Makalah Audit Kelompok 2 (Tanggung Jawab Profesi Akuntan Publik)
Makalah Audit Kelompok 2 (Tanggung Jawab Profesi Akuntan Publik)
Dosen Pengampu:
Tahun 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat
pada waktunya. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Auditing. Dalam
penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak dan juga berbagai
sumber yang telah kami pakai sebagai bahan acuan dalam makalah ini.
Akhirnya, kami menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan makalah
ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran
dari pembaca sangat kami nantikan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, kami berharap
hasil makalah ini akan bermafaat dan menambah wawasan bagi pembaca berkaitan dengan
Tanggung Jawab Profesi Akuntan Publik.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja materi pokok tanggung jawab auditor?
6. Apa saja hal – hal yang berkaitan dengan hukum sehubungan dengan pekerjaan
auditor?
1.3 Tujuan
6. Untuk mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan hukum sehubungan dengan
pekerjaan auditor
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 AUDIT
Audit adalah suatu bentuk dari atestasi. Dalam pengertian umum, mengacu pada
komunikasi para expert mengenai kesimpulan tentang keandalan dari suatu asersi yang
diungkapkan oleh seseorang. Dalam sempit, American Institute of Certified Public Accountants
(AICPA) telah mendefinisikan atestasi sebagai "komunikasi yang mengungkapkan kesimpulan
tentang keandalan suatu asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab pihak lain."
Sebagaimana dinyatakan di atas, audit adalah suatu bentuk dari asersi.
Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatakan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
a. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan atau organisasi yang
akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan
laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau
akuntan publik independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang berfokus pada
pengawasan pelaksanaan dan operasi perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya
dengan kebijakan organisasi.
b. Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap prosedur
operasi standar dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).
3
c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
d. Audit Investigatif
Audit investigatif adalah serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi
(identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk
mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung
proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas
(perusahaan/organisasi/negara/daerah).
2.1.2 AUDITING
Auditing adalah dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Asersi, seperti yang digunakan dalam konteks ini, adalah representasi dari manajemen
untuk fairness (kewajaran) laporan keuangan. The Auditing Standar Board (ASB), suatu badan
yang didirikan oleh AICPA untuk merumuskan Standar Audit dan interpretasi,
mengklasifikasikan asersi laporan keuangan sebagai berikut:
4
Penilaian atau Alokasi
Apakah aset dan ekuitas dinilai dan diukur sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku
dan jumlah telah dialokasikan antara neraca dan laporan laba rugi sudah disajikan dengan
wajar (biaya aset vs biaya depresiasi, misalnya)?
Presentasi dan Pengungkapan
Apakah klasifikasi, seperti aset dan kewajiban lancar versus tidak lancar, dan pendapatan
dan biaya operasi versus non operasi, benar-benar tercermin dalam laporan keuangan,
dan pengungkapan catatan kaki memadai untuk laporan keuangan dan tidak
menyesatkan?
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk
mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui
pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan aturan yang
mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian
dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik.
Bidang jasa akuntan publik meliputi:
1. Jasa Atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi
keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya.
2. Jasa Non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan,
manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
Sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik diatas. Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan
sektor publik harus memiliki karakteristik yang mencakup :
1. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
2. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi kerja
maupun untuk auditan.
3. Berpandangan obyektif.
4. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
5
Penerapan aturan etika dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi akuntan
yaitu :
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP (Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
Akuntan Sektor Publik), ada tiga kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu :
Audit atas laporan keuangan harus dapat memberikan keyakinan bagi para pemakai laporan
keuangan tersebut, bahwa auditor telah :
Adapun materi pokok yang merupakan tanggung jawab auditor adalah sebagai berikut :
1. Independensi Auditor
Independen artinya tidak mudah dipengaruhi, netral, karena auditor melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sikap mental independensi, integritas, dan
objektivitas yang dipertahankan oleh akuntan public akan meningkatkan kepercayaan
pemakai laporan keuangan yang telah diaudit. Dalam hal tanggung jawab auditor, sikap
mental independen dimaksudkan agar bebas dari setiap kewajiban klien, dan tidak
mempunyai suatu kepentingan apa pun dengan klien, kecuali pelaksanaan setiap
penugasan yang diberikan oleh klien kepadanya.
6
2. Keyakinan yang Memadai (Reasonable Asssurance)
Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memeroleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan tersebas dari salah saji material.
Laporan auditor yang berisi pendapat auditor (opini) atas laporan keuangan didasarkan
pada konsep keyakinan memadai. Kesimpulan yang dihasilkan dari pelaksanaan audit
hanya berdasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pengujian atas laporan
keuangan, bukan berasal dari pemeriksaan murni seratus persen.
Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan bahwa salah saji material tidak
terjadi, auditor bertanggung jawab untuk melaporkan kepada manajemen dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola ketika menemukan penyimpangan atau kesalahan
(Sanjaya 2019).
3. Pendeteksian Error & Fraud
Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor
untuk memeroleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Salah saji material dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan maupun
kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit
guna memeroleh kayakinan memadai bahwa lapporan keuangan terbebas dari salah saji
material.
a. Kekeliruan (Error)
Istilah kekeliruan berarti salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan yang tidak disengaja. Kekeliruan ini mencakup :
o Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data akuntansi yang menjadi
sumber penyusunan laporan keuangan
o Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
salah tafsir fakta
o Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara, penyajian, atau pengungkapan.
b. Kecurangan (Fraud)
Adapuan pengertian Fraud dalam KUHP Pasal 378 tentang Perbuatan Curang
dimaksudkan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat,
7
ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang.
Kecurangan (Fraud) lebih sulit dideteksi oleh auditor dibandingkan error karena
Fraud seringkali mencakup unsur kolusi dan pemalsuan dokumen.
Pada waktu mempertimbangkan tanggung jawab auditor untuk memeroleh keyakinan
memadai bahwa laporam keuangan bebas dari salah saji material, tidak ada perbedaan
penting antara kekeliruan dengan kecurangan. Namun terdapat perbedaan dalam hal
tanggapam auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan yang
terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip
akuntansi tidak signifikan terhadap audit. Sebaliknya, bila kemungkinan kecurangan
terdeteksi, auditor harus mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau
karyawan dan kemungkinan dampaknya terhadap aspel audit.
4. Pendeteksi Ilegal Client Acts
Illegal client acts merupakan tindakan melanggar hokum atau peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia oleh klien meliputi tindakan pelanggaran yang dapat
dihubungkan dengan entitas yang laporan keunagannya diaudit, atau tindakan
manajemen, atau karyawan yang bertindak atas nama entitas.
Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi illegal acts sebagai berikut :
- Penentuan apakah suatu tindakan klien itu dipandang sebagai pelanggaran hukum,
biasanya hal tersebut di luar kompetensi professional auditor
- Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat tindakan melanggar hokum
yang berdampak langsung dan material terhadap jumlah dalam laporan keuangan.
Jika auditor menyimpulkan bahwa unsur pelanggaran hukum yang telah dilakukan
memiliki dampak material terhadap laporan keuangan dan pelanggaran tersebut belum
dipertanggungjawabkan atau diungkapkan secara memadai, maka auditor menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara
keseluruhan, tergantung tingkat materialitas dampak pelanggaran terhadap laporan keuangan.
8
periode waktu yang patut, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan
yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan
peristiwa yang ada pada atau telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi
tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan
asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit.
9
2.4.2 Tanggung Jawab Manajemen
Manajemen perusahaan (klien) bertanggung jawab atas laporan keuangan
perusahaannya. Berkaitan dengan ketidakpastian, manajemen bertanggung jawab untuk
melakukan estimasi terhadap dampak peristiwa masa depan terhadap laporan keuangan,
atau menentukan bahwa estimasi yang masuk akan tidak dapat dibuat dan membuat
pengungkapan yang disyaratkan, semua sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, berdasarkan analisis manajemen terhadap kondisi yang ada (Rahayu and
Surhayati 2020).
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang sangat besar
dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat (publik). Terdapat
tiga tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya, yaitu:
Profesi akuntan (publik) di Indonesia dianggap lebih memiliki kompetansi dalam bidang
akuntansi dan auditing, sehingga informasi akuntansi baru dapat dipertanggung jawabkan
kelayakannya dengan terlebih dahulu harus melalui audit yang dilakukan oleh akuntan publik.
Peran profesi akuntansi dalam hal ini bertanggung jawab atas kewajaran informasi keuangan
yang diberikan kepada masyarakat. Profesi akuntansi mempunyai tanggung jawab dalam
mengemban kepercayaan yang diberikan masyarakat kepadanya berupa tanggung jawab moral
dan tanggung jawab profesional. Akuntan harus mempunyai tanggung jawab moral untuk
memberikan informasi secara Iengkap dan jujur mengenai kerjaperusahaan kepada pihak
pengguna informasi. Tanggung jawab moral ini diwujudkan dalam kompentensi dan obyektifitas
profesi akuntansi. Seorang akuntan selayaknya mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya
dan berlaku obyektif untuk kepentingan masyarakat. Demikian akuntan dituntut untuk bersikap
independen dalam setiap pelaksanaan tugasnya serta menghindari konflik kepentingan pembuat
dan pengguna informasi keuangan.
2. Tanggung Jawab Profesional (Professional Responsibility)
Akuntansi mempunyai tanggung jawab profesional terhadap asosiasi profesi dengan
berpegang teguh pada standar profesi yang dikeluarkan oleh asosiasi. Ikatan Akuntansi Indonesia
10
yang mempakan organisasi profesi telah melahirkan standar profesi akuntansi yang digunakan
sebagai pedoman praktik akuntansi, meliputi standar akuntansi Indonesia, standar profesional
akuntan publik dan kode etik jabatan akuntan.
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya yaitu
tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 110,
mengatur tentang “Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”. Pada paragraf 2, standar
tersebut antara lain dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan
publik.
11
2.6 Hal – Hal Yang Berkaitan Dengan Hukum Sehubungan Dengan Pekerjaan Auditor
a. Mendeteksi kecurangan
1. Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum
yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan keuangan.
Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan
melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang
cermat dan seksama.
2. Tanggungjawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus
mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk
menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan disajikan
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
12
Auditor memiliki beberapa tanggung jawab yaitu :
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan. Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang
diberikan, sedangkan laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini
disebabkan pengetahuan auditor terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena
itu penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
b. Tanggung jawab terhadap profesi. Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan
yang telah disepakati IAI, termasuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing
dan kode etik akuntan Indonesia.
d. Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan.Bila ada kecurangan yang begitu besar
tidak ditemukan, sehingga menyesatkan, akuntan publik harus bertanggung jawab.
e. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit
dan sebagainya. Contoh dari tanggung jawab ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang
bisa menimbulkan kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari dengan dasar
yang cukup.
f. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang tidak ditemukan. Dengan melihat
lebih jauh penyebabnya, jika kecurangan karena prosedur auditnya tidak cukup, maka auditor
harus bertanggung jawab.
Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama tuntutan hukum
terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan
tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit, dan antara kegagalan audit serta
risiko audit.
13
a. Kegagalan bisnis Adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak mampu
membayar kembali utangnya atau tidak mampu memenuhi harapan para investornya,
karena kondisi ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk,
atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
b. Kegagalan audit Adalah kegagalan yang terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat
audit yang salah karena gagal dalam memenuhi persyaratan-persyaratan standar auditing
yang berlaku umum.
c. Risiko Audit Adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
disajikan dengan wajar tanpa pengecualian, sedangkan dalam kenyataannya laporan
tersebut disajikan salah secara material.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah :
Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan
dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor
Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang
begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb
Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan,
untuk menghindari biaya yang tinggi.
Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek hukum dan
peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya, seperti kegagalan untuk
mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya. Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan
perkara (lawsuits) atas kelalaiannya yang digambarkan sebagai sebuah krisis. Litigasi terhadap
14
kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi bagi kualitas dari jasa-jasa yang
disediakan kantor akuntan publik tersebut. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit
apabila adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client) Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena
kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang
tidak memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan public.
b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party) Kewajiban
akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak penggugat karena
mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan
Namun kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit
memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-
Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan.
15
c. Mengikuti standar profesi
d. Mempertahankan independensi
e. Memahami usaha klien
f. Melaksanakan audit yang bermutu
g. Mendokumentasika pekerjaan secara memadai
h. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
i. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
j. Perlunya asuransi yang memadai
k. Mencari bantuan hukum
16
REFERENSI
Arens, Alvin A, Randal J Elder dan Mark S Beasley, 2008. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi, Jilid 1 Edisi Keduabelas diterjemahkan oleh Herman Wibowo,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter, 2003. Modern Auditing, Buku
Satu, Edisi Ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Jesika, Maria Ludya, Ramot P Simanjuntak, dan Salmon Sihombing. 2015. “Independensi dan
Tanggungjawab Auditor dan Pengaruhnya Terhadap Opini Auditor (Studi Kasus Pada
Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Selatan).” Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi 19(3) :
1-10.
Rahayu, Siti Kurnita, dan Ely Surhayati. 2020. Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman
Standar Profesional Akuntan Publik, 2011. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
17