Identifikasi Dermatofitosis
Identifikasi Dermatofitosis
(DERMATOFITOSIS)
LAPORAN PRAKTIKUM
DISUSUN OLEH :
i
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................i
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C. TUJUAN PRAKTIKUM......................................................................................................2
D. MANFAAT PEMERIKSAAN.............................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................4
A. Onikomikosis.....................................................................................................................4
B. PEMERIKSAAN ONIKOMIKOSIS...................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................8
METODOLOGI PEMERIKSAAN......................................................................................................8
A. MOTODE PEMERIKSAAN...............................................................................................8
B. POPULASI DAN SAMPEL................................................................................................9
C. ALAT DAN BAHAN...........................................................................................................9
D. CARA KERJA.....................................................................................................................9
E. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM...............................................................................10
BAB IV...............................................................................................................................................11
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN.............................................................................11
A. HASIL PENGAMATAN....................................................................................................11
B. PEMBAHASAN.................................................................................................................12
BAB V................................................................................................................................................14
KESIMPULAN...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
LAMPIRAN........................................................................................................................................17
lampiran 1. alat dan bahan..........................................................................................................17
lampiran 2. kegiatan praktikum..................................................................................................17
lampiran 3. hasil praktikum.........................................................................................................18
iii
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi oleh jamur hingga saat ini masih cukup banyak terjadi
di masyarakat. Resiko infeksi jamur tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim
Indonesia yang memiliki tingkat humiditas tinggi. Di samping itu kondisi sosial
ekonomi yang belum merata juga berpengaruh terhadap hygiene personal
masyarakat yang berkorelasi terhadap angka kejadian infeksi (Hermawan,
2000). Infeksi oleh jamur yang hingga saat ini kurang disadari oleh
masyarakat adalah infeksi yang terjadi pada kuku atau dikenal dengan
onychomycosis (Setianingsih et al., 2019). Penyakit ini dapat terjadi pada
beberapa bagian kuku seperti matriks, nail bed atau nail plate yang
mengakibatkan rasa nyeri, tidak nyaman dan tampilan kuku yang kurang baik
(Rohmah & Bariyah, 2015).
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PRAKTIKUM
D. MANFAAT PEMERIKSAAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Onikomikosis
1. Definisi
Onikomikosis adalah infeksi jamur pada kuku yang disebabkan oleh
dermatofita, nondermatofita atau yeast. Secara klinis, onikomikosis dibagi
menjadi 3 bentuk yaitu: onikomikosis subungual distolateral, onikomikosis
subungual proksimal, dan onikomikosis superfisial putih (Schieke & Garg,
2012)
2. Epidemiologi
Onikomikosis merupakan penyakit kuku yang paling sering dijumpai,
dan dapat menyebabkan onikodistrofi pada 50% kasus (Schieke & Garg,
2012). Onikomikosis mengenai 14% populasi. Penyakit ini merupakan
infeksi yang terkait usia, lebih sering dijumpai pada orang dewasa
dibandingkan dengan anak-anak, diperkirakan 15-20% atau lebih pasien
onikomikosis berusia diantara 40 sampai 60 tahun. Onikomikosis dapat
mengenai semua ras.
Faktor resiko untuk onikomikosis adalah usia, genetik, imunosupresi,
pekerjaan, trauma kuku berulang, status kesehatan yang buruk, diabetes
mellitus dan kelainan pembuluh darah perifer (Schieke & Garg, 2012).
Prevalensi penyakit ini juga meningkat dikarenakan menggunakan sepatu
yang ketat, dan obat-obat immunosupresi Kuku kaki kira-kira tujuh kali
lebih sering terserang daripada kuku tangan dikarenakan laju
pertumbuhan kuku kaki tiga kali lebih lambat (Szepietowski et al., 2007)
3. Etiologi
4
5
B. PEMERIKSAAN ONIKOMIKOSIS
a) Pemeriksaan penunjang
Beberapa metode pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis
onikomikosis antara lain pemeriksaan mikroskopis kerokan kuku
dengan KOH 20%, pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan PAS
(Periodic Acid Schiff), pemeriksaan mikroskopik imunofloresensi
dengan pewarnaan calcoflour, pemeriksaan PCR (Polymerase Chain
Reaction) dan kultur jamur. Pemeriksaan yang biasanya tersedia pada
praktik klinis adalah pemeriksaan KOH 20%, metode pewarnaan PAS
dan kultur jamur. (Singal & Khanna, 2011)
6
b) Mikroskopi langsung
Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan kalium hidroksida (KOH)
murah dan mudah dilaksanakan, namun memiliki keterbatasan.
Sebelum diperiksa dibawah mikroskop, spesimen dilunakkan dan
dijernihkan dengan larutan KOH 20-30%. Dimetil sulfoksida (DMSO)
40 % juga dapat dipakai untuk melunakkan kuku (Ahmad et al., 2010).
c) Kultur jamur
Kultur jamur merupakan pemeriksaan baku emas untuk infeksi jamur.
Kegagalan pertumbuhan jamur pada medium ditemukan bila pasien
telah mendapat terapi topikal atau sistemik.(Kaur et al., 2008)
Kegagalan tumbuh ini juga lebih banyak pada bahan kuku dibanding
kulit karena kebanyakan bahan diambil dari distal kuku dimana
kebanyakan jamur sudah tua dan mati. Oleh karena itu dianjurkan
untuk mengikut sertakan bahan kulit atau potongan kuku untuk
pembiakan jamur. Spesimen yang dikumpulkan dicawan petri diambil
dengan sengkelit yang telah disterilkan diatas api Bunsen. Kemudian
bahan kuku ditanam pada media agar (Kaur et al., 2008).
d) Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan jika hasil pemeriksaan mikroskopi
langsung dan kultur jamur meragukan. Dengan pemeriksaan
histopatologi dapat ditentukan apakah jamur tersebut invasif pada
lempeng kuku atau daerah subungual disamping itu kedalaman
penetrasi jamur dapat dilihat (Alkhayat et al., 2009).
e) Pemeriksaan PCR
PCR adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara invitro.
Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Karry Mullis pada tahun
1985. Beberapa tahun yang lalu metode molekular ini telah dilakukan
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi dermatofita secara langsung
dari kulit, rambut dan kuku (Shemer et al., 2009). Pada penelitian oleh
Lubis ditemukan bahwa pemeriksaan PCR-restriction fragment length
7
f) Diagnosis banding
Onikomikosis didiagnosis banding dengan psoriasis dan liken planus.
Pada sebagian kasus dapat didiagnosis banding dengan darier-white
disease (Schieke & Garg, 2012). Psoriasis kuku merupakan kelainan
yang dijumpai pada 50% kasus psoriasis. Gejala yang paling sering
dijumpai adalah onikolisis, salmon patch, hyperkeratosis subungual
dan pitting nail, melibatkan kuku jari tangan dan atau kaki.
Pada sebagian kasus psoriasis kuku menyebabkan abnormalitas
lempeng kuku seperti trakonikia tanda tidak spesifik lain dari psoriasis
kuku adalah paronikia dan hemoragik (Kaur et al., 2008). Liken planus
kuku dijumpai pada 10% kasus pasien dengan liken planus pada kulit.
Gejala klinis liken planus pada kuku adalah penipisan kuku dengan
fisura longitudinal, pterigium dorsal dan trakonikia. Diagnosis harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsy (Schieke & Garg, 2012).
Darier white disease merupakan kelainan autosomal dominan yang
disebabkan oleh gangguan pompa kalsium. Tangan dan atau kuku
terlibat pada >96% pasien. Gambaran klinis berupa fragilitas kuku,
splits longitudinal yang disertai rasa nyeri, dapat disertai onikolisis,
seluruh kuku biasanya terlibat (Singal & Khanna, 2011).
BAB III
METODOLOGI PEMERIKSAAN
A. MOTODE PEMERIKSAAN
1. Mikroskopi langsung
Pembuatan preparat
Sampel
KOH 20%
kerokan kuku
Amati dengan
mikroskop
Kultur
penanaman
Inkubasi
SDA
Amati dengan
pewarnaan
mikroskop
8
9
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuku
petani di Banjaran Bandung
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 sampel
dari kerokan kuku petani di Banjaran Bandung
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
o Objek glass
o Cover glass
o Mikroskop
o Scalpel
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
o Kerokan kuku
o KOH 20%
o Agar SDA
o Alkohol 70%
D. CARA KERJA
a. Waktu praktikum
Waktu praktikum dilaksanakan pada tanggal 05 April
2021.
b. Tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi dan
Mikobiologi Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.
BAB IV
A. HASIL PENGAMATAN
Bentuk spora :
Blastospora
Hifa :
Pseudohifa
Tersangka :
Candida albicans
Diameter :
Koloni hitam 1,2 cm ,
koloni hijau 0,9 cm ,
koloni putih 1 cm,
koloni hijau besar 3,7
cm
11
12
B. PEMBAHASAN
pada koloni berwarna hijau dan jamur Candida albicans pada koloni putih
yang diamaati dibawah mikroskop. Menurut (Djuanda et al., 2007)
Onychomychosis dapat disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita,
nondermatofita serta yeast. Jamur dermatofita yang paling banyak
menimbulkan infeksi diantaranya Trichophyton rubrum (70%), Trichophyton
mentagrophytes (19,8%) dan Epidermophyton floccosum (2,2%). Adapun
jamur dermatofita lain yang pernah dilaporkan diantaranya Trichophyton
tonsurans, Trichophyton violaceum, Trichophyton verrucosum, Microsporum
gypseum dan Trichophyton soudanacea. Infeksi jamur kuku yang disebabkan
oleh jamur dermatophyta tersebut diistilahkan dengan Tinea unguium.
Adapun kelompok non-dermatofita yang paling sering dilaporkan meliputi
kelompok Aspergillus sp. dan Candida albicans (Bintari et al., 2019).
Berdasarkan literatur diatas onikomikosis sampel yang diperiksa
disebabkan oleh kelompok jamur non-dermatofita. jamur non-dermatofita atau
moulds merupakan organisme vegetatif, berbeda dengan dermatofita karena
organisme ini tidak sensitif terhadap griseofulvin dan tidak membentuk hifa
udara. Sebagian besar jamur jenis moulds ini patogen terhadap manusia,
banyak penyelidikan menemukan moulds ini tumbuh sebagai safrofit pada
kuku, akan tetapi moulds ini dapat dideteksi langsung dengan mikroskop
dalam bentuk filamen.
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16
17
18
Diameter :
Koloni hitam 1,2 cm ,
koloni hijau 0,9 cm ,
koloni putih 1 cm,
koloni hijau besar 3,7
cm
Warna koloni atas :
hitam, hijau, putih
Warna koloni bawah : kuning/orange
Permukaan koloni : beludru dan kapas