Anda di halaman 1dari 4

Sindrom mielodisplasia 

adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan


oleh kerusakan pada sel darah. Kondisi ini terjadi ketika sel darah yang
dihasilkan oleh sumsum tulang tidak terbentuk dengan baik.
Di dalam tubuh, sumsum tulang bertugas memproduksi sel darah merah, sel darah
putih, dan sel keping darah (trombosit). Sel-sel darah ini berfungsi membawa
oksigen ke seluruh tubuh, melawan infeksi, dan membantu proses pembekuan
darah.
Pada penderita sindrom mielodisplasia, sumsum tulang memproduksi sel-sel darah
yang abnormal. Sel-sel abnormal ini tidak berkembang sepenuhnya dan akan mati
ketika masih berada di dalam sumsum tulang atau saat memasuki aliran darah.
Seiring waktu, jumlah sel darah abnormal akan semakin banyak dan melebihi jumlah
sel darah yang sehat atau “matang”. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gejala
sindrom mielodisplasia.
Sindrom mielodisplasia merupakan jenis kanker darah yang bisa terjadi pada siapa
saja. Namun, sindrom ini paling sering menyerang orang dewasa usia 65 tahun ke
atas.

Jenis Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

 Myelodysplastic syndrome with unilineage dysplasia, di mana salah satu jenis


sel darah (sel darah merah, sel darah putih, atau sel keping darah) berjumlah
rendah dan terlihat tidak normal di bawah mikroskop
 Myelodysplastic syndrome with multilineage dysplasia, di mana 2–3 jenis sel
darah terlihat tidak normal
 Myelodysplastic syndrome with ring sideroblasts, di mana >1 jenis sel darah
berjumlah rendah, dengan karakteristik sel darah merah memiliki cincin zat
besi (ring sideroblasts)
 Myelodysplastic syndrome associated with isolated del chromosome
abnormality, di mana sel darah merah berjumlah sedikit, disertai mutasi di
DNA-nya
 Myelodysplastic syndrome with excess blasts (tipe 1 dan 2), di mana salah
satu jenis sel darah berjumlah sedikit dan terlihat tidak normal, disertai
adanya sel darah yang tidak “matang” di dalam darah dan sumsum tulang
 Myelodysplastic syndrome, unclassifiable, di mana salah satu jenis sel darah
yang “matang” berjumlah rendah, dengan sel darah putih dan sel keping
darah tampak tidak normal

Penyebab Sindrom Mielodisplasia


Sindrom mielodisplasia terjadi ketika DNA pada sel-sel punca (stem cell) di sumsum
tulang mengalami kerusakan. Akibatnya, sumsum tulang tidak dapat memproduksi
sel-sel darah yang sehat.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kondisi tersebut, tetapi ada sejumlah faktor
yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang terserang sindrom
mielodisplasia, yaitu:

 Berusia lebih dari 65 tahun


 Pernah menjalani kemoterapi atau radioterapi
 Terpapar bahan kimia, seperti asap rokok, pestisida, dan benzena
 Terpapar logam berat, seperti timah dan merkuri

Gejala Sindrom Mielodisplasia


Pada tahap awal, sindrom mielodisplasia jarang memperlihatkan tanda atau gejala.
Namun, seiring berkembangnya penyakit, penderita dapat mengalami gejala berupa:

 Sesak napas
 Tubuh mudah lelah
 Pucat, akibat kurangnya sel darah merah atau anemia
 Infeksi berulang, akibat kekurangan sel darah putih
 Mudah memar atau berdarah, akibat rendahnya jumlah trombosit
 Timbul bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala di atas, terutama jika Anda
memiliki faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya sindrom mielodisplasia. Jika
ditangani dengan cepat, Anda dapat terhindar dari komplikasi serius akibat penyakit
ini.

Diagnosis Sindrom Mielodisplasia


Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit
pasien, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Kemudian, agar hasil
diagnosis lebih akurat, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

 Tes darah lengkap


Tes darah lengkap dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel
darah putih, dan sel keping darah. Tes darah juga bertujuan untuk
mengetahui apakah ada perubahan pada ukuran, bentuk, dan wujud sel-sel
darah.
 Aspirasi sumsum tulang
Penyedotan sampel cairan sumsum tulang (aspirasi sumsum tulang) yang
diikuti pengambilan sampel jaringan (biopsi) sumsum tulang bertujuan untuk
mengetahui kondisi sel darah secara keseluruhan.
 Pemeriksaan genetik
Pemeriksaan genetik dilakukan menggunakan sampel jaringan sumsum
tulang. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya
perubahan atau kelainan genetik, termasuk pada kromosom.
Pengobatan Sindrom Mielodisplasia
Pengobatan sindrom mielodisplasia bertujuan untuk menghambat perkembangan
penyakit, meredakan gejala, serta mencegah perdarahan dan infeksi. Beberapa
penanganan yang dapat dilakukan dokter adalah:

Transfusi darah
Transfusi darah bertujuan untuk mengganti sel-sel darah yang rusak dengan sel
darah yang sehat. Transfusi darah bisa disertai dengan terapi khelasi untuk
mengurangi kadar zat besi dalam darah, akibat terlalu sering melakukan transfusi
darah.

Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan dapat bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah,
mengatasi infeksi, menekan sistem kekebalan tubuh, atau merangsang pematangan
sel darah. Obat-obatan tersebut antara lain:

 Epoetin alfa
 Darbepoetin alfa
 Filgrastim
 Lenalidomide
 Antibiotik
 Decitabine

Transplantasi sumsum tulang


Transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel punca bertujuan mengganti
sumsum tulang pasien dengan sumsum tulang sehat dari pendonor. Terapi ini
didahului dengan pemberian obat kemoterapi dosis tinggi, untuk menghancurkan
sel-sel punca yang rusak.

Komplikasi Sindrom Mielodisplasia


Komplikasi yang mungkin terjadi akibat sindrom mielodisplasia meliputi:

 Anemia akibat kekurangan sel darah merah


 Leukemia mieloblastik akut
 Perdarahan yang sulit berhenti akibat rendahnya trombosit (trombositopenia)
 Sering mengalami infeksi akibat rendahnya jumlah sel darah putih

Pencegahan Sindrom Mielodisplasia


Belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah sindrom mielodisplasia.
Akan tetapi, Anda dapat mengurangi risiko terkena sindrom mielodisplasia dengan
menghentikan kebiasaan merokok dan menghindari paparan zat kimia lain yang bisa
meningkatkan risiko terserang kondisi ini.
Jika Anda menderita sindrom mielodisplasia, Anda dapat sering mengalami infeksi
akibat rendahnya jumlah sel darah putih yang sehat. Untuk mencegahnya, Anda
bisa melakukan beberapa hal berikut:

 Mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer sebelum


mempersiapkan makanan dan sebelum makan
 Menghindari konsumsi makanan mentah, termasuk buah dan sayuran yang
tidak bisa dikupas
 Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit

Anda mungkin juga menyukai