Oleh :
Kelompok: B1
Kelas: B
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui,
Dosen Tutorial, Asisten Praktikum,
ABCDEFGHIJKL ABCDEFGHIJKL
NIK. 123456789101111 NIM. 123456789101111
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Sosiologi Pertanian ini.
Tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki laporan ini.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................vi
1. PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.....................................................................................................1
1.3 Manfaat....................................................................................................................1
2. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................3
2.1 Identifikasi Petani.....................................................................................................3
2.2 Interaksi dan Proses Sosial.......................................................................................4
2.3 Komunitas Desa Pertanian.......................................................................................6
2.4 Aset Komunitas........................................................................................................6
2.5 Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian..............................................................10
2.6 Pelapisan Sosial......................................................................................................12
2.7 Kelompok dan Organisasi Sosial............................................................................14
2.8 Lembaga / Pranata Sosial.......................................................................................16
2.9 Perubahan Sosial Petani.........................................................................................18
3. PENUTUP................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................................22
3.2 Saran......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
LAMPIRAN.....................................................................................................................24
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
h. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai lembaga atau
pranata sosial di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo.
i. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengenai perubahan
sosial petani di Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo.
2
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Identifikasi Petani
Modal awal yang dikeluarkan oleh Pak Kasil adalah sebesar 1,5 juta.
Ketika sudah panen pak Kasil mendapatkan uang sebesar 3 juta yang hasil
panennya tersebut pada tengkulak. Berbeda dengan saat ini, Komoditas yang
dipilih oleh pak Kasil adalah kopi sebagai komoditas utama, dan sayuran
buncis, manisa, yang ditanam secara rotasi sebagai komoditas sampingan.
3
Setiap 4 bulan Pak Kasil mendapatkan keuntungan 7 juta dari penjualan
tanaman yang ia tanam.
Biasanya ketika masa panen banyak tengkulak yang datang ke lahan pak
Kasil untuk membeli hasil panen tersebut dan memanennya sendiri atas
persetujuan pak Kasil. Sebelum memanen lahan pak Kasil, tengkulak harus
bernegosiasi dengan pak Kasil terkait masalah harga dan izin dari pak Kasil.
Pak Kasil selalu memilih tengkulak yang sudah ia kenal dan alamat rumahnya
jelas sehingga mudah untuk dihubungi. Akan tetapi tidak semua tanaman
yang di ambil tengkulak, hasil panen ada yang di ambil untuk kebutuhan
sendiri ada yang dijual ke pasar. Masalah yang biasanya dihadapi oleh pak
Kasil adalah harga yang tidak stabil, terkadang hasil panennya dijual dengan
harga murah dan terkadang harga jual hasil panennya mahal.
2.2. Interaksi dan Proses Sosial
4
sangat diperlukan adanya interaksi antarmasyarakat guna tercapainya
keuntungan dalam kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan.
5
tengkulak. Ketika tiba waktu panen, petani setempat akan memberikan
informasi kepada kerabat ataupun teman mengenai produk pertanian yang
yang sedang dipanen. Dengan adanya informasi tersebut, para tengkulak akan
berdatangan ke Dusun Sumbersari untuk melakukan tawar-menawar secara
langsung dengan petani setempat. Berdasarkan pengakuan Bapak M. kasil,
biasanya petani dalam menjual hasil panennya mempertimbangkan nilai
kejujuran dan hubungan kekerabatan dengan tengkulak.
6
masyarakat yang harus diperbaiki ataupun dikembangkan. Dari sisi ini,
berbagai bentuk modal dalam masyarakat dapat dilihat sebagai suatu potensi
dalam masyarakat dan di sisi lain dapat pula diidentifikasi sebagai aspek yang
menjadi kelemahan masyarakat tersebut. Dalam suatu komunitas pasti
mempunyai aset yang merupakan kekayaan dari komunitas tersebut. Aset
komunitas yang melekat dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
7
4. Modal Teknologi (Technological Capital)
Modal ini mewakili sistem atau peranti lunak (software) yang melengkapi
modal fisik (seperti teknologi pengairan sawah, teknologi penyaringan air,
teknologi pangan, teknologi cetak jarak jauh dan berbagai teknologi lainnya)
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Modal ini mewakili sumber daya alam dan sumber daya hayati yang
melingkupi suatu masyarakat.
1. Aset Manusia
8
Keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan
pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-
strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda.
2. Aset Fisik
3. Aset Sosial
4. Aset Finansial
5. Aset Natural
9
Persediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi,
sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam
sumber penghidupan masyarakat.
10
2. Reciprocity. Kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam
suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran terjadi
dalam suatu kombinasi jangka panjang dan jangka pendek dengan nuansa
altruism tanpa mengharapkan imbalan. Pada masyarakat dan kelompok-
kelompok sosial yang terbentuk yang memiliki bobot resiprositas kuat akan
melahirkan suatu masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang tinggi.
3. Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-
hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak
dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung. Paling tidak, yang lain
tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993).
Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks
kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan
memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
4. Social norms. Sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti
oleh masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan ini
biasanya ter-institusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu
pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada
sangsi sosial yang diberikan jika melanggar. Norma sosial akan menentukan
kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang
berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma
sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.
5. Values. Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting
oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai merupakan hal yang penting dalam
kebudaya-an, biasanya ia tumbuh dan berkembang dalam mendominasi
kehidupan kelompok masyarakat tertentu serta mempengaruhi aturan-aturan
bertindak dan berperilaku masyarakat yang pada akhirnya membentuk pola
cultural.
6. Proactive action. Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak
saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan anggota
kelompok dalam suatu kegiatan masyarakat. Anggota kelompok melibatkan
11
diri dan mencari kesempatan yang dapat memperkaya hubungan-hubungan
sosial dan menguntung-kan kelompok. Perilaku inisiatif dalam mencari
informasi berbagai pengalaman, memperkaya ide, pengetahuan, dan beragam
bentuk inisiatif lainnya baik oleh individu mapunvhvjh kelompok, merupakan
wujud modal sosial yang berguna dalam membangun masyarakat.
12
Bila diliihat dari berbagai sumber maka unsur modal sosial dapat
digambarkan seperti berikut. Formulasi unsur modal sosial Sugihantono
(2013) :
13
2.5. Kebudayaan dan Gender dalam Pertanian
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa profesi utama
Bapak Kasil yaitu sebagai petani dimana lahan pertanian milik Bapak Kasil
ini termasuk dalam pekarangan dengan komoditas yang ditanam yaitu
sayuran. Kebudayaan yang ada dan biasa dilakukan oleh masyarakat daerah
tersebut khususnya Bapak Kasil yaitu dengan penanaman secara monokultur
yang kemudian pada musim tanam berikutnya akan diganti dengan jenis
tanaman lainnya artinya terjadi rotasi tanam di lahan bapak Kasil tersebut.
Selain itu, Bapak Kasil juga menggunakan input seperti pupuk kimia dalam
menyuburkan tanah dan pestisida untuk mengurangi terjadinya kerusakan
tanaman akibat adanya serangan hama dan penyakit. Namun demikian,
penggunaan input kimia seperti pupuk dan pestisida kurang baik karena akan
menimbulkan dampak negatif bagi tanah dan lingkungan. Hal ini sesuai
pernyataan Suwardi (2002), bahwa pemakaian pupuk kimia yang berlebihan
tanpa dibarengi pupuk kompos ternyata memberikan efek samping
menurunkan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Tanah cenderung makin keras dan pH tanah menurun. Perbaikan teknologi
pembuatan pupuk kimia juga mempunyai dampak negatif dengan
menurunkan atau bahkan meniadakan kadar unsur-unsur mikro yang. Selain
itu, menurut Arif (2015), menyatakan bahwa dampak negatif yang mungkin
terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :
1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian
terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar
terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk
manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu
telah tercemar pestisida.
2. Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke
dalam sistem air .Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat
membunuh organisme air. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni
organisme kecil.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap
takaran pestisida yang diterapkan.
14
Bapak Kasil pun menyadari bahwa penggunaan pupuk kimia dan
pestisida kurang baik namun penggunaan input kimia tersebut dirasa lebih
cepat hasilnya bila dibandingkan dengan menggunakan cara lainnya.
Kegiatan-kegiatan seperti itulah yang selalu dilakukan Bapak Kasil selama
proses produksi sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai budaya yang
terus-menerus dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Inrevolzon
(2009), yang menyatakan bahwa culture atau budaya berasal dari kata Latin
colere yang berarti mengelola, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau
bertani dengan kebudayaan. Sehingga berkembanglah arti culture sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengelolah dan mengubah alam.
15
kapasitas atau kemampuan manusia yang tidak sama antara satu dengan yang
lain, orang akan melakukan apapun demi mendapatkan penghargaan. Dengan
sekuat tenaga baik melalui persaingan, bahkan tidak jarang ditemui ada yang
melalui kontak fisik yang berakhir dengan kekerasan. Dalam masyarakat
yang kompleks, agaknya tidak efektif lagi bila kekuasaan itu pada satu
tangan, kekuasaan pada keadaan ini mulai disebar pada individu-individu
sesuai dengan kemampuan, potensi, keterampilan dan pengalaman masing-
masing individu, hanya saja masih dibutuhkan koordinasi dalam satu tangan.
Proses yang pertama dalam pelapisan sosial itu terjadi karena tingkat umur
(age stratification), dalam sistem ini masing-masing anggotanya diuurutkan
berdasarkan tingkat umur yang dimana orang tertua lebih berhak dalam
mendapat prioritas suatu warisan dan kekuasaan. Ada keistimewaan dari
seorang anak sulung dimana dengan nilai-nilai sosial yang berlaku mereka
akan berhak mendapatkan haknya sebagai penguasa. Azas senioritas yang ada
dalam sistem pelapisan ini dijumpai pula dalam bidang pekerjaan, agaknya
ada hubungan yang erat antara usia seorang ketua dengan anggotanya. Ini
terjadi karena dalam organisasi tersebut pada asasnya anggota hanya dapat
memperoleh upah.
Walaupun tidak mutlak benar, faktor kepandaian atau kecerdasan
(intellegentsia) pada umumnya masih dipakai sebagai tolok ukur untuk
membedakan orang dengan orang lainnya, dikatakan tidak mutlak benar,
karena dalam penelitian modern ternyata faktor kecerdasan ini tidak sekedar
hanya bisa dibangkitkan, dikembangkan bahkan juga bisa ditingkatkan yaitu
dengan melalui latihan-latihan tertentu sehingga kedua belah bagian otak kiri
dan kanan terangsang untuk berfikir, kreatif secara benar. Faktor kepandaian
atau kecerdasan (Intellegentsia) seolah-olah memilah kelompok sekurangnya
menjadi dua, yaitu orang-orang yang dianggap mempunyai kepandaian yang
lebih dan orang-orang yang berkepandaian kurang. Kepandaian disini harus
dibedakan dengan keterampilan, ada orang pandai tetapi tidak terampil, ada
orang yang terampil tetapi tidak pandai, ada orang yang tidak pandai tetapi
tidak terampil dan yang paling baik adalah orang yang pandai tetapi juga
terampil. (Moeis, 2008).
16
Peran dan kedudukan pelapisan sosial petani dalam kegiatan pertanian di
Dusun Sumbersari, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang memiliki peran yang cukup besar dimana mayoritas masyarakat
sebgai petani sehingga mata pencaharian utama yaitu petani dalam memenuhi
kehidupan sehari-harinya. Salah satunya yaitu Muh. Kasil merupakan salah
satu petani yang masuk dalam golongan petani sedang dimana beliau
memiliki lahan seluas ¼ Ha lahan di belakang rumah (pekarangan) dengan
sistem monokultur. Bapak Kasil ini digolongkan dalam petani sedang
dikarenakan beliau memiliki lahan sedang dalam artianlahan yang tidak
begitu luas namun cukup ditanami tanaman budidaya dalam menunjang
kehidupan sehari-hari. Hasil panen yang didaptkan didistribusikan langsung
ke tengkulak. Dalam hal kegitanya ada perbedaan gender antara laki-laki dan
perempuan. Dimana bagian laki-laki bertugas dalam hal yang cukup berat
seperti pengolahan lahan, sedangkan perempuan membantu dalam kegiatan
yang lebih ringan dibandingkan dengan tugas laki-laki contohnya dalam hal
pemanenan. Dalam melakukan kegiatan pertanian ini perbedaan gender
sangat menonjol dikarenakan hal tersebut memang harus diperhatikan
sehingga ada keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Di Dusun
Sumbersari terdapat kelompok tani yang bernama Sumber Makmur. Dimana
kelompok tani ini diketuai oleh pak Kasil kemudian wakil ketua ada bapak
Agus, dibendaharai oleh bapak Ramaji dan di sekertarisi bapak Sumehi.
Sehingga untuk pelapisan sosial yang ada disana hanya berdasarkan golongan
petani sedang saja.
2.7. Kelompok dan Organisasi Sosial
17
balik antar anggota petani yang saling mempengaruhi serta adanya rasa
kesatuan yang sama untuk saling tolong menolong dan peduli demi mencapai
tujuan yang sama. Menurut Purwanto (2007), kelompoktani adalah kumpulan
petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan
sosial budaya untuk mencapai tujuan yang sama.
18
serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan.
Pak Kasil saat ini termasuk ketua dan anggota yang aktif karena
responden lebih aktif dalam melihat lahan kopi dan pinus yang ada di UB
forest meskipun beliau juga memiliki tanaman pekarangan yaitu sayuran-
sayuran yang ditanam disekitar pekaranga rumahnya, namun beliau tetap
memberikan perhatian yang sama antar kedua lahan yang berbeda tersebut
sebagai beban tanggung jawab yang dimilikinya. Beliau mengatakan manfaat
dari kelompok sosial tersebut menambah wawasan tentang pertanian.
19
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sehingga
kelompok tani termasuk kedalam organisasi sosial masyarakat dengan tujuan
untuk mensejahterakan masyarakat itu sendiri terutama petani. Sesuai dengan
Pasal 298 ayat 5, UU Pemerintahan Daerah, belanja hibah dapat diberikan
kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah lain, badan usaha milik negara,
atau BUMD dan atau badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang
berbadan hukum Indonesia. Maka Kelompok Tani dan Gapoktan termasuk
dalam kategori ormas dan wajib untuk berbadan hukum (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan, 2015).
2.8. Lembaga / Pranata Sosial
20
memunculkan suatu prmahamaman bahwa lembaga sosial adalah suatu sistem
hubungan sosial yang terdapat himpunan norma baik nilai-nilai dan tata cara
yang ada didalamnya yang dihayati bersama dalam memenuhi kebutuhan
pokok di dalam masyarakat.
21
penghubung antara lembaga terkait seperti pihak Universitas Brawijaya dan
Perhutani dengan para petani yang ada di Dusun Sumbersari. Hubungan
antara kelompok tani tersebut bersama Universitas Brawijaya dan perhutani
adalah timbulnya hubungan yang dapat saling membantu di antara keduanya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kelompok tani Sumber Makmur
sering menjadi penghubung dan berdialog antara petani setempat bersama
perwakilan Universitas Brawijaya yang mana dialog di antara keduanya
menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam memanfaatkan lahan
yang ada di UB Forest. Langkah-langkah yang disepakati menimbulkan
adanya perjanjian. Selain dengan Universitas Brawijaya masyarakat juga
pernah berdialog bersama pihak Perhutani yang mana dialog-dialog tersebut
menghasilkan bahwa pohon pinus yang ada di UB Forest tidak boleh ditebang
dan hasilnya adalah miliki perhutani, sementara petani dapat menanam
tanaman sayuran atau tanaman yang lain tepat di bawah pohon tersebut dan
hasilnya merupakan miliki mereka.
2.9. Perubahan Sosial Petani
22
dan perhutani tidak ada manfaat yang dirasakan oleh para warga Sumbersari”.
Selama 15 tahun Bapak Muhammad Kasil berkerja sama dengan perhutani
tidak sekalipun perhutani memberikan informasi atau penyuluhan kepada
petani mengenai hal-hal yang menyangkut pertanian.
23
mudah dipahami dan dilihat secara nyata, namun tidak demikian halnya
dengan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu perubahan
dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Sistem sosial dalam
masyarakat senantiasa akan berkembang dan mengalami perubahan sesuai
dengan tingkat perkembangan masyarakatnya. Menurut Murdiyanto (2008)
perubahan sosial memiliki 2 dimensi, yaitu perubahan dalam :
1. Pola Budaya
Dimensi perubahan sosial pola budaya meliputi cara berfikir,
nilai, norma, pengetahuan, kesenian, sarana benda-benda. Hal ini
terjadi pada masyarakat Sumbersari yang dimana setelah pengelolaan
diambil oleh pihak Universitas Brawijaya cara berfikir masyarakat
mulai berubah dengan adanya tukar informasi menegenai pertanian
antara warga dengan masyarakat Universitas Brawijaya. dari hal ini
dapat menambah pengetahuan dari masyarakat tentang bagaimana
cara yang baik mengelola pertanian mereka.
2. Struktur Sosial
24
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. 2015. Artikel Bidang BinaUsaha dan
Penyuluhan Pertanian. http://pertanian.malangkota.go.id/2015/11/19/uu-
no-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah-juga-mengatur-tentang-
kewajuban-memiliki-badan-hukum-bagi-ormas-penerima-bantuan-hibah-
dari-pemerintah/. Diakses tanggal 26 Mei 2017.
26
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rajawali Pers.
Tim PSG STAIN. 2010. Peran Perempuan Di Sektor Pertanian (Studi Perempuan
Petani Tebu Kec. Sragi Pekalongan). J. MUZAWAH. Vol. 2, No. 1. Hal 215
– 224.
27
LAMPIRAN
28