Penyampaian materi oleh si bapak kadang agak loncat-loncat dan kurang runut. Tapi saya coba
sarikan di sini apa-apa yang saya catat selama 2 jam screening kami.
1. Bersucilah sebelum melakukan hubungan dan berdoa (penting untuk menghapalkan doa
sebelum melakukan hubungan suami-istri).
2. Hubungan suami-istri tidak boleh dilakukan saat:
o Istri sedang haid atau nifas.
o Siang hari di bulan Ramadhan.
3. Haram bagi suami untuk melakukan zihar, yakni menyamakan istri secara fisik dengan
mahramnya. Kalau sudah kejadian, haram bagi keduanya untuk melakukan hubungan
suami-istri kecuali setelah membayar kifarat: memerdekakan budak, atau kalau tidak bisa
maka berpuasa selama 60 hari berturut-turut, atau kalau tidak bisa maka memberi makan
60 orang fakir miskin.
4. Setelah melakukan hubungan suami-istri, kondisinya adalah junub alias berhadats besar
(seperti halnya setelah mimpi basah pada laki-laki atau haid/nifas bagi perempuan). Oleh
karena itu diwajibkan mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar tsb. Kami
diingatkan lagi tentang tata cara mandi wajib yang benar.
Tentang Ijab Qabul
1. Beda tempat ternyata ada perbedaan juga di kalimat ijab qabul. Yang biasa kita dengar,
saat qabul diucapkan “Saya terima nikahnya …”. Di Baso ternyata kalimatnya “Saya
terima menikahi …”.
2. Beberapa kali juga saya dengar dalam qabul “… dengan mahar tersebut …” alias
maharnya tidak disebutkan ulang oleh calon suami. Di Baso ternyata maharnya mesti
disebutkan lagi, jangan diganti dengan kata “tersebut”.
Lain-Lain (Random)