Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Enzim jantung merupakan kelompok enzim yang dihasilkan oleh jantung


sebagai konsekuensi dari cedera miokardium. Enzim jantung ini membantu dalam
diagnosis banding infark miokard dari gagal jantung kongestif, perikarditis, infark
paru, angina, ataupun kondisi-kondisi lainnya. Enzim jantung telah digunakan
sejak pertengahan abad ke-20 dalam mengevaluasi pasien yang diduga mengalami
infark miokard akut.1
Selama 20 tahun terakhir, troponin jantung, keratin kinase, dan myoglobin
telah menjadi biomarker jantung yang paling umum digunakan untuk
mengidentifikasi nekrosis miokardium. Beberapa strategi telah dievaluasi,
termasuk penggunaan kombinasi biomarker tersebut, dengan menentukan interval
waktu dan batas variabel. Karena sensitivitas dan spesifitasnya terhadap cedera
miokardium yang tinggi, tronin menjadi biomarker baku emas untuk stratifikasi
risiko dan diagnosis infark miokard akut. Sejak penggunaan inisial troponin
jantung, presisi dan senstivitas pemeriksaan troponin semakin meningkat secara
signifikan sehingga penggunaan marker lain sudah jarang direkomendasikan.
Sebagian besar pasien dengan infark miokard akut akan mengalami peningkatan
troponin 2 sampai 3 jam saat setelah sampai di unit gawat darurat.2
Pemeriksaan peptida natriuretik saat ini sudah banyak digunakan untuk
mendukung diagnosis, prognosis, dan tatalaksana pasien gagal jantung serta telah
dimasukkan dalam pedoman praktik klinis gagal jantung. Gagal jantung
merupakan diagnosis klinis tetapi sering ditemukan dengan gejala non spesifik
sehingga menunda diagnosis akurat dan tatalaksana dengan hasil akhir yang lebih
buruk serta meningkatkan biaya perawatan. Biomarker jantung dapat meberikan
metode untuk mengonfirmasi atau mengeksklusi diagnosis gagal jantung dengan
biaya dan risiko yang lebih rendah, serta membantu menentukan prognosis
diagnosis dan memberikan informasi mengenai patofisiologi kompleks yang
menyebabkan sindrom gagal jantung. Pemeriksaan enzim jantung sangat
bermanfaat dalam diagnosis penyakit kardiovaskuler dan telah banyak digunakan
dalam pedoman diagnosis dan tatalaksana.3

1
Peptida Natriuretik
Peptida natriuretik, termasuk peptida natriuretikpe tipe B (BNP) dan
fragmen N-terminal dari prohormonnya (NT-proBNP), serta peptida natriuretik
atrial (ANP) merupakan marker jantung yang paling umum digunakan untuk
menandakan peregangan miokardium. Prohormon ini dilepaskan saat stress
hemodinamik dan diproses menjadi peptida natriuretik yang aktif secara biologis,
yang ebrfungsi untuk mengatasi stress dengan menginduksi vasodilatasi,
natriuresis, dan diuresis.4
BNP dihasilkan dari pre-proBNP, molekul asam amino 134 yang
dilepaskan oleh miosit dibawah stress. Setelah dilepaskan, BNP plasma berikatan
dengan NP reseptor A menyebabkan kaskade pesinyalan yang menginisiasi
natriuresis, diuresis, vasodilatasi arteri, inhibisi pertumbuhan miosit kardiak dan
vaskular. BNP memiliki waktu paruh 20 menit dan dibersihkan dari sirkulasi
melalui endositosis, filtrasi ginjal atau ekskresi pasif. Utilitas BNP telah
didemonstrasikan pada beberapa penelitian dan merupakan biomarker yang paling
sering digunakan untuk mendiagnosis gagal jantung akut.4
NT-proBNP dilepaskan bersama dengan NP lain oleh miosit jantung
sebagai respon terhadap peningkatan stress dinding jantung akibat gagal jantung
serta disfungsi miokard. Penilaian kuantitatif NT-proBNP telah menunjukkan
hasil yang bermanfaat untuk mengidentifikasi atau mengeksklusi gagal jantung.
NT-proBNP dibentuk dan dilepaskan sebagai hasil pembelahan prekursornya dari
proBNP yang mengalami pemecahan enzimatik dan diproses oleh dua paraprotein
konvertase, furin, dan korin. NT-proBNp terbentuk dengan konsentrasi terbesar
pada ventrikel kiri, tetapi dapat juga terdetaksi pada jumlah tertentu di atrium
kanan dan otot ventrikel. NT-proBNP memiliki waktu paruh 60-90 menit dan
diekskresi dengan bentuk aslinya melalui ginjal.4
Sementara ANP kurang konsisten sebagai penanda diagnostik
dibandingkan BNP karena cepatnya dibersihkan pada sirkulasi, fragmen mid
regional proANP (MR-proANP) yang lebih stabil telah diidentifikasi sebagai
marker pengganti. Kadar MR-proANP lebih lama didegradasi dan dibersihkan
dibanding ANP atau proANP sehingga lebih dapat digunakan dalam pengaturan
klinis. MR-proANP memiliki kemampuan diagnostik dan prognostik dalam

2
penanganan pasien gagal jantung. Dengan penggunaan yang benar, MR-proANP
dapat membantuk stratifikasi risiko, terutam pada kasus yang masih belum jelas
bersama dengan BNP dan biomarker lainnya.4
Kreatin Kinase (CK)
Kreatin kinase, salah satu protein dimer merupakan enzim yang
mengkatalisis pemindahan fosfat berenergi tinggi dari ATP ke keratin sehingga
perannya sangat penting dalam mempertahankan energi sel dan metabolism sel
otot. Kreatin kinase dapat ditemukan pada otot jantung, dengan jumlah yang lebih
sedikit ditemukan pada otot rangka dan jaringan lain. Terdapat tiga bentuk
isoenzim berbeda dari keratin kinase yang terdapat pada berbadai jaringan (CK-
MM, CK-MB, dan CK-BB). CK-MM merupakan isoenzim yang predominasn di
otot rangka, ditemukan pada ikatan miofibril ke struktur garis M dari sarkomer.
Dalam serum normal, kadar total keratin kinase umumnya berasal dari otot rangka
dan terutama fraksi MM (94-100%). Kadar CK-MM meningkat karena respon
terhadap cedera jaringan skelet atau jantung. Di antara berbagai biomarker enzim,
keratin kinase yang paling sensitif. Pada beberapa kasus, keratin kinase mungkin
menjadi satu-satunya enzim yang meningkat. Oleh karena itu, pemantauan
perubahan konsentrasi serum keratin kinase telah menjadi sarana biokimia yang
banyak digunakan untuk mendeteksi adanya cedera miofibril. Konsentrasi keratin
kinase serum mulai meningkat dalam 2-12 jam setelah onset cedera otot, dan
mencapai maksimum pada 24-72 jam, lalu turun pada 3-5 hari setelah cedera otot.
Kadar maksimum keratin kinase yang dicapai bervariasi sesuai dengan jenis
miopati dan perkembangan cedera. Misalnya, konsentrasi keratin kinase yang
meningkat secara kronis cenderung menunjukkan adanya cedera otot yang sedang
berlangsung. Cedera yang melibatkan 200 gram otot cukum untuk menyebabkan
peningkatan keratin kinase serum. Secara klinis, peningkatan tertentu dari kadar
keratin kinase dapat dipertimbangkan untuk menentukan kondisi cedera otot yang
parah (Lebih dari 10 kali batas atas normal pada kasus rhabdomiolisis yang
diinduksi statin).5
Kreatin Kinase-MB (CK-MB)
Salah satu isoenzim keratin kinase adalah CK-MB yang paling banyak
didapatkan di jantung. Akan tetapi, CK-MB juga berkontribusi 1-3% dari keratin

3
kinase di otot skelet dan terdapat dalam fraksi kecil pada organ lain, seperti usus,
uterus, prostat, dan diafragma. Spesifitas CK-MB dapat terganggu pada cedera
mayor organ-organ ini. Walaupun troponin jantung merupakan marker yang lebih
dipilih untuk nekrosis miokardium, CK-MB dalam pemeriksaan metode massa
merupakan alternative yang dapat digunakan ketika pemeriksaan troponin jantung
tidak ada. Fraksi CK-MB yang lebih spesifik untuk miokardium dengan cepat
menggantikan peran keratin kinase. CK-MB membentuk hampir 30% keratin
kinase di miokardium, dan peningkatan >5% dari total aktivitas keratin kinase
menunjukkan kerusakan pada otot jantung. CK-MB muncul dalam aliran darah 4
sampai 6 jam setelah timbulnya nyeri dada dan memuncak antara 10 dan 12 jam
setelah infark miokard. Waktu terbaik untuk mendeteksi CK-MB adalah antara 6
sampai 48 jam sehingga pada kasus yang terlambat datang atau ditangani, CK-MB
normal dapat memberikan gambaran yang salah. Oleh karena itu, pemeriksaan
serial dapat membantu memberikan informasi yang lebih akurat.6
Indeks relatif merupakan indeks yang berguna untuk membantu
membedakan antara keratin kinase dari miokardium, otot rangka, atau dari
kerusakan saraf, dapat dihitung sebagai:
Relatif indeks: CK-MB/Total CK x 100
Indeks relatif >2,5 hingga 3 menunjukkan kemungkinan besar kerusakan jantung,
indeks yang lebih rendah menunjukkan kerusakan otot rangka. Disebabkan
adanya periode jeda pada peningkatan kadar CK-MB setelah timbul nyeri dada,
maka marker lain seperti mioglobin dan troponin jantung juga harus
diperiksakan.6
Aspartat Transaminase (AST)
Aspartat transaminase merupakan enzim yang didapatkan pada
mitokondria dan sitoplasma dan dilepaskan ke dalam sirkulasi ketika jaringan atau
organ tertentu, khususnya hati dan jantung cedera. Sebelumnya, penentuan AST
digunakan untuk mendiagnosis infark miokard akut. Jumlah AST secara langsung
berhubungan dengan jumlah sel yang diperngaruhi oleh penyakit atau mengalami
cedera, tetapi kadar elevasinya bergantung pada durasi waktu cedera
miokardiumnya. Kadar AST serum meningkat setelah 5 sampai 8 jam setelah
cedera sel jantung, dan paling tinggi pada 24 sampai 48 jam lalu kembali normal

4
dalam 4 sampai 6 hari. Kadar serum AST pada keadaan infark miokard meningkat
sekitar 10 sampai 100 kali lipat dari referensi batas normal atas pada orang
dewasa, tetapi meningkat sedang pada keadaan gagal sirkulasi (syok) dan hepatitis
akut, serta sedikit meningkat pada anemia hemolitik berat, post trauma atau
operasi, dan penyakit otot skelet. Cedera miokardium lain seperti angina atau
perikarditis tidak meningkatkan kadar AST. AST merupakan biomarker pertama
yang digunakan untuk mendiagnosis infark miokard akut, tetapi sudah tidak
digunakan sekarang karena tidak spesifik untuk cedera jantung.7,8

5
1. Patibandla S, Gupta K, Alsayouri K. Cardiac Enzymes. [Updated 2021 Aug
11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545216/
2. Hachey BJ, Kontos MC, Newby K, Christenson RH, Peacock F, Brewer KC,
McCord J. Trends in Use of Biomarker Protocols for the Evaluation of Possible
Myocardial Infarction. Journal of the American Heart Association. 2017;6(9)
3. Ibarhim NE, JanuzziJr JL. Established and Emerging Roles of Biomarkers in
Heart Failure. Circulation Research. 2018;123(5):614-629
4. Iqbal N, Wentworth B, Choudhary R, Landa Ade L, Kipper B, Fard A, Maisel
AS. Cardiac biomarkers: new tools for heart failure management. Cardiovasc
Diagn Ther. 2012 Jun;2(2):147-64.
5. Berridge BR, Vleet JF, Herman E. Cardiac, Vascular, and Skeletal Muscle
Systems. In: Haschek WM, Rousseaux CG, Wallig MA. Haschek and Rousseaux's
Handbook of Toxicologic Pathology, Third Edition. Philadelphia: Elsevier.
2013;1567-1665
6. SAMA REF no 1 nya VEGE
7. Prabodh V, Prakash D, Sudhakar G, Reddy Y, Chowdary N, Desai S, Shekhara
R. Importance of Cardiac Marker Enzymes (Aspartate Transaminase and
Troponin I) in Acute Myocardial Infarction: A Case-Control Study from South
India. International Journal of Medical Science and Public Health. 2012;1(2):118-
120
8. Aydin S, Ugur K, Aydin S, Sahin İ, Yardim M. Biomarkers in acute myocardial
infarction: current perspectives. Vasc Health Risk Manag. 2019 Jan 17;15:1-10.
doi: 10.2147/VHRM.S166157. PMID: 30697054; PMCID: PMC6340361.

Anda mungkin juga menyukai