MAKALAH
Oleh : Kelompok IV
(Empat)
1. Berlian Magdalena Hulu (NPM 2319596)
2. Animan Harefa (NPM 2319040)
3. Darnasyam Harefa (NPM 2319105)
4. Yarisman Gulo (NPM 2319536)
5. Farisman Jaya Zai (NPM 2319171)
Diajukan sebagai salah satu tugas pada pelaksanaan perkuliahan Semester V Sekaligus
Pengganti UTS Mata Kuliah Manajemen Lintas Budaya (Konsentrasi MSDM) Program
S1-Manajemen Tahun Akademik 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugrahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BUDAYA
KERJA PEGAWAI (ASN) DI KANTOR TINGKAT KECAMATAN” dalam
memenuhi satu tugas pada pelaksanaan perkuliahan Semester V Sekaligus UTS Mata
Kuliah Manajemen Lintas Budaya (Konsentrasi MSDM) Program S1-Manajemen Tahun
Akademik 2021.
Walaupun dalam keadaan serba terbatas tanpa adanya hambatan apapun. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini dan teman-teman
mahasiswa yang selalu memberikan dukungan sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik.
Kami berharap semoga makalah ini bias menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................…...2
C. Tujuan Makalah .......................................................................................2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................17
B. Saran ..................................................................................................17
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai organisasi pemerintahan tentu hal pertama yang akan
terpikir oleh kita adalah mengenai budaya yang ada didalamnya, baik itu dari cara
bekerja, hubungan sesama pegawai atau dengan pemimpinnya, keramah tamahan
pegawai, keterbukaan dengan hal-hal baru dan sebagainya. Budaya di dalam instansi
merupakan cerminan nilai-nilai, norma-norma, perilaku dan sikap dari para
anggotanya yang kemudian menjadi sebuah pondasi kuat yang menggambarkan
bagaimana para pegawai dalam setiap aktivitas sehari-hari melaksanakan
kewajibannya, kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai menjadi budaya kerja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya kerja merupakan suatu pemahaman, sikap,
perilaku, pola pikir, adat istiadat yang dianut diterapkan oleh para pegawainya
dalam melaksanakan pekerjaannya di dalam organisasi tempat ia bekerja.
Budaya kerja merupakan nilai-nilai dalam sebuah organisasi dimana nilai itu
akan menentukan kualitas pekerjaan para pegawainya, apabila para pegawai dapat
bekerja dengan menerapkan budaya kerja produktif atau budaya kerja positif
maka dapat dipastikan para pegawai dapat meningkatkan kemampuan kualitas
kerjanya dan pelayanan yang diberikan baik itu kepada instansi tempatnya bekerja
atau juga kepada masyarakat. Tetapi, selain budaya kerja positif terdapat juga
budaya kerja negatif yang dilaksanakan oleh para pegawai instansi pemerintah
maupun swasta. Salah satu contoh budaya kerja negatif di instansi pemerintah
yaitu masih banyaknya pegawai yang bermasalah dalam disiplin terutama dalam hal
kehadiran ataupun dalam penyelesaian tugas.
Pegawai pemerintah atau Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan roda
penggerak birokrasi dan juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat harus
dapat membentuk budaya kerja positif seperti melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien sehingga citra para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selama ini
dianggap negatif di mata masyarakat karena sering bermasalah dengan
kehadiran dan semangat kerja yang rendah sehingga harus diperbaiki.
Budaya kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) yang rendah diakibatkan dari
kurangnya para pegawai
dalam memaknai tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat hanya
sebagai suatu pekerjaan rutin sehingga tidak menjiwai bahwa sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN) mereka adalah orang yang harusnya dapat memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat yang telah mempercayai mereka sebagai pengayom
masyarakat.
Mengenai budaya kerja seperti nilai-nilai didalam instansi merupakan cerminan
dari para pegawai, hal tersebut juga terdapat di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah :
1. Bagaimana budaya kerja Pegawai (ASN) di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja Pegawai (ASN) di
Kantor P e m e r i n t a h T i n g k a t Kecamatan?
C. Tujuan Makalah
2. Keterbukaan
Keterbukaan menjadi salah satu nilai dari sebuah budaya kerja yang ada
didalam organisasi. Keterbukaan menjadi sebuah landasan yang harus dimiliki
semua organisasi hal tersebut penting karena dengan adanya keterbukaan maka
tujuan dari organisasi dapat tercapai. Didalam organisasi terdapat unit-unit
yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dan memiliki perannya
tersendiri, apabila tidak ada keterbukaan dalam menerima atau memberikan
informasi kepada para pegawai atau antar unit atau seksi maka dapat dipastikan
terjadinya kekacauan akibat kesalahpahaman yang ada akhirnya tujuan tidak akan
pernah tercapai, oleh sebab itu keterbukaan informasi menjadi sangat
penting dan menjadi nilai dari sebuah organisasi. Keterbukaan informasi
sudah dapat dijalankan dengan baik di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan,
baik penyampaian secara langsung/ Rapat/ Pertemuan, papan pengumuman
maupun melalui Grup WA/ Telegram Kantor.
Sesuai dengan informasi yang didapat dari para informan dimana mereka telah
memberikan penilaiannya masing- masing terhadap keterbukaan informasi di Kantor
Pemerintah Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan dengan baik dan maksimal.
3. Saling Menghargai
Saling menghargai satu sama lain diantara pegawai ataupun menghargai
masyarakat yang datang dalam hal kepentingan tertentu di Kantor Kecamatan
merupakan sebuah nilai budaya yang dapat menggambarkan perilaku budaya
kerja di kantor tersebut. Saling menghargai merupakan nilai budaya
yang nenunjukkan pegawai saat memberikan penghargaan kepada rekan kerjanya
dalam tanggungjawab penyelesaian tugas. Selain itu saling menghargai juga adalah
sikap perilaku yang harus ditunjukkan oleh seluruh pegawai untuk dapat menerima
perbedaan diantara mereka karena perbedaan latar belakang setiap pegawai berbeda-
beda, serta tidak ada anggapan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Saling
menghargai sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan di Kantor
Kecamatan Alasa.
Pentingnya menghargai rekan kerja akan dapat mempererat
hubungan diantara sesama rekan kerja yang tentu saja akan
berdampak terhadap kualitas kerja yang dihasilkan. Dapat disimpulkan bahwa
saling menghargai di Kantor Kecamatan Alasa telah terlaksana dengan baik.
Saling menghargai telah dijalankan baik itu diantara para pegawai dan juga
masyarakat yang datang untuk mengurus kepentingan di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan.
4. Kerjasama
Sebagai makhluk sosial manusia perlu melakukan interaksi dengan
lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk lainnya. Aktivitas
yang dilakukan sehari-hari selalu membutuhkan kehadiran orang lain atau bahkan
harus bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Hal tersebut juga
berlaku dalam instansi pemerintah seperti Kantor Kecamatan. Kerjasama yang
dilakukan merupakan sebuah usaha diantara para pegawai baik perorangan maupun
kelompok diantara kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kerja secara
bersama-sama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih baik
lagi. Nilai-nilai budaya kerja salah satunya adalah kerjasama yang dilakukan oleh
seluruh pegawai Kantor Pemerintah di Tingkat Kecamatan, dengan adanya
kerjasama dalam kesediaan para pegawai untuk memberikan dan menerima
kontribusi dari dan atau kepada mitranya sebagai sesama pegawai untuk dapat
mencapai target dan sasaran dari Kantor Kecamatan.
Kerjasama adalah keinginan untuk dapat bekerjasama dengan orang lain
secara kooperatif dan bukan menjadi ajang untuk berkompetisi diantara pegawai
tetapi bersama-sama untuk bertanggungjawab dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kerjasama dalam tim pada hakikatnya dapat membentuk kepercayaan diantara
para pegawai Kantor, semakin tinggi rasa percaya mereka terhadap rekan kerjanya
maka dapat dipastikan kerjasama yang dilakukan juga akan semakin lebih baik dan
juga akan menghasilkan sebuah sinergi yang positif melalui koordinasi yang baik.
Kerjasama akan membuat pegawai bersedia untuk memberikan dan menerima
kontribusi dari dan atau kepada rekan kerjanya dalam mencapai sasaran dan
target dari organisasi mereka bekerja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kerjasama tim merupakan cara paling ampuh ataupun paling efektif untuk
menyatukan seluruh pegawai yang ada di Kantor Kecamatan. Berbagai
informasi yang didapatkan dari para informan serta informasi tersebut telah
sesuai dengan makna nilai budaya kerja dalam hal kerjasama antar pegawai
memberikan gambaran bahwa kerjasama di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan telah berjalan demgan baik.
3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai, norma, pola pikir dan perilaku yang
dilaksanakan pegawai pada setiap aktifitasnya sehari-hari dalam bekerja.
Kebiasaan yang dilakukan oleh para pegawai secara terus menerus dan lama
kelamaan menjadikan sebuah budaya kerja yang tertanam secara kuat. Budaya
organisasi dapat memberikan pengaruh terhadap budaya kerja organisasi. Perilaku
pegawai akan memberikan hasil yang sangat signifikan terhadap kualiatas pekerjaan
dan pelayan yang diberikan terhadap masyarakat masih sangat kental dengan budaya
setempat sehingga memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai seperti dalam
satu bulan ada satu hari dimana masyarakat setempat melakukan acara adat maka
pada hari acara tersebut maka banyaknya pegawai yang tidak masuk kerja
karena lebih memilih menghadiri acara tersebut daripada masuk kerja. Hal
lainnya mengenai pengaruh budaya organisasi di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan yang telah lama adalah seperti penjelasan dari masyarakat yang
mengeluhkan bahwa budaya yang masih banyak harus diperbaiki adalah budaya
disiplin. Budaya organisasi yang ada ini disebutkan adalah pengaruh yang negatif
berupa kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh Pegawai kantor
Pemerintah kepada masyarakat dan juga kurang disiplinnya pegawai dalam hal
kehadiran kerja.
4. Budaya Luar
Budaya luar adalah budaya yang bukan dari dalam organisasi itu sendiri,
budaya luar bisa jadi budaya orang lain seperti budaya daerah lain, budaya
dari luar organisasi tersebut atau bahkan budaya dari luar negeri yang dapat
memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap budaya yang ada didalam
organisasi. Budaya yang ada di Kantor Pemerintah tingkat Kecamatan dapat
dipengaruhi oleh budaya luar yang mengelilinginya. Hal tersebut bisa terjadi dari
interaksi para pegawai Kantor dengan pegawai Kantor Kecamatan lainnya, atau
bisa juga kebiasaan-kebiasaan pegawai di dalam keluarganya terbawa ke
lingkungan kerjanya.
Mengenai budaya luar yang menjadi faktor pengaruh dalam budaya kerja pegawai
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan adalah “Budaya luar tidak begitu
memberikan pengaruh terhadap budaya kerja yang ada di Kantor,
dikarenakan budaya setempat masih kental dirasakan misalnya melayani masyarakat
masih menggunakan Bahasa Daerah untuk memudahkan komunikasi dalam
pelayanan.
5. Proses Pembelajaran
Untuk menghasilkan budaya kerja yang sesuai maka para pegawai
membutuhkan pengembangan keahlian dan pengetahuan melalui proses
pembelajaran. Dengan adanya proses pembelajaran pegawai diharapkan dapat
memberikan pengaruh kepada kualiatas kerja. Pentingnya proses pembelajaran
kepada pegawai adalah untuk meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian
pegawai kepada organisasi dan masyarakat, meningkatkan keterampilan, melatih
mekanisme kerja dan kepekaan dalam melaksanakan tugas yang apabila
dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan akan menjadikan hal tesebut
sebuah budaya kerja yang positif. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada
Kantor Pemerintah telah memberikan pengaruh terhadap budaya kerja pegawai.
yaitu setelah pegawai mengikuti pelatihan dan pendidikan telah meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Pembelajaran pegawai tetap terus berlanjut dan dipupuk untuk dapat
menghasilkan budaya kerja yang sesuai dengan kebutuhan Kantor Pemerintah
tingkat kecamatan. Mengenai proses pembelajaran yang akan memberikan pengaruh
terhadap budaya kerja pegawai dengan meningkatkan kemampuan pegawai untuk
dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan di tingkat Kabupaten, ada juga sampai
pada tingkat provinsi. Contohnya diklat yang dilakukan itu seperti pelatihan
kepemimpinan, pelayanan prima untuk masyarakat dan masih banyak lagi.
6. Motivasi
Motivasi juga menjadi faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya
kerja pegawai Kantor Pemerintah Tingkat kecamatan. Motivasi-motivasi yang
diberikan akan membuat pegawai memahami keberadaan mereka sebagai
seorang pegawai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, pegawai bekerja
di Kantor Kecamatan memang tugas utamanya untuk dapat memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat, sehingga dengan motivasi tersebebut
mereka lebih meningkatkan budaya kerjanya. Selain itu dengan adanya motivasi
maka pegawai
lebih terdorong melaksakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.
Motivasi menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya
kerja sebab apabila pegawai telah diberikan motivasi atau dorongan maka mereka
akan lebih bersemangat dalam bekerja. Walaupun kita mengetahui bahwa
setiap pegawai memiliki motivasi berbeda dalam bekerja. Mengenai motivasi
sebagai salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya kerja di
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan disimpukan bahwa pemberian motivasi
kepada pegawai dapat memberikan pengaruh positif terhadap budaya kerja
pegawai Kantor Kecamatan sehingga dapat memberi pelayanan yang memuaskan
bagi masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Budaya kerja di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan yang terdiri dari
disiplin; keterbukaan informasi; saling menghargai; kerjasama antar pegawai
sudah berjalan dengan baik walaupun demikian dalam hal kedisiplinan pegawai
masih kurang maksimal.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja di Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan seperti Perilaku Pemimpin; Budaya Organisasi; Proses
Pembelajaran dan Motivasi telah memberikan pengaruh terhadap budaya kerja
di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan, sedangkan untuk Seleksi Pegawai;
Budaya Luar masih belum memberikan pengaruh budaya kerja yang ada di
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan.
B. Saran
1. Masih kurangnya disiplin terutama dalam hal kehadiran, jadi saran
penulis agar pegawai lebih bersungguh-sungguh dalam disiplin kerja,
pandangan masyarakat terhadap disiplin pegawai yang masih negatif
perlu diubah dengan kedisiplinan yang sesuai dengan peraturan yang belaku,
tentu sebagai pelayan masyarakat kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas
utama.
2 . Faktor-faktor yang belum dapat memberikan pengaruh terhadap budaya kerja
pegawai agar dievaluasi kembali seperti seleksi pegawai memang telah sesuai
prosedur hanya saja perlu mengkaji ulang dalam hal penempatan yang harus
sesuai dengan keahliannya; budaya luar tidak semuanya negatif sehingga
budaya positif perlu diterapkan oleh para pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Darodjat, Tubagus Achamd. 2015. Pentingnya Budaya Kerja Tinggi dan Kuat
Absolute. Bandung : PT. Refika Aditama.
Frinaldi, Aldri. 2011. “Analisis Budaya Kerja Disiplin Pegawai Negeri Sipil :
Studi Pada Beberapa Pemerintah Daerah Di Sumatera Barat”. Jurnal
Demokrasi, 10 (2) : 125-126.
Hasibuan, SP. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Hatalea, Amna; Sugeng Rusmiwari dan Akhirul Aminullah. 2014. “Budaya Kerja
Pegawai Negeri Sipil”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3 (2) : 6-10.