Anda di halaman 1dari 7

RANCANGAN PEMBERIAN TUGAS

KE - 3

Kode / Nama Mata Kuliah : PDGK 4202 / PEMBELAJARAN IPA DI SD


SKS : 3 SKS
Nama Tutor : Safaria Yunida, M.Pd
Pokok Bahasan : 1. Menjelaskan jenis-jenis alat evaluasi proses belajar IPA di
SD
2. Menjelaskan syarat dan jenis alat evaluasi hasil belajar
IPA di SD.
3. Menjelaskan pengertian KTSP dan landasan peraturannya
4. Menjelaskan komponen dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP
5. Mengembangkan komponen KTSP
Masa Registrasi : 2021.2

Rentangan Skor 10 – 100


Kompetensi Khusus / TIK
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis alat evaluasi proses belajar IPA di SD
2. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat dan jenis alat evaluasi hasil belajar IPA di SD.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian KTSP dan landasan peraturannya.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP
5. Mahasiswa mampu mengembangkan komponen KTSP
Uraian Tugas
1. Untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran IPA di SD memerlukan alat ukur
yang baku agar hasil pengukurannya dapat dipercaya. Jelaskan alat evaluasi untuk
mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani, dan alat evaluasi
yang akan mengukur keterampilan.
2. Bagaimanakah cara menyusun alat evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif selama
proses pembelajaran?
3. Buatlah dalam bentuk tabel instrumen penilaian afektif dalam proses pembelajaran IPA di
SD!
4. Apakah yang saudara ketahui tentang Kurikulum Operasional Sekolah atau yang biasa
disebut KTSP dan bagaimanakah landasan implementasinya? Jelaskan!
5. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh satuan pendidikan, mengacu pada
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan dan berpedoman pada panduan penusunan
kurikulum yang disusun oleh BSNP. Apasajakah prinsip-prinsip dalam mengembangkan
KTSP tersebut? Dan apasajakah komponen KTSP?
6. Seandainya saudara termasuk dalam team pengembang kurikulum di satuan pendidikan
saudara, coba rumuskanlah visi, misi dan tujuan satuan pendidikan saudara (sekolah)
sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan bahwa satuan pendidikan saudara berada di
kota yang maju.
Jawaban
1. Untuk menentukan keberhasilan suatu proses memerlukan alat ukur. Seharusnya alat ukur
yang digunakan adalah alat ukur yang baku agar hasil pengukurannya dapat dipercayai.
Namun karena alat ukur yang baku tersebut belum banyak dikembangkan di Indonesia, maka
guru yang berpengalaman dalam mengajar diharapkan dapat membuat alat ukur pengganti
yang baku. Alat evaluasi proses pembelajaran IPA yang diperlukan terdiri dari alat evaluasi
untuk mengukur kognitif, alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani, dan alat untuk
mengukur kemampuan keterampilan.
a. Alat evaluasi untuk mengukur kognitif
Penguasaan ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui pembelajaran dapat ditentukan
dengan menggunakan pertanyaan (tes) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes tersebut
bentuknya objektif atau uraian (esai). Untuk memilih yang mana di antara kedua bentuk ini
yang paling cocok untuk digunakan sangat tergantung pada berbagai hal di antaranya, waktu
yang tersedia, proses berpikir yang diukur sifat materi yang akan ditanyakan dan banyaknya
peserta didik dalam satu kelas.
Dalam praktiknya waktu khusus untuk keperluan Evaluasi Proses tidak disediakan oleh
sekolah jadi pelaksanaannya tidak sama dengan evaluasi hasil belajar pada pertengahan
semester atau pada akhir semester. Penilaian proses diatur sendiri oleh guru pada proses
pembelajaran berlangsung. Ada guru yang menyediakan waktu beberapa menit sebelum jam
pelajaran selesai untuk mengerjakan tes yang menanyakan materi yang baru saja diajarkan,
ada yang memberikan pertanyaan lisan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.

b. Alat evaluasi untuk menentukan kualitas hati nurani


Dalam Kegiatan Belajar 1 telah dikemukakan bahwa ketiga ranah menurut taksonomi Bloom
masing-masing ada jenjang yang harus dilalui untuk mencapai jenjang tertinggi.
Pengembangan afektif dimulai dari jenjang terendah yaitu dapat menerima suatu sikap hidup
misalnya: disiplin diperlukan dalam hidup dan kehidupan, contoh operasional adalah disiplin
diperlukan dalam lalu lintas.

2. Bahwa untuk menilai proses pembelajaran yang berkenaan dengan ranah kognitif digunakan
alat ukur berbentuk tes objektif dan atau tes bentuk uraian objektif. Dengan menggunakan
kedua bentuk ini dapat diketahui materi yang telah dan belum dikuasai begitu juga dapat
diketahui, jenjang berpikir yang sudah atau belum dikuasai. Peserta didik paling tidak tetap
menguasai 6 (enam) kemampuan kognitif satu di antaranya dapat mengetahui nama-nama
gas yang ada di udara. Untuk mengetahui bahwa kemampuan ini benar-benar telah dikuasai
oleh peserta didik, guru dapat bertanya secara lisan maupun dalam bentuk tertulis misalya
dengan menggunakan tes objektif misalnya pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban.
Contoh soal:
Gas yang paling banyak volumenya di udara adalah:
a) Hidrogen
b) Helium
c) Oksigen
d) Nitrogen

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan
menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum sebelumnya
adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang dicantumkan dalam
kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh pemerintah pusat, dalam KTSP
sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk dikembangkan dan diputuskan oleh
pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat kebebasan untuk melakukan pengembangan
pada tingkat satuan pendidikan, namun pengembangan kurikulum harus mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Ketetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23
tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan
KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi, dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
• kerangka dasar, dan struktur kurikulum,
• beban belajar,
• kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan,
dan
• kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati. Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh
kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi
dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain
melibatkan guru, dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari
perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP
maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi, dan kondisi
lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.

3.

5. Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah


prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta tuntutan lingkungan.

2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,


kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar
substansi.

3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum


dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan


melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.

5.Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi


kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,


pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum


dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto
Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah
perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam
pengembangan kurikulum. Sedangakan komponen-komponen KTSP:
1. Visi dan misi satuan pendidikan
2. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
3. Menyusun Kalender Pendidikan
4. Struktur Muatan KTSP
5. Silabus
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

6. Bagi suatu organisasi visi memiliki peranan yang penting dalam menentukan arah kebijakan
dan karakteristik organisasi tersebut.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merumuskan sebuah visi antara lain:
Rumusan visi sekolah yang baik seharusnya memberikan isyarat:
1. Visi sekolah berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama (bila perlu dibuat
jangka waktunya).
2. Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma dan harapan
masyarakat.
3. Visi sekolah harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin di capai.
4. Visi sekolah harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat
dan komitmen bagi stakeholder.
5. Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah
kearah yang lebih baik.
6. Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah.
7. Dalam merumuskan visi harus disertai indikator pencapaian visi.

Contoh visi sekolah berikut:


a. Sekolah yang terletak dikota besar, peserta didiknya berasal dari keluarga mampu
berpendidikan tinggi yang memiliki harapan anaknya menjadi orang hebat, lulusannya
melanjutkan ke sekolah favorit yang lebih tinggi, dapat merumuskan visinya; “UNGGULAN
DALAM PRESTASI, BERAKHLAQUL KARIMAH, TERAMPIL DAN MANDIRI”.
b. Sekolah yang terletak di perkotaan, mayoritas peserta didiknya berasal dari keluarga mampu
dan hampir seluruh lulusannya ingin melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi, dapat merumuskan
visinya: “UNGGUL DALAM PRESTRASI BERDASARKAN IMTAQ, TERAMPIL DAN
MANDIRI”.
c. Sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak maju dibandikan sekolah di
perkotaan dan banyak peserta didiknya tidak melanjutkan kesekolah favorit/berprestasi, dapat
merumuskan visinya: “TERDIDIK, TERAMPIL DAN MANDIRI BERDASARKAN IMTAQ”.
d. Sekolah yang terletak di daerah pinggiran kota (urban) yang umum tingkat kemajuaannya
menengah dibanding sekolah di perkotaan atau pedesaan; masyarakatnya pekerja, lingkungannya
abangan, perilaku moral rendah dan banyak peserta didiknya tidak melanjutkan ke Sekolah yang
lebih tinggi, dapat merumuskan visinya: “BERAKHLAQUL KARIMAH, MANDIRI DAN
TERAMPIL BERDASARKAN IMTAQ”.
Keempat visi diatas, sama-sama benar sepanjang masih dalam koridor tujuan pendidikan
nasional. Tentu saja, perumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang dan jenis
sekolah sebagaimana dituliskan dalam peraturan pemerintah.
Visi pada umumnya dirumuskan dalam kalimat yang filosofis seperiti contoh diatas, seringkali
memiliki aneka tafsir. Setiap orang dapat menafsirkan secara berbeda-beda sehingga dapat
menimbulkan perselisihan dalam implementasinya. Bahkan jika terjadi penggantian pimpinan
sekolah maka Kepala Sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir berbeda dengan sebelumnya.
Oleh karena itu, agar tidak memberikan tafsir yang berbeda, visi itu sebaiknya deberikan
penjelasan berupa indikator-indikator apa yang dimaksudkannya.

Anda mungkin juga menyukai