Semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi dan semakin meningkatnya kebutuhan
energi merupakan permasalahan energi yang harus diselesaikan. Indonesia adalah negara dengan luas
areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia.
Pencapaian produksi rata-rata Indonesia tahun 2004-2008 sebesar 40,26% dari total produksi kelapa
sawit dunia (Fauzi, 2012). Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah
padat yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit. Menurut Darnoko (1992), dari satu
ton tandan buah segar (TBS) yang diolah akan dihasilkan minyak sawit kasar (CPO) sebanyak 0,21
ton (21%) serta minyak inti sawit (PKO) sebanyak 0,05 ton (5%). Sisanya merupakan limbah dalam
bentuk tandan buah kosong, serat dan cangkang biji yang jumlahnya masing-masing sekitar 23%,
13,5% dan 5,5% dari tandan buah segar.
Konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk dan populasi kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil. Pilihannya
adalah mengurangi konsumsi atau mempertahankan konsumsi bahan bakar minyak tapi dengan
campuran etanol (premium) atau biodiesel (solar). Pertambahan jumlah penduduk sudah otomatis
akan meningkatkan konsumsi energi, terutama bahan bakar minyak.
Bagaimana pun bahan bakar minyak akan habis atau setidaknya harganya akan semakin
mahal karena kian langka. Belakangan, Energi Baru Terbarukan muncul sebagai tambahan alternatif
untuk anergi fosil. Karena itu, pemerintah wajib terus mendorong penggunaan energi baru
terbarukan, termasuk bahan bakar nabati. Jenis bahan bakar lain energi terbarukan pengganti solar
ini adalah green diesel. Salah satu industri kimia yang memiliki prospek pasar menjanjikan ialah
industri pembuatan green diesel.
Green diesel adalah salah satu alternatif solusi pemecahan masalah kebutuhan energi
tersebut, yaitu dengan mengganti diesel dari minyak bumi dengan minyak yang setara dengan diesel
yang diolah dari minyak nabati seperti minyak minyak biji kapuk, minyak jarak dan lain-lain. Green
diesel merupakan salah satu solusi mengatasi kebutuhan bahan bakar diesel yang semakin meningkat,
green diesel merupakan minyak diesel yang berasal dari minyak nabati yang memiliki kualitas lebih
baik dibandingkan biodiesel dan ramah lingkungan. Green diesel adalah minyak yang digunakan
dirumah yang bersih, hemat biaya.
Pembuatan green diesel yang tidak menghasilkan limbah sangat efisien secara proses, semua
produk dari reaksi antara minyak nabati dan hidrogen merupakan produk yang dapat langsung
digunakan. Salah satu proses yang dapat dilakukan untuk mengubah minyak nabati menjadi minyak
yang setara dengan bahan bakar diesel adalah dengan menggunakan proses Fischer Tropsch (FT).
Adapun data produksi kelapa sawit di Indonesia :
BAB I PENDAHULUAN 1
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kebutuhan solar di Indonesia dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Dari data yang didapatkan diatas, sekitar 23% dari produksi kelapa sawit aka menjadi limbah
tandan kosong. Dapat disimpulkan bahwa limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia
mengalami peningkatan, maka untuk mengurangi limbah tersebut dilakukan peningkatkan
pengolahan dalam memanfaatkan dan mengurangi limbah tersebut menjadi bahan bakar ramah
lingkungan seperti green diesel sehingga dapat mengurangi jumlah limbah tandan kosong kelapa
sawit (TKKS) dan mengurangi impor bahan bakar migas terutama solar di Indonesia. Dengan
didirikan pabrik green diesel ini diharapkan mampu memanfaatkan dan mengurangi limbah tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) di Indonesia.
Dari data impor solar di Indonesia pada Tabel 1.2 jika di buat dalam grafik di dapatkan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN 2
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
18000
Kebutuhan Solar
17000
16000
15000
14000
13000
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tahun y = 452,38x + 10404
R² = 0,869
Gambar 1.1 Kebutuhan Impor Solar di Indonesia (dalam berat ton) pada tahun 2000-2017
Dari grafik diatas diperoleh persamaan garis y = 452,38x + 10404 dengan R² = 0,869 sehingga
dapat diketahun kebutuhan solar pada tahun 2026 yaitu 19834,98 ton/tahun sehingga PT. Mayora
Unggul Energy akan memproduksi green diesel dengan kapasitas produksi 20000 ton/tahun yang
akan dipasarkan di dalam negeri untuk mengurangi kebutuhan impor solar di Indonesia.
Penentuan lokasi pendirian pabrik dalam perancangan pabrik “Production Of Green Diesel” PT.
Mayora Unggul Energy ini dimulai dari melihat peluang sebaran dan luas area tanaman kelapa sawit
di Indonesia karena raw material yang digunakan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yaitu
limbah padat dari kelapa sawit.
Gambar 1.2 Sebaran dan Luas Area Tanaman Kelapa Sawit Nasional 2015
(Source: Ditjenbun Kementrian Pertanian. 2015)
Berdasarkan Gambar 1.2, maka dapat ditentukan lokasi awal pemilihan pendirian pabrik,
dimana ditunjukkan sebaran dan luas area tanaman kelapa sawit nasional terbesar yaitu ada di
pulau Sumatera dan Kalimantan. Dengan data tersebut maka dapat dicari informasi lebih terkait
luas areal kelapa sawit yang tersedia.
BAB I PENDAHULUAN 3
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Gambar 1.3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Pulau Sumatera dan Kalimantan
(Sumber: Badan Pusat Statistik. 2016)
Dari gambar diatas maka diambil tiga lokasi sebagai perbandingan untuk pendirian pabrik
PT.Mayora Unggul Energy dengan memperhatikan beberapa faktor. Perbandingan disajikan pada
Tabel 1.3.
BAB I PENDAHULUAN 4
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Berdasarkan pertimbangan pada Tabel 1.16, lokasi yang dipilih untuk pembangunan pabrik PT.
Mayora Unggul Energy adalah Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sumatera Utara , dengan
alasan :
a. Faktor Primer
Tabel 1. 4 Jarak Pabrik dengan Penyedia Bahan Baku di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei
Bahan Baku Penyedia Bahan Baku Jarak
PT Perkebunan Nusantara III 15 – 140 km
Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara II 40 - 105 km
Perkebunan Rakyat 20 – 150 km
2. Daerah Pemasaran
Produk green diesel yang dihasilkan direncanakan akan dipasarkan ke PT.Pertamina dan
distributor biodiesel/green diesel di seluruh Indonesia.
3. Sarana Transportasi
Untuk sarana transportasi didukung oleh beberapa sarana baik di udara, darat dan laut dimana
terdapat bandara Kualanamu International Airport, Pelabuhan Belawan, dan Jalan tol trans sumatera
yang telah terhubung dengan kawasan industri Dumai sehingga memudahkan untuk distribusi bahan
baku atau produk.
b. Faktor Sekunder
1. Tenaga Kerja.
Di pulau Sumatera khususnya di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, pemenuhan akan
kebutuhan tenaga kerja tingkat rendah, menengah, maupun tenaga ahli mudah diperoleh karena
berada di kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Diharapkan dengan adanya pabrik ini, dapat
mengurangi adanya pengangguran di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 5
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Tabel 1. 5 Persentase Usia Muda (15-24 tahun) Yang Sedang Tidak Sekolah, Bekerja Atau
Mengikuti Pelatihan di Provinsi Sumatera Utara
Tahun %
2015 22,01
2016 21,87
2017 18,88
2018 18,35
(Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018)
3. Kondisi Tanah
Kondisi tanah di sekitar pabrik yang akan dibangun keadaanya stabil dan baik karena pabrik
akan dibangun di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei yang merupakan Kawasan
sekitaran Industri.
BAB I PENDAHULUAN 6
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
c. Faktor Tersier
1. Masyarakat
Keadaan sosial kemasyarakatan sudah terbiasa dengan lingkungan industri sehingga pendirian
pabrik baru dapat diterima dan dapat beradaptasi dengan mudah dan cepat.
2. Iklim
Sebagai daerah dengan iklim tropis Sumatera Utara memiliki dua musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Kedua musim tersebut diselingi dengan masa peralihan yang
umumnya disebut masa pancaroba. Pada musim peralihan tersebut curah hujan masih relatif banyak.
Namun demikian kondisi alam Sumatera Utara yang masih dikelilingi oleh hutan tropis yang masih
lebat menjadikan daerah ini menunjukkan sifat sebagai daerah hutan hujan tropis dengan curah hujan
yang relatif merata sepanjang tahun.
3. Kebijakan Pemerintah
Perkembangan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
terjadipeningkatan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi regional yang relatif tinggi selama beberapa
tahun menghasilkan kemakmuran bagi sebagian besar masyarakat di kawasan Asia Timur dan Asia
Selatan. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia menjadi salah satu lokasi strategis yang ideal bagi
investasi dalam rangka pengembangan rantai produksi global. Salah satu upaya pemerintah untuk
mendorong laju penanaman modal serta peningkatan daya saing dan penciptaan lapangan pekerjaan
adalah diterbitkannya UU nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei.
Daya tarik kawasan ini dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri ekspor, impor, dan
kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Untuk mengembangkan daya saing dari Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, upaya
penyiapan standar infrastruktur dan standar pelayanan yang berkualitas dan memiliki daya saing
tinggi merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Berkaitan dengan hal itu ditetapkanlah suatu
Standar Penyelenggaraan Infrastruktur di dalam Kawasan Ekonomi Khusus. Standar ini adalah
standar minimal yang perlu dilaksanakan oleh masing-masing pengusul dalam pembangunan dan
penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Pembuatan green diesel pada PT. Mayora Unggul Energy, terlebih dahulu dilakukan proses
produksi gas H2 dan CO dari tandan kosong/cangkang kelapa sawit dengan proses gasifikasi, dan
terakhir pembuatan green diesel dari bahan baku CO dan gas H2 dengan menggunakan nanokatalis
Co. Untuk proses pembuatan H2 dan CO dapat disintesa dengan berbagai macam metode yaitu steam
reforming, pirolisis, gasifikasi, dan fermentation of waste substrates.
1. Steam reforming
Steam reforming adalah proses pembentukan atau produksi gas hidrogen dari gas alam dengan
reaksi utamanya yaitu :
CH4 + H2O -> CO +3H2 (1)
Reaksi ini bersifat katalitik, endotermis, dan berlangsung pada temperatur 1000 ˚C. Banyaknya
panas yang dihasilkan dari produk hasil reforming yang dimanfaatkan untuk pembangkit steam
sebelum diproses lebih lanjut dalam conventer yang sebagian besar CO diubah menjadi CO 2 dengan
menggunakan absorber.
(Panjaitan M : 2008)
BAB I PENDAHULUAN 7
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
2. Pirolisis
Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasa tanpa atau sedikit
oksigen atau reagen lainnya, dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia
menjadi fase gas. Pirolisis dipanaskan pada temperatur 650-800 K pada 0,1-0,5 MPa tanpa kehadiran
udara untuk mengkonversi biomassa menjadi liquid oils, solid charcoal, dan komponen gas.
(Panjaitan M : 2008)
3. Gasifikasi
Proses gasifikasi adalah konversi biomassa dari fasa solid menjadi fasa gas (gas sintesa). Pada
dasarnya, biomassa dikonversikan menjadi campuran CO, CO2, H2O, H2, dan hidrokarbon ringan.
Prinsip kerjanya yaitu pereaksi hidrokarbon yang sudah terekah terlebih dahulu di proses feeding
untuk nantinya direaksikan dengan oksigen dan menjadi syngas. Proses gasifikasi ini sangat
bergantung pada pemilihan dari jenis gasifier dengan kelebihan dan kekurangannya masing – masing.
(Panjaitan M : 2008)
Dari proses – proses pembuatan hidrogen yang ada, maka gasifikasi dipilih sebagai proses
pembuatan hidrogen dalam pendirian pabrik ini dengan alasan :
1. Ketersediaan bahan baku berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang merupakan limbah
utama dari proses pembuatan Crude Palm Oil (CPO).
2. Memiliki efisiensi paling tinggi yaitu berkisar 41-65% dari 100% massa feedstock.
3. Memiliki yield hidrogen yang tinggi yaitu berkisar 20000-200000 kg/hari hdrogen yang
dihasilkan.
BAB I PENDAHULUAN 8
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
4. Spesialisasi produk syngas yang dihasilkan dari produk ini jauh lebih murni dan lebih banyak
daripada proses yang lain.
Gasifikasi dari tandan kosong kelapa sawit ini terdiri dari empat proses yaitu pengeringan,
pirolisis, oksidasi, dan reduksi. Tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Tahap pengeringan (drying)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk meningkatkan suhu feedstock menjadi sekitar 100˚C. Tahap
pengeringan ini bertujuan untuk mempersiapkan feedstock agar suhu sesuai dengan spesifikasi untuk
tahap pirolisis dan untuk mengurangi kandungan moisture dari feedstock.
2. Tahap pirolisis
Biomassa berupa TKKS akan mengalami perengkahan pada proses ini dengan temperatur
mencapai 250˚C, proses ini berlangsung sampai temperatur 500˚C. Hasil proses ini adalah arang, uap
air, uap tar, dan gas-gas. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mempermudah reaksi pembentukan gas
hidrogen di gasifier.
3. Tahap reduksi
Pada temperatur diatas 600˚C arang bereaksi dengan uap air dan karbon dioksida. Untuk
menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida sebagai komponen utama gas hasil. Tahap ini adalah
tahap terjadinya gasifier atau proses gasifikasi.
4. Tahap oksidasi
Sebagian kecil biomassa atau hasil pirolisis dibakar dengan udara untuk menghasilkan panas
yang diperlukan oleh ketiga tahap lain. Proses oksidasi ini dapat mencapai temperatur 1200˚C yang
berguna untuk perekehan tar lebih lanjut.
(Panjaitan M : 2008)
Atas dasar laju alir fluida, jenis – jenis gasifier dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu
moving bed, fluidized bed, dan entrained flow gasifier.
BAB I PENDAHULUAN 9
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Tabel 1. 7 Perbandingan Jenis – Jenis Gasifier
Kategori Moving Bed Fluidized bed Entrained
Tipe Proses Co-current Counter Bubbling Circulating flow gasifier
current
Ukuran 6-50 mm 6-50 mm 6-10 mm 6-10 mm <100 μm
Umpan
Temperatur (425-650 (425-650 (900-1050 (900-1050 (1250-1600
Gas Keluar ˚C) ˚C) ˚C) ˚C) ˚C)
Tar Rendah Tinggi Sedang Sedang Tidak ada
Kontrol Mudah Paling Sedang Sedang Kompleks
Mudah
Skala <5 MW <20 MW 10-100 MW >20 MW >100 MW
(Indriyanto W : 2012)
Berdasarkan perbandingan jenis – jenis gasifier maka dipilih jenis gasifier moving bed co-
current dengan kondisi operasi yang sesuai.
Pada dasarnya proses pembuatan green diesel terdapat beberapa proses yaitu:
a. Fischer Tropsch
Sintesis FT dari gas hasil gasifikasi biomassa bukan merupakan hal baru dalam hal
pengembangan teknologi pemanfaatan biomassa menjadi bahan bakar. Proses dengan FT ini diyakini
sebagai proses yang menjanjikan dan dapat dicapai. FT memiliki kinerja tinggi dengan dukungan
katalisis logam terutama dengan menggunakan katalis Ru, Co dan Fe yang akan mengubah syngas
menjadi hidrokarbon (green diesel) dan off gas. Reaksi FT adalah konversi gas sintesis menjadi
campuran hidrokarbon rantai panjang. Jenis katalis, jenis reaktor, rasio H 2/CO, dan kondisi operasi
merupakan faktor yang menentukan jenis produk yang dihasilkan. Saat ini sintesis FT dioperasikan
secara komersial oleh Sasol Afrika Selatan (berbasis batubara) dan Shell Malaysia (berbasis gas
alam).
BAB I PENDAHULUAN 10
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Gambar 1.7 Tahap Konversi Syngas Menjadi Bahan Bakar dan Energi
(Sumber: Ronaldo, 2019)
Secara umum, sistem pemanfaatan biomassa menjadi diesel dengan Teknologi Fischer Tropsch
terdiri atas 4 (empat) sistem utama yaitu sistem gasifikasi biomassa, sistem pembersihan dan
pengkondisian gas sintesis, sistem sintesis FT dan sistem upgrading FT Fuel dan produksi listrik.
Untuk memproduksi bensin dan olefin dengan Teknologi Fischer Tropsch terbagi menjadi High
Temperature Fischer-Tropsch (HTFT) dengan temperatur 340 oC menggunakan katalis besi. Diesel
dan lilin diproduksi menggunakan reaktor Low Temperature Fischer-Tropsch (LTFT) pada
temperatur sekitar 200oC dengan bantuan katalis besi atau kobalt dan prosesnya merupakan reaksi
eksoterm. Maka untuk memproduksi diesel digunakan reaktor LTFT dan reaksi kimia yang terjadi
pada sintesis Fischer-Tropsch. Berikut adalah reaksi yang terbentuk:
b. Hydrotreating
Proses pembuatan green diesel dari CPO ini dapat dilakukan dengan proses hydrotreating atau
hydroprocessing dengan menggunakan hidrogen untuk menghilangkan oksigen dari molekul
trigliserida. Gas oksigen ini dapat dihilangkan melalui reaksi hidrodeoksigenasi
BAB I PENDAHULUAN 11
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Proses pembuatan green diesel melalui hydrotreating merupakan proses perengkahan dengan
mengalirkan gas hidrogen untuk menjenuhkan hidrokarbon serta menghilangkan pengotor sulfur,
oksigen, nitrogen serta logam yang berikatan pada hidrokarbon sebagai pengotor di dalam destilat,
penghilangan oksigen melalui reaksi dengan hidrogen sehingga menghasilkan produk parafin yang
murni. Selama proses hydroprocessing trigliserida, jenis katalis adalah salah satu faktor terpenting
untuk menentukan hasil dan komposisi produk cair seperti green naphtha (C5-C10), green jet fuel
(C11-C13), dan green diesel (C14-C20). Beberapa katalis hydrocracking akan menghasilkan
produksi green naphtha yang tinggi sedangkan katalis hydrocracking yang ringan akan menghasilkan
produk utama green diesel.
BAB I PENDAHULUAN 12
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Keuntungan Proses Hydrotreating dengan hydrodeoksigenasi:
1. Limbah yang dihasilkan lebih sedikit
2. Konversi reaksi yaitu 90%
3. Tidak cocok digunakan untuk nanokatalis
Kekurangan Proses Hydrodeoxygenation dengan hydrodeoksigenasi:
1. Selektivitas produk cukup rendah
2.Rasio CO/H2 dirubah dengan merubah atau menggeser reaksi yang terjadi
Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode proses yang digunakan yaitu dengan Teknologi
Fischer Tropsch, dikarenakan konversi yang dapat dicapai lebih dari 90%, Rasio CO/H 2 dapat diatur
agar tidak menghasilkan by product berupa syngas, produk samping lainnya diluar green diesel dapat
diproses lebih lanjut dan memiliki nilai guna.
Yield dari green diesel sendiri dapat ditingkatkan dengan proses yaitu hydrotreating. Pada tahap
pertama, oksigen dihilangkan dari CPO sebagai air. Produk yang sudah melewati proses Fischer
Tropsch Systesis akan dipisahkan dengan proses distilasi menjadi molekul ringan pada rentang suhu
didih naphtha. Tabel 1.11 menunjukan dimana green naphtha, jet fuel, dan green diesel dapat
diperoleh. Distilasi akan menghasilkan empat produk utama yaitu nafta, jet fuel, propane, dan green
diesel.
BAB I PENDAHULUAN 13
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Sehingga dapat dibuat beberapa perbandingan untuk menentukan kondisi temperatur, jenis
reaktor dan katalis pada pembuatan green diesel dengan Teknologi Fischer Tropsch Syntesis.
Berdasarkan perbandingan kondisi temperatur maka dipilih kondisi low temperature untuk
memproduksi green diesel, dimana kondisi ini memiliki aktivitas tinggi dengan penggunaan katalis
Co, maka katalis Co akan dipilih untuk proses pembuatan green diesel ini karna selektifitasnya ke
BAB I PENDAHULUAN 14
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
arah pembentukan hidrokarbon berat. Untuk perbandingan secara spesifik katalis Fe dan Co
ditampilkan pada tabel 1.13. Selanjutnya pemilahan jenis reaktor yang akan digunakan, karena
kondisi low temperature disajikan dengan beberapa pilihan jenis reaktor. Berikut adalah
perbandingan jenis reaktor LTFTS (Low Temperature Fischer Tropsch Syntesis).
Tabel 1. 12 Perbandingan Jenis Reaktor LTFTS (Low Temperature Fischer Tropsch Syntesis)
Reaktor 2 Fasa (Gas-Padat) Reaktor 3 Fasa (Slurry)
Rata-rata ukuran katalis harus > Cocok untuk nanokatalis (10-50
1mm nm)
Faktor efektivitas < 1 (control Faktor efektivitas mendekati 1
difusi)
Peningkatan katalis tidak Dapat dilakukan pemisahan
membantu pada kinetika katalis pada wax untuk
reaksi dan reaksi mencapai efektivitas katalis
penghilangan panas sulit di dalam wax
dilakukan
Contoh reaktor: Fixed Bed dan Contoh reaktor: Slurry Bed
Fluidized Bed Reactor
(Sumber : Nicolas, 2007)
Tabel 1. 13 Perbandingan Reaktor Fixed Bed dan Slurry Bed terhadap Konversi CO
Fixed Bed Reactor Slurry Bed Reactor
Target konversi CO > 80% dengan Target konversi CO > 90% dengan
GHSV > 2000 jam-1 GHSV > 10 jam-1
Pencapaian target dengan memperluas Pencapaian target dengan memperkecil
sisi aktif dari katalis dan ukuran katalis (berukuran
mengurangi tingkat reaksi reduksi nanokatalis), peningkatan laju difusi
gas-cair-padat tanpa meningkatkan
tekanan.
(Sumber : Nicolas, 2007)
(a) (b)
Gambar 1.11 (a) Fixed Bed (b) Slurry Bed
(Sumber: Bagas, 2012)
Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam proses pembuatan green diesel dari CPO
dengan teknologi Fischer Tropsch digunakan jenis reaktor yaitu Slurry Bed Reactor karena konversi
CO > 90% dan GHSV > 10 jam-1. Maka dapat disimpulkan proses yang dipilih pada pembuatan green
diesel dari CPO yaitu dengan Teknologi Fischer Tropsch, kondisi low temperature, katalis Co dengan
ukuran 10-50 nm (nanokatalis) penggunaan nanokatalis disini karena bersifat sangat reaktif akibat
BAB I PENDAHULUAN 15
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
permukaan sentuh yang lebih besar sehingga ikatan antara suatu partikel dengan partikel lain lebih
mudah terbentuk (Ruth,2014), serta jenis reaktor slurry bed.
Secara teknis green diesel dapat digunakan untuk semua mesin diesel tanpa modifikasi,
termasuk tanki, truk pengangkut, dan pompanya. Biodiesel dapat digunakan murni (100%) atau
sebagai campuran minyak solar sesuai tingkat kandungannya. Seperti B10 untuk campuran 10%
biodiesel, B5 untuk yang 5% dan seterusnya. Green diesel dapat lebih berfungsi sebagai pelumas
daripada minyak solar, sehingga suara dan getaran mesin dapat lebih halus. Dampaknya umur mesin
dapat lebih panjang.
Dari sudut lingkungan green diesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan dikarenakan
dalam penggunaannya dapat mengurangi efek rumah kaca karena kandungan oksigen yang lebih
tinggi daripada solar sehingga pembakaran lebih sempurna. Gas rumah kaca seperti karbon
monooksida yang memiliki efek rumah kaca tinggi, dapat diminimumkan. Pembakaran juga lebih
baik karena fungsi pelumasan green diesel yang lebih baik. Selain itu karena green diesel dihasilkan
dari tanaman (penyerap CO2), maka neraca karbon dengan adanya pembakaran (emisi CO2)
seimbang dengan penyerapannya.
A. Raw Material
1. Karbon Monoksida
2. Hidrogen
BAB I PENDAHULUAN 16
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
(Source:https://www.researchgate.net/publication/284140717_ANALISIS_PRODUKTIFITAS_GAS_HIDR
OGEN_DAN_GAS_OKSIGEN_PADA_ELEKTROLISIS_LARUTAN_KOH )
3. Katalis Cobalt
Tabel 1. 16 Sifat Kimia dan Fisik Katalis Cobalt
Rumus Molekul Co
Nomor Atom 27
Titik Didih 1349°C
Titik Lebur 1490°C
Densitas 15,14
Wujud Padat
Kapasitas Panas pada 25C (J/mol.K) 26,65
Kalor Penguapan (kJ/mol) 179,5
Konduktivitas termal pada 300 K (W/m K) 35,5
(Sumber: Pratiwi Febriliani daniar ,2016)
4. MDEA
Tabel 1. 17 Sifat Kimia dan Fisik MDEA
Rumus Molekul CH3N(C2H4OH)2
Titik Didih (°C) 247
Wujud Cairan
Warna Jernih
Bau Seperti ammonia
Ph 11-12 (100gr/1; 20°C
(Sumber : Enand, 2012)
5. Oksigen
Tabel 1. 18 Sifat Kimia dan Fisik Oksigen
Material Oksigen
Rumus Molekul O2
Berat Molekul 16 gr/mol
Titik Didih -183 ℃
Titik Beku -218.79 ℃
Densitas 1,43 x 10-3gr/ml
Kapasitas Panas 29.378 J/(mol·K)
Wujud Gas
Warna Putih
(Source : http://eprints.polsri.ac.id/943/3/BAB%20II.pdf )
B. Product
1. Green diesel
BAB I PENDAHULUAN 17
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
C. By Product
1. Wax
2. Naftha
3. Methane
4. Propane
BAB I PENDAHULUAN 18
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
5. Karbon Dioksida
Sifat Kimia:
a. Kadar CO2 yang berlebih di udara dapa mengakibatkan peningkatan suhu dipermukaan bumi
(mengakibatkan pemanasan global / global warming).
b. Air hujan dapat melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat didalam udara membentuk asam
karbonat (H2CO3) sehingga terjadi hujan asam.
6. Hidrogen Sulfida
Sifat Kimia:
Gas bersifat racun.
Mudah terbakar dengan nyala api biru.
Dapat larut dalam air.
Bersifat korosif.
BAB I PENDAHULUAN 19
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
TBS STEAM
LIGHT GAS
LIQUID
TRESHER
STEAM LIGHT
Palm HIDROKARBON
STERILIZER GREENDIESEL
Kernel
FLASH
DRUM
UDARA CONE
CRUSHER FT REACTOR KOLOM
DISTILASI
ROTARY
Udara jenuh
DRYER
GAS WAX
ASAM
GASIFIER CYCLONE
O2
ABSORBER
ASH REGENERATOR
ASH
Gambar 1.12 Proses flow diagram green diesel from empty fruit bunch with Fischer Tropsch
Synthesis PT. Mayora Unggul Energy
Tandan kosong kelapa sawit didapat dari tandan buah segar kelapa sawit dimana komposisi
tandan kosong kelapa sawit sebesar 23% dari tandan buah segarnya, untuk mendapat tandan kosong
kelapa sawit ini dilakukan pemisahan dari bagian lain yang terdapat di tandan buah segar. Dimana
tandan buah segar memasuki proses sterilisasi (V-101) yaitu proses perebusan dengan tujuan untuk
menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah
pemisahan tandan kosong pada thresher (TS-101). Perebusan ini menggunakan steam dengan suhu
1300C dan tekanan 3 bar. Selanjutnya pada proses thresher tandan kosong terpisah dari bagian
lainnya yang nantinya ini akan dikeringkan oleh tunnel dryer (TR-103) dengan suplai udara panas
pada temperatur 1500C tekanan 1 bar dan disimpan di storage palm kernel (T-101) untuk dijual
kembali, kemudian tandan kosongnya melalui belt conveyor masuk kedalam proses size reduction
oleh cone crusher (CR-101) untuk mendapat ukuran < 51 mm sesuai dengan kondisi gasifier. Setelah
di reduksi ukurannya tandan kosong melalui belt conveyor (TR-104) masuk ke proses pengeringan
menggunakan rotary dryer (D-102), pengeringan dilakukan dengan adanya suplai udara panas pada
suhu 2600C dan tekanan 1 bar, karena kondisi bahan masuk gasifier harus memilik kadar air sekitar
10%. Selanjutnya tandan kosong masuk ke hopper (V-102) tempat penampungan bahan baku yang
siap diumpankan ke dalam gasifier melalui belt conveyor (TR-106).
BAB I PENDAHULUAN 20
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
dari arah samping reactor. Di dalam gasifier terjadi tiga reaksi yaitu reaksi pirolisis, reaksi
pembakaran, dan reaksi gasifikasi. Berikut adalah uraian reaksinya:
Tandan Kosong C (s) + CH4 + CO + CO2 + H2 + H2O+ H2S + COS + N2 + Ash (s)
2. Reaksi-reaksi pembakaran :
3. Reaksi gasifikasi:
Reaksi Boudouard
Reaksi Metanasi
Hasil keluaran dari reactor gasifier (R-101) berupa syngas yang terdiri dari CO2, CO, H2, H2O,
N2, CH4, H2S dan ash (ash yang berasal dari bahan baku, minyak, kotoran, sisa C yang tidak
terbakar), Sebelum masuk ke tahap CO2 removal, keluaran gasifier berupa syngas yang masih
mengandung ash tersebut dilewatkan ke cyclone (CC-101) untuk dipisahkan terlebih dahulu. Ash
yang keluar dari reactor dan cyclone diakumulasikan, karena ash tersebut keluar dengan kondisi
temperatur tinggi 7800C maka dilewatkan ke conveyor with water spray (TR-107) kemudian akan
disimpan ke ash storage (T-103).
BAB I PENDAHULUAN 21
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
Hasil dari sintesis Fischer Tropsch merupakan syncrude yang merupakan campuran
hidrokarbon cair rantai panjang, dimana syncrude keluar pada temperatur 2200C dan tekanan 35 bar.
Syncrude yang keluar berupa campuran yang terdiri dari hidrokarbon ringan (light gas),
naphta,propane, green diesel dan wax yang selanjutnya akan dipisahkan untuk mendapat masing-
masing produk tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 22
PERANCANGAN PABRIK 2019/2020 PT. MAYORA UNGGUL ENERGY
BABBABVI 6
ANALISA EKONOMI
ANALISIS EKONOMI
Harga alat yang digunakan di PT. Mayora Unggul Energy ditentukan berdasarkan buku Chemical
Engineering Economics (Garret,1989). Hasil perkiraan harga sebagai berikut .
Dari Tabel 6.1 dapat dilihat bahwa biaya yang dibutuhkan untuk membeli peralatan utama PT. Mayora
Unggul Energy sebesar $279.664.504,02. Biaya tersebut merupakan biaya pada tahun 2020 dengan
CEPCI index sebesar 597,0455.
Nilai sisa (Salvage Value) Umumnya nilai sisa 0 berdasarkan literature (Garret,1989, hal
4
bernilai 0 58)
Pajak 25% dari keuntungan
Pajak sebesar 25% bagi industri yang memiliki penghasilan >
5 kotor
50 Milyar rupiah (PP No. 23 Tahun 2018)
Untuk peminjaman modal minimum adalah 10% dari modal
Peminjaman modal 10% dari
investasi. Peminjaman dipilih tidak terlalu besar untuk
6 TCI.
meminimalisir biaya produksi setiap tahun. (Garret, 1989, hal
79)
Kapasitas produksi tahun
Di awal pembangunan proses produksi belum bisa berjalan
pertama dan kedua tidak
7 secara maksimum sehingga kapasitas produksi tidak
sama dengan 100%
maksimum.
Umur pabrik 20 tahun Umumnya pabrik berumur 20 tahun berdasarkan literature
8
(Peters, 2003)
Jumlah shift kerja adalah 3
shift dengan jumlah operator Pembagian shift sebagai berikut : 08.00-1.00; 16.00-24.00;
9
sebanyak 27 orang untuk 24.00-08.00
setiap shift (Garret, 1989)
Metode yang digunakan untuk menghitung biaya investasi awal adalah metode direct-indirect cost
yang berdasarkan pada faktor pengali terhadap jumlah total pembelian alat. Daftar komponen yang
digunakan mengacu pada referensi buku Chemical Engineering Economics (Garrett, 1989).
Tabel 6. 3 Pertimbangan Pemilihan TPC Factor untuk Direct dan Indirect Cost
Direct Cost
Range TPC Factor
Komponen Pertimbangan Pemilihan Faktor
Factor Used
Purchased
Berdasarkan TPE yang telah dihitung
Equipment
Karena fluida yang digunakan tidak hanya gas
Piping 0,15 – 0,70 0,70 melainkan cair juga, sehinggaa memerlukan sistem
perpipaan yang cukup banyak
Listrik untuk startup diperoleh dari PLN, setelah itu
Electrical 0,10 – 0,15 0,13
digenerasi sendiri dari pemanfaatannya
pengoperasian pabrik banyak dilakukan dengan
Instrumentation 0,10 – 0,35 0,35
control otomatis
Utilities 0,30 – 0,75 0,75 Listrik digenerasi sendiri dari pemanfaatannya
Sebagian alat harus ditahan dalam tanah dan sebagian
Foundations 0,07 – 0,12 0,10
lagi tidak harus
Insulation 0,02 – 0,08 0,08 Mengalami proses pendinginan dalam pembuatannya
Painting, Penampilan pabrik tidak harus menarik dan resiko
fireproofing, 0,02 – 0,10 0,06 bahayanya tidak tinggi karena perawatan alat-alatnya
safety baik (max)
Yard Tidak terlalu dibutuhkan fasilitas yang tidak terkait
0,05 – 0,15 0,10
Improvement dengan proses
Indirect Cost
konstruksi dan teknik yang profesional agar didapat
Construction,
0,30 – 0,75 0,75 hasil yang baik sehingga proses dapat berjalan
engineering
dengan sangat baik
kontraktor yang diperlukan cukup berpengalaman
Contractor's Fee 0,10 – 0,45 0,28 namun tidak terlalu banyak dan fee dapat
dinegosiasikan
Telah dipertimbangkan dengan baik sehingga biaya
Contingency 0,15 – 0,80 0,48
tak terduganya tidak akan terlalu besar
(Sumber Range TPC Factor : Chemical Engineering Economics (Garrett,1988))
PT. Mayora Unggul Energy membutuhkan biaya investasi atau Total Plant Cost (TPC) sebesar
$1.568.917.867,53 untuk memproduksi Green diesel sebesar 20.000 ton/tahun. Sedangkan Total Capital
Investment (TCI) sebesar $2.478.890.230,70.
Manufacturing cost merupakan evaluasi ekonomi industri yang tidak kalah pentingnya dengan
capital cost. Manufacturing cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu
produk. Terdapat metode untuk menentukan manufacturing cost yaitu: Chart Method, Tabel Method,
dan Factoring Component Method. PT. Mayora Unggul Energy menggunakan metode Factoring
Component dimana terdapat dua komponen, yaitu Variable Cost dan Fixed Cost.
Tabel 6. 7 Manufacturing Cost : Raw Material dan Utilitas
Harga/unit Kebutuhan /
Komponen Unit Biaya (US$/Tahun)
(US$) Tahun
Bahan baku
Kelapa Sawit 95,0 9967,78 Ton 946.939.358,64
Nanokatalis Co 1.000,0 114629,50 Ton 114.629.501,19
MDEA 3.750,0 4718,85 Ton 17.695.705,50
Total Raw Material 1.079.264.564,32
Utilitas
Listrik 0,19/kwh 2403914,89 Kwh 153.930.194,28
Process water (well water) 0,24/M gal 0,0030 M gal/hari 0,23
Steam 29,11/MMBtu 31763,63 MMBtu/hari 305.088.733,68
Cooling Tower Water 0,12/M gal 8,97 M gal/hari 358,96
Air Sanitasi 0,24/M gal 0,005 M gal/hari 0,39
Fire Water 0,24/M gal 0,16 M gal/hari 13,07
Total Biaya Utilitas 459.019.300,61
Depresiasi dilakukan sebagai alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu investasi
selama umur manfaatnya. PT Mayora Unggul Energy menggunakan metode Straight Line, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
TPC = $ 1.568.917.867,53
Land = $ 27.966.450,40
Salvage = $0
Umur pabrik = 20 tahun
Tabel 6. 11 Depresiasi
Tahun ke- Depresiasi ( US $)
1 77.047.570,86
2 77.047.570,86
3 77.047.570,86
4 77.047.570,86
5 77.047.570,86
6 77.047.570,86
7 77.047.570,86
8 77.047.570,86
9 77.047.570,86
10 77.047.570,86
11 77.047.570,86
12 77.047.570,86
13 77.047.570,86
14 77.047.570,86
15 77.047.570,86
16 77.047.570,86
17 77.047.570,86
18 77.047.570,86
19 77.047.570,86
20 77.047.570,86
Total $ 1.540.951.417,13
Plant Cost
Maintenance 6,00% 129.906.399,43
Operating Supply 1,75% 37.889.366,50
Environtmental 2,75% 59.540.433,07
Depreciation - 216.510.665,72
Local Taxes, Insurance 4,00% 86.604.266,29
Plant Overhead Cost 5,00% 108.255.332,86
Capital Related Cost 638.706.463,87
Sales
Patent & Royalties 5,00% 319.477.525,71
Packaging, Storage 3,50% 223.634.268,00
Administrative Cost 6,00% 383.373.030,85
Distribution & Sales 10,00% 638.955.051,42
R&D 2,25% 143.764.886,57
Sales Related Cost 1.709.204.762,56
Total Manufacturing Cost 3.886.759.380,29
Total Manufacturing Cost (Tanpa Depresiasi) 3.670.248.714,58
Sales 6.389.550.514,24
Biaya Produksi 3.670.248.714,58
Keuntungan Kotor 2.719.301.799,66
Keuntungan Setelah Depresiasi 2.502.791.133,94
Pajak 625.697.783,49
Keuntungan Bersih 1.877.093.350,46
Cash Flow 2.093.604.016,18
Varible Cost merupakan biaya yang diperlukan oleh pabrik untuk mendukung proses produksi
suatu produk dimana nilainya dapat berubah, bergantung pada besarnya produksi dan besarnya dapat
dikendalikan oleh plant manager. Varible Cost ini terdiri dari beberapa variable yang ditunjukkan oleh
Tabel dibawah.
Fixed Cost merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh pabrik setiap saatnya, tidak bergantung
pada kapasitas produksi pabrik dan bergantung pada plant itu sendiri atau faktor lain yang dianggap
tetap. Fixed Cost ini terdiri dari beberapa variable yang ditunjukkan oleh Tabel dibawah.
Dalam mendirikan suatu pabrik, penting sekali untuk melakukan Preliminary Project Evaluation
agar dapat mengevaluasi keuntungan dari investasi suatu pabrik. Interest merupakan kompensasi
terhadap keuntungan yang hilang apabila diinvestasikan di tempat lain.Terdapat beberapa metode untuk
menghitung interest yaitu dengan simple interest dan compound interest discrete dan continuous.
Perhitungan yang dilakukan pada PT. Mayora Unggul Energy adalah compound interest continuous
dimana perhitungan bunga dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu pinjaman tertentu dan
digunakan dasar income cash flow atau crash flow yang diasumsikan selalu berubah setiap tahunnya
selama umur pabrik. PT. Mayora Unggul Energy direncanakan akan beroperasi selama 20 tahun. Untuk
modal awal diasumsikan dilakukan peminjaman sebesar 10% dari Total Capital Investment (TCI)
kepada Bank BTPN dengan suku bunga sebesar 7,31 % (Bank BTPN ,2020).
Untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi maka dilakukan analisis awal kelayakan
proyek. Layak atau tidak suatu proyek dapat ditentukan dengan beberapa metode analisis seperti Return
On Investment (ROI), Break Even Point, Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR), Present
Value (PV).
Sebelumnya dilakukan perhitungan Annual Net Profit (ANP). Metode analisis tersebut disimpulkan
dari tabel cash flow selama 20 tahun yang ditunjukkan pada Tabel 6.15.
NPV,i1
27.000.000.000,00
22.000.000.000,00
17.000.000.000,00
12.000.000.000,00
7.000.000.000,00
2.000.000.000,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
-3.000.000.000,00
Gambar 6.1 Kurva Hubungan Nilai NPV Terhadap Tahun Operasi Pabrik
3,599E+10
3,199E+10
2,799E+10
2,399E+10
IRR
1,999E+10
1,599E+10
1,199E+10
7,99E+09
3,99E+09
-10000000
-40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40%
FLUKTUASI
Gambar 6.2 Spider Web PT. Mayora Unggul Energy
Berdasarkan Gambar 6.1 . Dapat dilihat bahwa kenaikan dan penurunan harga bahan baku dan
utilitas tidak berpengaruh terhadap kondisi perusahaan. Apabila biaya produksi mengalami
penurunan hingga 30%, pabrik tidak mengalami kerugian karena menghasilkan NPV positif. Faktor
lain dalam sensitivitas di pabrik ini yaitu penjualan, apabila penjualan mengalami penurunan hingga
30% pabrik masih dapat beroperasi dan tidak mengalami kerugian, karena menghasilkan NPV
positif. Dari Gambar 6.2 dapat disimpulkan bahwa apabila nilai NPV mengalami penurunan hingga
30% PT. Mayora Unggul Energy tidak mengalami kerugian.
7.1 Kesimpulan
PT. Mayora Unggul Energy merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi green
diesel dengan bahan baku utama yaitu tandan kosong kelapa sawit. Penentuan kapasitas produksi
dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti kebutuhan solar di dunia, data import solar di
Indonesia dan data industri sejenis yang memproduksi green diesel. Maka dengan pertimbangan
tersebut ditetapkan kapasitas produksi green diesel sebesar 20.000 ton/tahun. Berdasarkan
pertimbangan tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar di Indonesia dengan basis
bahan bakar yang ramah lingkungan juga mengurangi impor solar dan penciptaan lapangan pekerjaan
untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
PT.Mayora Unggul Energy direncanakan akan beroperasi pada tahun 2026. Pendirian pabrik
berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei. Pertimbahan pemilahan lokasi pendirian pabrik
yaitu dekat dengan bahan baku yang digunakan kelapa sawit, dikarenakan jika dilakukan pembelian
bahan baku utamanya langsung berupa limbah kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa sawit tidak
memenuhi kebutuhan. Bahan baku kelapa sawit ini bisa di supply dari PT. Perkebunan Nusantara III
dengan kapasitas 4.633.200 ton/tahun dan Perkebunan Rakyat dengan total produksi 1.219.886
ton/tahun. Untuk kebutuhan utilitas terdiri dari kebutuhan air dari Sungai bah tongguran dan air KEK
Sei Mangkei, listri dari PLN setempat serta pengolahan limbah di waste water treatment KEK Sei
Mangkei.
Dalam proses produksi green diesel dilakukan treatment bahan baku (persiapan bahan baku)
untuk mendapatkan tandan kosong kelapa sawit dari tandan buah segarnya, dimana komposisi tandan
kosong kelapa sawit sebesar 23% dari tandan buah segarnya. Tandan buah segar memasuki proses
sterilisasi (V-101) untuk menonaktifkan enzim lipase dan mempermudah pemisahan tandan kosong
kelapa sawit pada proses thresher (TS-101). Proses perebusan sterilisasi menggunakan supply steam
dengan suhu 1300C dan tekanan 3 bar. Pada proses thresher tandan kosong akan terpisah dengan
bagian lainnya, kemudian bagian lainnya buah sawit dikeringkan melalui tunnel dryer (TR-103)
dengan suplai udara panas temperatur 1500C tekanan 1 bar dan disimpan di storage palm kernel (T-
101) untuk dijual kembali. Tandan kosong yang telah didapat melalui belt conveyor masuk kedalam
proses size reduction oleh cone crusher (CR-101) untuk mendapat ukuran < 51 mm sesuai dengan
kondisi gasifier. Setelah di reduksi ukurannya tandan kosong melalui belt conveyor (TR-104) masuk
ke proses pengeringan menggunakan rotary dryer (D-102), pengeringan dilakukan dengan adanya
suplai udara panas pada suhu 1500C dan tekanan 1 bar. Selanjutnya tandan kosong masuk ke hopper
(V-102) tempat penampungan bahan baku yang siap diumpankan ke dalam gasifier melalui belt
conveyor (TR-105).
Pada gasifier terjadi proses produksi syngas yang berlangsung pada suhu 780 0C. Gasifier ini
terjadi proses pembakaran dengan adanya bantuan oxygen. Proses yang berlangsung dalam gasifier
meliputi reaksi pirolisis, pembakaran, dan gasifikasi. Berikut uraian reaksinya:
1. Reaksi pirolisis :
Tandan Kosong C (s) + CH4 + CO + CO2 + H2 + H2O+ H2S + COS + N2 + Ash (s)
2. Reaksi-reaksi pembakaran :
3. Reaksi gasifikasi:
Reaksi Boudouard
Reaksi Metanasi
Hasil keluaran gasifier berupa syngas yang kemudian dilewatkan cyclone (CC-101) untuk
memisahkan syngas dengan ash hasil pembakaran. Setelah itu, syngas memasukin proses clean
syngas.
Proses clean syngas yaitu untuk mereduksi kandungan CO 2 sebanyak 20% dan H2S 100% yang
terkandung didalamnya dengan menggunakan pelarut MDEA proses ini berlangsung melalui kolom
absorpsi (V-103). Karena pembentukan green diesel didapat dari reaksi antara CO dan H 2 saja.
Selanjutnya, masuk kedalam proses inti pembuatan green diesel dengan metoda Fischer Tropsch
Synthesis. Reaktor yang digunakan slurry bed reaktor (R-102) pada kondisi operasi temperatur 2200C
tekanan 35 bar dengan menggunakan nanokatalis Co. Berikut adalah reaksi yang terjadi pada Fischer
Tropsch Synthesis:
Hasil dari sintesis Fischer Tropsch merupakan syncrude yang merupakan campuran
hidrokarbon cair rantai panjang, dimana syncrude keluar pada temperatur 220 0C dan tekanan 45 bar.
Syncrude yang keluar berupa campuran yang terdiri dari hidrokarbon ringan (light gas), naphta, green
diesel dan wax yang selanjutnya akan dipisahkan untuk mendapat masing-masing produk tersebut.
Produk atas keluaran reaktor berupa light gas dengan temperatur 2200C tekanan 35 bar yang
kemudian disesuaikan kondisinya menjadi cair dengan cara temperaturnya diturunkan menjadi
1000C dan tekanan menjadi 1 bar produk ditampung di light gas storage (T-104). Produk bawah
reaktor berupa campuran hidrokarbon cair rantai panjang, pemisahan awal mula melalui flash tank
(V-105) untuk memisahkan light hidrokarbon yang keluar dari atas flash tank (V-105), produk hasil
dari bawah flash tank berupa campuran green diesel dan wax yang nantinya akan dipisahkan melalui
kolom distilasi (V-106) pada temperatur 1100C dan tekanan 1 bar, kemudian terjadi pemisahan
produk atas kolom distillasi berupa green diesel dengan kondisi temperatur 305 0C dan tekanan 1 bar
kemudian disimpan di green diesel storage (T-106), sedangkan produk bawah berupa wax dengan
kondisi temperatur 4050C dan tekanan 1 bar kemudian disimpan di wax storage (T-107).
Penentuan tata letak pabrik bertujuan untuk menempatkan fasilitas – fasilitas yang berkaitan
dengan proses produksi maupun non-produksi seperti beberapa bangunan fisik seperti kantor, klinik,
kantin, laboratorium, fire safety, mesjid dan lain sebagainya agar efektif dan efisien artinya tidak
mengganggu jalannya proses produksi, mobilitas sekitaran pabrik, kontrol dan keamanan. PT.
Mayora Unggul Energy dibangun diatas tanah dengan luas lahan 12 ha, untuk proses produksinya
itu sendiri memiliki luas 220 m x 100 m.
7.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang diajukan pada PT. Mayora Unggul Energy adalah buah tandan yang telah
dikeringkan dapat langsung dijual kepada pabrik pengolahan CPO ataupun bahan baku yang
digunakan langsung berupa tandan kosong kelapa sawit sehingga dapat mengurangi cost atau
beberapa proses pretreatment dan dapat membantu meningkatkan keuntungan serta mengurangi