Anda di halaman 1dari 21

BUDAYA KERJA PEGAWAI (ASN) DI

KANTOR PEMERINTAH TINGKAT


KECAMATAN

MAKALAH

Oleh : Kelompok IV
(Empat)
1. Berlian Magdalena Hulu (NPM 2319596)
2. Animan Harefa (NPM 2319040)
3. Darnasyam Harefa (NPM 2319105)
4. Yarisman Gulo (NPM 2319536)
5. Farisman Jaya Zai (NPM 2319171)

Diajukan sebagai salah satu tugas pada pelaksanaan perkuliahan Semester V Sekaligus
Pengganti UTS Mata Kuliah Manajemen Lintas Budaya (Konsentrasi MSDM) Program
S1-Manajemen Tahun Akademik 2021/2022

Dosen Pengampu MK : Bpk SENTOSA WARUWU,S.IP.,M.AP

PROGRAM S1-MANAJEMEN STIE


PEMBANGUNAN NASIONAL
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
anugrahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BUDAYA
KERJA PEGAWAI (ASN) DI KANTOR TINGKAT KECAMATAN” dalam
memenuhi satu tugas pada pelaksanaan perkuliahan Semester V Sekaligus UTS Mata
Kuliah Manajemen Lintas Budaya (Konsentrasi MSDM) Program S1-Manajemen Tahun
Akademik 2021.
Walaupun dalam keadaan serba terbatas tanpa adanya hambatan apapun. Dalam
penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu kami berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini dan teman-teman
mahasiswa yang selalu memberikan dukungan sehingga makalah ini bisa disusun dengan
baik.
Kami berharap semoga makalah ini bias menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gunungsitoli, 13 November 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................…...2
C. Tujuan Makalah .......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Budaya Kerja ............................................................................3
B. Unsur-Unsur Budaya Kerja ......................................................................4
C. Nilai-Nilai Budaya Kerja ............................................................................4
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja ...................................5

BAB III PEMBAHASAN


A. Budaya Kerja Pegawai (ASN) di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan……...........................................................................................9
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja
di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan...................................................12

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................17
B. Saran ..................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara mengenai organisasi pemerintahan tentu hal pertama yang akan
terpikir oleh kita adalah mengenai budaya yang ada didalamnya, baik itu dari cara
bekerja, hubungan sesama pegawai atau dengan pemimpinnya, keramah tamahan
pegawai, keterbukaan dengan hal-hal baru dan sebagainya. Budaya di dalam instansi
merupakan cerminan nilai-nilai, norma-norma, perilaku dan sikap dari para
anggotanya yang kemudian menjadi sebuah pondasi kuat yang menggambarkan
bagaimana para pegawai dalam setiap aktivitas sehari-hari melaksanakan
kewajibannya, kegiatan yang dilaksanakan oleh para pegawai menjadi budaya kerja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya kerja merupakan suatu pemahaman, sikap,
perilaku, pola pikir, adat istiadat yang dianut diterapkan oleh para pegawainya
dalam melaksanakan pekerjaannya di dalam organisasi tempat ia bekerja.
Budaya kerja merupakan nilai-nilai dalam sebuah organisasi dimana nilai itu
akan menentukan kualitas pekerjaan para pegawainya, apabila para pegawai dapat
bekerja dengan menerapkan budaya kerja produktif atau budaya kerja positif
maka dapat dipastikan para pegawai dapat meningkatkan kemampuan kualitas
kerjanya dan pelayanan yang diberikan baik itu kepada instansi tempatnya bekerja
atau juga kepada masyarakat. Tetapi, selain budaya kerja positif terdapat juga
budaya kerja negatif yang dilaksanakan oleh para pegawai instansi pemerintah
maupun swasta. Salah satu contoh budaya kerja negatif di instansi pemerintah
yaitu masih banyaknya pegawai yang bermasalah dalam disiplin terutama dalam hal
kehadiran ataupun dalam penyelesaian tugas.
Pegawai pemerintah atau Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan roda
penggerak birokrasi dan juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat harus
dapat membentuk budaya kerja positif seperti melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien sehingga citra para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang selama ini
dianggap negatif di mata masyarakat karena sering bermasalah dengan
kehadiran dan semangat kerja yang rendah sehingga harus diperbaiki.
Budaya kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) yang rendah diakibatkan dari
kurangnya para pegawai
dalam memaknai tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat hanya
sebagai suatu pekerjaan rutin sehingga tidak menjiwai bahwa sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN) mereka adalah orang yang harusnya dapat memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat yang telah mempercayai mereka sebagai pengayom
masyarakat.
Mengenai budaya kerja seperti nilai-nilai didalam instansi merupakan cerminan
dari para pegawai, hal tersebut juga terdapat di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah :
1. Bagaimana budaya kerja Pegawai (ASN) di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja Pegawai (ASN) di
Kantor P e m e r i n t a h T i n g k a t Kecamatan?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui dan menganalisis budaya kerja Pegawai (ASN) di Kantor
Pemerintah di Tingkat Kecamatan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi budaya
kerja Pegawai (ASN) di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Budaya Kerja


Budaya kerja terdiri dari dua kata yaitu budaya dan kerja. Kata budaya
berasal dari bahasa sansekerta “budhayah” yang bentuk jamak dari buddhi atau akal,
dan budi-daya merupakan bentuk jamak yang artinya daya dari budi, sehingga
dapat dikatakan bahwa budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan
rasa. Sedangkan kebudayaan merupakan pengembangan dari budaya yaitu hasil
cipta, karsa dan rasa tersebut (Widagho, 2004:20). Budaya menurut
Koentijaraningrat (Frinaldi, 2011:125-126) memiliki arti bahwa dari kebiasaan
menjadi tindakan sehari-hari, sistem gagasan dan rasa, tindakan dan hasil karya yang
melekat pada diri manusia yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan
bermasyarakat.
Sedangkan arti kata kerja menurut Hasibuan (2000:47) adalah pengorbanan
jasmani, pikiran dan jasa untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan
memperoleh imbalan prestasi tertentu. Dari pengertian budaya dan kerja diatas dapat
dikatakan Budaya adalah sebuah kebiasaan yang kita lakukan yang terus menerus
sehingga tertanam kuat dalam kehidupan baik itu individu maupun masyarakat,
sedangkan Kerja adalah aktivitas dalam mencapai tujuan tertentu. Setelah
mengetahui pengertian budaya dan kerja maka para ahli memberikan defenisi
tentang budaya kerja. Darodjat (2015:28) mengatakan “Budaya Kerja adalah
merupakan kebiasaan bekerja sehingga menjadi budaya dari individu atau
kelompok yang tercermin dari perilaku dalam bekerja sehingga otomatis
tertatam di dalam diri mereka sendiri”.
Melihat penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa budaya memiliki peran
penting dalam mendukung keberhasilan satuan kerja. Hal tersebut sesuai dengan
tujuan fundamental budaya yaitu untuk membangun secara keseluruhan sumber
daya manusia yang ada sehingga setiap orang sadar bahwa mereka memiliki peran
sebagai pelanggan dan pemasok dalam berkomunikasi dengan orang lain secara
efektif dan efisien serta menggembirakan (Triguno, 2004:6).
B. Unsur-Unsur Budaya Kerja
Seperti yang telah kita ketahui bahwa budaya kerja merupakan nilai-
nilai yang terdapat dalam suatu masyarakat yang telah diubah sedemikian rupa
menjadi nilai-nilai baru yang menjadi sikap dan perilaku manajemen yang
diterapkan dapat menghadapi tantangan baru. Budaya kerja muncul dengan
melibatkan semua sumber daya manusia melalui upaya sungguh-sungguh dan
proses yang terkendali. Melalui proses yang panjang kebiasaan akan menjadi
budaya kerja sebab nilai-nilai lama akan berubah menjadi nilai-nilai baru dalam
waktu tertentu dan secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan perbaikan.
Budaya kerja memiliki unsur-unsur tertentu, menurut Ndraha (2005:209)
unsur –unsur tersebut adalah sebagai berikut ini :
1. Anggapan dasar tentang kerja
Anggapan dasar tentang kerja terbentuk melalui kostruksi silongistik sedangkan
premisnya pengalaman hidup empiric dan kesimpulan.
2. Sikap terhadap pekerjaan
Sikap adalah kecenderungan jiwa terhadap sesuatu. Hal tersebut juga
dirasakan manusia dalam bekerja, bagaimana ia akan menyikapi pekerjaan yang
di hadapinya apakah menerimanya atau menolaknya secara keras.
3. Perilaku ketika bekerja
Perilaku dalam bekerja merupakan hasil dari sikap seseorang terhadap pekerjaan
yang di hadapinya sehingga menunjukkan bagaimanan cara ia bekerja.
4. Lingkungan kerja dan alat kerja
Lingkungan kerja yang nyaman dan mampu memanfaatkan teknologi saat
bekerja akan membuat pekerjaan menjadi produktif, efektif dan efisien.
5. Etos kerja
Etos kerja sangat erat kaitannya dengan budaya kerja karena etos kerja adalah
semangat fundamental budaya, semangat tersebut di tunjukkan melalui
kepercayaan, kebiasaan atau perilaku suatu kelompok masyarakat.

C. Nilai-Nilai Budaya Kerja


Nilai-nilai budaya adalah nilai yang telah disepakati bersama oleh
para anggota di dalam sebuah organisasi sehingga mengakar menjadi sebuah
suatu kepercayaan, kebiasaan dan simbol dengan karakteristik tertentu
sehingga membedakannya dengan yang lain sebagai sebuah acuan
perilaku dari
anggotanya. Budaya kerja terbentuk dari nilai-nilai dalam organisasi tersebut.
Menurut Darodjat (2015:31), adapun cakupan makna setiap nilai budaya kerja antara
lain menumbuhkan :
1. Disiplin.
Artinya setiap perilaku anggotanya harus selalu berlandaskan peraturan
atau norma yang berlaku. Disiplin yang dimaksud disini seperti ketaatan dalam
mematuhi peraturan, waktu kerja, prosedur serta interaksi dengan rekan
kerja dan lain-lain.
2. Keterbukaan.
Artinya setiap anggota harus siap dalam memberikan dan menerima informasi
benar baik itu dari organisasi maupun dari luar untuk dapat mencapai
kepentingan perusahaan.
3. Saling menghargai.
Saling menghargai ditunjukkan melalui perilaku yang memberikan
penghargaan kepada semua anggota organisasi baik sesama mitra maupun
terhadap atasan serta tugas yang diemban.
4. Kerjasama.
Menerima dan memberikan kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja akan
mempermudah dalam pencapaian sasaran dan target organisasi.
Suksesnya sebuah organisasi bermula dari disiplin dengan menerapkan
nilai- nilai inti organisasi. Penerapan budaya kerja memiliki arti penting karena akan
memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku anggotanya dalam mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi untuk dapat menghadapi tantangan di masa
depan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa manfaat dari budaya kerja adalah
upaya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, kualitas dan kuantitas hasil
kerja sesuai dengan yang diharapkan.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya


Kerja
Darodjat (2015:33) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi budaya kerja adalah sebagai berikut :
1. Perilaku Pemimpin
Seorang pemimpin harus memberikan tindakan nyata yang akan menjadi
cermin penting bagi para pegawai. Pemimpin sebagai seorang yang
memberikan pengaruh besar dan menjadi patokan harus dapat menunjukkan
bahwa setiap ucapannya harus selaras dengan tindakannya sebab para
pegawai akan menjadikannya sebagai panutan dalam bekerja. Selain itu,
kemampuan dalam memimpin para pegawainya harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Kepemimpinan pimpinan akan menentukan pencapaian tujuan
organisasi sebab dengan adanya pengaruh kekuasaanya dapat mengarahkan
aktivitas para pegawai. Menurut Wibowo (2013:308) bahwa seorang pemimpin
juga harus memilki sifat yang paling penting dalam memimpin yaitu :
a. Motivasi untuk mempengaruhi orang lain merupakan salah satu
keinginan untuk menjadi pemimpin
b. Memiliki semangat tingkat tinggi yang ditandai oleh energi,
pertimbangan, kekuatan keinginan dan kepemilikan
c. Perasaan Etika, kejujuran, dan kebenaran merupakan integrasi personal
yang harus ditunjukkan oleh pemimpin
d. Pemimpin harus percaya diri yang ditunjuk melalui optimisme,
keyakinan dan efikasi
2. Seleksi Para Pekerja
Penempatan pegawai pada posisi yang tepat akan menumbuh kembangkan
rasa memiliki dari para pegawai. Seleksi para pekerja menurut Irawan
(Yullyanti, 2009: 132) yaitu proses yang dilakukan untuk mendapatkan
tenaga yang berkualitas guna bekerja pada organisasi atau instansi. Untuk
memutuskan pelamar mana yang akan diterima melalui proses melamar
pekerjaan sampai pada keputusan penerimaan maka dilakukan proses seleksi.
Pada proses seleksi pegawai dilakukan sebenarnya tidak hanya berfokus pada
penerimaan karyawan baru saja, tetapi juga untuk pengembangan atau
penerimaan karena adanya peluang jabatan.
3. Budaya Organisasi
Budaya kerja sejak lama telah dibangun oleh setiap organisasi. Awal dari
budaya organisasi yaitu dari kebiasaan saat ini, tradisi dan cara umum untuk
melaksanakan pekerjaan dan keyakinan para anggotanya. Dalam budaya
organisasi terdapat pola-pola budaya seperti nilai yaitu kode etik
yang dipercayai didalam organisasi. Nilai menunjukkan kepada kita
tentang bagaimana kita sekarang dan akan datang; Norma yaitu konsep tentang
perilaku rata-rata (averange behevior), tipikal atau perilaku yang sering muncul
atau apa
yang secara aktual dilakukan orang serta norma ideal (ideal norm) harapan dari
semua orang dalam menunjukkan aturan atau standar perilaku di suatu siuasi
tertentu atau yang berlaku secara umum; Kepercayaan merupakan upaya dalam
menerima sebuah kebenaran tentang sesuatu yang dipelajari. Penerimaan nilai-
nilai merupakan dasar dari kepercayaan sehingga menjadi pusat dari tindakan
yang menunjukkan bagaimana berperilaku; dan bahasa sebagai simbol yang
mewakili sesuatu karena kata-kata dapat kita artikan sebagai simbol karena
kata-kata merupakan wakil dari suatu objek, peristiwa, atau hal lain apapun.
4. Budaya Luar
Budaya luar organisasi dapat memberikan pengaruh seperti komunitas
budaya luar yang mengelilinginya. Politik, ekonomi, sosial, kebudayaan,
teknologi, dll dapat memberikan pengaruh terhadap budaya organisasi. Pengaruh
budaya luar ini tidak hanya mempengaruhi organisasi tertentu tetapi juga
terhadap semua organisasi yang ada di masyarakat. Seperti politik akan
memberikan dampak terhadap organisasi karena berhubungan dengan
pemerintahan, hukum juga akan memberikan dampak terhadap organisasi
kerena harus menaati hukum yang berlaku.
5. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pegawai harus tetap berlanjut. Agar mengahasilkan budaya
kerja yang sesuai, pengembangan keahlian dan pengetahuan sangat dibutuhkan
oleh para pegawai. Pembelajaran menurut McShane (2010:82) merupakan suatu
perubahan dalam perilaku yang relatif permanen (atau kecenderungan perilaku)
yang terjadi sebagai hasil dari interaksi seorang secara berkelanjutan dengan
lingkungan, pengalaman dan pelatihan. Pentingnya pembelajaran dan pelatihan
bagi para pegawai menurut Fatoni (Nurmayanti, 2015:2) adalah untuk dapat
meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada organisasi
masyarakat; melatih dan meningktakan mekanisme kerja dan kepekaan dalam
melaksankan tugas; meningkatkan mutu dan kemampuan, serta keterampilan
baik dalam melaksanakan tugasnya maupun kepemimpinannya; melatih dan
meningkatkan kerja dalam perencanaan; dan meningkatkan ilmu pengetahuan
dan keterampilan kerja.
6. Motivasi
Motivasi adalah dorongan atau keinginan untuk bertindak. Para pegawai
membutuhkan dorongan untuk turut memecahakan masalah organisasi lebih
inovatif. Setiap pegawai memiliki motivasi yang berbeda dalam bekerja
sehingga seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi para pegawainya agar
menyelaraskan motivasi pegawai dengan kebutuhan organisasi. Pendorong
motivasi pegawai tentu berbeda-beda seperti yang dijelaskan oleh Newstrom
(Wibowo, 2015:112-113) dari penelitian McClelland menyatakan bahwa
pendorong motivasi bersumber dari
a. Motivasi berprestasi (Achievement Motivation) adalah dorongan untuk
mengejar dan mencapai tujuan menantang yang ada pada setiap
individu. Motivasi ini akan memberikan harapan kepada individu untuk
mencapai sasaran dan menaiki anak tangga keberhasilan.
b. Motivasi berafiliasi (Affiliation Motuvation) merupakan suatu motivasi
dalam memberikan dorongan untuk kepada setiap individu untuk
berhubungan dengan orang atas dasar sosial, bekerja dengan orang yang
cocok dan berpengalaman dengan perasaan sebagai komunitas.
c. Motivasi akan kekuasaan (Power Motibation) merupakan suatu dorongan
untuk dapat memengaruhi orang, mengubah situasi dan melakukan
pengawasan. Orang yang termotivasi atas dasar kekuasaan
mengharapkan akan menciptakan dampak pada organisasi dan bersedia
mengambil resiko dengan melakukannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Budaya Kerja Organisasi adalah nilai,
norma, atau suatu keseluruhan dari pola perilaku anggotanya dalam menjalankan
suatu pekerjaan dan dipengaruhi dari berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari
luar organisasi tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Budaya Kerja Pegawai (ASN) di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan


Seperti yang telah dijelaskan bahwa budaya kerja tidak akan terlepas
dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya, karena pada hakikatnya nilai-nilai
tersebut yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku para pegawai sehingga
membentuk budaya kerja. Perilaku tersebut akan dilaksanakan setiap hari oleh
para pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya dalam organisasi, termasuk di
Kantor Kecamatan Alasa. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa
nilai-nilai yang terkandung didalam budaya kerja Aparatur Sipil Negara yang ada di
Kantor Pemerintah adalah sebagai berikut ini :
1. Disiplin
Secara umum disiplin dapat dikatakan sebagai perilaku yang taat dan patuh
terdap nilai-nilai yang berlaku dalam sebuah organisasi dimana para
anggotanya harus mematuhinya dan merupakan tanggungjawab dari setiap anggota
organisasi untuk dapat mematuhinya. Pentingnya disiplin adalah untuk dapat
membuat semua tugas yang harus diselesaikan tepat waktu, meningkatkan
kinerja pegawai dan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada pegawai untuk
dapat mencapai tujuan dari organisasi. Mengenai budaya kerja yang berhubungan
dengan disiplin Aparatur Sipil Negara di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan
didapatkan informasi dari seorang pegawai (ASN) Kantor Kecamatan bahwa
“Sebagai seorang pegawai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat,
tentu para pegawai harus disiplin, baik itu dalam kehadiran maupun tugas-tugas
yang menjadi kewajibannya harus diselesaikan tepat waktu, masalah kehadiran
pegawai juga tidak biasa mengatakan bahwa semua atau 100% pegawai datang
tepat waktu pasti ada satu, dua, atau tiga orang yang melanggar peraturan dan
biasanya pegawai tersebut akan tegur. Megenai tugas yang menjadi kewajiban
para pegawai tentu saja harus diselesaikan tepat waktu, karena itu tugas
mereka sebagai seorang pegawai kantor camat dan juga sebagai seorang
penggerak roda pemerintahan serta sebagai pelayan masyarakat, jika tidak
dilaksanakan pasti akan menimbulkan tugas yang menumpuk. Dengan berbagai
alasan terutama ibu-ibu yang harus
mengerjakan pekerjaan rumah dulu, jarak tempat tinggal dan kantor yang jauh
juga menjadi sebab banyak pegawai yang terlambat, soal keterlambatan itu
memang tidak semua pegawai hanya ibu-ibu aja yang kebanyakan, mengenai
tugas pasti kami para pegawai menyelesaikannya dengan cepat, dan ada juga
pegawai pergi ketika jam kerja dan pulang hanya untuk absen saja”
Melihat kembali makna sebuah disiplin dalam budaya kerja bahwa disiplin itu
merupakaan perilaku yang senantiasa berpijak kepada peraturan dan norma yang
berlaku di dalam organisasi atau yang berlaku di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan. Tetapi berdasarkan informasi dari para informan kebanyakan disiplin
yang dibahas dan yang masih dikeluhkan pada para pegawai Kantor Pemerintah
adalah mengenai ketepatan dalam kehadiran.
Dapat disimpulkan bahwa budaya kerja Aparatur Sipil Negara di Kantor
Pemerintah Tingkat Kecamatan masih kurang maksimal sebagaimana yang
diharapkan.

2. Keterbukaan
Keterbukaan menjadi salah satu nilai dari sebuah budaya kerja yang ada
didalam organisasi. Keterbukaan menjadi sebuah landasan yang harus dimiliki
semua organisasi hal tersebut penting karena dengan adanya keterbukaan maka
tujuan dari organisasi dapat tercapai. Didalam organisasi terdapat unit-unit
yang memiliki tugas dan fungsinya masing-masing dan memiliki perannya
tersendiri, apabila tidak ada keterbukaan dalam menerima atau memberikan
informasi kepada para pegawai atau antar unit atau seksi maka dapat dipastikan
terjadinya kekacauan akibat kesalahpahaman yang ada akhirnya tujuan tidak akan
pernah tercapai, oleh sebab itu keterbukaan informasi menjadi sangat
penting dan menjadi nilai dari sebuah organisasi. Keterbukaan informasi
sudah dapat dijalankan dengan baik di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan,
baik penyampaian secara langsung/ Rapat/ Pertemuan, papan pengumuman
maupun melalui Grup WA/ Telegram Kantor.
Sesuai dengan informasi yang didapat dari para informan dimana mereka telah
memberikan penilaiannya masing- masing terhadap keterbukaan informasi di Kantor
Pemerintah Tingkat Kecamatan telah dilaksanakan dengan baik dan maksimal.
3. Saling Menghargai
Saling menghargai satu sama lain diantara pegawai ataupun menghargai
masyarakat yang datang dalam hal kepentingan tertentu di Kantor Kecamatan
merupakan sebuah nilai budaya yang dapat menggambarkan perilaku budaya
kerja di kantor tersebut. Saling menghargai merupakan nilai budaya
yang nenunjukkan pegawai saat memberikan penghargaan kepada rekan kerjanya
dalam tanggungjawab penyelesaian tugas. Selain itu saling menghargai juga adalah
sikap perilaku yang harus ditunjukkan oleh seluruh pegawai untuk dapat menerima
perbedaan diantara mereka karena perbedaan latar belakang setiap pegawai berbeda-
beda, serta tidak ada anggapan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Saling
menghargai sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerintahan di Kantor
Kecamatan Alasa.
Pentingnya menghargai rekan kerja akan dapat mempererat
hubungan diantara sesama rekan kerja yang tentu saja akan
berdampak terhadap kualitas kerja yang dihasilkan. Dapat disimpulkan bahwa
saling menghargai di Kantor Kecamatan Alasa telah terlaksana dengan baik.
Saling menghargai telah dijalankan baik itu diantara para pegawai dan juga
masyarakat yang datang untuk mengurus kepentingan di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan.

4. Kerjasama
Sebagai makhluk sosial manusia perlu melakukan interaksi dengan
lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk lainnya. Aktivitas
yang dilakukan sehari-hari selalu membutuhkan kehadiran orang lain atau bahkan
harus bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Hal tersebut juga
berlaku dalam instansi pemerintah seperti Kantor Kecamatan. Kerjasama yang
dilakukan merupakan sebuah usaha diantara para pegawai baik perorangan maupun
kelompok diantara kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kerja secara
bersama-sama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lebih baik
lagi. Nilai-nilai budaya kerja salah satunya adalah kerjasama yang dilakukan oleh
seluruh pegawai Kantor Pemerintah di Tingkat Kecamatan, dengan adanya
kerjasama dalam kesediaan para pegawai untuk memberikan dan menerima
kontribusi dari dan atau kepada mitranya sebagai sesama pegawai untuk dapat
mencapai target dan sasaran dari Kantor Kecamatan.
Kerjasama adalah keinginan untuk dapat bekerjasama dengan orang lain
secara kooperatif dan bukan menjadi ajang untuk berkompetisi diantara pegawai
tetapi bersama-sama untuk bertanggungjawab dalam menyelesaikan pekerjaan.
Kerjasama dalam tim pada hakikatnya dapat membentuk kepercayaan diantara
para pegawai Kantor, semakin tinggi rasa percaya mereka terhadap rekan kerjanya
maka dapat dipastikan kerjasama yang dilakukan juga akan semakin lebih baik dan
juga akan menghasilkan sebuah sinergi yang positif melalui koordinasi yang baik.
Kerjasama akan membuat pegawai bersedia untuk memberikan dan menerima
kontribusi dari dan atau kepada rekan kerjanya dalam mencapai sasaran dan
target dari organisasi mereka bekerja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kerjasama tim merupakan cara paling ampuh ataupun paling efektif untuk
menyatukan seluruh pegawai yang ada di Kantor Kecamatan. Berbagai
informasi yang didapatkan dari para informan serta informasi tersebut telah
sesuai dengan makna nilai budaya kerja dalam hal kerjasama antar pegawai
memberikan gambaran bahwa kerjasama di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan telah berjalan demgan baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Kerja Pegawai (ASN) di


Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan.
Budaya kerja merupakan turunan dari budaya organisasi, dimana budaya
organisasi tersebut adalah sitem nilai yang terkandung didalam instansi tersebut
dalam menjalankan fungsinya sebagai sebuah instansi pemerintah. Hal paling
penting dalam memberikan pengaruh budaya kerja adalah kepercayaan dan
juga sikap pegawai yang ada didalamnya apakah akan menghasilkan budaya
positif atau negatif. Budaya kerja yang positif tentu akan meningkatkan
produktifitas kerja para pegawainya sedangkan budaya kerja negatif akan
memberikan pengaruh yang sebaliknya berupa hambatan efektivitas bagi seluruh
pegawai. Untuk dapat menciptakan budaya kerja itu sendiri tentu dipengaruhi oleh
faktor- faktor tertentu seperti yang telah dijelaskan pada kajian pustaka bahwa
budaya kerja dapat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan, seleksi para pegawai,
budaya organisasi itu sendiri, budaya dari luar, proses pembelajaran pegawai
dan motivasi yang didapatkan oleh pegawai.
1. Perilaku Pemimpin
Keberhasilan suatu organisasimtentu tidak lepas dari cara pemimpin dalam
memberikan arahan dan motivasi kepada bawahannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
kinerja yang diberikan oleh pegawai dapat memberikan dampak terhadap
keberhasilan organisasi tersebut.
Seorang pemimpin yang mencerminkan tindakan yang baik tentu pegawai akan
merasa segan dan menghormatinya tetapi apabila tindakan yang dilakukan seorang
pemimpin lebih kearah negatif maka hal tersebut juga akan mengurangi rasa hormat
pegawai kepada pemimpinnya. Budaya kental daerah yang juga masih
dipertahankan oleh para pegawai Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan
membuat pimpinan harus menjadi lebih berhati-hati untuk tidak dapat menyinggung
atau merendahkannya. Oleh karena kepemimpinan akan sangat mempengaruhi
budaya organisasi dan juga budaya kerja pegawainya.
Mengenai kepemimpinan yang dapat mempengaruhi budaya kerja pegawai di
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan, Camat selaku Pemimpin harus selalu
berupaya memberikan yang terbaik kepada para pegawainya agar para pegawai
selalu royal kepada atasan dan juga melakukan pendekatan- pendekatan secara
kekeluargaan tumbuh saling menghargai dan kenyamanan dalam berkerja.
Selalu hadir tepat waktu dari pada pegawai lainnya. Sehingga perilaku tersebut akan
memberikan sebuah motivasi kepada pegawai untuk dapat hadir tepat waktu dalam
bekerja.
2. Seleksi Pegawai
Faktor selanjutnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap budaya kerja
pegawai Kantor Pemerintah adalah seleksi pegawai. Pentingnya seleksi pegawai
adalah untuk memperoleh pegawai yang memiliki kualitas yang terbaik. Proses
seleksi dilakukan untuk dapat memilih pegawai-pegawai yang paling memenuhi
kriteria untuk mengisi posisi yang tersedia dengan harapan mereka dapat
memberikan konstribusinya untuk dapat mencapai tujuan instansi mereka bekerja.
Selain untuk dapat memperoleh pegawai yang berkualitas, seleksi pegawai
juga akan memberikan pengaruh terhadap budaya kerja. Seperti perekrutan pegawai
pada jabatan tertentu harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang
dimilikinya agar ketika pegawai tersebut bekerja lebih produktif karena memang dia
ditempatkan sesuai dengan kemampuannya.
Budaya kerja yang dipengaruhi oleh seleksi pegawai di Kantor
Kecamatan telah sesuai dengan prosesdur yang berlaku, baik Sistematis perekrutan
pegawai itu sudah sesuai dengan peraturan dari Pemerintah Kabupaten. Jika pegawai
sudah lulus dalam proses perekrutan maka pegawai tersebut dapat ditempatkan
di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan sesuai dengan Surat Keputusan (SK)
yang telah ditetapkan.

3. Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah nilai, norma, pola pikir dan perilaku yang
dilaksanakan pegawai pada setiap aktifitasnya sehari-hari dalam bekerja.
Kebiasaan yang dilakukan oleh para pegawai secara terus menerus dan lama
kelamaan menjadikan sebuah budaya kerja yang tertanam secara kuat. Budaya
organisasi dapat memberikan pengaruh terhadap budaya kerja organisasi. Perilaku
pegawai akan memberikan hasil yang sangat signifikan terhadap kualiatas pekerjaan
dan pelayan yang diberikan terhadap masyarakat masih sangat kental dengan budaya
setempat sehingga memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai seperti dalam
satu bulan ada satu hari dimana masyarakat setempat melakukan acara adat maka
pada hari acara tersebut maka banyaknya pegawai yang tidak masuk kerja
karena lebih memilih menghadiri acara tersebut daripada masuk kerja. Hal
lainnya mengenai pengaruh budaya organisasi di Kantor Pemerintah Tingkat
Kecamatan yang telah lama adalah seperti penjelasan dari masyarakat yang
mengeluhkan bahwa budaya yang masih banyak harus diperbaiki adalah budaya
disiplin. Budaya organisasi yang ada ini disebutkan adalah pengaruh yang negatif
berupa kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh Pegawai kantor
Pemerintah kepada masyarakat dan juga kurang disiplinnya pegawai dalam hal
kehadiran kerja.

4. Budaya Luar
Budaya luar adalah budaya yang bukan dari dalam organisasi itu sendiri,
budaya luar bisa jadi budaya orang lain seperti budaya daerah lain, budaya
dari luar organisasi tersebut atau bahkan budaya dari luar negeri yang dapat
memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap budaya yang ada didalam
organisasi. Budaya yang ada di Kantor Pemerintah tingkat Kecamatan dapat
dipengaruhi oleh budaya luar yang mengelilinginya. Hal tersebut bisa terjadi dari
interaksi para pegawai Kantor dengan pegawai Kantor Kecamatan lainnya, atau
bisa juga kebiasaan-kebiasaan pegawai di dalam keluarganya terbawa ke
lingkungan kerjanya.
Mengenai budaya luar yang menjadi faktor pengaruh dalam budaya kerja pegawai
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan adalah “Budaya luar tidak begitu
memberikan pengaruh terhadap budaya kerja yang ada di Kantor,
dikarenakan budaya setempat masih kental dirasakan misalnya melayani masyarakat
masih menggunakan Bahasa Daerah untuk memudahkan komunikasi dalam
pelayanan.

5. Proses Pembelajaran
Untuk menghasilkan budaya kerja yang sesuai maka para pegawai
membutuhkan pengembangan keahlian dan pengetahuan melalui proses
pembelajaran. Dengan adanya proses pembelajaran pegawai diharapkan dapat
memberikan pengaruh kepada kualiatas kerja. Pentingnya proses pembelajaran
kepada pegawai adalah untuk meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian
pegawai kepada organisasi dan masyarakat, meningkatkan keterampilan, melatih
mekanisme kerja dan kepekaan dalam melaksanakan tugas yang apabila
dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan akan menjadikan hal tesebut
sebuah budaya kerja yang positif. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada
Kantor Pemerintah telah memberikan pengaruh terhadap budaya kerja pegawai.
yaitu setelah pegawai mengikuti pelatihan dan pendidikan telah meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Pembelajaran pegawai tetap terus berlanjut dan dipupuk untuk dapat
menghasilkan budaya kerja yang sesuai dengan kebutuhan Kantor Pemerintah
tingkat kecamatan. Mengenai proses pembelajaran yang akan memberikan pengaruh
terhadap budaya kerja pegawai dengan meningkatkan kemampuan pegawai untuk
dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan di tingkat Kabupaten, ada juga sampai
pada tingkat provinsi. Contohnya diklat yang dilakukan itu seperti pelatihan
kepemimpinan, pelayanan prima untuk masyarakat dan masih banyak lagi.

6. Motivasi
Motivasi juga menjadi faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya
kerja pegawai Kantor Pemerintah Tingkat kecamatan. Motivasi-motivasi yang
diberikan akan membuat pegawai memahami keberadaan mereka sebagai
seorang pegawai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, pegawai bekerja
di Kantor Kecamatan memang tugas utamanya untuk dapat memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat, sehingga dengan motivasi tersebebut
mereka lebih meningkatkan budaya kerjanya. Selain itu dengan adanya motivasi
maka pegawai
lebih terdorong melaksakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh.
Motivasi menjadi salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya
kerja sebab apabila pegawai telah diberikan motivasi atau dorongan maka mereka
akan lebih bersemangat dalam bekerja. Walaupun kita mengetahui bahwa
setiap pegawai memiliki motivasi berbeda dalam bekerja. Mengenai motivasi
sebagai salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap budaya kerja di
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan disimpukan bahwa pemberian motivasi
kepada pegawai dapat memberikan pengaruh positif terhadap budaya kerja
pegawai Kantor Kecamatan sehingga dapat memberi pelayanan yang memuaskan
bagi masyarakat.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Budaya kerja di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan yang terdiri dari
disiplin; keterbukaan informasi; saling menghargai; kerjasama antar pegawai
sudah berjalan dengan baik walaupun demikian dalam hal kedisiplinan pegawai
masih kurang maksimal.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi budaya kerja di Kantor Pemerintah
Tingkat Kecamatan seperti Perilaku Pemimpin; Budaya Organisasi; Proses
Pembelajaran dan Motivasi telah memberikan pengaruh terhadap budaya kerja
di Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan, sedangkan untuk Seleksi Pegawai;
Budaya Luar masih belum memberikan pengaruh budaya kerja yang ada di
Kantor Pemerintah Tingkat Kecamatan.

B. Saran
1. Masih kurangnya disiplin terutama dalam hal kehadiran, jadi saran
penulis agar pegawai lebih bersungguh-sungguh dalam disiplin kerja,
pandangan masyarakat terhadap disiplin pegawai yang masih negatif
perlu diubah dengan kedisiplinan yang sesuai dengan peraturan yang belaku,
tentu sebagai pelayan masyarakat kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas
utama.
2 . Faktor-faktor yang belum dapat memberikan pengaruh terhadap budaya kerja
pegawai agar dievaluasi kembali seperti seleksi pegawai memang telah sesuai
prosedur hanya saja perlu mengkaji ulang dalam hal penempatan yang harus
sesuai dengan keahliannya; budaya luar tidak semuanya negatif sehingga
budaya positif perlu diterapkan oleh para pegawai.
DAFTAR PUSTAKA

Darodjat, Tubagus Achamd. 2015. Pentingnya Budaya Kerja Tinggi dan Kuat
Absolute. Bandung : PT. Refika Aditama.
Frinaldi, Aldri. 2011. “Analisis Budaya Kerja Disiplin Pegawai Negeri Sipil :
Studi Pada Beberapa Pemerintah Daerah Di Sumatera Barat”. Jurnal
Demokrasi, 10 (2) : 125-126.
Hasibuan, SP. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Hatalea, Amna; Sugeng Rusmiwari dan Akhirul Aminullah. 2014. “Budaya Kerja
Pegawai Negeri Sipil”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3 (2) : 6-10.

Anda mungkin juga menyukai