Anda di halaman 1dari 21

ISK

Haryson Tondy Winoto,dr. Msi.Med,Sp.A


Bag.IKA UWK
 BATASAN
 Infeksi saluran air kemih adalah infeksi yang terjadi
pada saluran air kemih, mulai dari uretra, buli-buli,
ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal.
 Infeksi ini dapat berupa :
1. - Pielonefritis akut
2. - Pielonefritis kronik
3. - Infeksi saluran air kemih berulang
4. - Bakteriuria bermakna
5. - Bakteriuria asimtomatis
ETIOLOGI
• Kuman penyebab infeksi saluran air kemih :
• Kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela,
Entero-bakter, Proteus, dan Pseudomonas.
• Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis,
kuman anaerob, TBC, jamur, virus dan bentuk L
bakteri protoplas.
• ISK  masuknya kuman ke dalam saluran kemih.

• Kuman berasal dari tinja atau dubur  masuk ke saluran


kemih bagian bawah atau uretra,  naik ke kandung kemih
dan dapat sampai ke ginjal.

• Kuman dapat juga masuk ke saluran kemih melalui aliran darah


dari tempat lain

• Sumbatan saluran kemih, kandung kemih yang membesar dan


lain-lain.
• ISK akan lebih mudah terjadi pada anak dengan gizi buruk atau
sistem kekebalan tubuh anak rendah.

• Anak yang mengalami sembelit atau sering menahan-nahan


air kemih (kencing) pun dapat berisiko terkena ISK.

• Faktor predisposisi infeksi adalah fimosis, alir-balik


vesikoureter (refluks vesikoureter), uropati obstruktif, kelainan
kongenital buli-buli atau ginjal, dan diaper rash.
 Infeksi dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
(neonatus) atau secara ascending (anak-anak).
 Faktor predisposisi :
1. fimosis,
2. alir-balik vesikoureter (refluks vesikoureter),
3. uropati obstruktif,
4. kelainan kongenital buli-buli atau ginjal,
5. dan diaper rash.

 Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter,


vesika urinaria atau dari uretra.
• Pada bayi dan anak anak biasanya bakteri berasal dari tinjanya
sendiri yang menjalar secara asending.

• Bakteri uropatogenik yang melekat pada pada sel


uroepitelialmempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding
ureter,  gangguan peristaltik ureter.

• Melekatnya bakteri ke sel uroepitelialmeningkatkan


virulensi bakteri tersebut.
• Mukosa kandung kemih dilapisi glycoprotein mucin layer
sebagai anti bakteri  Robek bakteri melekat, membentuk
koloni pada permukaan mukosamenembus epitel 
peradangan.

• Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai


ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), bila ada
refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal.

• Bila hanya buli buli yang terinfeksiiritasi dan spasme otot


polos vesika urinaria  rasa ingin miksi terus menerus
(urgency) atau miksi berulang kali (frequency), sakit waktu
miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi edema,
meradang dan perdarahan (hematuria).
• Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system.

• Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi


maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal.

• Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam


parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit
polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu.

• Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri


atau zat mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak,
mengakibatkan parut ginjal (renal scarring)
Gejala:

• Kadang asimtomatik, dan didiagnosis setelah terjadi komplikasi


gagal ginjal.

• Pada bayi baru lahir, gejalanya tidak khas misalnya suhu tidak
stabil (demam atau suhu lebih rendah dari normal), tampak
sakit, mudah terangsang atau irritable, tidak mau minum,
muntah, mencret, perut kembung, air kemih berwarna
kemerahan atau tampak kuning.
Beberapa faktor predisposisi ISK adalah
1. obstruksi urin,
2. kelainan struktur,
3. urolitiasis, benda asing,
4. refluks atau
5. konstipasi yang lama.
• Bayi 1 bulan :
1.Demam
2. air kemih berwarna kemerahan
3. mudah terangsang,
4.tampak sakit,
5.nafsu makan berkurang,
6.muntah,
7.diare,
8.perut kembung atau tampak kuning.
• Anak usia prasekolah atau sekolah :
1.demam dengan atau tanpa menggigil,
2.sakit di daerah pinggang,
3.sakit waktu bermih,
4.buang air kemih sedikit-sedikit tetapi sering,
5.rasa ingin berkemih,
6.air kemih keruh atau berwarna kemerahan.
Pengobatan:

• curiga ISK pemeriksaan laboratorium


 pemeriksaan air kemih rutin (Urinalisis) dan biakan air kemih.

• Ada tiga hal yang penting yang biasa dilakukan jika pasien
sudah didiagnosis sebagai ISK
1. memberantas infeksi
2. mendeteksi, mencegah, dan mengobati infeksi berulang
3. mendeteksi kelainan anatomi dan fungsional saluran kemih
serta menanggulanginya jika ada
• Untuk memberantas infeksi, diberikan obat pembunuh kuman
(antimikroba atau antibiotik) selama 7-10 hari.

• Sedapat mungkin obat pembunuh kuman ini diberikan sesuai


dengan hasil uji kepekaan kuman yang diketahui dari hasil
biakan air kemih.

• Untuk mendeteksi infeksi berulang, perlu dilakukan


pemeriksaan biakan air kemih secara berkala, dan kalau
terdapat infeksi, maka infeksi ini diobati dengan antibiotik
yang sesuai
• Untuk mendeteksi kelainan anatomi dan fungsional saluran
kemih

1. pemeriksaan fisik yang lebih teliti  bila perlu dilakukan


pemeriksaan pencitraan/radiologis ( USG atau pemeriksaan
rontgen terhadap ginjal dan saluran kemih).

2. Jika ditemukan kelainan pada saluran kemih, maka tata


laksana selanjutnya disesuaikan dengan kelainan yang
ditemukan apakah memerlukan tindakan pembedahan atau
tidak.
Obat Dosis mg/kgBB/hari Frekuensi/ (umur bayi)
(A) Parenteral
tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
Ampisilin 100
tiap 6-8 jam (bayi > 1 minggu)
Sefotaksim 150 dibagi setiap 6jam.
Gentamisin 5 tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)
Seftriakson 75 sekali sehari
Seftazidim 150 dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 dibagi setiap 8 jam
Tobramisin 5 dibagi setiap 8 jam
Ticarsilin 100 dibagi setiap 6 jam
(B) Oral
Rawat jalan antibiotik oral (pengobatan standar)
Amoksisilin 20-40 mg/Kg/hari q8h
Ampisilin 50-100 mg/Kg/hari q6h
Amoksisilin-asam klafulanat 50 mg/Kg/hari q8h
Sefaleksin 50 mg/Kg/hari q6-8h
Sefiksim 4 mg/kg q12h
Nitrofurantoin* 6-7 mg/kg q6h
Sulfisoksazole* 120-150 q6-8h
Trimetoprim* 6-12 mg/kg q6h
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg q6-8h
* Tidak direkomendasikan untuk neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginja

(C) Terapi profilaksis


Nitrofurantoin* 1 -2 mg/kg
Sulfisoksazole* 50 mg/Kg
Trimetoprim* 2mg/Kg
(1x malam hari)
Sulfametoksazole 30-60 mg/kg

Anda mungkin juga menyukai