Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Hukum Perencanaan dan Kebijakan Publik

Definisi Teknik Pengaturan Zonasi dan Rangkuman Materi

Oleh:

Gianne Aprilia Triasnita Koerniawan


D101171507

Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Makassar
2020
Definisi Teknik Pengaturan Zonasi

 Bonus/Incentive Zoning: Izin peningkatan intensitas dan kepadatan


pembangunan (tinggi bangunan, luas lantai) yang diberikan kepada
pengembang dengan imbalan penyediaan fasilitas publik (arcade, plaza,
pengatapan ruang pejalan, peninggian jalur pejalan atau bawah tanah
untuk memisahkan pejalan dan lalu-lintas kendaraan, ruang bongkar-muat
off-street untuk mengurangi kemacetan dll) sesuai dengan ketentuan yang
berlalu.
 Performance Zoning: Ketentuan pengaturan pada satu atau beberapa blok
peruntukan yang didasarkan pada kinerja tertentu yang ditetapkan.
Performace zoning harus diikuti dengan standar kinerja (performance
standards) yang mengikat (misalnya tingkat LOS (Level of Service,
Tingkat Pelayanan) jalan minimum, tingkat pencemaran maksimum, dll).
 Fiscal Zoning: Ketentuan/aturan yang ditetapkan pada satu atau beberapa
blok peruntukan yang berorientasi kepada peningkatan PAD.
 Special Zoning: Ketentuan ini dibuat dengan spesifik sesuai dengan
karakteristik setempat (universitas, pendidikan, bandar udara) untuk
mengurangi konflik antara area ini dan masyarakat sekelilingnya dengan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan area tersebut. Umumnya untuk
menjaga kualitas lingkungan (ketenangan, kelancaran lalu-lintas dan
sebagainya).
 Exclusionary Zoning: Ketentuan/aturan pada satu/beberapa blok
peruntukan yang menyebabkan blok peruntukan tersebut menjadi ekslusif.
Ketentuan ini mengandung unsur diskriminasi (misalnya, penetapan luas
persil minimal 5000m2 menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah
tidak dapat tinggal dalam blok tersebut).
 Inclusionary Zoning: Praktek zoning ini diterapkan pada zona yang
mempunyai dampak pencegahan munculnya bangunan rumah bagi
masyarakat berpendapatan rendah dan moderat. Ketentuan ini dimotivasi
oleh perhatian pada populasi masyarakat tertentu dibandingkan kebutuhan
perumahan keseluruhan pada wilayah dimana masyarakat tersebut menjadi
bagiannya.
 Contract Zoning: Ketentuan ini dihasilkan melalui kesepakatan antara
pemilik properti dan komisi perencana (Dinas Tata Kota atau
TKPRD/BKPRD) atau lembaga legislatif (DPRD) yang dituangkan dalam
bentruk kontrak berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
 Negotiated Development: Pembangunan yang dilakukan berdasarkan
negosiasi antarstakeholder.
 Transfer of Development Right: Ketentuan untuk menjaga karakter
kawasan setempat. Kompensasi diberikan pada pemilik yang kehilangan
hak membangun atau pemilik dapat mentransfer/menjual hak
membangunnya (biasanya luas lantai bangunan) kepada pihak lain dalam
satu distrik/kawasan.
 Downzoning: perubahan kategori penggunaan lahan ke tingkat yang lebih
mikro (misalnya dari komersial ke jasa hiburan).
 Upzoning: perubahan kode zonasi ke hirarki yang lebih tinggi, dari yang
ditetapkan dalam peta/peraturan zonasi (misalnya dari perdagangan ke
komersial/bisnis).
 Design/historic preservation: Ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang
dan elemen lainnya (keindahan, tata informasi dll) untuk memelihara
visual dan karakter budaya, bangunan dan kawasan masyarakat setempat
yang ditetapkan dalam peraturan-perundangan pelestarian.
 Overlay Zoning: Satu atau beberapa zona yang mengacu kepada satu atau
beberapa peraturan zonasi (misalnya kawasan perumahan di kawasan yang
harus dilestarikan akan merujuk pada aturan perumahan dan aturan
pelestarian bangunan/kawasan).
 Floating Zoning: Blok peruntukan yang diambangkan pemanfaatan
ruangnya, dan penetapan peruntukannya didsarkan pada kecenderungan
perubahannya/perkembangannya, atau sampai ada penelitian mengenai
pemanfaatan ruang tersebut yang paling tepat.
 Flood Plain Zoning: Ketentuan pemanfaatan ruang pada kawasan rawan
banjir untuk mencegah atau mengurangi kerugian.
 Conditional Uses: Seringkali disebut sebagai pemanfaatan khusus,
merupakan izin pemanfaatan ruang yang diberikan pada suatu zona jika
kriteria atau kondisi khusus zona tersebut memungkinkan atau sesuai
dengan pemanfaatan ruang yang diinginkan
 Growth Control: Pengendalian ini dilakukan melalui faktor faktor
pertumbuhan seperti pembangunan sarana dan prasarana melalui
penyediaan infrastruktur yang diperlukan, mengelola faktor ekonomi dan
sosial hingga politik
 Planned Unit Development: jenis pembangunan gedung dan juga proses
pengaturan. Sebagai pengembangan bangunan, ini adalah pengelompokan
yang dirancang untuk penggunaan lahan yang beragam dan kompatibel,
seperti perumahan, rekreasi, pusat komersial, dan taman industri,
semuanya dalam satu pengembangan atau subdivisi yang terkandung.
Rangkuman Materi

1. Law dan Diskresi (Materi 1)

Hierarki Hukum di Indonesia

Peraturan perundang-undangan di Indonesia pada dasarnya memiliki


hierarki dengan makna peraturan satu memiliki dasar pertimbangan dengan
peraturan yang paling tinggi tingkatannya. Di Indonesia adapun hierarki peraturan
perundang-undangan sebagai berikut:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD


45)
 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR)
 Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintahan Pengganti Undang-
Undang (Perppu)
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah Provinsi
 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

UUD 1945 sebagai payung hukum Indonesia, didalamnya terdapat cita-cita negara
Indonesia diantaranya:

 melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia dan
 memajukan kesejahteraan umum,
 mencerdaskan kehidupan bangsa dan
 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial

Uraian diatas yang merupakan cita-cita negara Indonesia juga merupakan tujuan
negara Indonesia. Semua peraturan-peraturan baru dibentuk berdasarkan pada
UUD 1945 yang merupan sumber hukum.

Asas Hukum
Asas hukum berarti pikiran dasar yang terdapat dalam hukum konkret atau diluar
peraturan hukum konkret.

Berikut beberapa asas-asas hukum yang berlaku di Indonesia:

 “kesederajatan di mata hukum”


Bahwa semua orang dipandang sama hak, harkat dan martabatnya di mata
hukum.
 “ketentuan peraturan (UU) yang bersifat khusus mengenyampingkan
ketentuan yang bersifat umum”
Jika terjadi pertentangan antara ketentuan yang sifatnya khusus dan yang
sifatnya umum, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang sifatnya
khusus.
 ketentuan peraturan (UU) yang mempunyai derajat lebih tinggi
didahulukan pemanfaatannya/penyebutannya daripada ketentuan yang
mempunyai derajat lebih rendah”
Jika terjadi pertentangan antara UU yang lebih tinggi dengan yang lebih
rendah, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang lebih tinggi.
 “ketentuan peraturan (UU) yang baru mengenyampingkan / menghapus
berlakunya ketentuan UU yang lama yang mengatur materi hukum yang
sama”
Jika terjadi pertentangan antara UU yang lama dengan yang baru, maka
yang diberlakukan adalah UU yang baru.

Selain beberapa asas hukum yang dipaparkan diatas, masih banyak lagi asas
hukum yang berlaku di Indonesia.
2. Sumber-Sumber Hukum (Materi 2)

Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga
ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan. Ada banyak penggolongan
hukum berdasarkan beberapa hal. Adapun fungsi hukum secara umum adalah
menegakkan keadilan dan memberi jaminan keadilan bagi masyarakat

Sumber Hukum terbagi atas dua yaitu:

a. Materil (Tidak Tertulis)


Contoh dari hukum mateil adalah hukum adat yang biasanya ada di daerah
atau suku tertentu.
b. Formal (tertulis/tercatat)
a. Regulasi UU
adapun cakupan dari regulasi UU adalah UUD 1945, Undang Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri, Perda
Provinsi dan Kab/Kota, Pergub, dan sebaginya.
b. Kebiasaan
Tradisi yang dilakukan turun temurun dapat menjadi sumber hukum
c. Traktat
Perjanjian antara 2 orang atau lebih
d. Jurisprudensi
Merupakan keputusan-keputusan hakim terdahulu untuk menghadapi
suatu perkara yan tidak diatur dalam Undang-Undang dan dijadikan
sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaikan
suatu perkara yang sama
e. Doktrin
Doktrin merupakan sebuah ajaran yang merupaka tampungan norma
sehingga dotrin menjadi sumber hukum
3. Hukum dan Kebijakan Publik (Materi 3)
Terdapat 3 Landasan membuat regulasi yaitu:
 Landasan Yuridis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila
dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (“UUD 1945”).
 Landasan Filosofis
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
 Landasan Sosiologis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Adapun terdapat 2 hal yang diperhatikan sebelum mengatur perilaku
seseorang agar patuh terhadap aturan yaitu:
 Regulasi
Mengatur dan menata kehidupan dalam suatu negara supaya masyarakat
yang diatur oleh hukum itu memperoleh kepastian, kemanfaatan dan
keadilan didalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
 Infrastruktur
Infrastruktur penting untuk dibentuk dalam konteks menaati hukum
contohnya ketika infrastruktur terbangun dengan baik maka secara tidak
langsung akan membantu pemerataan ekonomi. Bila pemerataan ekonomi
terjadi maka tindak kriminalitas (melanggar hukum) seperi
mencuri,merampok dll akan menurun signifikan karena hidup masyarakat
sudah sejahtera dan tercukup.

Adapun yang menjadi inti dalam UU adalah asas-asas hukum. Dalam


pembentukan peraturan perundang-undangan perlu berpedoman pada asas-
asas pembentukan peraturan yang baik dan ideal. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari kesalahan dan kecacatan dalam pembentukan norma.

Contoh dari regulasi adalah regulasi Penataan Ruang yang terdiri dari:
 Perencanaan
 Pemanfaatan
 Pengawasan
4. Kebijakan Publik (Materi 4)

a.Kebijakan Publik

Kebijakan Publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan


atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi
pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat

b. Unsur Kebijakan Publik

1. Pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

2. Melakukan sesuatu itu adalah mengatasi permasalahan tertentu yang berkenaan


dengan kepentingan orang banyak.

c. Ruang Lingkup

Meliputi seluruh Aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya,


hukum, dan sebagainya. Hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional,
regional maupun lokal.

d. Proses pembuatan kebijakan publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena


melibatkan banyak proses, Stakeholder maupun variabel.

1.Formulasi Kebijakan adalah suatu kegiatan yang bertujuan merumuskan dan


menetapkan suatu kebijakan publik tertentu.

2. Implementasi Kebijakan adalah suatu kegiatan atau proses pelaksanaan atau


penerapan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi Kinerja Kebijakan adalah suatu kegiatan atau proses yang


mencakup penilaian suatu kebijakan publik yang telah berjalan dalam kurun
waktu tertentu yang mencakup evaluasi pada :

• formulasi kebijakan / Rencana


• kinerja hasil / Output
• manfaat yang dirasakan oleh publik (Outcome),
f. Revisi Kebijakan Publik adalah suatu kegiatan atau proses perbaikan suatu
kebijakan publik tertentu, baik karena kebutuhan publik, maupun antisipasi
kondisi di masa depan.

g.Jenis Kebijakan Publik

Menurut Andersen terdapat beberapa kategorisasi kebijakan publik

1.Substantive & procedural policies.

• Kebijakan substantif adalah kebijakan tentang bidang tertentu, seperti kebijakan


Penataan Ruang atau kebijakan pendidikan.

• Kebijakan prosedural adalah kebijakan tentang pihakpihak yang terlibat dalam


perumusan kebijakan serta cara perumusan kebijakan itu dilaksanakan. Contoh:
Tata

cara Penyusunan RDTR.

2. Distributif & Regulatif.

•Kebijakan distributif adalah kebijakan tentang pemberian pelayanan atau


keuntungan bagi sejumlah khusus penduduk. Contoh: Pemberian Insentif dan
disinsentif dalam pemanfaatan ruang,kebijakan pemberian beasiswa bagi siswa
berprestasi.

•Kebijakan regulatif adalah kebijakan tentang pengenaan pembatasan atau


larangan bagi seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kebijakan tentang
pembatasan pemanfaatan ruang, pembatasan penjualan obat-obat jenis tertentu.

3. Redistributif & Self-regulatory.

• Kebijakan redistributif adalah kebijakan untuk memindahkan pengalokasian


kekayaan, pendapatan, pemilikan, atau hak-hak dari kelas atau kelompok
penduduk. Contoh: kebijakan landreform.

• Kebijakan self-regulatory adalah kebijakan tentang pembatasan atau pengawasan


perbuatan pada masalahmasalah tertentu bagi sekelompok orang. Kebijakan harga
eceran BBM.
4.Material & Simbolik.

• Kebijakan material adalah kebijakan tentang pengalokasian atau penyediaan


sumber-sumber material yang nyata atau kekuasaan yang hakiki bagi para
penerimanya atau mengenakan beban-beban (kerugiankerugian) bagi yang harus
mengalokasikannya. Contoh: kebijakan tentang kewajiban para majikan untuk
membayar upah minimum kepada para buruhnya.

• Kebijakan simbolik adalah kebijakan yang bersifat tidak memaksa, karena


kebijakan itu akan memberikan keutungan atau kerugian yang dampaknya kecil
bagi

masyarakat. Contoh: kebijakan iuran televisi

5. Collective goods & private goods.

• Kebijakan collective goods adalah kebijakan tentang penyediaan barang-barang


dan pelayanan-pelayanan keperluan orang banyak. Contoh: Kebijakan Penyediaan
Sarana prasarana permukiman.

• Kebijakan private goods adalah kebijakan tentang penyediaan barang-barang


dan pelayanan-pelayanan hanya bagi kepentingan perseorangan yang tersedia di
pasaran

bebas dan orang yang memerlukannya harus membayar biaya tertentu. Contoh:
kebijakan tentang pembangunan hotel dan restoran.
5. Kebijakan Penataan Ruang (Materi 5)

RTR (Rencana Tata Ruang) adalah acuan bagi pemanfaatan ruang untuk
seluruh kegiatan yang memerlukan ruang melalui kegiatan pembangunan sektoral
dan pengembangan wilayah RP(Rencana Pembangunan) menguraikan kebijakan
dan program. Kebijakan dan program yang membutuhkan ruang yang diakomodir
dalam RTR.

Adapun beberapa perbedaan antara RP dan RTR dianatarnya:

 RP menentukan fokus (target sektoral) pembangunan sedangkan RTR


menentukan lokasi pembangunan yang dilakukan sektor.
 Ruang lingkup substansi RP yaitu Visi, Misi, dan Arahan, sedangkan
ruang lingkup RTR yaitu Tujuan,Strategi dan Kebijakan Penataan Ruang,
Rencana Struktur dan Pola Ruang, Arahan Pemanfaatan Ruang, dan
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
 Input lokus yang sesuai pada RP diantaranya pada
kementerian/Lembaga/Dinas Perencana, sedangkan input fukus pada RTR
diantaranya pada Kementerian/Lembaga/Dinas Penataan Ruang

Penataan Ruang

Adapun tujuan dari penataan ruang adalah mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

•Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

•Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber


daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

•Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap


lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penataan ruang terdiri dari:

 Perencanaan Tata Ruang


 Pemanfaatan Ruang
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Adapun berdasarkan UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,

 Penataan ruang sebagai acuan pembangunan sektoral dan wilayah


 Pendekatan sistem dilakukan dalam penataan ruang
 Penataan ruang tidak sekadar perencanaan tata ruaang wilayah, tetapi basis
untuk pengembangan kreatif dan inovatif

Fungsi Penataan Ruang diantaranya:

 Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan jangka panjang


dan menengah
 Sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah dan
mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah
 Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan
/pengembangan wilayah , meliputi indikasi arahan peraturan zonasi,
arahan perizinan, arahan insentif dan disentif, dan arahan sanksi
 Memberikan kepastia hukum untuk kegiatan investasi dalam wilayah

Adapun Hierarki RTR

Muatan RTRW
1. RTRWP
 Tujuan , kebijakan dan strategi PR: Provinsi
 Rencana Struktur Ruang Wilayah: sistem kota- desa dan praswil
prop
 Rencana Pola ruang: lindung dan budidaya strategis provinsi
 Penetapan Kawasan Strategis: Provinsi
 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah: Indikasi Program jangka
menengah 5 tahunan
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang: Arahan ZR Prov, Izin,
insntif dn disentif, sanksi
2. RTRW Kab
 Tujuan , kebijakan dan strategi PR: Kabupaten
 Rencana Struktur Ruang Wilayah: sistem kota- desa dan praswil
kab.
 Rencana Pola ruang: lindung dan budidaya strategis kabupaten
 Penetapan Kawasan Strategis: Provinsi
 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah: Indikasi Program jangka
menengah 5 tahunan
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang: Arahan ZR Prov, Izin,
insntif dan disentif, sanksi
3. RTRWK
 Tujuan , kebijakan dan strategi PR: Kota
 Rencana Struktur Ruang Wilayah: sistem kota-sub kota dan
praswil kota
 Rencana Pola ruang: lindung dan budidaya strategis kota
 Penetapan Kawasan Strategis: Kota
 Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah: Indikasi Program jangka
menengah 5 tahunan
 Pengendalian Pemanfaatan Ruang: Arahan ZR Prov, Izin,
insntif dn disentif, sanksi
RTH (30%;20% pb;10% pr)
RT Non Hijau
Rencana Pejalan Kaki, angkutan umum, sektor informal, dan
evakuasi bencana

Program Prioritas Bidang Tata Ruang Tahun 2020-2024

Berikut adalah NSPK Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Ruang

RTRW:

 Revisi/PK 13 RTRW Provinsi melalui Bimbingan Teknis Penyusunan


 Revisi/PK 222 RTRW Kab/Kota melalui bimbingan teknis penyusunan

RDTR:

 Penyelesaian 2000 RDTR melalui Bimbingan Teknis Penyusunan


,Bantuan Teknis Penyusunan ,Bantuan Teknis Penyusunan, Fasilitasi
Persetujuan Substansi,

RTR Nasional

 Revisi/PK RTRWN
 Penyusunan RTR dan RDTR IKN
 Penyelesaian RDTR KPN
 Penyelesaian 59 dari 79 Perpres RTR KSN , meliputi 5 tipologi:
1. Ekonomi (20)
2. Sosial Budaya (6)
3. Pertahanan dan Keamanan (2)
4. Lingkungan Hidup (23)
5. Sumber Daya dan Teknologi Tinggi (8)

Tata Cara Penyusunan RDTR dan PZ

Terdapat tahap penyusunan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi, berikut
tahapannya

 Tahap Persiapan
 Tahap Pengumpulan Data dan informasi
 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
 Perumusan Konsep RDTR
 Tahap Penyusunan dan Pembahasan Raperda

Substansi Peraturan Zonasi

PZ lebih fleksibel , mempertimbangkan arah pengembangan wilayah dan kota ,


karakteristik/kondisi tempat, dan persoalan yang dihadapi

Anda mungkin juga menyukai