Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah
melimpahkan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Penulis
menyadari tanpa bekal imu pengetahuan, dorongan bimbingan bantuan moril dan materil,
penyusunan makalah ini tidak dapat disusun, karena itulah tiada imbalan yang dapat penulis
sampaikan selain ucapan terimakasih kepada dosen dan teman teman sekalian.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kelengkapan Makalah
ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih Semoga Makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Teluk Dalam , November 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan............................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Landasan Biologi Pendidikan............................................................................3
B. Karakteristik Biologi Manusia tentang Masalah Otak dan Fungsinya.............................3
C. Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak.....................................................................5
D. Implikasinya Biologi bagi Pendidikan..................................................................................8
E. Karakteristik Fisiologi Manusia tentang Masalah Fisiologi dan Fungsinya....................9
F. Implikasi Fisiologi dalam Pendidikan................................................................................10
G. Pengertian sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya pendidikan....................10
H. Keragaman Budaya dalam Pendidikan.............................................................................12
I. Hubungan Timbal Balik Sekolah dengan Masyarakat....................................................12
J. Perubahan sosial budaya dan implikasinya dalam pendidikan......................................13
K. Peranan Sekolah sebagai Pewarisan dan Pemeliharaan Kebudayaan..............................13
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan.............................................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari proses kehidupan dari
makhluk hidup, termasuk manusia. Berkenaan dengan upaya pendidikan, unsur biologi ini
sangat dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan dan karakteristik
biologi, karakteristik fisiologis serta perkembangan otak anak. Alasan ini bukan semata-mata
karena pertumbuhan biologis merupakan proses perkembangan individu yang paling tampak,
melainkan karena aspek ini sangat terkait erat dengan perkembangan aspek perilaku dan segi-
segi mental lainnya. Selain itu unsur biologis ini juga dapat menjelaskan bagaimana
perkembangan motorik dan bagaimana pengaruh faktor bawaan (heridity) serta faktor
lingkungan (environment) dalam perkembangan anak.
Keragaman budaya jugadapat melatarbelakangi masing-masing anak didik dan
menuntut guru agar memiliki wawasan yang luas terhadap keadaan sosial budaya yang ada
pada lingkungan dimana guru itu mengajar. Ini berarti bahwa perkembangan itu berlangsung
secara integrasi dalam segenap aspek yang ada dalam diri individu (manusia). Dengan kata
lain, setiap aspek perkembangan itu tidak berkembang secara sendiri-sendiri dengan tidak ada
kaitan satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan landasan biologi pendidikan?
 Apa sajakah karakteristik biologi manusia?
 Bagaimana perkembangan biologis anak?
 Bagaimana implikasi landasan biologi bagi pendidikan?
 Bagaimana karakteristik fisiologi manusia?
 Bagaimana implikasi fisiologi dalam pendidikan?
 Apa yang dimaksud dengan sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya
pendidikan?
 Apa saja macam-macam landasan sosial budaya?
 Apakah peranan sekolah sebagai pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara
kebudayaan?

1
C. Tujuan Masalah
 Mengetahui arti dari landasan biologi pendidikan
 Mengetahui karakteristik biologi manusia
 Mengetahui perkembangan biologis anak
 Mengetahui implikasi landasan biologi bagi pendidikan
 Mengetahui karakteristik fisiologi manusia
 Mengetahui implikasi fisiologi pendidikan
 Mengetahui pengertian sosiologi dan kebudayaan landasan sosial budaya pendidikan
 Mengetahui macam-macam landasan sosial budaya
 Mengetahui peranan sekolah sebagai pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara
kebudayaan

D. Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Sistematika
BAB II Pembahasan
a. Pengertian landasan biologi pendidikan
b. Karakteristik biologi manusia
c. Perkembangan biologis anak
d. Implikasi landasan biologi bagi pendidikan
e. Karakteristik fisiologi manusia
f. Implikasi fisiologi dalam pendidikan
g. Pengertian sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya pendidikan
h. Macam-macam landasan sosial budaya
i. Peranan sekolah sebagai pewaris, Pemelihara dan sebagai pemelihara kebudayaan
BAB II Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Biologi Pendidikan


Biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup serta proses kehidupan. Adapun
makhluk hidup yang dimaksud ialah manusia, hewan dan tumbuhan.
Landasan biologi pendidikan adalah suatu titik acuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan biologis dan karakteristik biologis peserta didik dalam hal pendidikan.

B. Karakteristik Biologi Manusia tentang Masalah Otak dan Fungsinya


1. Karakteristik Biologi Manusia
Ditinjau dari faktor biologi, manusia dan hewan tertentu memiliki persamaan karakteristik.
Namun demikian walau ada persamaan karakteristik dari segi biologi, tetapi manusia
memiliki potensi superior yang membedakannya dengan makhluk lain. Potensi superior
tersebut adalah kemampuan mental, kecerdasan, akal budi atau daya pikir yang paling
sempurna yang kesemuanya berada dalam otak.
Dalam beberapa hal manusia dengan hewan mamalia lain memiliki perbedaan. Tetapi hewan
mamalia secara umum memiliki persamaan. Persamaan tersebut terutama dalam bentuk organ
dan sistem pada tubuh secara anatomis antara manusia dengan hewan primata. Dobzhansky
mengatakan bahwa diantara hewan yang paling dekat dengan manusia adalah simpanse
hewan yang paling cerdas. Simpanse hewan yang paling superior dibandingkan dengan
hewan primata lainnya, dalam kemampuan mengingat, berkemauan dan belajar. Namun
demikian ada pemisah yang sangat jauh berbeda mengenai kapasitas intelektual (intellectual
capacity) antara simpanse dengan manusia. Respon-respon simbolik dapat dipelajari oleh
simpanse dengan sejumlah kesulitan yang dihadapi, sehingga tidak akan mampu melampaui
batas kapasitasnya. Beberapa karakteristik biologis lain diantaranya yakni :
(1) Asumsi biologi : manusia adalah hewan, namun bukan semata-mata hewan dan bukan
semata-mata manusia.
(2) Masalah biologi mendasari masalah pendidikan. Pendidikan ialah persiapan untuk
kehidupan yang sempurna.
(3) Tiga arti biologi bagi pendidikan menurut Horne:
(a) Bertambahnya ukuran otak. Makin tinggi skala derajat mamalia, makin besar ratio
otaknya dibandingkan dengan ukuran badannya.
(b) Panjang periode anak manusia dibandingkan dengan anak hewan yang lebih rendah.
(c) Otak sebagai alat berpikir.
(4) Bertambahnya rasio otak/badan pada manusia.

3
Manusia secara absolut mempunyai otak paling besar dari semua makhluk. Bertambahnya
ukuran otak dapat berarti peralihan hidup dari dasar insting ke dasar rasional. Manusia
mempunyai kapasitas insting lebih besar daripada hewan yang lebih rendah.
(5) Kelebihan edukabilitas atas insting.
Pendidikan ialah pertimbangan individu yang ditambahkan pada pengalaman ras pada masa
lampau dalam menentukan perbuatan.
(6) Basis mental dalam seleksi alam
Pendidikan menurut versi biologi ialah kondisi dasar untuk memperoleh perkembangan
optimal dan penyesuaian terbaik terhadap lingkungan.
(7) Menurut Adam Sedgewick:
Secara biologis pendidikan ialah pembentukan kebiasaan. Pendidikan tidak lebih daripada
respon organisme yang matang terhadap stimulus dari luar.
(8) Alam dan buatan.
Alam adalah segala kekuatan hidup. Pendidikan adalah sejenis alam tertinggi dan terakhir.
Jadi, pendidikan adalah penyesuaian superioritas manusia yang sadar terhadap
lingkungannya.
(9) Periode panjang anak manusia.
Periode anak manusia terpanjang dibandingkan anak makhluk lain. Selama periode itu anak
tergantung hidupnya pada bantuan orang tua. Menurut Nicholas M. Butler bahwa periode
anak bagi pendidikan sebagai periode penyesuaian fisik (berjalan, makan) dan penyesuaian
mental/spiritual.
(10) Otak sebagai alat jiwa
Empat bukti ilmiah tentang otak dengan jiwa:
(a) Pathologi menunjukan hasil otopsi bahwa penyakit mental yang berbeda berhubungan
dengan luka pada tempat yang berbeda dalam otak.
(b) Anatomi menunjukan bahwa syaraf-syaraf dari berbagai organ tubuh bertemu dalam otak.
(c) Pembedahan makhluk hidup menunjukan bahwa hilangnya bagian-bagian tertentu dari
otak menghasilkan perubahan pada tingkah laku.
(d)Efek stimulus dan narkotik mempengaruhi kesadaran.
(11) Yang dapat dilakukan pendidikan untuk otak.
Pendidikan dapat mengembangkan dan memperkuat sistem syaraf yang tidur dan melalui
pembiasaan dapat membuat otak siap untuk pemikiran dan perbuatan baru.
(12) Keturunan orang-orang yang berpendidikan.
Menurut donald Son: Keturunan orang-orang terdidik seharusnya mempunyai sistem syaraf
yang dimodifikasi lebih kuat, lebih responsif dan lebih akurat, sehingga lebih mampu
beradaptasi.

4
(13) Otomatisasi bukan tujuan akhir pendidikan.
Karena otomatis bekerja dalam dunia statis, sedangkan dunia manusia tumbuh dan
berkembang. Dalam hal ini kesadaran diperlukan sebagai motor penggerak, sebagai
pembebas dan penyesuai terhadap situasi baru.
Dari sudut kesadaran berfungsi meneruskan (mengulang-ngulang) perbuatan yang
menyenangkan dan menghasilkan (menghindari)perbuatan yang menyakitkan.

C. Perkembangan Biologis dan Perseptual Anak


a. Perkembangan Biologis
1. Faktor Hereditas dalam Perkembangan Anak
Faktor hereditas merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kondisi biologis anak
berdasarkan pewarisan genetik dari orang tua
2. Faktor Lingkungan dalam Perkembangan Anak
Faktor lingkungan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kondisi biologis dan
perkembangan anak yang berdasarkan pengalaman interaksinya dengan dunia luar atau
lingkungan.
b. Perkembangan Fisik dan Perseptual Anak SD
1. Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia sekitar 6-12 tahun.
Dala psikologi perkembangan rentang usia tersebut lazimnya disebut sebagai masa anak
(middle and late childhood), yakni suatu fase antara masa kanak-kanak (early childhood) dan
masa remaja (adoles cence). Sebutan lain yang sering dialamatkan kepada kelompok anak
usia ini adalah masa usia sekolah. Sebutan ini mungkin diberikan karena anak pada usia ini
memasuki dunia pendidikan formal, yakni sekolah.
Dalam hal aktivitas anak, termasuk belajar dan aktivitas mental lainnya akan banyak
dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Kondisi fisik juga dapat memberikan pengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.
Perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek tinggi dan berat badan, proporsi
tubuh dan dampak-dampak psikologis yang dapat ditimbulkannya, serta perbandingan otot-
lemak. Masalah kesehatan gizi, olahraga, dan suasana emosional dalam perkembangan fisik
anak
a. Tinggi dan Berat Badan
Bila dibanding dengan pada masa usia dini dan masa remaja pertumbuhan fisik anak SD
cenderung lebih lambat dan relatif konsisten. Laju perkembangan seperti ini berlangsung
sampai terjadinya perubahan-perubahan besar pada masa awal pubertas.
Karena adanya penambahan ukuran dalam kerangka tulang belulang, sistem otot, dan organ-
organ tubuh lainnya, tinggi dan berat badan anak secara bertahap terus bertambah. Di

5
Indonesia, belum ada standar baku tentang ukuran kenaikan berat dan tinggi badan anak usia
SD, namun penambahan itu diperkirakan berkisar antara 2,5 – 3,5 kg dan 5-7 cm pertahun.
Kaki anak lazimnya menjadi lebih panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan
kekuatan otot anak secara bertahap terus meningkat disaat semakin menurunnya kadar
“lemak bayi”. Selama usia SD ini kekuatan fisik anak lazimnya meningkat dua kali lipat.
Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat membantu pertumbuhan otot ini.
Dengan demikian, disamping faktor kematangan, unsur latihan juga sangat membantu proses
peningkatan dalam kekuatan otot.
b. Proporsi dan Bentuk Tubuh
Anak SD kelas-kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang.
Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai sampai terlihat perbedaannya
ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir SD, lazimnya proporsi tubuh
anak sudah mendekati keseimbangan.
Ketidakseimbangan tubuh anak dapat diamati pada bagian kepala, badan, dan kaki. Kepala
masih terlalu besar bila dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Akan tetapi beberapa
perbandingan pada bagian wajah yang kurang seimbang mulai menghilang dengan bertambah
besarnya mulut dan rahang, semakin melebar dan meratanya dahi, semakin mengecilnya
bibir, serta menjadi lebih besar dan berbentuknya hidung.
Badan memanjang dan menjadi lebih langsing, leher menjadi lebih panjang, dada sedikit
melebar, perut tidak buncit dan lebih langsing serta lengan dan tungkai memanjang namun
kelihatannya kurus dan belum berbentuk karena otot-otot belum berkembang. Tangan dan
kaki juga secara bertahap tumbuh semakin besar, Walaupun hal itu terjadi dalam tempo yang
agak lambat. Akhirnya, sedikit demi sedikit anggota badan anak menjadi semakin kekar dan
berisi, terutama pada saat menjelang pubertas.
Jaringan lemak anak SD berkembang lebih cepat daripada jaringan ototnya. Jaringan otot
baru berkembangagak cepat pada awal pubertas. Jaringan otot baru berkembang agak cepat
pada awal pubertas. Besarnya jaringan otot lemak anak SD akan mengikuti tipe bentuk
tubuhnya.
Kemungkinan tiga bentuk primer tubuh menurut tipologi Sheldon adalah :
(a) Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar. Anak
yang endomorph, lemaknya jauh lebih banyak daripada jaringan otot.
(b) Mesomorph, yang kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar. Anak yang bertipe
mesomorph lemaknya jauh lebih sedikit daripada jaringan otot.
(c) Ectomorph, yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti tak berotot. Anak
yang bertipe ini tidak terdapat jaringan yang melebihi jaringan lainnya sehingga tampak
kurus.
Kondisi proporsi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis tertentu
kepada anak. Kondisi proporsi tubuh yang kurang seimbang dan/atau bentuk tubuh yang
berkelainan dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif, yakni berupa kekurangpuasan atau
bahkan penolakan terhadap dirinya sendiri (self rejection). Hal demikian tentunya akan dapat

6
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak khususnya dalam pebentukan kesan tentang
tubuh (body image) dan konsep dirinya (self concept).

c. Otak
Pertumbuhan otak dan sistem syaraf merupakan salah satu aspek terpenting dalam
perkembangan individu. Dalam otak terdapat pusat-pusat syaraf yang mengendalikan
perilaku individu. Bukan hanya pusat-pusat syaraf yang berhubungan dengan perilaku
kognisi, melainkan pusat kesadaran emosi pun, menurut Goleman juga terdapat dalam otak
(bagian tengah), yaitu pada sistem limbik dengan pusatnya yang disebut amigdala.
Bila dibanding dengan pertumbuhan bagian-bagian tubuh lainnya, pertumbuhan otak dan
kepala ini jauh lebih cepat. Menurut Santrock dan Yussen (1992), sebagian besar
pertumbuhan otak itu terjadi pada masa usia dini. Pada masa usia tiga tahun saja,
pertumbuhan otak anak sudah mencapai dua pertiga dari ukuran otak orang dewasa. Dan
menjelang umur lima tahun, di saat tubuh baru mencapai sepertiga dari ukuran tubuh orang
dewasa, ukuran otak anak sudah mencapai kurang lebih 90% dari ukuran otak orang dewasa.
Beberapa penambahan ukuran otak terjadi karena adanya penambahan jumlah dan ukuran
dari ujung-ujung syaraf yang terdapat dalam dan diantara wilayah otak, disamping karena
adanya peningkatan dalam melinasi (suatu proses tersekatnya sel-sel syaraf oleh lapisan sel
lemak sehingga meningkatkan kecepatan jalur informasi melalui sistem syaraf).
Kematangan otak yang dikombinasi dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kognisi anak. Dalam hal ini, bukan sekedar kebutuhan nutrisi yang perlu
dipenuhi, melainkan juga diperlukan rangsangan-rangsangan yang membuat otak anak
berfungsi.
Menurut penelitian Sperry at al (Witdarmono, 1996) konstruksi jaringan otak itu hanya akan
hidup bila diprogram melaluirangsangan. Tanpa rangsangan atau digunakan, otak manusia
tidak akan berkembang. Karena pertumbuhan otak memiliki keterbatasan waktu, maka
rangsangan otak di usia dini menjadi sangat penting. Penundaan yang terjadi kan membuat
otak itu tertutup sehingga tidak dapat menerima program-program baru.
d. Keterampilan Motorik
Selama masa anak, kemampuan gerak motorik menjadi jauh lebih halus dan lebih
terkoordinasi dari masa sebelumnya. Pada berusia sekitar 10-11 tahun, anak-anak lazimnya
sudah mampu melakukan berbagai jenis kegiatan olah raga seperti: lari, mendaki, lompat,
bernang, dan mengendarai sepeda. Dalam keterampilan-keterampilan motorik kasar yang
melibatkan aktivitas otot besar ini, anak laki-laki lazimnya memiliki kemampuan yang lebih
baik daripada anak-anak perempuan. Hal demikian terjadi karena jumlah sel-sel otot anak
laki-laki lebih banyak daripada sel-sel otot anak-anak perempuan.
Bagi anak, penguasaan keterampilan-keterampilan fisik dapat merupakan sumber kesenangan
dan prestasi. Anak menjadi senang karena dengan menguasai berbagai keterampilan fisik ia
dapat bermain dan melakukan berbagai aktivitas yang diinginkannya. Begitu pula, unsur
pengalaman dalam melakukan berbagai aktivitas tersebut membuat anak menjadi semakin

7
mahir dan terampil serta menjadi semakin kaya dan bevariasi dengan keterampilan-
keterampilan baru.
Anak-anak usia SD juga sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya sehingga dapat duduk
dan memperhatikan sesuatu secara lebih lama. Namun perlu diingat bahwa mereka masih
jauh dari memiliki kematangan fisik dan mereka masih tetap perlu aktif. Anak-anak SD akan
lebih tersiksa kalau harus duduk dan memperhatikan guru dengan lama daripada berlari,
meloncat, atau bermain sepeda. Artinya, anak-anak usia SD masih lebih senang melakukan
berbagai aktivitas fisik daripada berdiam diri.
Bagi anak, aktivitas fisik sangat esensial untuk memperhalus keterampilan-keterampilan fisik
mereka. Mereka perlu mendapat kesempatan yang cukup untuk melakukan berbagai aktivitas
sehingga dapat menggerakan semua bagian anggota tubuhnya. Karena itu, suatu prinsip
praktek pendidikan yang penting bagi anak usia SD adalah bahwa mereka harus terlibat
dalam kegiatan aktif daripada pasif.
Meningkatkan proses melunasi selama masih masa anak terefleksi dalam keterampilan-
keterampilan motor halus. Anak dapat menggunakan tangan mereka secara lebih lihai. Anak
usia 6 tahun dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti melekatkan benda, memasang tali
sepatu, dan mengancingi baju. Menjelang usia 7 tahun, tangan anak menjadi lebih kuat. Pada
usia ini, anak dapat menggambar secara lebih kecil dan rapih. Antara usia 8-10 tahun, tangan
anak dapat digunakan secara bebas dengan lebih mudah dan tepat. Ukuran huruf yang ditulis
anak menjadi lebih kevil dan lebih sempurna. Pada usia 10-12 tahun, anak mulai menunjukan
keterampilan manipulatif yang hampir sempurna dengan keterampilan orang dewasa. Pada
usia dini, anak dapat menguasai gerakan-gerakan kompleks, berbelit-belit dan cepat yang
diperlukan untuk menghasilkan kualitas karya yang baik atau untuk memainkan perangkat
instrumen musik sulit. Dalam hal keterampilan motorik halus ini kemampuan anak
perempuan bisaanya lebih baik daripada kemampuan anak laki-laki.

D. Implikasinya Biologi bagi Pendidikan


1. Implikasi bagi Penyelenggaraan Pembelajaran
Dalam hal ini diperlukan suatu cara pembelajaran yang hidup, dalam arti yang memberikan
banyak kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik dan aspek-aspek
perseptualnya. Dengan kata lain, diperlukan suatu cara pembelajaran yang bersifat langsung.
Cara pembelajaran seperti ini akan memberikan dampak positif yang banyak berkembangnya
aspek kognisi dan kreativitas, fisik perseptual, dan sosial.
Cara pembelajaran yang diharapkan adalah memiliki karakteristik :
1) Programnya disusun secara fleksibel dn tidak kaku serta memperhatikan perbedaan
individual anak
2) Dilakukan secara variatif melalui banyak aktivitas seperti eksperimen, praktek,
observasi langsung, permainan, dan sejenisnya.
3) Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar
2. Implikasi bagi Pemeliharaan Kesehatan dan Nutrisi Anak

8
Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik anak. Penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD
merupakan salah satu hal yang perlu dipahami dan diterapkan sejak dini. Kebiasan
berperilaku sehat hendaknya dilakukan secara menyeluruh mulai drai kebersihan pakaian dan
tubuh, kebersihan makanan, pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta
mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Hal lain yang perlu di perhatikan dalam program pendidikan kesehatan bagi anak SD adalah
unsur keteladanan dari pihak pendidik. Unsur keteladanan ini merupakan suatu upaya
pengkondisian anak kearah berperilaku sehat.
Dipihak lain, makanan yang mengandung gizi secara seimbang juga merupakan aspek yang
penting dalam perkembangan anak. Kebutuhan kalori yang memadai perlu diperhatikan
untuk menjaga keseimbangan perkembangan fisik anak kebutuhan kalori ini akan sejalan
dengan perkembangan fisik dan usia anak.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mewujudkan pemeliharaan kesehatan
dan pemenuhan gizi anak yaitu :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan anak secara rutin, dapat melakukan kerjasama
dengan pihak Depkes.
2) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat melalui penerapan aturan dan disiplin
yang jelas, tegas, dan bijaksana disertai dengan unsur keteladanan dari pihak staf sekolah,
khususnya guru.
3) Melakukan pembinaan tentang kesehatan terhadap pra pedagang makanan yang ada
disekitar sekolah.
4) Menjalin kerja sama dengan pihak orangtua untuk sama-sama mebudayakan
berperilaku sehat.
E. Karakteristik Fisiologi Manusia tentang Masalah Fisiologi dan Fungsinya

Fisiologi (physiologi) adalah cabang biologi yang mempelajari fungsi-fungsi dari


bagian-bagian, jaringan-jaringan dan sel-sel tubuh makhluk hidup. Setiap makhluk hidup
memiliki bagian-bagian atau unsur-unsur yang membentuk suatu sistem yang terorganisir
dalam struktur dan terkoordinir dalam fungsi.
a. Masalah Fisiologi dan Fungsinya
Menurut Otto dan Towle (1977:525) bahwa organ-organ tubuh bekerja bersama-sama untuk
melakukan suatu pekerjaan khusus yang membantu suatu sistem. Bahkan fungsi tubuh yang
paling sederhana sekalipun, melibatkan lebih dari satu sistem. Saat kita berjalan misalnya,
kita menggunakan tulang, syaraf, otot dan pembuluh darah.
Kita dapat mengamati, setiap anak terlebih dahulu belajar berjalan sebelum ia pandai
melompat, menggunakan kalimat satu atau dua kata sebelum ia lancar bicara, mencorat-coret
sebelum ia mampu menulis, menumbuhkan kepercayaan sebelum mewujudkan kemandirian,
dan seterusnya. Proses perkembangan yang dilalui anak tidak terjadi dengan sendirinya
secara otomatis, dan fungsi-fungsi fisiologis yang dimilikinya tidak bekerja secara otomatis

9
pula. Dari kondisi ketidakmampuan menuju kepada kondisi kebermampuan memerlukan
usaha-usaha bertahap dari individu anak dan bantuan dari orang dewasa.

Fisiologi mempermasalahkan tentang jasmani sebagai bagian integral individu harus di didik.
Jasmani adalah dasar semua kehidupan, termasuk dunia mental. Maka pendidikan jasmani
adalah dasar pendidikan.
F. Implikasi Fisiologi dalam Pendidikan
(1) Tempat jasmani dalam pendidikan
Fisiologi mempermasalahkan tentang jasmani sebagai bagian integral individu harus di didik.
Jasmani adalah dasar semua kehidupan, termasuk dunia mental. Maka pendidikan jasmani
adalah dasar pendidikan.
(2) Fisiologi pembiasaan
Untuk memperoleh reaksi terbaik dan tempat terhadap rangsangan, diperlukan latihan
pembiasaan terhadap sistem syaraf manusia.
(3) Batas kapasitas otak
Guru harus membatasi tuntutan-tuntutannya sesuai dengan kapasitas otak yang ada pada diri
anak.
(4) Latihan manual
Kesempatan untuk ekspresi diri dalam bentuk material (kayu, tanah liat) adalah bentuk
khusus dari latihan indra dan gerak yang mendasari kebudayaan mental.
(5) Bermain
Ekspresi fisik spontan adalah bermain yang semata-mata untuk kepuasan bermain sendiri.
(6) Gimnastik
Gimnastik adalah latihan fisik yang diarahkan secara sadar.
(7) Atletik
Bermain secara individu atau kelompok, untuk kemenangan kelompok.
G. Pengertian sosiologi, kebudayaan dan landasan sosial budaya pendidikan
1. Pengertian sosiologi dan kebudayaan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aktifitas sosial manusia. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia, berupa kepercayaan, norma-norma,
nilai-nilai, perilaku dan objek-objek material yang dimiliki dan dipelajari oleh sekelompok
orang atau masyarakat. Landasan sosial budaya, mengacu pada hubungan antar individu,
antar masyarakat dan individu secara alami, artinya aspek yang telah ada sejak manusia
dilahirkan. Landasan sosial budaya pada pendidikan adalah peranan aspek sosial budaya pada
pendidikan.

10
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara
berkelompok membentuk budaya. Karena aspek sosial telah melekat pada diri individu, maka
perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping
tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam
membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan
dalam proses pendidikan

Para sosiolog membedakan kebudayaan menjadi dua bentuk, yaitu :


a. Kebudayaan non materi yaitu ciptaan manusia yang tidak dapat dilihat
b. Kebudayaan materi yaitu hasil karya manusia yang dapat dilihat
Kebudayaan digolongkan kedalam :
1) Unsur universal
Yaitu kebudayaan yang berlaku umum bagi setiap manusia
2) Unsur yang bersifat khusus
Yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam unsur universal, misalnya bahasa, kesenian,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatam dan teknologi, dan sebagainya.
Perilaku hubungan antar manusia (sosial, masyarakat) dan kebudayaan diistilahkan sebagai
sosial budaya. Pendidikan dalam hal ini merupakan salah satu kebudayaan manusia.
Landasan sosial budaya pendidikan mencakup kekuatan sosial masyarakat yangselalu
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Kekuatan tersebutdapat
berupa kekuatan nyata dan potensial yang berpengaruh dalam perkembanganpendidikan dan
sosial budaya seiring dengan dinamika masyarakat. Sehingga kondisisosial budaya
diasumsikan mempengaruhi terhadap program pendidikan yang tercermindalam kurikulum.
Kajian mengenai dasar sosial danbudaya dari pendidikan bertujuan untuk membekali guru
dengan pengetahuan yangmendalam tentang masyarakat dan kebudayaan di mana mereka
hidup dan untuk membantu calon guru untuk mengetahui bahwa pengertian mengenai
masyarakat dankebudayaan sangat penting artinya guna memahami tentang masalah
pendidikan.
Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas. Yaitu masyarakat yang pancasilais yang
memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif
dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa.
2. Transmisibudaya. Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah
sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada
perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada
tingkat pendidikan tinggi.
3. PengendalianSosial

11
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang
dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi
melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga
pendidikan.

4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME


Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati
dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai
selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga
pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah
memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat.

H. Keragaman Budaya dalam Pendidikan

Keragaman budaya yang melatarbelakangi masing-masing anak didik menuntut guru


agar memiliki wawasan yang luas terhadap keadaan sosial budaya yang ada pada lingkungan
dimana guru mengajar. Pengetahuan guru tentang keragaman budaya yang dimiliki anak
didik, akan sangat membantu untuk keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Keragaman
budaya akan berpengaruh terhadap pola-pola sikap dan perilaku setiap individu.
Adat istiadat, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dimasyarakat satu dengan
yang lainnya berbeda-beda. Guru sebagai motor dalam penyelenggaraan pendidikan ini
sangat dituntut memiliki wawasan tentang hal ini, sehingga guru akan dapat betindak sesuai
dengan kaidah-kaidah yang berlaku.
Selain sebagai pendidik, guru juga mempunyai tugas untuk turut serta mengembangkan
kebudayaan menuju kearah kemajuan adab, budaya, dan persatuan , dengan tidak menolak
bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya
kebudayaan bangsa sendiri., serta mempeetinggi derajat bangsa Indonesia.
Guru juga harus mampu memahami siswa s ebagai individu yang memiliki ciri yang unik,
memperhitungkan peranan lingkungan baik fisik maupun sosial yang dapat mempengaruhi
proses belajar anak, serta berusaha memahami dan menganalisis peerkembangan hubungan
sosial para siswa.
I. Hubungan Timbal Balik Sekolah dengan Masyarakat
Keterikatan hubungan timbal balik ini tampaknya menjadi suatu ketentuan yang sangat
berpengaruh terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sekolah dan dalam
kehidupan masyarakat.

12
S.Z .Arbi dan S.Syahrun (1991:75) menjelaskan pengaruh hunungan timbal balik terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi antar sekolah dengan masyarakat, antara lain :
a. perubahan lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, dan bidang-bidang lain akan
menentukan atau membawa perubahan konsepsi manusia tentang pendidikan.
b. Perubahan konsepsi manusia tentang kehidupan akan menentukan atau mengubah
konsepsi manusia tentang pendidikan.
c. Perubahan konsepsi tentang pendidikan akan mengubah konsepsi manusia tentang
tujuan pendidikan.
d. Perubahan konsepi tentang tujuan pendidikan akan mengubah konsepsi manusia tentang
jenis dan jenjang pendidikan, materi, dan metoda mengajar.
e. Perubahan konsepi tentang tujuan pendidikan merupakan akibat yang disebabkan oleh
suatu usaha penyesuain terhadap perubahan lingkungan dan tujuan hidup manusia.
J. Perubahan sosial budaya dan implikasinya dalam pendidikan
Tiga faktor utama penyebab dari perubahan-perubahan itu adalah :
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Kependudukan
c. Lingkungan hidup
Dengan bertumpuknya informasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengakibatkan banyak mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan disekolah
menjadi kadaluarsa.
Guru harus memahami bidang-bidang ilmu baru seperti teknologi umum, ilmu informasi, dan
ilmu tentang lingkungan. Guru juga harus berusaha mempelajari dan mengaplikasikan
bentuk-bentuk pengajaran baru yang berdasarkan inter dan antar disiplin (metode
pembelajaran terpadu). Guru dituntut untuk akrab dengan siaran-siaran media yang aktual
sehingga mapu untuk menbicarakannnya dengan murid. Dan guru juga dapat meunjukkan
kepada murid bagaimana menyeleksi informasi dan dokumen yang perlu dibaca serta
mempergunakannya dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sosial.
K. Peranan Sekolah sebagai Pewarisan dan Pemeliharaan Kebudayaan

1. Peranan sebagai Pewaris


Guru disekolah menyajikan kepada murid-muridnya gambaran tentang apa yang dicita-
citakan oleh masyarakat. Murid-murid didorong, dibimbing, dan diarahkan untuk mengikuti
pola-pola perilaku orang dewasa melalui cara-cara ritual tertentu, drama, tari, musik ,
nyanyian dan sebagainya yang semuanya ini merupakan wujud nyata dari kebudayaan
masyarakat yang berlaku.
Guru-guru disekolah harus dapat berperan sebagai model kebudayaan yang dapat ditiru oleh
murid-muridnya. Dengan cara seperti ini murid dapat memahami dan mengadopsi nilai-nila
budaya masyarakatnya. Guru juga harus mampu mengajarkan nilai-nilai yang dianut atau

13
diyakini oleh masyarakat tempat sekolah itu berada. Pendidikan mengenai kedisiplinan, rasa
hormat, dan patuh pada pemimpin, kemampuan untuk bekerja keras, kehidupan bernegara,
menghormati nilai-nilai perjuangan bangsa, rasa keadilan dan persamaan, peraturan
perundangan, dan sebagainya perlu diajarkan pada murid.

2. Peranan sebagai Pemelihara


Melalui pendidikan moral disekolah, sifat-sifat yang tidak mendukung seperti egoisme perlu
secara berangsur-angsur dikurangi, sehingga nilai-nilai moral yang diharapkan oleh
masyarakat tetap terperlihara dengan baik.
Sebagai anggota masyarakat, murid dituntut untuk komit, memberi dukungan dan berusaha
untuk mempertahankan tatanan sosial yang berlaku. Dengan demikian, sekolah haruslah
dapat berfungsi sebagai lembaga yang mempertahankan dan menjaga atau memelihara nilai-
nilai budaya.
Sekolah dalam tugasnya sehari-hari haruslah selalu memantau perkembangan perilaku murid-
muridnya agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan perilaku yang destruktif. Sekolah
harus dilengkapi dengan petugas-petugas non guru seperti konselor yang sewaktu-waktu
dapat membimbing dan memotivasikan murid agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
melanggar atau menyimpang dari nilai-nilai yang dipandang baik. Sementara di SD belum
akan ditempatkan tenaga kependidikan non guru seperti konselor tersebut, maka para gurulah
yang sekaligus berperan sebagai konselor tersebut.
Sekolah juga harus melestarikan nilai-nilai budayab daerah tempat sekolah tersebut berlokasi.
Nilai-nilai yang masih layak dipertahankan misalnya penggunaan bahasa daerah, kesenian,
dan budi pekerti.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa landasan biologi


pendidikan yaitu suatu titik acuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan biologis dan
karakteristik biologis peserta didik dalam hal pendidikan. Dan landasan sosial budaya adalah
suatu titik acuan yang mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu
secara alami, artinya aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Kedua landasan tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain pada diri individu khususnya dalam melakukan proses
pendidikan.

B. Saran

1. Sebagai seorang pendidik sebaiknya dapat memperhatikan anak didiknya sesuai dengan
perkembangan biologis dan karakteristik biologisnya.
2. Cara pembelajaran yang diterapkan diharapkan memiliki karakteristik yang akan
memberikan dampak positif yang banyak berkembangnya aspek kognisi dan kreativitas, fisik
perseptual, dan sosial.
3. Menerapkan penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD yang dipelajari
sejak dini.
4. Pendidik hendaknya berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya agar
dapat melakukan berbagai macam hubungan.
5. Memiliki wawasan mengenai keragaman budaya di Indonesia yang melatarbelakangi
masing-masing anak didik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Syaripudin, Tatang dan Nur’aini.2006. Landasan Pendidikan. UPI PRESS:Bandung


Semiawan, Conny R.1999.”Perkembangan dan Belajar Peserta Didik”. Departemen
Pendidikan dan Pendidikan Tinggi : Bandung
http://Landasan_Sosial_Budaya_Pendidikan.html, diunduh tanggal 10 November 2013
http://Makalah_Landasan Sosial Budaya Pendidikan Defauzan Blog.html, diunduh tanggal 10
November 2013

16

Anda mungkin juga menyukai