Anda di halaman 1dari 1

PERNIKAHAN DINI DAN PENDIDIKAN

Banyak pro dan kontra mengenai pernikahan dini. Mengapa harus melakukan pernikahan
dini? Tidakkah pernikahan dini berdampak pada anak? Banyak pendapat tentang pernikahan dini
ada yang pro dan ada yang kontra. Mereka yang pro berpendapat bahwa hal ini dapat
menyelamatkan dari bahaya seks bebas. Sebaliknya, pihak yang kontra menilai usia remaja
belum matang untuk membina rumah tangga dan masa remaja sangatlah pantas dihabiskan
dengan menuntut ilmu.
Di Indonesia kasus pernikahan usia muda terbilang tinggi. Tahun 2019 Indonesia
menempati urutan ke-7 dalam deretan negara dengan jumlah pernikahan usia dini terbanyak di
dunia. UNICEF juga mencatat sebanyak 34% wanita Indonesia menikah pada usia muda. Akibat
pernikahan dini dapat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.
Fakta tersebut tidak berlebihan, kenyataannya memang remaja yang menikah kemudian memilih
untuk berhenti dari sekolah sehingga tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Karena
itulah ada banyak hal lain yang perlu menjadi pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk menikah di usia remaja. Peran orang tua sangat diperlukan untuk
mendampingi remaja dalam hal ini.
Salah satu alasan mengapa pernikahan pada remaja pada usia di bawah 18 tahun tidak
direkomendasikan adalah karena banyak masalah yang ditimbulkan. Para ahli pun
mengemukakan dampak dari pernikahan usia dini dalam dunia medis. Dampak dari sisi medis
ada beberapa risiko medis yang akan ditanggung dalam pernikahan usia dini yaitu resiko
kekerasan, resiko penyakit seksual, dan resiko kehamilan pada usia belia. Secara hukum di
Indonesia, pernikahan remaja memang tidak dilarang, namun diberikan batasan. Tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa laki-laki bisa menikah
dari usia 19 tahun dan perempuan pada usia 16 tahun. Penyebab pernikahan pada usia remaja
disebabkan remaja menikah karena “kecelakaan”, remaja menikah karena adat, remaja menikah
karena keyakinan agama
Pernikahan di usia dini dapat menyebabkan seseorang khususnya wanita menjadi
terbelakang karena pendidikan. Banyak orang yang menyatakan bahwa setinggi-tingginya
sekolah seorang wanita pada akhirnya akan kembali ke dapur. Namun, alangkah lebih baiknya
jika seorang wanita berpendidikan biarpun tidak bekerja tetapi dia bisa menjadi guru bagi anak-
anaknya kelak. Dan menjadi wanita yang hebat.

Anda mungkin juga menyukai