Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN


( AMAMI II )

OLEH :

NAMA : WA ODE HASINA


NIM : A201501033
KELAS : C1.
KELOMPOK :I
ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN S.Si,.M.Si

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
UJI ZAT ADITIF DALAM MAKANAN

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui beberapa makanan
yang di curigai mengandung zat aditif

B. Landasan Teori
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
terpenting dan juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Tetapi betapapun menariknya penampilan, lezat
rasanya dan tinggi nilai gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka
makanan tersebut tidak ada nilainya sama sekali (Winarno dan Rahayu, 1994).
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium
tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Jika larut dalam air akan menjadi hidroksida
dalam asam borat biasanya digunakan untuk bahan pembuat deterjen dan
antiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat
buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap kumulatif. Larangan penggunaan boraks juga diperkuat dengan
adanya Permenkes RI No 235/Menkes/VI/1984 tentang bahan tambahan
makanan, bahwa Natrium Tetraborate yang lebih dikenal dengan nama Boraks
digolongkan dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,
tetapi pada kenyataannya masih banyak bentuk penyalahgunaan dari zat
tersebut (Subiyakto, 1991).

Gambar 2.1 Struktur kimia boraks


Sumber : Ra’ike, 2007
Formalin adalah Formaldehid yang merupakan larutan yang tidak
berwarna dan berbau menyengat, pada suhu kamar berupa gas yang bisa larut
dalam alkohol, aseton  maupun air. Dalam industri kimia sangat penting
sebagai desinfektan, fungisida, bakterisida, bahan dasar pembuat resin dan
pengawet mayat. Berat molekul formalin adalah 30,03 dengan rumus molekul
HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan
distribusinyake dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat
aktif, dapat beraksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh
membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2010).

Gambar 2.2 Struktur kimia formalin


Sumber : Harmita, 2010
Formalin adalah campuran formaldehid, methanol dan air yang
berfungsi sebagai pengawet didalam makanan. Formaldehid, dapat
menyebabkan nasofaring pada manusia, karena penggunaan formalin sangat
membahayakan tubuh, di Indonesia terdapat beberapa Undang-Undang yang
melarang penggunaan formalin diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan
No.722/MENKES/PER/IX/88 Dan No.1168/Menkes/PER/X/1999, dimana
dinyatakan bahwa formaldehid merupakan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
yang dilarang, sehingga kandungan dalam produk makanan harus negatif.
Namun masih banyak produsen makanan yang melanggar dengan
menggunakan formaldehid sebagai pengawet (Anwar et al, 2009).
Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan
sebagai pewarna tekstil. Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang
dilarang penggunaanya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat
karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
kanker (Merck Index, 2006). Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C1NC1
dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat Rhodamin B berbentuk kristal
hijau atau serbuk ungu kemerah – merahan, sangat larut dalam air dan akan
menghasilkan warna merah kebiru – biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin
B dapat larut dalam alkohol, HCL dan NaOH selain mudah larut dalam air
(Wisnu, 2008).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Rhodamin B


Sumber : Wisnu, 2008

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


239/MenKes/ Per/V/1985 disebutkan ada 30 jenis pewarna yang dinyatakan
sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan dan dilarang untuk digunakan
sebagai bahan tambahan makanan. Rhodamin B termasuk salah satu zat
pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pagan. Namun
demikian, penyalahgunaan Rhodium B sebagai zat pewarna pada makanan
masih sering terjadi dilapangan dan diberitakan di beberapa media massa
(Abdurrahmansyah, 2017).
Spektrofotometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur
serapan yang dihasilkan dari interaksi kimia antara radiasi elektomagnetik
dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia pada daerah UV-Vis (Flanaga,
1995). Jangkauan panjang gelombang yang tersedia untuk pengukuran
membentang dari panjang gelombang pendek ultraviolet sampai ke garis
inframerah. Penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak adalah
dalam analisis kuantitatif. Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai
struktur kromotor atau mengandung gugus kromofor, seta mengabsorpsi
radiasi ultraviolet-sinar tampak penggunaanya cukup luas. Penetuan kadar
dilakukan dengan mengukur absobansi pada panjang gelombang maksimum
(puncak kurva), agar dapat memberikan absorbsi tertinggi untuk setiap
konsentrasi (Kosasih et al, 2004).
Adanya formalin atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium
permanganate (KMnO4, kadang disebut PK, singkatan Permanganas Kalikus,
warna serbuk ungu metalik kehitaman dapat dibeli diapotik). Uji ini cukup
sederhana. Dengan melarutkan di air serbuk kalium permanganat hingga
berwarna pink keunguan. Jika kita taruh potongan bahan makanan (mis: tahu
atau makanan lainnya) kedalamnya, jika warna pink keunguan hilang
(berkurang), ada kemungkinan ada komponen formalin. (Satyasembiring
2007).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang di gunakan uji zat aditif pada makanan yaitu:
a. Mortal
b. Tabung reaksi
c. Gelas ukur
d. Penjepit
e. Batang pengaduk
f. Plat tetes
g. Gelas beker
h. Kertas saring
i. Kompor
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam uji zat aditif pada makanam yaitu :
a. Aquades
b. Sosis
c. Saos tomat
d. Formalin
e. Boraks
f. Asam asetat glasial 10% (CH3COOH)
g. KmnO4

D. Prosedur Kerja
1. Tes boraks

Sampel sosis, saus, bakso dan mie instan

- Di letakan pada dua tempat


- + 5 tetes ekstrak kunyit pada
Makanan ke dua
- +5 tetes larutan boraks pada
makanan

Hasil
- amati perubahan warna yang
terjadi
Perubahan warna merah (+) mengandung boraks
2. Tes formalin

Sampel sosis, saus, bakso dan mie instan

- Di rebus sampel
- Di bagi air dari bahan makanan ke
dalam 2 tabung reaksi
- Dimasukkan 2 ml larutan tersebut
dalam Tabung reaksi
- Dipanaskan selama 1-2 menit + 5
tetes CH3COOH + 5 tetes KmnO7
- larutan ke 2 + 5 tetes formalin
- Dia amati perubahan yang terjadi

Terdapat endapan hitam ( +) Mengandung formalin

3. Tes Rhodamin B
a) Analisis kualitatif

Sampel sosis, saus, bakso dan mie instan

- Di larutkan dalam 30 ml air


- Ditambahkan 1 ml NaOH 10%
sampai basa
- Ditambahkan 2 ml eter
- Kemudian ambil lapisan eternya
- Di tambahkan 2 ml HCL 10%
secukupnya
- Dia amati hasil yang terjadi
Terdapat endapan hitam ( +) Mengandung formalin
b) Analisis kuantitatif
 Preparasi sampel

Sampel sosis, saus, bakso dan mie instan

- Ditimbang 2 gram sampel lalu di


masukkan kedalam cawan penguap
- Ditambahkan 16 tetes HCL + 30 ml
metanol
- Dilelehkan diatas water bath lalu
disaring dengan kertas saring
- Ditambahkan Na-sulfat anhidrat
- Disaring kembali, Lalu diamati
dengan spektrofotometer UV-Vis
Terdapat endapan hitam ( +) Mengandung formalin

 Pembuatan larutan baku

Dibuat larutan baku rhodamin B dengan konsentrasi 100 ppm

- Dari larutan tersebut dibuat larutan


baku 10 ppm
- Selanjutnya dibuat satu seri larutan
baku dengan konsentrasi masing-
masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 pm
- Sebagai pelarut digunakan larutan
HCL 0,1N
- Sebagai blanko digunakan HCL
0,1N
E. Hasil Pengamatan
Hasil yang di peroleh dari uji zat aditif pada makanan adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil pengamtan pada sampel sosis dan saus tomat
No Sampel Boraks Formalin Rhodamin B
1 Bakso - - -
2 Sosis - - -
3 Saos tomat - + -
4 Mie Instan - - -

Interprestasi Hasil :
Saos tomat positif mengandung Formalin.

F. Pembahasan
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif berasal dari sumber alamiah
seperti lesitin, asam nitrat, dan lain-lain, dan dapat disintesis dari bahan kimia
yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik
susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat,
dan lain-lain. Zat aditif yang ada dipasaran terdiri dari berbagai macam,
seperti pengawet, pemanis, pewarna, pengental, dan masih banyak lagi. Zat
aditif ini bertujuan untuk memperbaiki citarasa, warna, tekstur, penampakan,
serta memperpanjang daya simpan suatu makanan. Banyak masyarakat yang
lebih memilih menggunakan zat aditif sintetis, karena alasan kepraktisan dan
hasil yang dicapai dapat maksimal. Namun, penggunaan zat aditif sintetis
dalam bahan makanan dan minuman dibatasi oleh peraturan pemerintah dalam
UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pembatasan ini bertujuan untuk
membatasi penggunaan zat aditif yang berlebihan dalam makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Sedangkan untuk zat aditif alami merupakan semua
jenis zat tambahan makanan yang berasal dari alam tanpa menggunakan
pengolahan dan bahan tambahan kimiawi.
Pada uji formalin sampel  sosis dinyatakan positif atau mengandung
formalin karena melalui identifikasi formalin dengan cara memberi larutan
formalin pada sampel sosis, yang sebelumnya larutan formalin berwarna ungu
setelah beberapa saat dilakukan tindakan tersebut larutan tersebut berubah
menjadi bening hal tersebut menunjukkan bahwa sosis tersebut mengandung
formalin. Satyasembiring (2007) mengemukakan bahwa Adanya formalin
atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganate (KMnO4,
kadang disebut PK, singkatan Permanganas Kalikus, warna serbuk ungu
metalik kehitaman dapat dibeli diapotik). Uji ini cukup sederhana. Dengan
melarutkan di air serbuk kalium permanganat hingga berwarna pink
keunguan. Jika kita taruh potongan bahan makanan (mis: tahu atau makanan
lainnya) kedalamnya, jika warna pink keunguan hilang (berkurang), ada
kemungkinan ada komponen formalin.
Formalin memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh bila sampai
terkonsumsi oleh tubuh. Lee, et all (1978) mengemukakan bahwa efek jangka
pendek dari mengkonsumsi formalin antara lain terjadinya iritas pada saluran
pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa terbakar pada tenggorokan. Efek
jangka panjangnya adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti hati,
jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat, dan ginjal.

G. Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
semua sampel pada uji boraks dan uji rhodamin B adalah negatif sedangkan
pada uji formalin sampel sosis menunjukkan hasil positif.

Daftar Pustaka
Abdurrahmansyah, 2017. Analisis Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Cabai Yang
Beredar Di Kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Jurnal
Biota. 3 (1) : 38-39

Anwar, Faisal dan Khomsan, Ali. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Hikmah: Jakarta.

Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara: Jakarta

Flanaga, R.J., Braithwaite, R.A. Brown, S.S., Widdop, B., de Wolff, F.A. 1995. Basic
Analytical Toxicology, World Healt Organization. General, 85.

Harmita, 2010. Deteksi Formalin dan Potensi Enose Sebagai Instrument Uji
Formalin.Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/114/jtptunimus-
gdlajibshobac-5661-2babii.pdf. Diakses 25 Mei 2017

Kosasih, E. 2004. Penentuan Kadar Panjang Gelombang. Ryama Widya: Bandung.

Merck Index. 2006. Chemistry Constant Companion Nowwitha New Additon, Ed


14Th, 1410,1411, Merck dan Co., Inc White House Station, NJ, USA.

Ra’Ike, 2007. Boraks Struktur.Http://commoms.wikimedia.org/wiki/file.boraks-


struktur.jpg. Diakses 25 Mei 2017

Subiyakto, M.G., 1991. Bakso Boraks dan Bleng. PT. Gramedia: Jakarta.
Winarno, F.G. dan S.F. Rahayu. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA PADA MAKANAN

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi zat warna dari hasil percobaan
2. Untuk mengidentifikasi jenis bahan pewarna yang dipakai pada tahu dan
beberapa jenis makanan lainnya

B. Landasan Teori

Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau


memberi warna pada makanan. Zat warna adalah senyawa organik berwarna
yang digunakan untuk memberi warna suatu objek. Penentuan mutu bahan
makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya
cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Disamping itu ada faktor lain,
misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain  dipertmbangkan,
secara visual faktor warna tampil dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan.
Selain sebagai fungsi yang menentukan mutu, warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan, baik tidaknya pencampuran atau
cara pengolahan dapat ditandai adanya warna yang seragam dan merata.
Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan antara
lain memberi kesan menarik, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan 
warna, menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, dan mengatasi
perubahan warna selama penyimpanan, (Winarno. 1995)
Warna makanan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan
konsumen untuk memilih dan memilah makanan. Sehingga penggunaan pewarna
dalam makanan seakanakan menjadi keharusan bagi setiap produsen makanan.
Adanya dampak pada kesehatan terhadap penggunaan pewarna sintetis
menjadikan alasan bagi kita untuk back to nature dengan menggunakan pewarna
alami. Indonesia merupakan Negara dengan kekeyaan sumber pewarna alami
baik karotenoid, anthosianin, betalain dan klorofil. Selain sebagai pewarna yang
dapat diaplikasikan pada makanan, pewarna alami juga memiliki kemampuan
dalam menjaga kesehatan, mencegah dan meminimalkan terjadinya beberapa
penyakit seperti diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, kanker dan sebagainya.
Oleh karena itu konsep kembali ke pewarna alami meskipun dengan beberapa
kekurangan namun tetap memiliki kelebihan yaitu aman dan bermanfaat bagi
kesehatan (Nugraheni, 2012).
Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama
yaitu pewarna alami dan pewarna buatan (Cahyadi, 2006).
1.      Pewarna alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan, dan
kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain :
a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada
daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun
b.  Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging.
c. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning,
orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari
hewan maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah, wortel.
d.  Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin
merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan
sayur-sayuran.
2.      Pewarna Buatan
Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh
arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna
organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu
yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya.
Saat ini, zat warna sintetik untuk makanan semakin banyak diproduksi, dijual, dan
digunakan dalam masyarakat. Hal itu disebabkan karena keunggulan-keunggulan zat
warna sintetik dibandingkan zat warna alami. Akan tetapi, ternyata tidak semua zat
warna sintetik untuk makanan yang dijual di pasaran benar-benar merupakan zat
warna sintetik yang ditujukan untuk penggunaan dalam makanan (Azizahwati, 2007).
Penggunaan pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per IX/88, yang mengatur mengenai pewarna
yang dilarang digunakan dalam makanan. Pewarna yang diizinkan serta batas
penggunannya termasuk penggunaan bahan pewarna alami.
Beberapa zat pewarna yang berdampak negatif terhadap kesehatan antara lain :
1. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal,
berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan akan
berwarna merah terang berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat
warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas,
sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut,dan sabun. Nama
lain rhodamin B Adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B,
Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di
dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal,
gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan
bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.
2. Zat Pewarna Tartrazine & Indigotine
Sebagian besar zat pewarna makanan yang digunakan mengandung zat
tartrazine atau indigotine yang berasal dari batubara . Kedua zat tersebut
merupakan racun bagi tubuh. Racun ini umumnya ditemukan pada jus
minuman, bumbu masak, bahkan beberapa jenis keju.
3. Zat Pewarna Makanan Jenis Carnicogen
Zat pewarna makanan mengandung carnicogen, tartrazine dan
indigotine yang dapat memicu penyakit kanker, kanker kemih, tumor ginjal,
tumor tiroid dan komplikasi pada kalenjar andrenal. Semua jenis pewarna
tersebut kerap digunakan sebagai zat pewarna makanan anak – anak seperti
permen gula, permen cheri, koktail buah, minuman ringan, biskuit, dll. . (Badan
POM RI, 2005)
Deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan
menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring.
Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya
peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan.
Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara
analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar
apapun (Devianti et al, 2010).

C. Alat Dan Bahan

1. Alat
Adapun alat yang di gunakan pada praktikum identifikasi zat warna
pada makanan yaitu:
a. Pisau, Pipet tetes
b. Corong , Kertas saring
c. Tabung reaksi, Spatula
d. Mortal dan alu
e. Gelas kimia, Gelas ukur
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
a. Kunyit
b. Tahu kuning, Kue lapis
c. Etanol, NaOH
D. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Indikator Alami Kunyit

10 gram kunyit
- Di kupas
- Di haluskan
- Di masukkan ke dalam gelas kimia
- + 5 Ml larutan etanol
- Di aduk sampai homogen

filtrat residu

Di ambil 1-3 tetes ekstraks larutan kunyit

Tabung 1 Tabung 2 dan tabung 3


-(+) 3 tetes larutan HCL 1N - + 3 tetes NaOH 1M
- + 3Tetes Ca(OH)2
Perubahan warna Perubahan warna

Kuning Merah kecoklatan


2. Uji Pewarna Kunyit pada Bahan Makanan

Kue lapis Ekstrak larutan kunyit


- Di haluskan, di timbang sebnyak 5 gr - Di masukkan ke
- + 5 tetes NaOH 1M tabung reaksi
- DI masukkan ke dalam tabung reaksi - di tetesi 2-3 tetes

Ba(OH)2
Perubahan warna Perubahan warna

- Di bandingakan dengan larutan standar


- Di amati & di catat hasilnya

(-) Tidak terjadi perubahan warna

Tahu kuning Ekstrak kunyit

- Di masukkan ke - di masukkan ke dalam


Dalam tabung reaksi reaksi
- (+) 2-3 tetes larutn - di tetesi 2-3 tetes
Ba(OH)2 Ca(OH)2

Perubahan warna Perubahan warna

- Di bandingakan dengan larutan standar


- Di amati & di catat hasilnya
E. Hasil Pengamatan
Hasil yang di peroleh dari uji zat pewarna pada makanan adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan pada sampel nasi kuning, tahu kuning, roti kukus
dan kue lapis
No Bahan Uji NaOH 1 M Ca (OH)2 1M
1 Nasi kuning - -
2 Tahu kuning - -
3 Roti kukus - -
4 Kue lapis + +

Interprestasi Hasil :
Kue lapis positif (+) mengandung NaOH 1M dan Ca (OH)2 1M

A. Pembahasan

Warna makanan merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan


konsumen untuk memilih dan memilih makanan. Sehingga pengguanaan
pewarna dalam makanan seakan-akan menjadi keharusan bagi setiap produsen
makanan. Adanya dampak pada kesehatan terhadap penggunaan pewarna sintetis
menjadi alasan bagi kita untuk back to nature dengan menggunakan pewarna
alami. Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan sumber pewarna alami
baik karotenoid, anthosianin, betalain dan klorofil.
Kunyit digunakan sebagai indikator alami karena kunyit dapat
menunjukkan sifat asam dan basa suatu larutan. Sebelum menjadi ekstrak larutan
kunyit yang siap digunakan maka kunyit yang masih fresh dikupas, ditumbuk
hingga halus. Setelah itu ditambahkan larutam etanol dan disaring dengan kertas
saring. Tujuan dari penambahan larutan etanlo pada kunyit adalah untuk
melarutkan kandungan atau zat-zat yang terkandung dalam kunyit sehingga jika
ditambahkan reagen akan menunjukkan hasil berupa perubahan warna. Tujuan
dari penyaringan larutan kunyit dengan kertas saring adalah utnuk memisahkan
partikel-partikel yang belum halus atau masih berupa butiran-butiran kasar
dengan partikel yang sudah tersaring dapat memberikan hasil yang maksimal
pada setiap percobaan yang akan dilakukan.
Untuk menentukan perubahan warna yang terjadi ketika 3 tetes ekstrak
kunyit ditambah dengan 1 tetes HCL 1M warnanya adalah kuning. Larutan HCL
adalah salah satu larutan yag bersifat asam sehingga warna kuning adalah
indikator untuk mengetahui sifat asam dan sebagai indikator pewarna alami,
sehingga apabila sampel makanan yang diuji kemudian ditambahkan HCL
menghasilkan perubahan warna selain kuning maka dapat dikatakan bahwa
sampel makanan tersebut menggunakan pewarna buatan (sintesis). Kemudian
ketika ditambahkan 3 tete ekstrak kunyit dan ditambah dengan 1 tetes NaOH 1M
terjadi perubahan warna yaitu menghasilkan warna merah. Larutan NaOH adalah
salah satu larutan yang bersifat basa sehingga warna merah adalah indikator
untuk mengetahui sifat basa dan sebagai indikator pewarna alami, sehingga
apanila sampel makanan yang diuji kemudian ditambahkan NaOH menghasilkan
perubahan warna selain merah maka dapat dikatakan bahwa sampel makanan
tersebut menggunakan pewarna buatan (sintesisi).
Pada pengujian selanjutnya ekstrak kunyit dalam mengidentifikasi
perubahan warna yang terjadi maka 3 tete ekstrak kunyit ditambahkan dengan 1
tetes Ca(OH)2 1M dan menghasilkan warna merah. Karutan Ca(OH)2 adalah
salah satu larutan yang bersifat basa sehingga warna merah adalah indikator
untuk mengetahui sifat basa dan sebagai indikator pewrana alami, sehingga
apanila sampel makanan yang diuji kemudian ditambahkan Ca(OH)2
menghasilkan perubahan warna selain merah maka dapat dikatakan bahwa sa,pel
makanan tersebut menggunakan pewarna buatan (sintesisi). Dalam percobaan
yang telah kami lakukan terdapat sedikit perbedaan warna dari teori, warna dari
elstrak kunyit yang ditambahkan NaOH ialah merah kehitaman. Hasil yang
berbeda dengan teori disebabkan karena pemilihan kunyit, kunyit yang terlalu tua
menyebabkan perbedaan warna saat ditetsi NaOH dengan kunyit yang masih
segar (fresh).
B. Kesimpulan

1. Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai indikator bahan pewarna pada


makanan yaitu warna kuning
2. Sampel dari nasi kuning, bahan pewarna pada nasi kuning adalah pewarna 
alami.Sampel dari tahu kuning, bahan pewarna pada tahu kuning adalah
pewarna alami.
3. Ekstrak daun pandan suji dapat digunakan sebagai indicator bahan pewarna
pada makanan yaitu warna hijau kekuningan

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi


Aksara: Jakarta
Karyana, Dede. Dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Warna. Bandung :
SekolahTinggi Tekhnologi Tekstil
Tim Kimia Dasar. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Umum. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai