Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PERCOBAAN

Judul Percobaan : Penentuan Kalor Reaksi


Hari/ Tanggal Praktikum : Sabtu, 03 April 2021
Nama : Octavia Dwi Wahyuni
NIM : 1913042014
Kelas/Kelompok : Pendidikan Kimia B/ II (Dua)
Anggota Kelompok : 1. Nur Mukhlisa/1913041024
2. Fitra Angrayuni/1913042006
3. Adhe Islamia Nur/1913042020
Asisten : Suci Indah Sari
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat menentukan kalor integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
dengan menggunakan kalorimeter sederhana.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Kalorimeter 1 set
b. Gelas kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 2 buah
d. Gelas ukur 50 mL 1 buah
e. Gelas ukur 100 mL 1 buah
f. Termometer 1000C 2 buah
g. Mortar dan pastel 1 buah
h. Cawan porselin 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Neraca analitik 1 buah
k. Batang pengaduk 2 buah
l. Spatula 2 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Pembakar spiritus 1 buah
o. Kaki tiga dan kasa 1 buah
p. Eksikator 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Tembaga (II) Sulfat CuSO4
b. Tembaga (II) Sulfat Pentahidrat CuSO4.5H2O
c. Aquades H2O
d. Korek api
e. Tissue
C. PROSEDUR KERJA
a. Penentuan Tetapan Kalorimeter

dicatat
temperaturnya

dimasukkan 25 mL dimasukkan 25 mL
diukur aquades aquades kedalam
aquades ke dalam
sebanyak 25 mL gelas kimia
kalorimeter dan
dengan gelas ukur
diaduk

suhu aquades didalam dimasukkan air panas


dibuatkan kurva hubungan kalorimeter setiap satu kedalam kalorimeter
antaara waktu dan suhu menit dicatat sambil yang berisi air dingin dipanaskan hingga
terus diaduk tepat pada menit keenam suhunya mencapai
400C
b. Penentuan Kalor Pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O

serbuk disimpan ke dalam


kristal digerus sampai eksikator dan tunggu sampai
1 1 1

ditimbang sebanyak halus serbuk itu dingin.


5 gram kristal kristal dipanaskan
CuSO4.5H2O

Suhu dicatat setiap


menit sebanyak 6x
pembacaan
1 1 1

ditambahkan serbuk halus ditimbang dimasukkan 50 mL


CuSO4 kedalam kalorimeter sebanyak 2,5 gram aquades kedalam
dan diaduk kristal CuSO4 kalorimeter dan diaduk

Suhu dicatat setiap


menit sebanyak 6x
pembacaan

Makassar, 29 Maret 2021


Asisten Praktikan

Suci Indah Sari Octavia Dwi Wahyuni


NIM. 1713440007 NIM. 1913042014
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Kimia Fisik dengan judul “Penentuan Kalor Reaksi”


disusun oleh:
nama : Octavia Dwi Wahyuni
NIM : 1913042014
kelas/kelompok : Pendidikan Kimia B/ II (Dua)
telah diperiksa dan dikoreksi secara seksama oleh Asisten dan Koordinator
Asisten, maka dinyatakan diterima.

Makassar, April 2021


Koordinator Asisten Asisten

Sulfiana Nur Suci Indah Sari


NIM.1713042004 NIM. 1713440007

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dr, Jusniar, S.Pd., M.Pd
NIP. 19720317 200501 2001

A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Kalor Reaksi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan
CuSO4.5H2O dengan menggunakan kalorimeter sederhana
C. LANDASAN TEORI
Hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah
termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik
atau reaksi kimia. Untuk menyatakannya biasanya dengan menggunakan kata-kata
kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya, kalor pelarutan yaitu
kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya.
Kalor pembakaran yaitu kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran suatu zat,
dan lain-lain (Rohman dan Sri, 2004: 69).
Kalor merupakan konsep dasar termodinamika, dan dari kegiatanya, yang
paling pokok adalah kerja. Kerja dilakukan selama proses, jika proses itu dapat
digunakan untuk menghasilkan perubahan kegiatan sebuah beban pada suatu
dilingkunganya. Kita bisa mengatakan bahwa kerja dilakukan oleh sistem jika
beban sudah dinaikkan dilingkunganya, dan bhwa kerja dilakukan pada sistem
jika beban diturunkan. Energi adalah kapasitas sistem untuk melakuka kerja. Jika
kita melakukan kerja pada sistem yang terisolasi (misalnya dengan menempatkan
gas atau dengan memutas pegas) (Atkins, 1990: 31).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakan “aliran kalor”
dari benda panas ke dingin. Kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi,
biasanya disebut “kalor diserap” dan “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut (Chang, 2004: 161).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasn kalor dapat juga terjadi asa
proses-proses fisik. Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat

didalamnya pelarutnya, atau penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut. Ada
dua jenis kalor pelarut yaitu kalor pelarut integral dan kalor pelarutan diferensial.
Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
zat dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan, kalor pelarutan diferensial adalah
kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat terlarut dalam satu mol
pelarut. Kalor pelarut integral suatu padatan persamaannya dapat dituliskan
sebagai berikut:
X(s) + aq X(aq) ∆ H =… kJ

(Tim Dosen Kimia Fisik I, 2021: 1).


Tidak semua zat memungkinkan pemindahan energi walaupun perbedaan
temperatur antara sistem dan lingkungannya. Proses pelepasan energy sebagai
kalor disebut eksoterem. Semua reaksi pembakaran adalah eksoterm. Proses yang
menyerap energy sebagai kalor disebut endoterm. Proses endoterm dalam sebuah
wadah adiabatik menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses eksoterm
menghasilkan kenaikan temperatur. Peoses endoterm yang berlangsung dalam
wadah diatermik pada kondisi isoterm menghasilkan aliran energi kedalam sistem
kalor. Proses eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan pembebasan energi
sebagai kalor ke dalam lingkungannya (Atkins, 1990: 32).
Δu adalah kalorimeter bom adiabatik merupakan hal paling penting
untuk mengukur kalor atau panas. Perubahan keadaan yang dapat berupa reaksi
kimia suhu awal di dalam wadah bervolume tetap yang disebut bom. Bom
tersebut direndam di bak air berpengaduk dan keseluruhan alat itulah yang disebut
kalorimeter. Kalorimeter juga direndam dalam bak air luar. Temperatur di
dalam calorimeter dan di dalam bak luar dipantau dan diatur sampai suhunya
sama: hal ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya kalor yang hilang
sedikitpun dari kalorimeter ke lingkungannya. Perubahan temperatur ΔT dari
kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi berbanding dengan energi yang
dibebaskan atau diserap sebagai kalor. Dengan mengukur ΔT kita dapat
menentukan q, sehingga dapat mengetahui Δu. Konversi dari ΔT menjadi q, tidak
bisa lepas dari kapasitas kalor C dari kalorimeter (Atkins, 1990: 43).
Tetapan kalorimeter dapat ditentukan dengan mengukur suhu campuran
(Tc), air dingin (dengan suhu kamar, T1) dan air panas (dengan suhu tertentu, T2)
yang dicampurkan ke dalam kalorimeter. Dari suhu campuran tersebut dapat
diturunkan satu hubungan matematis yang berguna untuk mengetahui nilai tetapan
kalorimeter, dengan rumus:
m2 C ( T 2 −T c ) −m1 C (T c −T 2 )
K=
( T c −T 1)
Dengan m2 dan m1 masing-masing adalah massa air panas dan air dingin; Tc, T2,
dan T1 masing-masing adalah suhu campuran, suhu air panas dan suhu air dingin;
dan C adalah kalor jenis air yang diasumsikan pada rentang suhu tersebut tidak
berubah (Tim Dosen Kimia Fisik I, 2021: 2).
Menurut seorang ilmuwan bernama Hess atau dikenal dengan hukum
Hess, panas yang timbul atau diserap pada suatu reaksi (panas sekali) tidak
bergantung pada cara bagaimana reaksi tersebut berlangsung, hanya tergantung
pada keadaan awal dan akhir. Panas pembentukan ialah panas reaksi pada
pembentukan 1 mol suatu zat dari unsur-unsurnya. Jika aktivitas pereaksinya 1,
hal ini disebut panas pembentukan standar (ΔHo). untuk gas, zat cair dan zat
padat keadaan standar ialah pada tekanan 1 atm. Untuk gas nyata, tidak standar
pada tekanan 1 atm. Panas yang timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat
dalam suatu pelarut, disebut panas pelarutan integral. Besarnya panas pelarutan
tergantung jumlah mol pelarut dan zat terlarut (Sukardjo, 2013: 74-81).
Alat praktikum kalorimeter bom meliputi seperangkat alat
kalorimeter bom yang terdiri dar i tiga rangkaian. ertama yaitu tabung
kalorimeter bom terdiri dari wadah tabung kalorimeter, tutup tabung
kalorimeter bom, dan tabung bom. Rangkaian kedua adalah tabung gas
oksigen yang dilengkapi dengan regulator. Regulator dilengkapi dengan
pressure gauge yang berfungsi untuk mengukur tekanan fluida dalam
tabung tertutup. Bagian ketig a yaitu rangkaian listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan listrik menuju sampel hingga terbakar. Rangkaian terdiri
dari stop kontak dengan dua lubang, stekker, dan kabel satu meter yang diputus
bagian tengah untuk mengukur arus yang mengalir menggunakan
amperemeter (Safitri dkk., 2018: 44-45).
Analisis konsep kritis dan proses keterampilan calorimeter bom dianalisis
dengan mengoptimalkan percobaan calorimeter bom. Namun, prinsip dasar
calorimeter bom adalah mengukur panas dengan volume konstan. Panas yang
diukur dengan alat ini adalah panas dari hasil pemasanan karena reaksinya adalah
reaksi pembakaran. Selanjutnya, karena kalornya diukur secara konstan volume,
dengan kata lain kalor yang dikur adalah perubahan energy dalam
(ΔE=qv) (Kurniati, 2018:2)
Berdasarkan eksperimen data yang diambil harus memenuhi kriteria
kesetimbangan energi dimana besarnya perpindahan panas pada sisi udara dan air
sama. Koefisien perpindahan panas menyeluruh yang tinggi menunjukkan
terjadinya proses perpindahan panas yang baik. Semakin tinggi debit udara makan
semakin tinggi pula penurunan temperatu air tersebut sehingga temperatur air
yang keluar semakin rendah (Manik, 2018: 5-6)
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses
penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan
tekanan tetap. Terdapat dua macam entalpi pelarutan, yaitu entalpi pelarutan
integral dan entalpi pelarutan differensial. Entalpi pelarutan integral adalah
perubahan entalpi jika suatu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n mol pelarut.
Entalpi pelarutan integral pada pengenceran tak hingganya disebut sebagai
kalor (entalpi) pelarutan differensial (Rohman dan Sri Mulyani, 2000: 71-72).
Perubahan entalpi reaksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan menggunakan kalorimeter data entalpi pembentukan standar dengan
diagram tingkat energei dan energy ikatan. Pada percobaan ini digunakan alat
kalorimeter untuk menghitung perubahan energi (Nahadi, 2018:3). Kespontanan
suatu reaksi dapat dilihat dari energi bebas Gibbs. Energi bebas Gibbs
pembentukan standar pada suatu senyawa adalah perubahan energi bebas
yang menyertai pembentukan 1 mol zat tersebut dari unsur
penyusunnya (Etika, 2018:3).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Kalorimeter 1 set
b. Gelas kimia 50 mL 1 buah
c. Gelas kimia 100 mL 2 buah
d. Gelas ukur 50 mL 1 buah
e. Gelas ukur 100 mL 1 buah
f. Termometer 1000C 2 buah
g. Mortar dan pastel 1 buah
h. Cawan porselin 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Neraca analitik 1 buah
k. Batang pengaduk 2 buah
l. Spatula 2 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Pembakar spiritus 1 buah
o. Kaki tiga dan kasa 1 buah
p. Eksikator 1 buah
q. Lap kasar 1 buah
r. Lap halus 1 buah
3. Bahan
a. Tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
b. Tembaga sulfat anhidrat (CuSO4)
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
e. Korek api
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Sebanyak 25 mL air dimasukkan kedalam kalorimeter dengan gelas
ukur lalu dihitung temperatunya selama setiap 1 menit.
b. Air panas disiapkan dalam gelas kimia yang suhunya 400C. Tepat pada
menit keenam dimasukkan 25 mL air panas kedalam kalorimeter yang
berisi air dingin.
c. Suhu air dalam kalorimeter dicatat setiap satu menit sambil terus
diaduk. Pencatatan dilakukan hingga diperoleh suhu yang relatif tetap.
d. Buatlah kurva hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh
suhu campuran yang tepat.
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
a. Ditimbang sebanyak 2,5 gram Kristal CuSO4.5H2O.
b. Kristal dimasukkan dalam mortar dan pastel kemudian dihancurkan
sampai didapatkan serbuk halus.
c. Disiapkan kalorimeter (yang telah ditentukan tetapannya), kemudian
masukkan kedalamnya 50 mL aquades. Suhunya dicatat setiap satu
menit sebanyak enam kali pembacaan.
d. Serbuk halus CuSO4.5H2O dimasukkan kedalam kalorimeter tersebut
dan aduk terus. Suhu dicatat saat Kristal ditambahkan, lalu dilanjutkan
dengan pembacaan suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang
relatif tetap.
e. Ditimbang sebanyak 2,5 gram Kristal CuSO4 anhidrat.
f. Siapkan kalorimeter (yang telah ditentukan tetapannya), kemudian
masukkan kedalamnya 50 mL aquades. Dicatat suhunya setiap satu
menit sebanyak enam kali pembacaan.
g. Serbuk halus CuSO4 dimasukkan kedalam kalorimeter tersebut dan
aduk terus. Suhu dicatat saat Kristal ditambahkan, lalu dilanjutkan
dengan pembacaan suhu setiap satu menit sampai diperoleh suhu yang
relatif tetap.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. 25 mL aquades dimasukkan Menit 1 = 250C
kedalam calorimeter Menit 2 = 250C
Menit 3 = 250C
0
2. 25 mL air panas ±40 C Menit 1 = 300C
ditambahkan kedalam Menit 2 = 290C
calorimeter Menit 3 = 330C
Menit 4 = 320C
Menit 5 = 310C
Menit 6 = 310C
Menit 7 = 300C
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O

No Perlakuan Hasil Pengamatan


.
1. Timbang kristal CuSO4.5H2O 5 gram
2. Kristal digerus Halus dan berwarna biru
3. Serbuk halus dipanaskan Serbuk berwarna putih
4. Serbuk didinginkan Serbuk berwarna putih
5. Serbuk dimasukkan kedalam Suhu awal : 250C
kalorimeter yang berisi 50 mL Menit 1 = 310C
H2O Menit 2 = 310C
Menit 3 = 320C
Menit 4 = 320C
Menit 5 = 320C
Menit 6 = 320C
6. Timbang serbuk CuSO4 2,5 gram
7. Serbuk dimasukkan kedalam Suhu awal : 250C
kalorimeter yang berisi 50 mL Menit 1 = 310C
H2O Menit 2 = 310C
Menit 3 = 310C
Menit 4 = 310C
Menit 5 = 310C
Menit 6 = 310C
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan tetapan Kalorimeter
V1 (air dingin) = 25 mL
V2 (air panas) = 25 mL
T1 (air dingin) = 25C + 273 K = 298 K
T2 (air panas) = 40C + 273 K = 313 K
Tc (campuran) = 33C + 273 K = 306K
 air = 1 g/mL
C air = 4,2 J/g K
Ditanyakan:
k=...?

Penyelesaian:

m air dingin =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 gram

m air panas =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 gram
m2 C ( T 2 – T c ) −m 1 C ( T c – T 1 )
k=
T c −T 1
25 g x 4,2 J g−K−(313−306) K−25 g x 4,2 j g−1 K −(306−298) K
¿
( 306−298 ) K
735 J – 840 J
¿
8K
= -13, 125 J/ K
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O
a. CuSO4.5H2O
Diketahui:
T air dingin = 304 K
T campuran = 305 K
Volume air = 50 mL
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4.5H2O = 250 g/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Ditanyakan=
∆H reaksi=……?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
nCuSO4.5H2O =
Mr
5g
=
250 g /mol
= 0,02 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (305-304)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (305-304)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O
Q1+¿ Q
∆H1 = 2
¿
n CuSO4 . 5 H 2 O
(−13,125+210 ) J
=
0,02mol
196,875
=
0,02
= 9843 J/mol
= 9,843 kJ/ mol
b. CuSO4 anhidrat
Diketahui :
T1 (air dingin) = 303 K
Tc (campuran) = 304 K
Volume air = 50 mL
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4 = 160 g/mol
m CuSO4 = 2,5 gram
Ditanyakan :
∆H reaksi =…..?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
n CuSO4 =
Mr
2,5 g
=
160 g /mol
= 0,0156 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (304-303)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (304-303)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4
Q1+ ¿Q
∆H2 = 2
¿
n CuSO4
(−13,125+210 ) J
=
0,0156 mol
196,875
=
0,0156
= 12620 J/mol
= 12,620 kJ/ mol
Berdasarkan hukum Hess
H3
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(l)
H2
H1

CuSO4.5H2O(l)
H3= H2 - H1
= (12,620 – 9,843) kJ/mol
= 2,777 kJ/mol

a. Penentuan tetapan kalorimeter


34
33
32
Suhu (⁰C)

31
30
29
28
27
1 2 3 4 5 6 7
Waktu (menit)

b. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O


1. CuSO4.5H2O
32.5

32

Suhu (⁰C)
31.5

31

30.5
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)
2. CuSO4 anhidrat

35
30
25
Suhu (⁰C)

20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

H. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul “Penentuan Kalor Reaksi” yang memiliki tujuan
yaitu menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana. Adapun prinsip dasar kalorimeter dalam
percobaan ini menggunakan sistem terisolasi. Sistem terisolasi merupakan salah
satu sistem termodinamika yang dimana pada sistem ini tidak mengakibatkan
terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Dalam analisis
sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar
dari sistem (Atkins, 1990: 32). Prinsip kerjanya adalah pengukuran, pencampuran,
pengadukan, penimbangan, pemanasan, dan penentuan suhu.
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor pelarutan integral CuSO4
dan CuSO4.5H2O dengan menggunakan kalorimeter sederhana. Prinsip kerja pada
percobaan ini adalah pengukuran suhu yang akan berguna dalam menentukan
tetapan kalorimeter dengan melakukan pengukuran suhu air dingin, air panas,
serta suhu campuran, demikian pula pada penentuan kalor integral CuSO4.5H2O
dan CuSO4 anhidrat. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah Q lepas = Qterima,
dimana jumlah kalor yang dilepaskan oleh air panas sama dengan jumlah kalor
yang diterima atau diserap oleh air dingin. Penentuan tetapan kalorimeter perlu
dilakukan karena adanya sejumlah kalor yang diserap oleh wadah, termometer dan
pengaduk pada kalorimeter sehingga tidak semua perubahan suhu dapat diukur.
Pada percobaan ini, terlebih dahulu dilakukan yaitu air dimasukkan ke
dalam kalorimeter kemudian diukur suhunya hingga diperoleh suhu yang relatif
tetap. Hal ini dilakukan agar diperoleh suhu yang konstan. Suhu air yang
diperoleh adalah 250C. Selanjutnya memanaskan air dengan volume yang sama
hingga diperoleh suhu yang air panas sebesar 400 C. Proses pemanasan ini
berfungsi untuk memberikan energi (kalor) sehingga campuran dapat ditentukan
tetapan kalorimeternya. Air panas kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter
yang telah berisi air dingin sehingga diperoleh suhu campuran (air panas + air
dingin) dengan cara yang sama pada penentuan suhu air dingin sehingga diperoleh
suhu campuran sebesar 330C. Berdasarkan analisis data terlihat bahwa tetapan
kalorimeter yang diperoleh sebesar -13,125 J/K. Artinya, kalor diserap oleh sistem
dari lingkungan dengan adanya penurunan suhu setiap 1 K adalah -13,125 J. Hal
ini menunjukkan terjadinya reaksi endoterm (melepaskan kalor).
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O
Kalor pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah
tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Pada
percobaan ini, serbuk CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O dalam jumlah tertentu
bertindak sebagai zat terlarut akan ditambahkan didalam pelarut yaitu air pada
suhu dan tekanan tetap. Ada dua macam kalor pelarutan yaitu kalor pelarutan
integral dan kalor pelarutan diferensial. Pada percobaan ini, yang ditentukan
adalah kalor pelarutan integral merupakan kalor yang dilepas atau yang deserap
ketika 1 mol pelarut. Dalam percobaan ini, digunakan kristal CuSO 4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat untuk menentukan ΔH3 (kalor integral dari CuSO 4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat ) dimana kalor pelarutan integral merupakan kalor yang diserap
dan dilepaskan ketika satu mol zat (CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat) dilarutkan
dalam n mol pelarut.
Pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O, hal pertama yang
dilakukan adalah serbuk CuSO4.5H2O ditimbang berwarna biru. Warna tersebut
menandakan adanya air yang terkandung didalam serbuk CuSO4.5H2O tersebut.
Kemudian kristal yang telah ditimbang digerus hingga halus bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya dan agar menghasilkan
partikel-partikel yang kecil sehingga mudah larut. Selama proses pelarutan yang
harus diperhatikan adalah perubahan suhu larutan, dimana suhu larutan dibaca
setiap menit sampai diperoleh suhu yang konstan selama 6 kali pembacaan.
Perlunya ditentukan suhu yang konstan adalah untuk memudahkan dalam
perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas karena jika suhunya tidak
konstan maka akan sulit untuk menentukan suhu mana yang akan digunakan
dalam perhitungan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah larutan harus terus
diaduk didalam kalorimeter agar semua kristal CuSO4.5H2O benar-benar larut dan
tidak mengendap. Adapun suhu larutan konstan yang diperoleh adalah 320C
dengan nilai kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (ΔH1) sebesar 9,843 kJ/mol.
Hal ini menandakan bahwa Kristal tersebut memiliki kalor pelarutan yang
disebabkan karena CuSO4.5H2O memiliki molekul air, sehingga tidak atau hanya
sedikit energi yang diperlukan untuk melarutkan kristal tersebut.
Dengan berdasarkan perhitungan diperoleh nilai pelarutan CuSO 4 menjadi
CuSO4.5H2O sebesar 9,843 kJ/mol. Adapun reaksinya adalah
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O
Nilai ∆H yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsung secara
endoterm atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem.
Pada percobaan selanjutnya yaitu penentuan kalor pelarutan integral
CuSO4 anhidrat, hal pertama yang dilakukan adalah kristal CuSO4 ditimbang yang
berwarna biru. Warna tersebut menandakan masih adanya air yang terkandung
didalam kristal CuSO4 tersebut. Kemudian kristal yang telah ditimbang digerus
hingga halus bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya
dan agar menghasilkan partikel-partikel yang kecil sehingga mudah larut. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan perubahan suhu yang terjadi saat kristal CuSO4
anhidrat mulai dimasukkan sampai diperoleh suhu campuran yang konstan yaitu
310C. Adapun fungsi pengadukan untuk melarutkan serbuk CuSO 4 anhidrat secara
sempurna. Dari hasil analisis data diperoleh kalor pelarutan integral CuSO 4
anhidrat (ΔH2) sebesar 12,620 kJ/mol artinya kalor yang diserap adalah 12,620 kJ.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tetapan Kalorimeter yang diperoleh adalah sebesar -13,125 J/K.
2. Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 12,620 kJ/mol sedangkan
kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah 9,843 kJ/mol. Artinya pelarutan
integral CuSO4 anhidrat dan pelarutan integral CuSO4.5H2O mengalami reaksi
endoterm (menerima kalor atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem).
J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan suhu
pada saat pembacaan skala thermometer agar diperoleh tetapan calorimeter yang
akurat dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid 1 (Edisi Keempat).Jakarta Erlangga.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Jakarta: Erlangga.

Etika, Tiara. Agus Susanto Ginting, Radite PA Setiawan, Joelianingsih,


Armansyah H Tambunan. 2018. Exergy Analysis on Pyrolysis Process Of
Oil Palm Empty Fruit Bunch. IOP Conference Series: Material Science
and Engineering.
Kurniati, D.R and I Rohman. 2018. The Concept and science process skills
analysis bomb calorimeter experiment as a foundation for the development
of virtual laboratory of bomb calorimeter. Journal of Phisics:Conference
Series.

Manik, Terang. Tulus Burhanunddin Sitorus, dan Ridha Irfandi. 2018. Analisa
dan Uji Eksperimental Perfomansi Alat Penukar Kalor Kompak Jenis
Radiator Kendaraan Berkapasitas Mesin 1300 CC. Jurnal Sistem Teknik
Industri. Vol.20 No.2

Rohman, Ijang dan Sri Mulyani.2003.Kimia Fisika 1 (Edisi Revisi). Malang:


JICA.

Safitri, Hesty Nikmah, Masturi, Sukiswo Supeni Edie. 2018. Pengembangan Alat
Praktikum Kalorimeter Bom pada Pokok Bahasan Kalor. Unnes
Phisics Education Journal. Vol.7 No.1

Sukardjo. 2013. Kimia Fisik. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai