Aspek Kebudayaan Suku Bugis Makassar
Aspek Kebudayaan Suku Bugis Makassar
DI SUSUN OLEH :
F021211049
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan memberikan kita nikmat yang di anataranya nikmat Kesehatan nikmat
kesmpatan dan terlebih lebih-Nya lagi yang Namanya nikmat Iman dan Islam
sehingga kita masih sempat merasakan seluruh kenikmatan yang ada di muka Bumi
ini. Sholawat serta salam tidak lupa pula kita kirimkin kepada baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman gelap gulita
menuju zaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4
A. Letak wilayah suku Bugis – Makassar ......................................................................... 4
B. Sejarah suku bangsa Bugis-makassar.......................................................................... 4
C. Jumlah penduduk Suku Bugis-Makassar ..................................................................... 5
D. Bentuk Rumah dan Makanan Khas Suku Bugis-Makassar .......................................... 6
E. Bahasa dan Kesusastraan Suku Bugis-Makassar ....................................................... 10
F. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup Suku Bugis-Makassar .................................. 10
G. Sistem Mata Pencaharian Hidup Suku Bugis-Makassar ........................................... 11
H. Sistem Pengetahuan Suku Bugis-Makassar .............................................................. 12
I. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial ........................................................ 17
J. Religi Suku Bugis-Makassarr ...................................................................................... 19
K. Kesenian Suku Bugis Makassar ................................................................................. 20
BAB III ................................................................................................................................ 23
PENUTUP ........................................................................................................................... 23
A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………………………………23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa inggris, Kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau Bertani. Kata culture juga kadang juga diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
1
tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu yang masuk ke Nusantara setelah
gelombang migrasi pertama daridaratan Asia.
Kata Bugis sendiri berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.
Penamaan "ugi"lahir pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana
(Kabupaten Wajo/Berada diSulawesi Selatan) yang bernama La Sattumpugi.
Ketika rakyat La Sattumpugi menamakandirinya, maka rakyat merujuk pada raja
mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugiatau orang-orang pengikut dari
La Sattumpugi. La Sattumpugi mempunyai anak yang bernama We Cudai dan
bersaudara dengan Batara Lattu, Batara Lattu sendiri adalahayahanda dari
Sawerigading, dan Sawerigading adalah suami dari We Cudai yang melahirkan
beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia
dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware
(Yang dipertuan diWare) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo
dalam tradisi masyarakat Bugis. Lain halnya dengan suku Bugis
Nama Makassar berasal dari nama Melayu untuk yang mendiami pesisir
selatan pulau Sulawesi. Orang Makassar menyebutnya dengan namaMangkassara’
yang berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini adalah etnisyang
berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya
dilaut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka
berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut
yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari
keseluruhan pulau Sulawesi, Kalimantan Bagian Timur, NTT, NTB, Maluku,
Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin kerjasama dengan Bali,
Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun
Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang
dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap
Kerajaan taklukannya
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan, terdiri dari empat suku bangsa ialah ;
Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar. Orang Bugis mendiami Kabupaten –
Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Didenreng – Rappang,
Pinrang, Polewali-mamasa, Enrekang, Luwu, Pare-pare, Barru, Pangkajene
kepulauan dan maros. Kabupaten Pangkajene kepulauan dan Maros merupakan
daerah-daerah peralihan dan penduduknya pada umumnya menggunakan bahasa
Bugis dan Bahasa Makassar.
Luas dari seluruh Sulawesi Selatan adalah kira-kira 100.457 km2 dan
wilayahnya terdiri dari 23 kabupaten, dari 165 Kecamatan, dengan 1158 desa gaya-
baru,
4
bersaudara dengan Batara Lattu, Batara Lattu sendiri adalahayahanda dari
Sawerigading, dan Sawerigading adalah suami dari We Cudai yang melahirkan
beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia
dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware
(Yang dipertuan diWare) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo
dalam tradisi masyarakat Bugis.
Nama Makassar berasal dari nama Melayu untuk yang mendiami pesisir
selatan pulau Sulawesi. Orang Makassar menyebutnya dengan namaMangkassara’
yang berarti Mereka yang Bersifat Terbuka. Etnis Makassar ini adalah etnisyang
berjiwa penakluk namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya
dilaut. Tak heran pada abad ke-14-17, dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka
berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut
yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari
keseluruhan pulau Sulawesi, Kalimantan Bagian Timur, NTT, NTB, Maluku,
Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin kerjasama dengan Bali,
Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara maupun
Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang yang
dahsyat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap
Kerajaan taklukannya
5
daerah pantai timur dan utara Sumatra , pantai barat Malaya, pantai barat dan
selatan Kalimantan (orang Bugis Pagatan).
6
sekarang, bagian di bawah rumah ini sering di tutup dengan dinding, dan sering
di pakai untuk tempat tinggal manusia pula.
Dibalik asimilasi budaya, hidangan khas Suku Bugis memiliki ciri khasnya
tersendiri. Makanan khas Bugis dominan dengan makanan yang berkuah dan
bersaus. Baik untuk hidangan pembuka dan hidangan utama. Hidangan utama
biasanya dibuat dengan bahan daging sapi, ayam dan ikan.
Hidangan penutup Masyarakat Bugis dominan terbuat dari buah pisang. Hal
ini dikarenakan pisang adalah tumbuhan yang hanya berbuah satu kali dalam sekali
hidup (Ayudhistira,2017). Pisang-pisang baru akan hadir melalui tunas-tunas baru
yang bermunculan setiap kali pohon pisang telah mengeluarkan buah. Dari cara
hidup ini, masyarakat Bugis menganggap pisang sebagai tumbuhan yang selalu
mempersiapkan generasi penerusnya sebelum pergi. Setandan pisang biasanya
tergantung pada sebuah rumah baru. Ini menjadi media pengharapan agar manusia
yang menempati rumah tersebut dapat meninggalkan manfaat selama hidup dan
meninggalkan generasi yang bermanfaat bagi kehidupan kelak.
Adapun makanan khas dari suku Bugis makassar adalah sebagai berikut :
1. Juku’ Pallumara
Juku’ dalam bahasa Makassar berarti Ikan, ‘Pallu’ berarti masak dan ‘Mara’
berarti asam, merupakan hidangan sup dengan kuah kuning yang asam dan gurih
(Anwar,2015). Hidangan berkuah kuning lain yang serupa dengan Palumara adalah
7
Palubasa, perbedaannya terletak pada penggunaan santan. Jika pada Palumara
kuahnya kuning bening namun pada Palubasa kuahnya kuning pekat karena ada
penambahan santan. Kuah Palumara yang asam dan gurih diperkaya dengan kaldu
ikan yang dimasak bersamaan dengan bumbu kuning, selain itu penambahan serai
dan daun jeruk pun menambah aroma sedap pada sajian ini. Palumara Ulu Juku’
sangat cocok disajikan dengan sambal mangga khas Makassar untuk menambah
rasa pedas dan segar.
2. Cucuru’ Te’ne
Cucuru Te’Ne merupakan hidangan kue tradisional Suku Bugis. Kue ini
selalu tersaji saat masyarakat setempat mengadakan acara hajatan seperti
pernikahan dan khitanan (Bugi,2015). Hidangan ini dibuat dengan campuran
tepung beras dan gula merah dengan taburan wijen di bagian luarnya. Citarasa yang
menonjol dari Cucuru Te’ne adalah manis dengan teksturnya yang renyah.
Bentuknya khas lonjong dan sedikit mengerucut dibagian ujungnya.
8
Figure 2 Cucuru’ Te’ne (Sumber : http://fs.genpi.co/uploads/data/images/2019/09/kudapan.jpeg)
3. Toppa Lada
Toppa Lada merupakan hidangan berkuah dengan bahan utama yaitu daging
sapi. “Lada” dalam bahasa Makassar berarti Cabai, ini mengacu pada Cabe yang
digunakan dalam resep masakan hidangan ini (Ilham,2017). Hidangan ini dibuat
dengan cara memasak perlahan semua bumbu beserta daging, hingga bumbu
meresap ke dalam daging dan daging pun menjadi lunak. Selain daging sapi, bahan
lain yang menjadi bahan utama adalah kentang yang juga dimasak bersamaan
dengan bumbu. Hidangan ini biasa disajikan masyarakat Bugis dalam acara-acara
sakral maupun hari raya keagamaan.
9
E. Bahasa dan Kesusastraan Suku Bugis-Makassar
Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi’ dan orang Makassar mengucapkan
bahasa Mangkasara’. Kedua bahasa tersebut pernah dipelajari dan diteliti secara
mendalam oleh seorang ahli bahasa Belanda B.F Matthes, dengan mengambil
sumber Kesusastraan tertulis yang sudah dimiliki oleh orang Bugis dan Makassar
itu sejak berabad-abad lamanya.
1. Perahu Pinisi
10
Perahu Pinisi termasuk alat transportasi laut tradisional masyarakat
Bugisyang sudah terkenal sejak berabad-abad yang lalu. Menurut cerita di
dalamnaskah Lontarak I Babad La Lagaligo, Perahu Pinisi sudah ada sekitar abad
ke-14M. Menurut naskah tersebut, Perahu Pinisi pertama kali dibuat
olehSawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Bahan untuk membuat
perahutersebut diambil dari pohon welengreng (pohon dewata) yang terkenal
sangatkokoh dan tidak mudah rapuh. Namun, sebelum pohon itu ditebang, terlebih
dahulu dilaksanakan upacara khusus agar penunggunya bersedia pindah
ke pohon lainnya. Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai
produsen Perahu Pinisi.
11
palawija di sawah. Tekhnik bercocok tanamnya juga seperti di lain-lain tempat di
indonesia yang masih bersifat tradisional berdasarkan cara-cara intensif dengan
tenaga manusia. Di berbagai tempat di pegunungan, di pedalaman dan tempat-
tempat terpencil lainnya di Sulawesi Selatan, seperti di daerah Toraja, banyak
penduduk masih melakukan bercocok tanam dengan tekhnik perladangan.
12
Demikian juga dengan sistem pengetahuan orang Bugis, yang memiliki
sistempengetahuan di antaranya:
3. Pengetahuan Fauna
Orang Bugis sudah mengenal olahan fauna untuk dijadikan makanan khas
mereka,contohnya olahan ikan mentah untuk dijadikan makanan yang lebih dikenal
13
dengan istilah lawa’ bale, jenis makanan ini mirip dengan sushi di Jepang.Lawa’
bale terdiri dari ikan mentah yang sudah dipisahkan dari tulang dan kepalanya yang
dicampurkan dengan parutan kelapa.
Selain itu ada beberapa fauna yang menjadi khas dan sering dijumpai para
orang Bugisini, mereka cukup bersahabat dengan mereka, hewan-hewan itu seperti
anoa (hewan yangmirip kerbau tapi kecil seperti kambing), kura-kura paruh betet
(karena mulutnya yangruncing seperti paruh burung betet), burung maleno (yang
telurnya lima kali lebih besardari telur ayam kampung), babi rusa (hewan yang
sepert babi tapi memiliki ukuran yanglebih besar dan punya taring yang panjang),
dan kera hitam.
14
sesamanya biasanya berpegangan dengan ilmu firasat (pengetahuan tantang tipe-
tipe wajah) atau pengetahuan tentang tanda-tanda tubuh tersebut. Dalam hal ini bisa
dikategorikan ada di dalamnyayaitu pengetahuan tentang sopan-santun, adat-
istiadat, sistem norma, hukum adat, silsilah,sejarah, dsb. (Koentjaraningrat, 1979,
hlm. 374-375).
Ada juga pengetahuan tentang bahasa dan tulisan etnografi, di mana huruf
yang jadiunsur di dalamnya dapat mengabstraksikan suatu konsep dan suara.
15
Masyarakat atau sukubangsa sering manganalisa alam sekeliling tampat tinggal
mereka dan mengupassuara-suara dalam bahasa. (Koentjaraningrat, 1979, hlm.
375).
Umumnya orang Bugis berbentuk rumah yang bisa dipindahkan dari satu
tempat ketempat lain dengan konstruksi yang dibuat secara lepas-pasang(knock
down). OrangBugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi
juga sebagai ruangpusat siklus kehidupan, tempat manusia dilahirkan, dibesarkan,
menikah, dan meninggal.Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi
dan kepercayaan yangdiwarisisecara turun temurun dari leluhur.
Ada juga pengetahuan tentang bahasa dan tulisan etnografi, di mana huruf
yang jadiunsur di dalamnya dapat mengabstraksikan suatu konsep dan suara.
Masyarakat atau sukubangsa sering manganalisa alam sekeliling tampat tinggal
16
mereka dan mengupassuara-suara dalam bahasa. (Koentjaraningrat, 1979, hlm.
375).
1. Perkawinan yang disebut Assilang Marola atau dalam bahasa makassar disebut
Passialleang baji’na, ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu
baik dari pihak ayah ataupu ibu.
2. Perkawinan yang diseut Assialanna memang atau dalam bahasa Makassar
disebut Passialleanna, ialah perkawinan antara saudara sepupu sederajat kedua
.
3. Perkawinan antara Ripadeppe’ mabelae atau dalam bahasa Makassar disebut
Nipakambani Bellaya, ialah perkawinan antara saudara sepupu sederajat
ketiga.
17
Adapun perkawinan-perkawinan yang di larang karena di anggap sumbang
(Salimara’) adalah perkawinan antara anak dengan ibu atau ayah, antara saudara-
saudara sekandung, antara menantu dan mertua, dan nenek dan cucu.
18
Perkawinan yang tidak dilakukan menurut adat disebut silariang, maksud
dari silariang dalam hal ini laki-laki membawa membawa lari si gadis, silariang ini
biasa terjadi karena hal pinangan laki-laki ini ditolak oleh pihak keluarga
perempuan atau karena belanja perkawinan yang amat tinggi diberikan oleh
keluarga pihak perempuan sehingga tidak bisa di jangkau oleh pihak laki-laki yang
ingin meminang. Dalam hal ini termasuk penolakan pinangan secara halus.
Para kerabat atau keluarga dari perempuan ini yang tidak setuju dengan
silariang ini disebut tomasiri’ (orang yang malu), maksudnya keluarga dari pihak
perempuan malu akan perbuatan silariang ini. Dan biasanya bila kerabat atau
keluarga dari pihak perempuan menemukan laki-laki yang membawa lari anak
perempuannya akan dibunuh. Dalam keadaan silariang ini laki-laki biasanya
bersembunyi selama berbulan-bulan lamanya, si laki-laki kemudian akan berusaha
meminta perlindungan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau seseoang terkemuka di
kalangan masyarakat. Apabila seorang yang terkemuka ini sudi akan menggunakan
kewibawaanya untuk meredakan amarah dari keluarga pihak perempuan dan
menyarankan mereka untuk menerima baik Kembali kedua mempelai baru itu
sebagai kerabat. Kalau memang ada tanda-tanda yang memungkinkan keluarga
perempuan ini menerima mereka dengan baik maka keluarga dari pihak laki-laki
akan akan mengambil inisiatif untuk mengunjungi keluarga si gadis. Penerimaan
pihak keluarga perempuan untuk untuk berbaik kembali disebut madeceng atau
mabbaji.
19
yang di antaranya adalah : yang pertama Ade’ ( ada’ dalam bahasa Makassar), yang
kedua Bicara, ketiga Rapang, ke empat wari’, dan yang kelima sara’.
Religi orang Bugis Makassar dalam zaman pra-islam, seperti yang tampak
dari Sure’ Galigo, Orang Bugis-Makasar telah mengandung kepercayaan kepada
satu dewa yang tunggal, dan disebut dengan beberapa nama seperti : Patoto’e ( Dia
yang menentukan nasib), Dewata seuwa-e (Dewa yang tunggal), Turie a’rana
(kehendak yang tertinggi). Sisa-sisa kepercayaan lama seperti ini masih terlihat
jelas misalnya pada orang To lotang di kabupaten Sidenreng-Rapang dan pada
orang Amma-Towa kajang, kabupaten Bulukumba.
Agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada permulaan abad ke-17, maka
ajaran tauhid dalam Islam, mudah dipahami oleh penduduk penduduk yang telah
percaya kepada kepada dewa yang tunggal dalam La Galigo. Agama Islam dapat
mudah diterima dan prosesnya berlangsung cepat oleh karena kontak terus-menerus
dengan pedagang-pedagang melayu Islam yang sudah menetap di Makassar,
maupun dengan kunjungan-kunjungan orang Bugis-Makassar ke negeri-negeri lain
yang sudah menganut Agama Islam.
20
1. Tari Paduppa Bosara
Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa
orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang
dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedtangan tamu senantisa
menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
2. Tari Pakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena
sendiri di ambil dari bahasa setempat, yaitu karena yang artinya main.
Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan di istana kerajaan, namun
dalam perkembangannya tari Pakarena lebih memasyarakat di kalangan
rakyat.
21
4. Tari Pa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan
pada acara pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk
menyambut patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan
membawa kegembiraan.
5. Tari Mabissu
6. Ganrang Bulo
7. Kecapi
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan,
khusunya suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis Mandar.
Menurut sejarahnya kecapi ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut
sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi, biasanya ditampilkan
sebagai musik pengiring pada acara penjemputan para tamu pada pesta
perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
8. Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua
bentuk dasar, yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana.
22
9. Suling
a. Suling Panjang (Suling Lampe) yang memiliki lima lubang nada dan jenis
suling ini telah punah.
b. Suling calabai (suling ponco) suling jenis ini sering dipadukan dengan
biola, kecapi dan dimainkan bersama penyanyi.
c. Suling dupa Samping (musik bambu) musik bambu masih sangat
terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau acara penjemputan
tamu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebudayaan Bugis Makassar adalah kebudayaan dari suku bangsa Bugis
Makassar yang mendiami bagian terbesar dari Jazirah selatan dari Pulau Sulawesi.
Seacara garis besar penduduk provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku
bangsa yaitu suku bugis, suku Makssar, Suku, Toraja Dan suku
Mandar.Kebudayaan Bugis Makassar dari segi Kependudukan mendiami
Kabupaten-Kabupaten diataranya adalah Sinjai, Bone,soppeng,Wajo,Sidenreng-
Rappang,Pinrang, Polewali-Mamasa,Enrekang, Luwu,Pare-Pare, Pangkajenne
Kepulauan dan Maros.
23
DAFTAR PUSTAKA
Koenjaraningrat.2004. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
https://manajemen2015uniwidyagama.wordpress.com/2017/03/07/kebudayaan-
suku-bugis-makassar/
Sejarah Suku Bugis, Rumah Adat, Bahasa, Kebudayaan & Kesenian (gurupendidikan.co.id)