Anda di halaman 1dari 6

Latihan Uji Kompetensi 3

Nama : Nanik Sundari


NIM : 856753078
Kelas/Semester : PGSD BI / 3i
Mata Kuliah : Pembelajaran Kelas Rangkap

No Soal Skor
1. Buatlah laporan analisis yang berisi hasil analisis yang dilakukan Saudara jika
Pembelajaran Kelas Rangkap dijadikan model pembelajaran yang dapat digunakan
saat ini. Laporan tersebut dibuat dengan ketentuan sebagai beriku.
1. Mengemukakan pendapat pribadi 20
2. Terdapat sumber berita yang mendukung (minimal 2) dapat diambil dari 10
media cetak atau elektronik (berita dari internet)
3. Terdapat beberapa teori pendukung yang mendukung (minimal 5 teori) 20
4. Menjelaskan teori tersebut 10
5. Mengambil kesimpulan 25
6. Melampirkan sumber referensi dari hasil teori dan berita (minimal 7 10
referensi) 5
7. Tata tulis rapi dan mudah dipahami
Skor 100
Total
*) coret yang tidak perlu

1. Mengemukakan pendapat pribadi PKR model Pembelajaran.


Jawab :

Menurut saya dalam sistem pendidikan di indonesia,ada hal yang tidak dapat dihindari
yaitu penyebaran guru secara merata keseluruh wilayah di tanah air. Hal ini mengakibatkan
banyak terjadi kekurangan guru SD, khususnya di daerah terpencil, jauh dari pusat kota. Selain
itu alasan geografis juga sangat memperngaruhi, misalnya suatu wilayah yang sulit ditempuh,
sehingga guru berhalangan hadir. Dalam masalah perbedaan ini kualitas hasil belajar siswa di
kota jauh lebih baik dibanding dengan hasil belajar siswa di daerah terpencil. Dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau guru kelas bisa terus
mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada halangan yang menyebabkannya tidak bisa hadir
menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat
kekurangan guru mungkin saja akan menghambat pelaksanaan tugas pembelajaran dan hak
siswa dalam menuntut ilmu. Salah-satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru di
beberapa SD di Indonesia adalah dengan penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap
(PKR). Pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap ini tidak bisa dihindarkan. Untuk memenuhi
hak siswa mendapatkan pembelajaran yang semestinya. Pembelajaran harus tetap berlangsung.
Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan berarti merupakan penyebab
terjadinya kurang baiknya kualitas hasil belajar. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum
menemukan teknik yang tepat untuk melakukan PKR. Pemahaman yang baik tentang PKR
oleh guru maupun calon guru diharapkan akan mampu melaksanakan pembelajaran PKR
dengan efektif dan efisien, sehingga ada anggapan bahwa PKR merupakan suatu masalah yang
sulit untuk diatasi. Namun, justru disadari bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan
yang harus dihadapi sebagai tugas guru.

Dalam PKR lebih banyak menuntut siswa belajar mandiri dan konstektual, sehingga
secara tidak langsung interaksi antara siswa yang baik dan intensif akan membentuk karakter
siswa yang positif. Kalau dikaitkan dengan implementasi Kurikulum 2013 yang menekannkan
pada pendekatan tematik, PKR ini tampaknya cocok diterapkan. Pembelajaran tematik
merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari
berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi
sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta
pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. Pelaksanaan PKR bukan saja sekedar
kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan. Oleh karena itu, pengalaman yang dimiliki oleh guru yang mengajar di kelas
rangkap akan sangat berarti dalam mengembangkan profesionalismenya. Guru perlu persiapan
materi, fisik, dan mental dalam PKR. Oleh karena itu, akan dikaji gambaran gambaran PKR
dan praktik yang terjadi di lapangan

2. Sumber Berita sebagai Pendukung di perlukannya PKR

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) bersama sejumlah instansi akan melakukan


penataan guru terkait pendistribusian yang tidak merata antarwilayah melalui kebijakan
pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching) untuk guru mata pelajaran serumpun. Hal itu
dikatakan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan, Syawal Gultom di Jakarta, Rabu (10/8/2011).

"Sebenarnya Indonesia tidak kekurangan guru, persoalan hanya pada pendistribusian guru yang
tidak merata, bahkan dapat dikatakan kelebihan pasokan guru sebesar 20 persen atau sekitar 500
ribu guru," kata Syawal.
Oleh karena itu, opsi kebijakannya adalah dengan melakukan redistribusi guru dan penerapan
pembelajaran kelas rangkap. Nantinya, guru SMA bisa mengajar murid-murid SMP untuk mata
pelajaran serumpun. "Demikian pula, guru SMP dapat memberikan pelajaran bagi murid SD,"
katanya.

KOMPAS.com - Program kemitraan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) kembali
menggelar forum Temu INOVASI dengan mengangkat tema “Pembelajaran Kelas Rangkap di
Pendidikan Dasar: Peluang dan Tantangan” di Gedung Kemendikbud, Jakarta (15/5/2019).

Forum diskusi pendidikan ini menghadirkan narasumber guru dan tenaga kependidikan di
Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Probolingo), Bupati Probolinggo, Wakil Bupati Sumba Timur,
Direktur Pembinaan Guru Dikdas, Ditjen GTK Kemendikbud, serta perwakilan dari program ke
mitraan pemeritnah Indonesia dan Australia yaitu program TASS dan juga INOVASI. Salah satu
tantangan pendidikan yang diangkat INOVASI adalah model pengajaran dan pembelajaran kelas
rangkap atau multi-grade teaching.

Tantangan nyata di daerah


Di banyak sekolah dasar dan madrasah berukuran kecil di Indonesia, mengelompokkan anak-
anak dari beberapa jenjang kelas ke dalam satu kelas bisa menjadi salah satu cara agar pendidikan
dapat tetap berjalan. Misalnya, menggabungkan kelas tiga dan empat dalam satu kelas. Ini yang
disebut dengan model pembelajaran kelas rangkap, yaitu situasi ketika seorang guru harus
mengajar lebih dari satu kelas di waktu dan tempat yang bersamaan. Di Kecamatan Sukapura,
Probolinggo, Jawa Timur, misalnya, ditemukan jumlah murid yang sedikit umumnya menjadi hal
melatarbelakangi pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
Jumlah murid tersebut dipengaruhi kondisi geografis dimana sekolah-sekolah berada pada lokasi
sulit dicapai sehingga hanya menampung murid dari wilayah setempat. Selain itu, ada
kecenderungan bagi masyarakat memiliki anak dalam jumlah sedikit.

Hal ini karena tuntutan biaya adat besar, serta kondisi ekonomi lemah. Inilah yang membuat
jumlah murid di sekolah semakin berkurang. Kecukupan jumlah guru, serta kehadiran dan
kemampuan guru untuk mencapai sekolah juga menjadi penentu dilaksanakannya pembelajaran
kelas rangkap di beberapa sekolah. Di Sumba Tengah, ditemukan guru di SD Narita yang
menerapkan pembelajaran kelas rangkap karena keterbatasan ruang kelas.

Pada praktiknya, guru menggabungkan dua kelas yang berbeda (kelas 1 dan 2; kelas 4 dan 5)
pada saat yang bersamaan dan dalam satu kelas pembelajaran dengan materi yang berbeda.
Dalam hal ini, kemampuan guru dituntut mampu mengelola kelas dengan baik dan menjadikan
siswa aktif sehingga kondisi kelas tidak gaduh atau ada siswa tidak belajar karena guru mengajar
bergantian kelas.[20.16, 24/11/2021] Nuri: Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah
penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan
tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam
pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967).

3. Terdapat beberapa teori pendukung yang mendukung (minimal 5 teori)


Jawab :
1) Sumar (2017) bahwa disamping profesionalisme seorang guru, pembelajaran juga terkait
erat dengan subjek belajar, yaitu peserta didik. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar
peserta didik, yaitu faktor yang ada pada diri peserta didik dan faktor yang berasal dari luar
peserta didik. Faktor minat, motif, dan perhatian dari dalam peserta didik perlu dimunculkan
karena faktor inilah yang sangat menentukna keberhasilan belajar peserta didik. Peran guru
akan sangat membantu memunculkan faktor ini dengan bilbingan, arahan dari guru,
sehingga peserta didik diharapkan akan menjadi pribadi yang matang, kreatif, inovatif, dan
mandiri.

2) Sudjana (2007) setiap individu peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki
kemampuan atau tingkatan serta karakter masing-masing. Setidaknya ada 6 perbedaan-
perbedaan individu yang ada pada peserta didik diantaranya: (a)perkembangan intelektual;
(b)kemampuan berbahasa; (c)latar belakang pengalaman; (d)gaya belajar; (e)bakat dan
minat; (f)kepribadian.

3) Susilowati (2016) Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) adalah suatu bentuk pembelajaran
yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam
waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. Dalam hal ini
berarti guru yang mengajar dalam suatu kelas menghadapi siswa dengan kemampuan belajar
yang berbeda pula.

4) Radipto (2007) seorang guru harus mengenal anak-anak di kelasnya secara personal.
Kemampuan untuk menangkap materi pembelajaran masing-masing anak berbeda satu
dengan lainnya (bersifat individual). Pemberian materi ajar harus disesuaikan degan
kemampuan peserta didik. Seorang siswa bisa menyelesaikan sebuah soal atau memahami
materi dalam waktu yang berbeda-beda. Dari perbedaan ini, guru bertugas membantu anak-
anak yang mengalami kesulitan mengerjakan soal ataupun memahami materi.
5) Djalil (2012) menyatakan bahwa pembelajaran kelas rangkap (PKR) adalah bentuk
pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau
lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.
pembelajaran kelas rangkap juga mengandung makna, seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid dengan kemampuan belajar yang berbeda-
beda.

4. Menjelaskan teori tersebut


Jawab :
1) Menurut Sumar (2017) apa yang beliau sampaikan saya setuju karena profesionalisme
seorang guru, pembelajaran juga terkait erat dengan subjek belajar. Beberapa faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor minat, motif, dan perhatian dari dalam
peserta didik perlu dimunculkan. Peran guru akan sangat membantu memunculkan faktor
ini dengan bimbingan, arahan dari guru, sehingga peserta didik diharapkan akan menjadi
pribadi yang matang, kreatif, inovatif, dan mandiri.

2) Menurut Sudjana (2007) apa yang beliau sampaikan saya setuju karena bahwa setiap
individu peserta didik adalah unik, masing-masing memiliki kemampuan atau tingkatan
serta karakter masing-masing. Dimana dikarenakan hal itu pembelajaran menjadi lebih
beragam.
3) Menurut Susilowati, 2016 apa yang beliau sampaikan saya setuju karena Pembelajaran
Kelas Rangkap (PKR) adalah suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang
guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan
menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda.

4) Menurut Pradipto (2007) apa yang beliau sampaikan saya setuju karena bahwa seorang
guru harus mengenal anak-anak di kelasnya secara personal. Pemberian materi ajar harus
disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Dari perbedaan ini, guru bertugas
membantu anak-anak yang mengalami kesulitan mengerjakan soal ataupun memahami
materi.

5) Menurut Djalil (2012) apa yang beliau sampaikan saya setuju karena pembelajaran kelas
rangkap (PKR) adalah bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru
mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam saat yang sama, dan menghadapi dua
atau lebih tingkat kelas yang berbeda.

5. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil analisis saya, pembelajaran kelas rangkap adalah salah satu upaya
yang dapat dapat digunakan menjadi model pembelajaran, terutama di situasi sekolah yang
gurunya kurang memadai, sangat memungkinkan untuk diterapkan pembelajaran kelas
rangkap ini dengan Model 221 dibandingkan dengan model 222 dan 333. Ini sangat penting
di daerah terpencil yang jarang penduduknya dan sekolah yang kekurangan guru atau ruang
kelas.
PKR merupakan solusi atas kekurangan guru di Indonesia. Dengan PKR, guru dapat
mengatasi permasalahan kekurangan guru. Dengan jumlah guru yang ada, guru dapat secara
efektif menggunakan sumber belajar untuk mengajar semua mata pelajaran. PKR
memungkinkan kami untuk menerapkan prinsip kuantitas dan pemerataan, yaitu dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada. Dengan jumlah guru yang kami miliki saat ini,
kami dapat menyediakan layanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas mencakup
lebih banyak siswa (jumlah).

6. Melampirkan sumber referensi dari hasil teori dan berita (minimal 7 referensi)
1) https://edukasi.kompas.com/read/2011/08/10/1016068/kemdiknas-akan-terapkan-
pembelajaran-kelas-rangkap
2) https://edukasi.kompas.com/read/2019/05/16/23021341/kelas-rangkap-di-sekolah-dasar-
peluang-atau-tantangan?page=all
3) https://veravantikaambarini.blogspot.com/2017/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
4) https://www.pustaka.ut.ac.id/reader/index.php?subfolder=PDGK4302/&doc=M4.pdf
5) https://lp2m.iainpalopo.ac.id/siipha/images/03122019055959PengabdianLilis.pdf
6) https://veravantikaambarini.blogspot.com/2017/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
7) http://eprints.radenfatah.ac.id/498/2/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai