Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN

[1]
Organisasi selalu berusaha untuk tumbuh dari tahun ketahun. Walaupun seperti itu,
pertumbuhan organisasi terkadang mengalami hambatan. Oleh karena itu, organisasi pun
harus mengalami masa-masa kritis tersebut. Urutan-urutan tahapan pertumbuhan dan titik-
titik kritis yang dilalui ialah, antara lain :
A. Tahapan pertama : Pertumbuhan melalui kreativitas.
Pada tahapan ini organisasi baru saja berdiri. Perhatian dipusatkan untuk menciptakan suatu
produk tertentu yang dianggap sesuai bagi organisasi, dan juga kemampuan bertahan dalam
menghadapi persaingan. Di tahap ini organisasi tidak bersifat birokratis dan juga krisis
kepemimpinan karena biasanyanya hanya berjiwa wiraswata dan hanya tertarik pada
pemasaran dan tak tertarik untuk memperbesar organisasi.
B. Tahapan kedua : Pertumbuhan mulai pengarahan.
Organisasi mulai dipecah menjadi bagian-bagian dengan hierarki wewenang, penugasan, dan
pembagian kerja yang jelas. Sistem manajemen dalam organisasi juga mulai lebih teratur,
misalnya menyangkut manajemen keuangan, manajemen persediaan, dan sebagainya. Titik
rawan pada titik ini ialah krisis otonomi. Krisis terjadi karena bawahan mulai merasa
dibatasi geraknya karena adanya kepemimpinan yang kuat serta makin dilaksanakannya
birokrasi dalam organisasi. Maksud dari krisis otonomi ialah pimpinan tingkat bawah tidak
pernah mendapat wewenang untuk melakukan pengambilan keputusan, dan oleh karenanya
merasa tidak puas.
C. Tahapan Ketiga : Pertumbuhan melalui pendelegasian.
Pada tahapan ini, sebagian wewenang telah didelegasikan secara resmi kepada pimpinan
tingkat bawah, dan mulai terasa adanya desentralisasi dalam organisasi. Wewenang dan
tanggung jawab yang lebih besar mulai diberikan kepada para pimpinan tingkat menengah dan
bawah (middlemanagers). Pimpinan tertinggi dalam organisasi mulai mengarahkan
perhatiannya pada pemikiran yang bersifat strategis, sementara operasi sehari-hari
dipercayakan kepada pimpinan yang lebih rendah. Titik rawan ini ialah krisis pengawasan. .
Kondisi kritis ini terjadi karena pimpinan tingkat menengah maupun bawah telah
mendapatkan otonomi yang cukup besar, yang berakibat bahwa organisasi berkembang ke
segala arah tanpa terkendali. Pimpinan organisasi perlu mengarahkan kembali organisasi ke
satu arah tertentu, melalui penggunaan teknik-teknik koordinasi yang baru untuk menyatukan
arah perkembangan seluruh bagian-bagian organisasi sesuai dengan tujuan organisasi sebagai
satu kesatuan.
D. Tahapan Keempat : Pertumbuhan melalui Koordinasi
Setelah melalui tahapan sebelumnya, organisasi mencapai koordinasi yang baik. Pada tahapan
ini biasanya digunakan bentuk organisasi menurut produk ataupun bentuk-bentuk lainnya
yang bisa memudahkan tercapainya koordinasi antar bagian. Titik rawan pada tahapan ini
adalah Krisis Birokrasi, yang terjadi karena program organisasi secara keseluruhan sering kali
membatasi gerak para pimpinan menengah. Organisasi menjadi terlalu besar sehingga menjadi
birokratis, dan pengaruh pimpinan puncak serta stafnya terlalu kuat, dan dijalankan dengan
warna impersonal sehingga organisasi menjadi kaku dan menghambat gerak para pimpinan
menengah. Hambatan ini akhirnya menyebabkan pimpinan menengah menjadi kurang
inovatif. Organisasi menjadi kaku, tampak terlalu besar untuk dikelola dengan baik hanya
melalui aturan maupun program formal.
E. Tahapan Kelima: Pertumbuhan melalui Kerja Sama/Kolaborasi
Setelah melalui krisis birokrasi, muncullah semangat kerja sama/kolaborasi. Pada tahap ini,
para karyawan menjadi terlatih dan juga terbiasa menghadapi serta menyelesaikan
permasalahan tanpa terhambat oleh birokrasi, dan mencoba menyelesaikan perbedaan
pendapat dengan cara yang tidak formal. Birokrasi terasa telah mencapai batas sehingga jika
dibuat lebih formal akan terasa menghambat. Karyawan akan menyadari pentingnya bekerja
dalam organisasi tanpa membuat organisasi itu menjadi lebih birokratis. Untuk mencapai
tahap ini , membutuhkan waktu yang lama dan melewati proses-proses dan tahap sebelumnya
yang melewati organisasi dan sistem yang kompleks.
Menurut pendapat Daft, terdapat 3 tahapan pertumbuhan yaitu Periode Bayi, Periode Remaja,
dan Periode Dewasa.
(a) Periode bayi
Periode ini bersifat tidak formal dan juga tidak birokratis dan juga hanya diarahkan
oleh seorang pimpinan tunggal, yang juga menetapkan struktur maupun sistem
pengendalian maupun pengawasan.
(b) Periode remaja
Organisasi mulai bersifat birokratis. terjadi penambahan jumlah staf penunjang dengan
prosedur-prosedur yang bersifat lebih formal, dan adanya pembagian kerja yang lebih
jelas. Pimpinan mulai mendelegasikan sebagian wewenangnya, dan mengimbanginya
dengan penggunaan sistem pengawasan formal.
(c) Periode dewasa
Organisasi sudah dewasa (matang), berukuran besar, bersifat birokratis, dan
menggunakan sistem pengawasan, sistem pengendalian maupun prosedur-prosedur
kerja yang baku pada semua bagiannya. Pimpinan organisasi sering kali membentuk
berbagai tim, yang bekerja melangkahi struktur formal untuk mencegah semakin
birokratisnya
[2]
Perusahaan “Sukses Jaya” menggunakan diferensiansi horizontal karena perusahaan ini
membagikan karyawan berdasarkan dengan barang yang dihasilkan yang ditentukan dengan
berdasarkan ketrampilan khusus sesuai dengan keahlian masing-masing. Oleh karena itu, hal
ini sesuai dengan diferensiansi horizontal yang membagikan dan juga membedakan antarunit
organisasi menurut orientasi personel, jenis tugas yang dijalankan, maupun persyaratan
pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan tugas tersebut. Makin banyak terdapat jenis
dan tugas berbeda dalam organisasi, yaitu tugas-tugas yang masing-masing memerlukan
pengetahuan dan keterampilan khusus (spesialisasi) berarti bahwa tingkat kompleksitas
organisasi semakin tinggi.
[3]
a. Pimpinan pada kasus diatas menganut kasus teori X Mc Douglas , karena menganut 4
asumsi dalam teori X Mc Douglas, diantaranya ialah :
1. Karyawannya tidak suka bekerja dan jika ada kemungkinan tidak bisa bekerja makan beliau
memilih untuk tidak bekerja.
2. Karena karyawannya tidak suka bekerja, maka karyawan itu perlu diawasi atau dipaksa atau
diancam dengan hukuman supaya bersedia melaksanakan tugasnya.
3. Karyawan biasanya lebih suka diberi dan diarahkan dengan perintah yang jelas tak suka
berinisiatif dan memikul tanggung jawab yang banyak.
4. Karyawan biasanya menempatkan rasa aman sebagai prioritas utama dalam bekerja dan tak
memiliki ambisi

b.
Bagi atasan-atasannya yang menyetujui asumsi –asumsi teori Y yang mengatakan bawahan
merupakan orang yang bertanggung jawab mampu keputusan dengan baik, punya kemampuan
dengan kendali dengan baik. Oleh karena itu, derajat formalisasi cenderung lebih rendah. Bagi
atasan yang menyetujui asumsi-asumsi teori X mengganggap bawahan tidak mampu
mengambil keputusan dengan baik sehingga banyak perintah untuk mengatyr perilaku
bawahan. Dengan demikian derajat formalisasi tinggi.

Referensi :
BMP Universitas Terbuka Organisasi

Anda mungkin juga menyukai