REKREASI
Oleh:
Kelompok II
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
judul “REKREASI guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Analisis Perencanaan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.
Penulis
1. Pendahuluan
Rekreasi adalah sebuah kawasan aktivitas yang kiranya cukup terlantar oleh
perencana penggunaan lahan. Semua topik yang dibahas dalam buku ini adalah salah
satu standar metodologi prediksi terjauh. Rekreasi tidak mudah diartikan sebagai satu
kesatuan, melainkan berisi pembagian aktivitas yang dilakukan di daerah yang luas.
Burton (1971) berpendapat bahwa lebih mudah untuk membagi apa yang tidak
bekerja/bekerja ataupun “personal dan sosial” dibandingkan kewajiban seperti tidur
dan mandi. Bagaimanapun ini bukan pekerjaan alternatif, melainkan pelengkap
sebagai syarat bekerja. Karakteristik dari tujuan rekreasi adalah sebagai kegiatan
untuk beristirahat, hiburan, pengembangan personal dan sosial. Ketidaktertarikan
terhadap pendidikan dan kemajuan keterampilan terutama pada kasus terakhir,
perbedaanlah yang menjadi masalahnya.
Beberapa penulis telah membedakan antara rekreasi dengan kesenangan.
Namun, belakangan ini lebih pasif. Bagaimanapun untuk mempertahankan bahwa
“rekreasi berskala luas mirip dengan kesenangan”. Namun, perbedaan yang lebih
tepat adalah antara rekreasi dengan pariwisata, yang mengikutsertakan jarak dari
rumah sehingga berimplikasi pada penyediaan akomodasi bahkan di sini
pembagiannya tidak begitu jelas dan perbedaannya seperti tergantung pada topik
studi. Di taman nasional, perbedaan mungkin sangat signifikan, tetapi tidak bagi
penyediaan lapangan olahraga.
Komsumen rekreasi terus meningkat stabil sebanding dengan peningkatan
pendapatan, kemajuan transportasi, peningkatan kepemilikan monil, peningkatan
edukasi, dan peningkatan jam bebas kerja. Struktur konsumen menjadi lebih rumit
dengan adanya perubahan ini, serta peningkatan pengangguran mengubah pola
konsumen dan kebutuhan.
Burton (1971) mengatakan bahwa rekreasi dapat dikategorikan menjadi tipe,
waktu, dan lokasi. Penggambarannya ditampilkan pada tabel 7.1. termasuk mendaki
di daerah pedesaan, bermain skuas di lapangan pusat olahraga lokal, mengunjungi
teater, perpustakaan dan museum. Kebanyakan waktu rekreasi dihabiskan di rumah,
di mana kegiatan menonton TV dan berkebun adalah hal yang paling popouler bagi
orang yang tidak bekerja. Waktu sangatlah terbatas, sehingga semua kegiatan rekreasi
saling bersaing satu sama lain dalam beberapa hal.
Banyaknya jumlah pengunjung yang terlibat dalam penetapan fasilitas rekreasi
biasa dibagi atas beberapa kategori, yaitu: pemerintahan (nasional dan lokal),
perusahaan komersil, klub, dan grup sukarelawan. Taman dan perpustakaan adalah
penyediaan publik, sedangkan golf dan lapangan tenis bisa jadi publik atau privat klub
yang di dalamnya terdapat pembayaran anggota. Untuk pertandingan, bioskop adalah
perusahaan komersil, sedangkan teater merupakan perusahaan publik/privat, namun
sering membutuhkan subsidi dan sektor sukarelawan yang melibatkan kegiatan seperti
organisasi anak muda. Aksesnya bisa jadi terbuka untuk umum, namun terdapat
pembayaran atau gratis, ataupun hanya terbuka untuk member.
Tabel 1.1
Tipe Aktif/Pasif
Terorganisasi/Belum
Grup/Personal
Membutuhkan fasilitas/Tidak Butuh Fasilitas
Menyertakan keterampilan/Tidak Menyertakan Keterampilan
Menyertakan Harga/Gratis
Waktu Pulang Pergi/Menginap
Lokasi Di Luar Ruagan/Di Dalam Ruangan
Urban/Rural
Dekat Rumah/Jauh dari Rumah
Dekat Kanto/Jauh dari Kantor
Dalam sektor publik, terdapat banyak orang dengan tanggung jawab aktivitas
berbeda. Angka departemen pemerintahan pusat punya tanggung jawab sama dengan
angka di dewan olahraga ke dewan seni dan komisi ilmu kehutanan. Level nasional
tidak terdapat struktur organisasi yang terintergrasi, sedangkan di level lokal sering
terdapat fungsi yang terpisah dari departemen perencanaan.
Perencaan kota selalu memiliki perhatian kepada rekreasi, contohnya
ketentuan tentang runag terbuka. Ruang Terbuka Hijau seharusnya memiliki substansi
fungsi rekreasi, baru-baru ini taman nasional dan akses ke desa 1949 desa skotlandia
1967 dan desa 1968 telah terlibat perencanaan dibanding rekreasi.
Pada tingkat nasional, pemerintah telah mencoba membuat rencana untuk
rekreasi, di saat aktivitas biasa. Untuk tingkat lokal, banyaknya variasi aktivitas
memiliki maksud bahwa kebijakan perencanaan berbeda.
Perencanaan lebih terlibat di tempat khusus rekreasi dan sering kali di lokasi
perdesaan. Pada umumnya, rekreasi cenderung lebih dilihat sebagai pelayanan sosial,
dengan ketentuan yang berdasar pada norma/aturan. Pada satu sisi ketetapan tersebut
digunakan sebagai pembantu untuk mengontrol “perilaku anti sosial”. Menurut
tradisi, ketentuan daerah pemerintah menitikberatkan pada taman, area bermain, dan
kolam renang.
Torkildsen (1983) mengemukakan bahwa, kenyataanya perencana cenderung
mengabaikan fasilitas rekreasi dan lebih berkonsentrasi pada transportasi, perumahan,
dan perbelanjaan. Profesi di bidang rekreasi/hiburan juga telah mengabaikan
perencanaan dan lebih tertarik pada pengelolaan fasilitasnya saja.
Masalah pada perencanaan untuk hiburan, yaitu secara umum, perencana
hanya mengetahui sedikit sekali tentang hiburan, sedangkan pekerja di bidang
rekreasi/hiburan mengetahui sedikit tentang perencanaan (dikutip dalam Torkildsen,
1983, Veal, 1982).
Rencana struktur yang berkonsentrasi pada masalah kepentingan strategis
jarang mempertimbangkan ketentuan rekreasi secara mendalam. Konsentrasi utama
mereka lebih kepada konservasi yang lebih luas dan situs turis pada area perdesaan.
Perencanaan lokal hanya memberikan sedikit perhatian pada rekreasi. Survei yang
dilakukan tahun 1979 di Inggris dan Wates (Henry, 1980) memperhatikan bahwa 33%
tidak memiliki ulasan mengenai fasilitas rekreasi dan 20% hanya memiliki
pertimbangan terbatas. Survei ini menyimpulkan bahwa bahkan rencana yang
digunakan untuk mempertimbangkan isi ini masih dikategorikan lemah dalam segi
metodologi, kurangnya cangkupan yang komperehensif, kedangkalan, dan
pengaplikasian yang ketinggalan zaman, serta penggunaan standar yang tidak tepat.
Hanya di mana departemen rekreasi terpisah dengan adanya bagian penelitian adalah
analisis yang memadai. Di Skotlandia, perencanaan rekreasinya sedikit lebih
terkoordinasi, dengan bimbingan atau pedoman dari kantor Skotlandia melalui
panduan perencanaan nasional dan sejumlah studi nasional terperinci yang
memberikan dasar bagi perencanaan rekreasi dan pariwisata dalam struktur dan
rencana lokal. Meskipun begitu, hal ini tidak bisa diklaim komprehensif.
2. Kebutuhan Rekreasi
2.1. Struktur Permintaan
Karena banyak kegiatan rekreasi yang tidak memiliki harga tiket masuk dan
biaya lainnya untuk peserta yang mungkin tidak bisa dianggap sebagai biaya
(contohnya seperti biaya perjalanan/biaya travel). Konsep dari ekonomi permintaan
mungkin memiliki makna terbatas. Permintaan sering digunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan konsumsi dengan sedikit atau tanpa referensi harga. Penggunaan
seperti itu akan diadopsi pada bab ini kecuali jika dinyatakan secara eksplisit lain.
Telah diusulkan (Burton, 1971; Gratton dan Taylor, 1985; Roberts, 1974)
bahwa ketika mempertimbangkan rereasi, maka perlu untuk mempertimbangkan
komponen permintaan. Untuk tujuan ini, populasi suatu wilayah dapat dibagi ke
dalam kategori berikut:
1. Permintaan yang ada, yaitu yang saat ini menggunakan fasilitas (hal ini
mungkin sulit diukur, di mana tidak ada harga atau aktivitas yang tidak terbatas,
seoerti berjalan).
2. Permintaan laten (permintaan yang belum terlihat), yaitu dapat disebut juga
sebagai permintaan yang belum terealisasi dan terbagi menjadi 2 kategori sebagai
berikut:
a. Tangguhan/tertunda, yaitu mereka yang ingin berpartisipasi, memiliki
alat/sarana, dan waktu. Namun, tidak ada fasilitas atau tidak ada pengetahuan
tentang fasilitasnya.
b. Potensi, yaitu mereka yang tidak memiliki sarana dan waktu, tapi jika kondisi
memungkinkan mereka akan mengambil bagian.
3. Tidak ada permintaan, yaitu mereka tidak berpartisipasi karena usia, masalah
kesehatan/sakit, atau kurang berminat.
Dengan demikian, fasilitas baru mungkin memiliki satu atau lebih efek sebagai
berikut:
Ada keterkaitan yang jelas antara permitaan dan berbagai faktor yang tercantum
diatas. Namun sulit untuk mengidentifikasi struktur sebab-akibat. Selain itu, parameter/tolak
ukur sering kali sangat tidak stabil sepanjang waktu. Ini adalah sebuah masalah yang sangat
penting dalam perkiraan rekreasi, jauh lebih banyak daripada perkiraan lainnya. Kegiatan
rekreasi sangat rentan terhadap perubahan dalam mode/gaya. Naik turunnya “ten-pin
bowling” dan naiknya popularitas “squas” saat ini hanyalah dua contoh. Seperti volatilitas
yang membuat perkiraan, untuk semua hal. Selain untuk waktu yang singkat, terutama yang
satu untuk berbagai jenis rekreasi.
Dengan perluasan rekreasi selama 6 tahun 1950 an dan 1960an, kebutuhan akan
perencanaan terus meningkat dan dengan itu dibutuhkan akan perencanaan terus meningkat
dan dengan itu dibutuhkan suatu perkiraan. Burton 1971 mengatakan bahwa ada 4
tingkatan /tahapan dalam pengembangan perkiraan rekreasi pertama adalah periode
keputusan dari kenyataan bahwa banyak variable kausal (faktor sebab-akibat) yang penting
yang terukur. Bahkan yang daooat diukur tidak bisa diperkirakan dengan tungkat akurasi
apapun dan perkiraan rekreasi tidak memiliki nilai praktis. Kemudian dilanjutkan dengan
periode dimana perkiraan hanya sedikit dari pada penilaian berdsarkan informasi dan
pengalaman. Ini dianggap sebagai pendekatan yang terbaik. Tetapi merupakan campuran dari
harapan perkiraan dan perencanaan yang normativ (berdasarkan norma atau kaidah).
Tingkatan yang ketiga adalah lebuh bersifat optimis dan cenderung didasarkan pada
ramalan/perkiraan. Dari tahapan ini, tahapan yang keempat dikembangkan selama yang mana
model prediktif dibangun, diadopsi dan diadaptasi dari bidang lain seperti teknik lalu lintas
dan ekonometri.
Sejak Burton menerapkan analisis ini, subjek telah berkembang awalnya dengan
pengembangan dengan model yang lebih rumit nilai yang mana, juga dapat dimengerti atau
dipelajari, mungkin masih diperdebatkan. Baru-baru ini telah ada pendekatan yang lebih
berhati-hati terhadap kontruksi dan penerapan model matematika yang kompleks. Perkiraan
dapat mencakup atau aktivitas kegiatan disuatu wilayah atau diberbagai kegiatan. Mereka
dapat berupa lokasi yang spesifik atau untuk seluruh “pasar”, atau mereka dapat berupa
jangka panjang atau jangka pendek. Perkiraan dapat digunakan untuk menilai permintaan
akan suatu aktivitas atau fasilitas di masa depa dan juga dapat membimbing kebijakan
penyediaan atau untuk menilai dampak proposal tertentu. Dalam sektor swasta perkiraan
permintaan dapat digunakan untuk menilai kelauakan finansial suatu proyek, berbagai macam
kemungkinan subjek membuat cakupan yang komprehensif tidak mungkin dan generalisasi
menjadi sulit. Selain itu, matematika yang terlibat dalam banyak model jauh melampaui
cakupan buku ini. Namun perlu dicatat bahwa banyak model yang lebih kompleks adalah
elaborasi dari struktur dasar yang dipaparkan disini. Diskusi dibagi menjadi tiga bagian
perencanaan normatif, permalan untuk kegiatan , peramalan untuk situs atau daerah.
3.Perencanaan Normatif
3.1 Standar
Ketergantungan berat pada standar, seperti yang ditunjukkan di tabel 7.2, hasil dari
tradisi adalah paternalism dalam ketentuan, ketidakmampuan teknik peramalan. Perkiraan
tidak mungkin bernilai untuk periode , untuk lebih dari 10 tahun dan bahkan mereka mungkin
tidak ada diandalkan. Dalam banyak kasus ini seperti bahwa supply untuk fasilitas lebih
mungkin untuk mempemgaruhi konsumsi dari pada perubahan faktor penetu permintaan ini
bisa dijelaskan dari faktor seperti yang terdapat pada permintaan bagian 7.2 di atas.
Hubungan antara konsumsi dan menyediaakan adalah lebih lanjut dan rumit , dengan
cara dimana kebijakan saat ini (seperti ketentuan untuk belajar berenang). Permintaan masa
depan mempengaruhi . dengan artinya kesulitasn tersebut tidak mengherankan perencanaan
itu memilih untuk menggunakan standar nasional. Ada bagaimanapun masalah sebagi standar
yang paling tidak teliti. Meskipun begitu melalui penggunaan konstan mereka telah diterima
secara luas dan sedikit tertantang. Biasanya mereka diterapkan pada keseluruhan populasi
meskipun pola preperensi konsumsi berada anatara kelas sosial dan dari area ke area.
Keuntungan utama untuk perencanaan berbasis normatif untuk rekreasi itu seperti
arahan/pedoman untuk sebuah tindakan. Dan lebih dari standar konservatif ini, tidak seperti
untuk memimpin untuk lebih dari penyediaan fasilitas. Standar dapat digunakan untuk
mengidentifikai daerah relatif dibawah ketentuan standar, tapi bahkan penyebaran geografis
fasilitas untuk satu fasilitas berbasis hirarki , tidak perlu memimpin untuk kesetaraan akses.
Meskipun begitu dengan mempertimbangkan keadaan dan fleksibelitas setempat suatu daerah
lokal biasa memberikan permulaan untuk kebijakan otoritas daerah dalam penyediaan
rekreasi. Mereka terakit erat dengan tingkat partisipasi, yang mana diskusi pada bagian 7.4.1.
Satu yang berbahaya dari kebijakan yang terpengaruh dari kebutuhan yang diungkapkan dan
dengan demikian gerakankelompok lokal mendapat perhatian.
3.2 Kebutuhan
Teknik partisipan yaitu mewakili proporsi orang yang berpartisipasi dalam suatu
kegiatan, sehingga :
N
R=
p
Jadi:
P = Populasi
P = Tingkat partisipasi
Dengan tingkat partisipasi dan prediksi populasi yang diketahui , itu mungkin untuk
menghitung perkiraan jumlah peserta.
Maka :
N = r.P
Catatan :
r = Tingkat Populasi
N = rP
(7.2)
N = 0,005 X 100.000
(7.3)
= 5000
Tabel 7.3
3.350
Jumlah lapangan yang di perlukan = = 76
400
Kalkulasi sederhana ini bias diadaptasikan untuk kebanyakan aktivitas dan bisa
digunakan untuk menemukan kebutuhan bagi fasilitas dalam sebuah area perencanaan
yang baru, atau untuk mengidentifikasi celah yang ada ataupin yang aka nada
sedepannya dalam ketentuan. Namun, hal itu bukan tanpa kendala :
1. Permasalahan mendasar dengan teknik ini adalah kalkulasi dan tingkat partisipasi
biasanya hal ini berasal dari survey nasional, yang di asumsikan sebagai konstan, dan
penghitungan mungkin dapat diperoleh dari perbedaan kelas sosial atau geografis.
Namun, penggunaan ‘standar’ tingkat partisipasi dapat merubah apa yang tampaknya
sebgai sebuah proyeksi menjadi sebuah versi perencanaan baku yang lebih teliti (lihat
7.3). lebih lanjut lagi, sangat sulit untuk memproyeksikan tingkat partisipasi untuk
olahraga yang lebih mapan seperti sepak bola, dapat diasumsikan sama dengan
konstan, tapi untuk olahraga yang masih dalam perkembangan seperti squash, sebuah
proyeksi diperlukan cara yang paling sederhana untuk melakukan ini adalah dengan
melakukan proyeksi trendline.
2. Sementara dengan masalah proyeksi rekreasi adalah hubungan antara supplay dan
partisipasi, karena partisispasi bias saja supplaynya terbatasi (lihat 7.2). sehingga
syarat/ketentuan tambahan bias merealisasikan demand yang sudah terakomodir
seperti sepak bola hal ini tidak akan jadi masalah. Bahkan mungkin aka nada
pengganti orang-orang yang berubah ke squash mungkin akan lebih kurang main
tennis badminton, dengan konsekuansi terhadap fasilitas lainnya
3. Perubahan dalam pengelolahan bias mengakomodasikan demand yang menungkat
dengan, contohnya jam buka yang lebih lam, mendorong penggunaan pada jam
puncak, memperbaiki kualitas fasilitas (seperti lampu sorot) dan lain-lainnya akan
tetapi, dampaknya adalah bias saja untuk menghilangkan supplay yang terbatas
(seperti pada gambar 2)
4. Tingkat partisipasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor besar selain dari pada usia jenis
kelamin, seperti pemasukan, jam kerja, tingkat pendidikan, dan mobilitas. Beberapa
penelitian telah menunjukan bahwa kelompok sosial tidak menyediakan dasar yang
dapat dipercaya untuk proyeksi partisipasif ( lihat Field dan O’leary (1973), meskipun
Snepenger dan Crompton (1984) telah menyempurnakan teknik ini dengan beberapa
keberhasilan. Daripada memproduksi tingkatan yang sangat terpilah- pilah, regresi
ganda telah digunakan (lihat 7.4.3)
Dalam kajian tentang rekreasi, teknik regresi ganda telah digunakan pada model
tingkatan partisipasi. Model ini dapat di aplikasikan untuk tempat yang sama pada waktu
yang akan datang atau ke tempat yang berbeda. Tingkat partisipasi adalah variabel tak bebas,
sedangkan variabel bebaas termasuk proporsi penduduk khususnya pada kelompok umur,
struktur sosial-ekonimi, status pernikahan, ukuran rumah singgah, waktu luang, kepemilikan
kendaraan, dan lain-lain. Pemilihan variabel bebas bukanlah proses yang ketat. Ini tidak
hanya tergantung pada aktivitas yang sedang di pertimbangkan, tetapi juga pada ketersediaan
data. Oleh karena itu sulit untuk menyamaratakan.
Penjabaran dari metode ini diproduksi oleh Cichetti et al (1969) yang memperkenalkan
variabel supply (x) sebagai tambahan variabel demand (d).
n
P=∑ n Bi Di +cS
i=1 i
()
Dimana a, bi, ...bn, c adalah konstanta (untuk lebih lengkap lihat pada gratton and Taylor
(1985)
Regresi berganda yang memiliki banyak keterbatasan pada konteks prakiraan rekreasi yang
paling bermasalah adalah bahwa hubungan antara variabel bebas dan tak bebas apakah
konstan selama prakiraan. Ini sepertinya tidak untuk jenis rekreasi. Bahkan banyak variabel
yang mungkin saling beerkolerasi (Clawson and Knetsch 1966; Wilkinson, 1973).
Metode Dhelpi di yunani kuno berarti tempat para peramal atau seorang yang
sempurna sebagai sumber pengetahuan. Dalam membuat keputusan dan perkiraaan Metode th
Delphi adalah nama yang di berikan untuk teknik yang mengandalkan suatu informasi dan
pandangan para ahli, bahkan pada pendekatan numeric yang lebih formal Struktur sebenarnya
dari teknik ini bervariasi, tergantung tentang keadaan dan topiknya.
Tapi menurut Graton and Taylor (1985) metode dasarnya hasil pada tahap berikut:
1. Sebagian besar para ahli di minta sebagai contoh menyatakan probabilitas kesejumlah
perihal atau menilai jumlah peserta dalam suati kegiatan
2. Pandangan para ahli dikumpulkan dan di susun untuk menghaasilkan distribusi
frekuensi
3. Frekuensi distribusi serta uraian singkat tentang penularan individu di didstribusikan
ke para ahli
4. Para ahli diminta untuk mengajukan revisi penilaian atau untuk menyatakan alasan
mereka untuk tidak mengubah pandangannya
5. Prosesnya kemudian bisa diulang
5. Teknik Prediksi Situs atau Area
A. Kapasitas
Situs atau resort manapun memiliki batas atau kapasitas untuk mengakomodasi
rekreasi seperti kapasitas yang bisa ditingkatkan dengan perbaikan atau peningkatan fasilitas
atau dengan memperpanjang jam buka (jam operasional). Memang, tindakan seperti itu bisa
menjadi respon terhadap perkiraan permintaan diatas. Dalam keadaan seperti itu, disarankan
(Butler, 1974) agar kurva logistic (lihat chapter 2) paling tepat mewakili pola pertumbuhan.
Ada periode dimana awal pertumbuhan yang lambat, yang kemudian diikuti oleh tingkat
pertumbuhan yang cepat dan kemudian pada tingkatan yang jauh berkurang saat kapasitas
tercapai yang membuat orang orang mencari alternative. Khusus untuk model ini telah
digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan resor wisata.
Meskipun pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan resort, namun ini tidak akan
berguna saat digunakan untuk situs yang lebih kecil. Untuk situs semacam itu, periode
peningkatan kapasitas mungkin singkat atau muungkin telah tercapai, dan ketertarikannya
terletak pada tren sesudahnya. Untuk situs ini, keputusan manjemen dapat mengembangkan
kapasitas atau menarik pengunjung dengan beriklan. Sebagai metode tersebut lebih
menggambarkan pola pertumbuhan daripada menjelaskan hubungan kasual yang mungkin
bernilai kecil.
Untuk resor yang lebih besar, model ini penggunaannya terbatas, pada saat mulai
mencapai akhir semua berubah dikarenakan adanya perubahan prefensi yang membawa
pengunjung ke tempat lain. Seperti halnya situs yang lebih kecil, masalah selanjutnya adalah
hubungan antara kapasitas dan penyediaan, sebagian resort yang fasilitasnya berkembang,
dapat pula mempengaruhi jumlah pengunjung, secara umum metode ini mengabaikan
kompleksitas factor kasual.
B. Seasonality
Banyak situs, terutama yang terkait dengan kegiatan diluar pedesaan, biasanya
ditandai oleh pengunjung atau pengguna. Biasanya tren musiman seperti yang terdapat pada
gambar 7.3. dalam hal ini, tren sebenarnya ialah terjadi kenaikan. Pada varian yang lebih
kompleks, melibatkan komponen siklis terhadap tren sebenarnya atau tren non linier. Ini tidak
dipertimbangkan disini. Metode yang diuraikan dibawah ini melibatkan perhitungan variasi
musiman, rata-rata dan menghilangkan hal ini dan data untuk memproduksi garis lurus
trendline. Dari sini prediksi dapat diproduksi dan penyesuaian musim kembali diterapkan
untuk meramalkan gambaran masa depan dengan komponen musim
Tahap-tahapnya :
a) Dari jumlah pengunjung yang tidak berubah (kolom 1) diperoleh gambaran tahunan
(kolom 2)
b) Dari (2) diperoleh besar jumlah 5 kuarter
c) Dari (3) diperoleh perpindahan rata-rata
d) Total fluktuasi adalah (5) = (1) - (4)
e) Fluktuasi musim didapat dari penataan ulang kolom (5) pada bagian kedua table 7.6
untuk mendapatkan nilai rata-rata fluktuasi musim (6)
f) Gambaran penyesuaian musim didapat dari mengurangi fluktuasi musim dari gambar
yang tidak berubah ((7) = (1) – (6))
g) Sisa fluktuasi didapat dari pengurangan perpindahan rata-rata dari penggambaran
penyesuaian musim (8) = (7) – (4)
Dari metode ini gambaran pasti dibedakan menjadi 3 komponen : sebuah trendline
(perpindahan rata-rata)(T) : fluktuasi musim (s) dan sisa fluktuasi (R) maka :
A=T+S+R
Komponen fluktuasi sisa (R) berasal dari berbagai factor, sehingga peramalan bisa
berasal dari trendline dan komponen musim. Trendline mungkin dapat ditemukan dari
berbagai metode yang dijelaskan pada bagian 2, dan dibuat penyesuaian musim pembaca
sekarang tahu peramalan gambar pengunjung untuk quarter tahun 1988.
Table 7.6
Hasil akhir kurva permintaan kemudian diproduksi dengan mempertimbangkan efek pada
uang masuk dari angka pengunjung. Saat harga nol terdapat 500 pengunjung. Jika uang
masuk seharga £1 dibuat, total harga atau hasil zona A meningkat menjadi £2 dan
pengunjung turun ke 0.3, memberikan 150 pengunjung. Serupa dengan pengunjung dari zona
B.C.D.E menjadi 120,40,15,o, total 325 (pembaca harus tau gambaran pengunjung untuk
uang masuk dari £2, £3, £4, £5). Informasi ini kemudian digrafikkan untuk melihat hasil
kurva permintaan. Ditampilkan pada gambar 7.6. Respon pengunjung untuk biaya masuk
mungkin bisa dinilai.
Terdapat angka permasalahan yang serius dan beruhubungan dengan teknik ini :
Masalah utama dalam perencanaan rekreasi adalah hubungan antara penyesuaian dan
konsumsi juga menerapkan metode ini. Akhirnya ada masalah sekarang dalam meramalkan
asumsi bahwa hubungan antara independen lebih besar dari dependen variabel adalah
konstan. Dengan masalah substansial seperti itu, metode clawson memberikan keterbatasan
praktik. Hal itu harus digunakan dengan hati-hati dan hanya dalam bentuk yang sederhana.
5.4 Model Gravitasi
Model gravitasi telah didiskusikan dengan detail di chapter 5 dan 6 dan diskusi
disini trebata. Persamaan dasar dari model gravitasi di tampilkan dibawah ini:
Vij: GpiAj
Dbij
Pi = populasi zona i
G b = konstan
KESIMPULAN
Masalah lebih lanjut tentang ini adalah asumsi “masa depan seperti masa kini” pada
kebanyakan teknik. Telah diasumsikan bahwa hubungan antara, contohnya, tingkat
pendapatan dan tingkat partisipasi akan konstan. Hal ini umumnya sedikit tidak memadai
untuk rekreasi, namun tanpa “kemampuan memproyeksikan” sepertinya tidak terdapat
alternatif yang nyata. Pada umumnya struktur kompleks lepas yang termasuk kedalam
rekreasi sangat tidak dipahami. Bahkan beberapa dari asumsi yang paling menarik bisa saja
sangat cacat. Kepemilikan mobil pada dasarnya dianggap sebagai sebuah alasan dari asumsi
rekreasi. Namun bisa juga adalah dampaknya mobil memiliki sebuah fungsi rekreasi penting
sehingga dapat diperoleh untuk memfasilitasi partisipasi. Melalui proyeksi rekreasi terdapat
pula sebuah asumsi bahwa nilai rekreasi kelas menengah akan dipindahkan ke kelas – kelas
lainnya karena kenaikan tingkat pendapatan.