Laporan A-C Kimfis Unit 1
Laporan A-C Kimfis Unit 1
dicatat
temperaturnya
dimasukkan 25 mL dimasukkan 25 mL
diukur aquades aquades kedalam
aquades ke dalam
sebanyak 25 mL gelas kimia
kalorimeter dan
dengan gelas ukur
diaduk
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dr, Jusniar, S.Pd., M.Pd
NIP. 19720317 200501 2001
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Kalor Reaksi
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan
CuSO4.5H2O dengan menggunakan kalorimeter sederhana
C. LANDASAN TEORI
Hukum pertama Termodinamika di dalam bidang kimia adalah
termokimia, yaitu ilmu yang mempelajari kalor yang menyertai perubahan fisik
atau reaksi kimia. Untuk menyatakannya biasanya dengan menggunakan kata-kata
kalor ditambah dengan proses yang menyertainya. Misalnya, kalor pelarutan yaitu
kalor yang menyertai proses perubahan fisik zat terlarut ke dalam pelarutnya.
Kalor pembakaran yaitu kalor yang dihasilkan dari reaksi pembakaran suatu zat,
dan lain-lain (Rohman dan Sri, 2004: 69).
Kalor merupakan konsep dasar termodinamika, dan dari kegiatanya, yang
paling pokok adalah kerja. Kerja dilakukan selama proses, jika proses itu dapat
digunakan untuk menghasilkan perubahan kegiatan sebuah beban pada suatu
dilingkunganya. Kita bisa mengatakan bahwa kerja dilakukan oleh sistem jika
beban sudah dinaikkan dilingkunganya, dan bhwa kerja dilakukan pada sistem
jika beban diturunkan. Energi adalah kapasitas sistem untuk melakuka kerja. Jika
kita melakukan kerja pada sistem yang terisolasi (misalnya dengan menempatkan
gas atau dengan memutas pegas) (Atkins, 1990: 31).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Kalor adalah perpindahan energi termal
antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering mengatakan “aliran kalor”
dari benda panas ke dingin. Kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi,
biasanya disebut “kalor diserap” dan “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut (Chang, 2004: 161).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasn kalor dapat juga terjadi asa
proses-proses fisik. Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat
didalamnya pelarutnya, atau penambahan zat terlarut ke dalam zat pelarut. Ada
dua jenis kalor pelarut yaitu kalor pelarut integral dan kalor pelarutan diferensial.
Kalor pelarutan integral adalah kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
zat dilarutkan dalam n mol pelarut. Sedangkan, kalor pelarutan diferensial adalah
kalor yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol zat terlarut dalam satu mol
pelarut. Kalor pelarut integral suatu padatan persamaannya dapat dituliskan
sebagai berikut:
X(s) + aq X(aq) ∆ H =… kJ
Penyelesaian:
m air dingin =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 gram
m air panas =
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 gram
m2 C ( T 2 – T c ) −m 1 C ( T c – T 1 )
k=
T c −T 1
25 g x 4,2 J g−K−(313−306) K−25 g x 4,2 j g−1 K −(306−298) K
¿
( 306−298 ) K
735 J – 840 J
¿
8K
= -13, 125 J/ K
2. Penentuan Kalor Pelarutan Integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O
a. CuSO4.5H2O
Diketahui:
T air dingin = 304 K
T campuran = 305 K
Volume air = 50 mL
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4.5H2O = 250 g/mol
m CuSO4.5H2O = 5 gram
Ditanyakan=
∆H reaksi=……?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
nCuSO4.5H2O =
Mr
5g
=
250 g /mol
= 0,02 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (305-304)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (305-304)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O
Q1+¿ Q
∆H1 = 2
¿
n CuSO4 . 5 H 2 O
(−13,125+210 ) J
=
0,02mol
196,875
=
0,02
= 9843 J/mol
= 9,843 kJ/ mol
b. CuSO4 anhidrat
Diketahui :
T1 (air dingin) = 303 K
Tc (campuran) = 304 K
Volume air = 50 mL
ρ air = 1 g/mL
Mr CuSO4 = 160 g/mol
m CuSO4 = 2,5 gram
Ditanyakan :
∆H reaksi =…..?
Penyelesaian:
m air =ρxV
= 1 g/mL x 50 mL
= 50 gram
m
n CuSO4 =
Mr
2,5 g
=
160 g /mol
= 0,0156 mol
Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 = k ∆T
= k. (Tc – T1)
= -13,125 J/K (304-303)K
= -13,125 J
Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m C ∆T
= m C (Tc – T1)
= 50 g . 4,2 J/g-1K-1 (304-303)K
= 210 J
Kalor pelarutan integral CuSO4
Q1+ ¿Q
∆H2 = 2
¿
n CuSO4
(−13,125+210 ) J
=
0,0156 mol
196,875
=
0,0156
= 12620 J/mol
= 12,620 kJ/ mol
Berdasarkan hukum Hess
H3
CuSO4.5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O(l)
H2
H1
CuSO4.5H2O(l)
H3= H2 - H1
= (12,620 – 9,843) kJ/mol
= 2,777 kJ/mol
31
30
29
28
27
1 2 3 4 5 6 7
Waktu (menit)
32
Suhu (⁰C)
31.5
31
30.5
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)
2. CuSO4 anhidrat
35
30
25
Suhu (⁰C)
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul “Penentuan Kalor Reaksi” yang memiliki tujuan
yaitu menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan
menggunakan kalorimeter sederhana. Adapun prinsip dasar kalorimeter dalam
percobaan ini menggunakan sistem terisolasi. Sistem terisolasi merupakan salah
satu sistem termodinamika yang dimana pada sistem ini tidak mengakibatkan
terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan lingkungannya. Dalam analisis
sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar
dari sistem (Atkins, 1990: 32). Prinsip kerjanya adalah pengukuran, pencampuran,
pengadukan, penimbangan, pemanasan, dan penentuan suhu.
1. Penentuan tetapan kalorimeter
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor pelarutan integral CuSO4
dan CuSO4.5H2O dengan menggunakan kalorimeter sederhana. Prinsip kerja pada
percobaan ini adalah pengukuran suhu yang akan berguna dalam menentukan
tetapan kalorimeter dengan melakukan pengukuran suhu air dingin, air panas,
serta suhu campuran, demikian pula pada penentuan kalor integral CuSO4.5H2O
dan CuSO4 anhidrat. Prinsip dasar dari percobaan ini adalah Q lepas = Qterima,
dimana jumlah kalor yang dilepaskan oleh air panas sama dengan jumlah kalor
yang diterima atau diserap oleh air dingin. Penentuan tetapan kalorimeter perlu
dilakukan karena adanya sejumlah kalor yang diserap oleh wadah, termometer dan
pengaduk pada kalorimeter sehingga tidak semua perubahan suhu dapat diukur.
Pada percobaan ini, terlebih dahulu dilakukan yaitu air dimasukkan ke
dalam kalorimeter kemudian diukur suhunya hingga diperoleh suhu yang relatif
tetap. Hal ini dilakukan agar diperoleh suhu yang konstan. Suhu air yang
diperoleh adalah 250C. Selanjutnya memanaskan air dengan volume yang sama
hingga diperoleh suhu yang air panas sebesar 400 C. Proses pemanasan ini
berfungsi untuk memberikan energi (kalor) sehingga campuran dapat ditentukan
tetapan kalorimeternya. Air panas kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter
yang telah berisi air dingin sehingga diperoleh suhu campuran (air panas + air
dingin) dengan cara yang sama pada penentuan suhu air dingin sehingga diperoleh
suhu campuran sebesar 330C. Berdasarkan analisis data terlihat bahwa tetapan
kalorimeter yang diperoleh sebesar -13,125 J/K. Artinya, kalor diserap oleh sistem
dari lingkungan dengan adanya penurunan suhu setiap 1 K adalah -13,125 J. Hal
ini menunjukkan terjadinya reaksi endoterm (melepaskan kalor).
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O
Kalor pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah
tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Pada
percobaan ini, serbuk CuSO4 anhidrat dan CuSO4.5H2O dalam jumlah tertentu
bertindak sebagai zat terlarut akan ditambahkan didalam pelarut yaitu air pada
suhu dan tekanan tetap. Ada dua macam kalor pelarutan yaitu kalor pelarutan
integral dan kalor pelarutan diferensial. Pada percobaan ini, yang ditentukan
adalah kalor pelarutan integral merupakan kalor yang dilepas atau yang deserap
ketika 1 mol pelarut. Dalam percobaan ini, digunakan kristal CuSO 4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat untuk menentukan ΔH3 (kalor integral dari CuSO 4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat ) dimana kalor pelarutan integral merupakan kalor yang diserap
dan dilepaskan ketika satu mol zat (CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat) dilarutkan
dalam n mol pelarut.
Pada penentuan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O, hal pertama yang
dilakukan adalah serbuk CuSO4.5H2O ditimbang berwarna biru. Warna tersebut
menandakan adanya air yang terkandung didalam serbuk CuSO4.5H2O tersebut.
Kemudian kristal yang telah ditimbang digerus hingga halus bertujuan untuk
mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya dan agar menghasilkan
partikel-partikel yang kecil sehingga mudah larut. Selama proses pelarutan yang
harus diperhatikan adalah perubahan suhu larutan, dimana suhu larutan dibaca
setiap menit sampai diperoleh suhu yang konstan selama 6 kali pembacaan.
Perlunya ditentukan suhu yang konstan adalah untuk memudahkan dalam
perhitungan harga kalor yang diserap atau dilepas karena jika suhunya tidak
konstan maka akan sulit untuk menentukan suhu mana yang akan digunakan
dalam perhitungan. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah larutan harus terus
diaduk didalam kalorimeter agar semua kristal CuSO4.5H2O benar-benar larut dan
tidak mengendap. Adapun suhu larutan konstan yang diperoleh adalah 320C
dengan nilai kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O (ΔH1) sebesar 9,843 kJ/mol.
Hal ini menandakan bahwa Kristal tersebut memiliki kalor pelarutan yang
disebabkan karena CuSO4.5H2O memiliki molekul air, sehingga tidak atau hanya
sedikit energi yang diperlukan untuk melarutkan kristal tersebut.
Dengan berdasarkan perhitungan diperoleh nilai pelarutan CuSO 4 menjadi
CuSO4.5H2O sebesar 9,843 kJ/mol. Adapun reaksinya adalah
CuSO4 + 5H2O CuSO4.5H2O
Nilai ∆H yang positif menandakan bahwa reaksi yang terjadi berlangsung secara
endoterm atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem.
Pada percobaan selanjutnya yaitu penentuan kalor pelarutan integral
CuSO4 anhidrat, hal pertama yang dilakukan adalah kristal CuSO4 ditimbang yang
berwarna biru. Warna tersebut menandakan masih adanya air yang terkandung
didalam kristal CuSO4 tersebut. Kemudian kristal yang telah ditimbang digerus
hingga halus bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung didalamnya
dan agar menghasilkan partikel-partikel yang kecil sehingga mudah larut. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan perubahan suhu yang terjadi saat kristal CuSO4
anhidrat mulai dimasukkan sampai diperoleh suhu campuran yang konstan yaitu
310C. Adapun fungsi pengadukan untuk melarutkan serbuk CuSO 4 anhidrat secara
sempurna. Dari hasil analisis data diperoleh kalor pelarutan integral CuSO 4
anhidrat (ΔH2) sebesar 12,620 kJ/mol artinya kalor yang diserap adalah 12,620 kJ.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tetapan Kalorimeter yang diperoleh adalah sebesar -13,125 J/K.
2. Kalor pelarutan integral CuSO4 anhidrat adalah 12,620 kJ/mol sedangkan
kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O adalah 9,843 kJ/mol. Artinya pelarutan
integral CuSO4 anhidrat dan pelarutan integral CuSO4.5H2O mengalami reaksi
endoterm (menerima kalor atau kalor berpindah dari lingkungan ke sistem).
J. SARAN
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan suhu
pada saat pembacaan skala thermometer agar diperoleh tetapan calorimeter yang
akurat dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Jakarta: Erlangga.
Manik, Terang. Tulus Burhanunddin Sitorus, dan Ridha Irfandi. 2018. Analisa
dan Uji Eksperimental Perfomansi Alat Penukar Kalor Kompak Jenis
Radiator Kendaraan Berkapasitas Mesin 1300 CC. Jurnal Sistem Teknik
Industri. Vol.20 No.2
Safitri, Hesty Nikmah, Masturi, Sukiswo Supeni Edie. 2018. Pengembangan Alat
Praktikum Kalorimeter Bom pada Pokok Bahasan Kalor. Unnes
Phisics Education Journal. Vol.7 No.1