar (Hernawan dkk,
2011:11.14).
6) Faktor – Faktor Pembelajaran
12

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang


kegiatan pembelajaran, yaitu peserta didik, kemampuan pendidik,
tujuan, sarana dan prasarana, serta materi (Hernawan dkk,
2011:11.14).
7) Prosedur Umum Pembelajaran
Prosedur pembelajaran pada umumnya terdiri atas empat
kegiatan, yaitu pra – kegiatan pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup (Hernawan dkk, 2011:11.9- 11.10).

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


a. Pengertian Mata Pelajaran IPA
Menurut Sujana (2013, hlm. 15) IPA atau sains merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai alam semesta beserta
isinya, serta peristiwa – peristiwa yang terjadi di dalamnya yang
dikembangakan oleh para ahli berdasarkan proses ilmiah.

Ada juga yang berpendapat lain bahwa IPA merupakan suatu


proses terbuka dan juga dipandang sebagai suatu studi yang banyak
berhubungan dengan manusia dan masyarakat, yaitu suatu studi yang
memerlukan imajinasi, perasaan, pengamatan dan juga analisis
(Sapriati, Amalia. 2009).
Sedangkan mata Pelajaran IPA adalah progam untuk
menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai ilmiah pada peserta didik serta rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (Garnida, 2002: 253).

b. Tujuan Mata Pelajaran IPA


Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1992: 6)
tujuan pengajaran IPA bagi Sekolah Dasar adalah memahami alam
sekitar, memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu
(keterampilan proses) dan metode ilmiah, memiliki sikap ilmiah di
13

dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang


dihadapinya, dan memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan
untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA


1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya.
2) Materi, sifat – sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, air, tanah
dan batuan.
3) Listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana,
cahaya dan bunyi, tata surya, bumi dan benda – benda langit
lainnya.
4) Kesehatan, makanan, penyakit dan pencegahannya.
5) Sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan, dan pelestariannya
(Garnida, 2002: 254).

d. Kajian materi Perubahan Wujud Benda


Berdasarkan wujudnya benda dibedakan menjadi tiga yaitu ,
benda cair, benda padat, dan benda gas.
1) Benda Cair (Akbar, Dedi, 2013)
a) Pengertian Benda Cair
Benda cair adalah suatu benda yang tersusun atas
molekul – molekul yang agak renggang kepadatannya
sehingga mudah sekali untuk dipisahkan atau disusupi oleh
benda padat lainnya, benda cair memiliki sifat mengalir
ketempat yang lebih rendah selayaknya sungai dan bersifat
basah, tetapi volumenya tetap.
b) Sifat – Sifat Benda Cair
Benda cair mempunya sifat berubah bentuk sesuai
14

tempat atau wadahnya, mengalir ke segala arah, mengalir dari


tempat tinggi ke tempat yang rendah, meresap melewati
celah-celah kecil, dapat melarutkan berbagai macam zat,
volume tetap, dan menempati ruang.
c) Contoh Benda Cair
Berbagai contoh yang termasuk benda cair antara
lain : sirup dalam botol, kecap dalam botol, minyak goreng,
air dll.
5) Benda Padat (Azian Khalil. 2013)
a) Pengertian Benda Padat
Benda padat adalah suatu benda yang tersusun atas
molekul – molekul yang sangat rapat dan memiliki bentuk
yang utuh kaku (berbentuk padat) yang sangat sulit untuk
diubah sifat struktur komponen utamanya.
b) Sifat – sifat Benda Padat
Berbagai sifat – sifat benda padat antara lain :
memiliki massa, volumenya tetap, menempati ruang,
bentuknya tetap, dan mempunyai kekerasan tertentu.
c) Contoh Benda Padat
Berbagai contoh benda yang termasuk benda padat
antara lain; meja, bebatuan, dll.
6) Benda Gas (Ketutbudiartawan. 2013)
a) Pengertian Benda Gas
Benda Gas adalah suatu benda yang tersusun atas
molekul yang sangat renggang dan memiliki banyak
partikel yang tersusun, seperti oksigen, uap air, dan
sebagainya.
b) Sifat – Sifat Benda Gas
Benda Gas memiliki sifat antara lain : menempati
15

ruang, volume (isi) tidak tetap, mempunyai tekanan, dan


mempunyai berat.
c) Contoh Benda Gas
Contoh benda gas yaitu, udara yang kita hirup untuk
bernafas, oksigen, uap air, dan sebagainya. Benda dapat
mengalami perubahan wujud seperti, mencair, menyublim,
mengembun, membeku, dan menguap. Perubahan wujud
benda ada yang bersifat tetap (perubahan kimia) dan
perubahan sementara (perubahan fisika).
d) Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perubahan benda
antara lain suhu, tekanan, pencampuran dengan air, dan udara.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini di antaranya adalah :

a. Menurut hasil penelitian Riyawati (2015) yang berjudul “Penggunaan


Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada
Materi Wujud dan Sifat Benda (Penelitian Tindak Kelas di Kelas IV
SDN Sumampir).

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan metode


eksperimen dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada
materi wujud dan perubahan wujud benda. Hasil penelitiannya
terdapat peningkatkan pemahaman peserta didik terlihat dari nilai
hasil setiap siklusnya yang terdapat peningkatan dengan rata – rata
pada siklus I memperoleh nilai 73,44% dan pada siklus II
memperoleh nilai 84,48%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan pemahaman peserta didik dengan
menggunakan penerapan metode eksperimen pada pembelajaran
IPA yang dapat dilihat dari hasil rata – rata yang mengalami
16

peningkatan dari siklus I hingga siklus II.


b. Penelitian dilakukan oleh Mayangsari, Dewi, dkk tahun 2013 dalam
penelitian menggunakan metode eksperimen dengan judul “Penerapan
Metode Ekpserimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator SDN
Semboro Probolinggo“.
Hasil penelitian pada siklus I mengenai aktivitas belajar peserta
didik memperoleh nilai presentase sebesar 65,53 % 9 (kategori
aktif) dan siklus II memperoleh nilai 80,6% (kategori sangat aktif)
meningkat dan hasil belajar peserta didik memperoleh nilai pada
siklus I yaitu 55% dan pada siklus II mencapai 85%.
c. Penelitian dilakukan oleh Firdatun Nisfaturrifah, tahun 2014 dalam
penelitian menggunakan metode eksperimen dengan judul
“Peningkatan Prestasi Belajar melalui Metode Eksperimen pada Pembelajaran
IPA Materi Perubahan Wujud Benda pada Siswa Kelas IV di MI Tegalwaton
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 (PTK
Kolaboratif”
Hasil penelitian pada siklus I mengenai hasil belajar peserta didik
memperoleh nilai presentase sebesar 44,4% sudah memenuhi KKM
dan siklus II memperoleh 72,8%.
d. Penelitian dilakukan oleh Eka Sukmawati, tahun 2016 dalam penelitian
menggunakan metode eksperimen dengan judul “Pengaruh Metode
Eksperimen terhadap hasil belajar IPA Siswa pada Konsep Benda dan
Sifatnya di Kelas IV SDN Bintaro 02”
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat
disimpulkan bahwa metode eksperimen berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar IPA peserta didik pada konsep
benda dan sifatnya. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata hasil
posttest kelas eksperimen lebih besar dari pada rata – rata hasil
posttest kelas control, yaitu 72,3% untuk kelas eksperimen dan
17

58,7% untuk kelas kontrol. Demikian juga berdasarkan hasil


perhitungan uji “t” untuk data posttest diperoleh nilai thitung sebesar
8,799, sehingga nilai thitung tersebut lebih besar dari ttabel yaitu
sebesar 2,000. Maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti
hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran IPA dengan menggunakan eksperimen dapat
meningkatkan aktivitas dan pemahaman peserta didik yang dapat
dilihat dari proses pembelajaran dan hasil belajarnya. Hal tersebut
juga dapat dilihat dari nilai rata – rata peserta didik yang
mengalamai kenaikan pada setiap siklusnya.

Dari hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik maka dari itu peneliti
berharap penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan
metode eksperimen pada materi perubahan wujud benda dapat
meningkatkan pemahaman siswa.

C. Kerangka Konseptual
Proses pembelajaran daring selama ini masih bersifat monoton
yang hanya menggunakan metode penugasan sehingga minat dan
ketertarikan peserta didik untuk belajar menjadi rendah. Apalagi di saat
masa pandemi seperti ini, materi yang diberikan dituntut untuk jauh
lebih menarik minat peserta didik karena kita sebagai pendidik tidak
bisa mengontrol langsung peserta didik kita saat mereka belajar di
rumah masing – masing. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan
tindakan berupa penerapan metode eksperimen dalam materi perubahan
wujud benda.
18

Hasil belajar peserta didik dapat dilihat dengan adanya


perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang merupakan hasil
proses kegiatan pembelajaran yang mereka alami. Pencapaian tujuan
pembelajaran dapat diketahui melalui tes hasil belajar. Hal ini
dipresentasikan dalam bentuk nilai (angka atau huruf). Peserta didik
yang telah mencapai tjuan pengajaran dengan baik berarti memperoleh
nilai sesuai dengan ketetapan atau bisa dikatakan nilainya sudah
memenuhi standar. Bagi peserta didik yang nilainya tidak sesuai atau
tidak memenuhi standar dikatakan belum mencapai tujuan
pembelajaran yang dimaksud.

Pada dasarnya sains mencari hubungan konseptual antara gejala


– gejala alam yang diamati. Oleh karena itu, proses pembelajaran sains
mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir sistematis. Fokus
utama yang ada dalam latar belakang yaitu rendahnya interaksi peserta
didik dalam kegiatan belajar terjadi karena pendekatan atau teknik
pembelajaran yang dikembangkan guru masih bersifat konvensional,
terfokus pada dominasi guru lebih banyak mengandalkan metode
penugasan dalam menjalankan materi pembelajaran sesuai dengan
bahan yang terdapat dalam buku teks atau LKPD.

Rendahnya penguasaan terhadap materi pembelajaran


merupakan akibat dari rendahnya prestasi belajar. Dengan demikian
hasil belajar yang rendah pada pembelajaran sains saat pembelajaran
jarak jauh (PJJ)/daring disebabkan oleh :
a. Penyajian materi yang berbasis pendekatan metode penugasan saja.
b. Pemanfaatan teknologi belum maksimal dikuasai.
c. Kegiatan belajar mengajar belum dilaksanakan secara optimal.

Kondisi yang dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa


19

kegiatan belajar mengajar daring selama ini belum berbasis kompetensi


dan belum menerapkan pendekatan kontekstual dengan berbagai teknik
dan metode menyenangkan yang mampu meningkatkan minat,
motivasi, inisiatif, kreativitas dan kerja sama dalam kegiatan belajar.
Dari penjelasan di atas maka pembelajaran pada materi perubahan
wujud benda, penulis memilih menggunakan Metode Eksperimen.

Dengan penerapan Metode Eksperimen pada saat pembelajaran


daring dengan materi perubahan wujud benda ini diharapkan terjadi
peningkatan hasil belajar dan pemahaman peserta didik, sehingga
akhirnya akan mendapat hasil belajar yang baik.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kajian pustaka dan kerangka konseptual,
maka penulis merumuskan hipotesis dalam penelitian ini bahwa:
a. Ho: Metode eksperimen tidak dapat meningkatkan ketertarikan
dan pemahaman pada materi perubahan wujud benda di kelas II.
b. Ha: Metode eksperimen dapat meningkatkan ketertarikan dan
pemahaman pada materi perubahan wujud benda di kelas II.

E. Kesulitan – kesulitan yang dialami peserta


didik kelas II SDN 132 Cihaurgeulis saat
pembelajaran daring :
a. Beberapa peserta didik tidak memiliki Handphone sebagai salah satu
alat wajib pembelajaran daring.
b. Jaringan internet lemot.
c. Kuota internet terbatas.
d. Karena masih kelas II SD, beberapa anak dibantu oleh orangtuanya
dalam mengaplikasikan HP, tetapi ada beberapa orangtua murid yang
masih gagap teknologi.
20

e. Karena terhubung dengan dunia online, itu memicu peserta didik tidak
fokus saat pembelajaran, peserta didik dengan mudah belajar sambil
membuka aplikasi lain yang ada di HP.

F. Kendala – kendala yang dialami pendidik


saat pembelajaran daring:
Hampir sama dengan kesulitan yang dialami peserta didik,
tenaga pendidik di SDN 132 Cihaurgeulis, kendala yang yang dialami
pendidik di antaranya adalah:
a. Jaringan internet lemot.
b. Kuota internet terbatas.
c. Adapun beberapa tenaga pendidik yang
masih gagap teknologi.
d. Dengan adanya internet, tingkat kecurangan pada saat pembelajaran
khususnya saat ulangan secara daring meningkat, sehingga pendidik
tidak bisa mengetahui atau menilai kemampuan peserta didik sejauh
mana.

G. Respon pendidik dan peserta didik


terhadap implementasi pembelajaran
daring melalui metode eksperimen
a. Respon pendidik
Tenaga pendidik SDN 132 Cihaurgeulis menyambut baik terhadap
penelitian ini, para tenaga pendidik merasa terbantu karena dapat
menambah referensi metode sehingga pembelajaran daring ini
berjalan lancar dan menarik bagi para peserta didik.
b. Respon peserta didik

Peserta diidk SDN 132 Cihaurgeulis khususnya kelas II menyambut baik juga penelitian
ini karena metode yang digunakan dianggap menyenangkan dan tidak membosankan
seperti biasanya yang hanya diberikan tugas tanpa diberi penjelasan apapun.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada
dasarnya menggunakan deduktif – verifikatif. Pendekatan ini berangkat dari
suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti
berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan
– permasalahan berserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dukungan data empiris
di lapangan.
“Pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada
variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan
observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti
eksperimen dan survei yang memerluka data statistik.” Emzir (2010).

“Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori melalui


pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik.” A.H. Puspowarsito (2008)
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang termasuk dalam penelitian kuantitatif
dibedakan berdasarkan tujuan penelitian dan karakteristik masalah.
Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian dapat dibedakan menjadi;
1) Penelitian historis
2) Penelitian deskriptif
3) Penelitian kasus dan lapangan
4) Penelitian korelasional
5) Penelitian kausal – komparatif, dan
6) Penelitian eksperimen

22
23

Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian


eksperimen.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan karakteristik
masalah yang sama dengan penelitian kausal – komparatif. Dalam penelitian
eksperimen peneliti melakukan manipulasi atau pengendalian terhadap
setidaknya satu variabel independen.
Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki hubungan
sebab akibat dengan cara menerapkan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental dengan kondisi atau perlakuan tertentu dengan kelompok
eksperimental yang tidak dikenai kondisi atau perlakuan tertentu. Ciri – ciri
dari penelitian eksperimental yaitu:
a. Menuntut adanya pengaturan variabel dan kondisi atau perlakuan
eksperimen.
b. Menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimental.
c. Menggunakan hipotesis terutama tentang akibat perbedaan perlakuan.
Berdasarkan penelitian yang akan diteliti maka penulis
menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen
merupakan bagian dari penelitian eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini
digunakan untuk mendekati kondisi eksperimental pada suatu situasi yang
akan memungkinkan manipulasi variabel. Penelitian kuasi eksperimen
berfungsi untuk mengetahui pengaruh percobaan atau perlakuan terhadap
karakteristik subjek yang diinginkan penulis.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui perbedaaan hasil
belajar materi perubahan wujud benda antara kelas eksperimen yang
menggunakan metode eksperimen dan kelas kontrol yang tidak menggunakan
metode eksperimen, sehingga diketahui pengaruh penerapan metode
eksperimen pada materi perubahan wujud benda di kelas II ini.

B. Partisipan
Partisipan adalah semua orang atau manusia yang berpartisipasi
atau ikut dalam suatu kegiatan. Menurut pandangan Sumarto (2003)
24

partisipan adalah
“Pengambilan bagian atau keterlibatan orang atau masyarakat dengan cara
memberikan dukungan (tenaga, pikiran, maupun materi) dan
tanggungjawabnya terhadap setiap keputusan yang telah diambil demi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan bersama.”

Kesimpulannya, partisipan adalah subjek yang dilibatkan di dalam


kegiatan sebagai peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang
dilaksanakan dalam proses belajar – mengajar serta mendukung pencapaian
tujuan dan bertanggungjawab atas keterlibatannya.
Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa partisipan yaitu;
a. SDN 132 Cihaurgeulis
Kegiatan penelitian ini tentunya memerlukan tempat penelitian
yang akan dijadikan sebagai latar untuk memperoleh data yang
diperlukan guna mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Penelitian bertempat di SDN 132 Cihaurgeulis, Jl. Surapati No.
155 Kota Bandung.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 132 Cihaurgeulis karena
berbagai pertimbangan, antara lain;
1) Belum ada penelitian sebelumnya tentang penelitian yang akan
dilakukan sekarang yaitu pembelajaran daring materi perubahan
wujud benda dengan menggunakan metode eksperimen.
2) Tepat dan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
3) SDN 132 Cihaurgeulis menerapkan pembelajaran daring selama
masa pandemi ini.
4) SDN 132 Cihaurgeulis memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
b. Kepala Sekolah SDN 132 Cihaurgeulis
Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan
untuk memimpin satu sekolah yang diselenggarakan proses belajar –
mengajar atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi
pembelajaran dan peserta didik yang menerima pembelajaran.
25

Bapak Ape Witarsa, S.Pd., adalah kepala sekolah SDN 132


Cihaurgeulis. Pada penelitian ini membantu proses perizinan dalam
penelitian yang dilakukan. Dalam pertimbangannya kepala sekolah dapat
memberikan informasi tentang profil sekolah, akademik kesiswaan,
kurikulum, fasilitas, dan kegiatan – kegiatan peserta didik.
c. Guru kelas II SDN 132 Cihaurgeulis
Kegiatan penelitian ini memerlukan pengetahuan tentang
bagaimana interaksi guru dan peserta didik dalam proses belajar –
mengajar, khususnya dalam penelitian ini berfokus pada guru kelas II
SDN 132 Cihaurgeulis yang dapat mengetahui bagaimana penggunaan
metode eksperimen pada pembelajaran perubahan wujud benda pada
peserta didik kelas II di SDN 132 Cihaurgeulis. Penulis menjaring
informasi berupa data baik dari interaksi proses belajar – mengajar
maupun kegiatan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan metode
tersebut.
d. Peserta didik SDN 132 Cihaurgeulis
Penelitian ini berfokus pada peserta didik kelas II.

C. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek (orang, kejadian, atau
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu baik yang kongkrit
maupun yang abstrak. Dalam penelitian ini , penulis mengambil populasi
dari seluruh peserta didik kelas II SDN 132 Cihaurgeulis tahun ajaran
2020 – 2021.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang disebutkan di atas.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti dan dianggap bisa mewakili populasi, sehingga jumlah sampel
lebih sedikit daripada jumlah populasi.
Dalam penelitian ini sampelnya yaitu peserta didik kelas II A
26

sebagai kelas eksperimen dan kelas II B sebagai kelas kontrol, yang


masing – masing berjumlah 28 peserta didik.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih
mudah. Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan
metode atau teknik pengumpulan data. Dengan demikian terdapat kaitan
antara teknik dan instrumen pengumpulan data.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
a. Pedoman dokumentasi
Pedoman dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan
peneliti untuk ketika mengumpulkan data yang meliputi latar belakang
sekolah, keadaan peserta didik dan sebagainya. Pada penelitian ini
penulis menggunakan pedoman dokumentasi untuk menghimpun
informasi terkait identitas sekolah, keadaan guru dan peserta didik, hasil
ulangan siswa (PTS), denah lokasi, serta foto – foto penelitian di SDN
132 Cihaurgeulis.
b. Pedoman tes
Pedoman tes adalah alat pengumpul data berupa soal – soal
yang digunakan untuk memperoleh nilai sebagai alat ukur penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan soal – soal uraian untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik dalam materi perubahan wujud
benda pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Sebelum sola tes tertulis digunakan, terlebih dahulu penulis
menguji coba untuk memastikan validitas dan reabilitas soal tes.
1) Uji Validitas
Validitas sebuah tes dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
validitas ligis dan validitas empiris. Untuk mengetahui tingkat kevalidan
27

soal tes berupa soal uraian yang akan digunakan untuk mengambil data,
penelitian menggunakan validitas logis dan validitas empiris.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan validitas empiris
yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS untuk
mempermudah dan menghindari kesalahan dalam perhitungan. Item
instrumen dianggap valid dengan membandingkan r hitungnya dengan r
tabel. Jika ri hitung > r tabel maka valid.
2) Uji reabilitas
Selain menggunakan validitas, penulis juga menggunakan uji
reabilitas. Reabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat
kekonsistenan suatu soal. Soal tersebut konsisten apabila menghasilkan
skor yang relatif sama meskipun dujikan berkali – kali. Reabilitas soal
dapat diketahui dengan rumus berikut:
n Si
2

r11= ( )(1- )
n−1 St
2

Dengan

Si = ∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿
2
X

Keterangan : n = banyaknya butir soal


Si2 = Varian skor tiap item soal
St2 = Varian skor total
X = Skor hasil uji coba
N = banyaknya peserta tes
Namun untuk mempermudah dan menghindari kesalahan
dalam perhitungan, maka penulis melakukan uji reabilitas juga dengan
menggunakan program SPSS.
E. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan prosedur penelitian pada umumnya, penelitian ini
dimulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pembuatan laporan. Dalam
penelitian ini, penulis mengacu pada prosedur penelitian yang dikemukakan
oleh Arikunto (2012). Pada penelitian ini terdapat secara umum 3 tahap
28

prosedur pnelitian, yaitu:


a. Tahap perencanaan
Langkah – langkah dalam tahapan ini adalah memilih
masalah, melakukan studi pendahuluan, merumuskan masalah,
murumuskan anggapan dasar, memiliih jenis pendekatan atau metode,
menentukan variabel dan sumber data
b. Tahap penelitian
Langkah dalam tahap ini adalah menentukan dan menyusun
instrumen, mengumpulkan data, menganalisis data kemudian menarik
kesimpulan.
c. Teknik pelaporan
Pada tahap ini penulis menulis laporan dalam bentuk tertulis
berdasarkan kaidah – kaidah penulisan karya tulis ilmiah dan sesuai data
yang diolah.
F. Analisis Data
Analisis data yaitu proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan,
sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Analisis data dalam penelitian kuantitatif
biasa disebut dengan analisis statistik karena menggunakan rumus – rumus
statistika. Statistika dalam analisis dibedakan menjadi dua, yaitu statistik
deskrptif dan statistik inferensial.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik inferensial.
Analisis ini adalah analasis data dengan melakukan uji hipotesis. Tujuan uji
hipotesis adalah untuk menentukan jawaban teoritis yang terkandung dalam
pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis
dalam proses pengujian data. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji – t atau t – test. Ada persyaratan yang harus dipenuhi
sebelum melakukan t – test, yaitu:
a. Uji homogenitas
29

Homogenitas merupakan kesamaan variansi antar kelompok


yang ingin dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan
kelompok yang awalnya dalam kondisi yang sama. Rumus yang
digunakan dalam uji ini adalah rumus uji Harley. Uji Harley merupakan
uji homogenitas variansi yang sangat sederhana karena kita cukup
membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil. Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Variansi terbesar
Fmax=
Variansi terkecil

Dengan rumus variansi sebagai berikut:

Varian (SD)2 = ∑ 2−¿ ¿ ¿ ¿


X

Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung rumus


dengan tabel nilai – nilai F pada signifikansi 5% sebagai berikut:
H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
b. Uji normalitas
Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik
distribusi frekuensi atas skor yang ada. Untuk menguji normalitas data
dapat menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dengan ketentuan jika
Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. Uji normalitas
dimaksudkan mengetahui apakah data hasil penelitian berasal dari
populasi yang normal atau tidak. Jika data hasil penelitian berasal dari
distribusi normal makan dilanjutkan pada uji homogenitas.
c. Uji t – test
Setelah semua perlakuan berakhir kemudian peserta didik
diberikan tes hasil belajar. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan
hipotesis yang diharapkan.
Adapun untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan
statistik parametrik. Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji
30

hipotesis dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio dengan
menggunakan t – test. Teknik t – test adalah teknik statistik yang
dipergunakan untuk menguji signifikansi perbedaan 2 buah mean yang
berasal dari dua buah distribusi.
Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil belajar pada
saat post – test dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumus
sebagai berikut:
X 1− X 2
t – test = SD 1 SD 2 90

Keterangan :
√( N 1−1
2

) +(
N 2−1
2

X1 = Rata – rata pada distribusi sampel 1


X2 = Rata – rata pada distribusi sampel 2
SD1 = Nilai varian pada distribusi sampel 1
2

SD2 = Nilai varian pada distribusi sampel 2


2

N1 = Jumlah individu pada sampel 1


N2 = Jumlah individu pada sampe 2

d. Menentukan besar pengaruh


Untuk menentukan seberapa besar pengaruh metode
eksperimen pada materi perubahan wujud benda saat pembelajaran
daring, peneliti menggunakan perhitungan effect size. Effect size (ES)
merupakan ukuran mengenai besarnya efek suatu variabel pada variabel
lain, besarnya perbedaan maupun hubungan yang bebas dari pengaruh
besarnya sampel. Nilai ES dihitung dengan menggunakan rumus Cohen’s
d yang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Menggunakan nilai rata – rata dan standar deviasi
M 1 −M 2
d=
σ pooled
Di mana:
d = Cohen’s d effect size (besar pengaruh)
31

M = Nilai rata – rat kelas, M 1 untuk kelas eksperimen dan


M 2 untuk kelas kontrol.
σ = Standar deviasi gabungan
Untuk menghitung σ pooled dengan rumus sebagai
berikut:
σ1 + σ2
σ pooled =
√ 2

2
2

Di mana:
σ pooled = Standar deviasi gabungan, σ 1 standar deviasi
kelas eksperimen dan σ 2 standar deviasi kelas kontrol.
2) Menggunakan nilai independent groups t – test dan df
2t
d=
√ df
d = besar pengaruh
t = nilai t – test
df = derajat kebebasan
tabel interpretasi dari rumus Cohen’s d ditunjukkan
pada tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.1. Interpertasi Cohen’s d
Cohen’s Standard Effect Size Percentil Percent of
e Nonoverla
Standing p
Large (besar) 2,0 97,7 81,1%
1,9 97,1 79,4%
1,8 96,4 77,4%
1,7 95,5 75,4%
1,6 94,5 73,1%
1,5 93,3 70,7%
1,4 91,9 68,1%
1,3 90 65,3%
1,2 88 62,2%
1,1 86 58,9%
1,0 84 55,4%
0,9 82 51,6%
Medium (sedang) 0,8 79 47,4%
0,7 76 43,0%
32

0,6 73 38,2%
Small (kecil) 0,2 58 14,7%
0,1 54 7,7%
0,0 50 0%

Anda mungkin juga menyukai