Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL Quis Ke : 2

Nama : Intan Mufti


NIM : 855720203
Mata / Kode Kuliah : Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD / PDGK4502 / 4 SKS

Kerjakan!
1. Perbedaan
Tahun 1984 Tahun 1994 Tahun 2004
1. Terdapat beberapa unsur 1. Sentralistik 1. Pemberdayaan sekolah
dalam GBHN 1983 yang belum 2. Tidak memuat standar dan daerah
tertampung ke dalam kurikulum kompetensi 2. Memuat Standar
pendidikan dasar dan menengah. 3. Tidak ada kegiatan Kompetensi 3. Kegiatan
2. Terdapat ketidakserasian pembiasaan perilaku terintegrasi pembiasaan perilaku terintegrasi
antara materi kurikulum dan terprogram dan terprogram 4. Pengenalan
berbagai bidang studi dengan 4. belum ada mata pelajaran mata pelajaran
kemampuan anak didik TIK 5. Meskipun sudah TIK
3. Terdapat kesenjangan antara disarankan untuk melakukan 5. Penilaian Berbasis Kelas
program kurikulum dan PBK, kenyataannya masih (PBK)
pelaksanaannya di sekolah 4. didominasi penilaian pilihan 6. Pendekatan tematik di
Terlalu padatnya isi kurikulum ganda kelas I dan II SD/MI untuk
yang harus diajarkan hampir di 6. Pendekatan tematik di kelas I memperhatikan kelompok usia
setiap jenjang. 5. Pelaksanaan dan II SD/MI hanya disarankan 7. 7. Kesinambungan
Pendidikan Tidak ada kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan
Sejarah Perjuangan Bangsa pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas
(PSPB) sebagai bidang kajian dari kelas I sampai kelas XII
pendidikan yang berdiri sendiri XII 8. Diversifikasi: kurikulum
mulai dari tingkat kanak-kanak 8. Tidak ada diversifikasi: layanan khusus dan standar
sampai sekolah menengah layanan khusus dan standar internasional
tingkat atas termasuk internasional 9. Silabus disusun oleh
Pendidikan Luar Sekolah. 9. Memberikan peluang pada daerah dan atau sekolah sesuai
6. Pengadaan program studi baru guru/sekolah/daerah untuk dengan kebutuhan dan
(seperti di SMA) untuk mengembangkan potensinya kemampuannya 10. Penilaian
memenuhi kebutuhan dalam bentuk program penjabaran pada setiap mata pelajaran
perkembangan lapangan kerja. dan penyesuaian atau melakukan dilakukan per aspek 11. Tidak
analisis materi pelajaran ada pemeringkatan prestasi,
10. Penilaian pada setiap karena siswa tidak dibandingkan
pelajaran hanya secara antar siswa melainkan terhadap
keseluruhan satu nilai ketercapaian kompetensi
11. Dilakukan pemeringkatan 12. Jumlah jam seluruh mata
prestasi belajar siswa di kelas pelajaran/minggu lebih sedikit
berdasarkan jumlah nilai 12.
Jumlah jam seluruh mata
pelajaran/minggu lebih banyak

Persamaan
Tahun 1984 Tahun 1994 Tahun 2004
1. Pendidikan dasar 9 tahun 1. Pendidikan dasar 9 tahun
2. Penekanan pada 2. Penekanan pada
kemampuan kemampuan
Membaca, Menulis, dan Membaca, Menulis, dan
Berhitung Berhitung
3. Konsep-konsep dan materi 3. Konsep-konsep dan materi
pokok (esensial) pada setiap mata pokok (esensial) pada setiap mata
pelajaran untuk mencapai pelajaran untuk mencapai
kompetensi kompetensi
4. Adanya muatan lokal 4. Adanya muatan lokal

5. Alokasi waktu setiap jam 5. Alokasi waktu setiap jam


pelajaran tetap 45 menit untuk pelajaran tetap 45 menit untuk
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK SMP/MTs dan SMA/MA/SMK

2. Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952)


Kurikulum ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal sistem pendidikan Indonesia. Dalam Kurikulum Rencana
Pelajaran Terurai sudah terdapat rincian mata pelajaran dan menggunakan silabus sebagai pokok-pokok
atau isi materi pelajarannya. Di kurikulum ini juga seorang guru memiliki tanggung jawab untuk
mengajar satu mata pelajaran.

Kurikulum 1964
Pada Kurikulum 1964 pemerintah menerapkan program Pancawardhana sebagai pembekalan di jenjang
Sekolah Dasar (SD), yakni pendidikan yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Kemudian, untuk mata pelajaran diklasifikasikan menjadi 5 kelompok bidang studi yaitu, moral,
kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan jasmani.

Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 adalah penyempurnaan dari Kurikulum Pelajaran Terurai (1952) hingga Kurikulum 1964.
Terjadi perubahan dari program Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 bertujuan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat
secara jasmani, menjunjung kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan beragama.

Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1975 sistem pendidikan memiliki orientasi pada tujuan dengan harapan dapat lebih efektif
dan efisien. Di Kurikulum 1975 inilah mulai dikenal istilah satuan pelajaran atau rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran diperinci lagi menjadi petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus, materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Banyak
yang mengkritik Kurikulum 1975 tidak ideal dikarenakan beban tugas guru yang terlalu banyak dalam
melakukan rincian tersebut.

3. Masalah yang dihadapi adalah:


1. Sekolah mengalami kesulitan dalam menyusun isi dokumen KTSP, mulai dari pembuatan
misi dan visi sekolah, pemilihan materi pelajaran, hingga penyusunan silabus. Hal ini
dikarenakan sumber daya manusianya kurang memadai.
2. Kekurangpahaman pihak sekolah terhadap penyusunan KTSP mengakibatkan banyak
sekolah membuat KTSP asal jadi saja, mengadopsi mentah-mentah KTSP yang disusun oleh
sekolah lain tanpa menyesuaikan dengan kondisi sekolah yang bersangkutan.
3. Kesulitan dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional
(kebutuhan tenaga bidang industri dan bidang lainnya yang belum sinkron dengan
perencanaan pendidikan sebagai penghasil lulusan / tenaga kerja).
4. Tidak mudah memilih materi dan komposisi kurikulum yang tepat untuk mendukung
berbagai tujuan yang telah ditetapkan sesuai kemampuan dan perkembangan jiwa anak.
5. Pengembangan kurikulum tidak melibatkan tim kerja yang kompak dan transparan, baik dari
komponen guru maupun masyarakat.
6. Sebagai guru borongan, guru-guru SD mengalami kesulitan dalam menganalisis setiap mata
pelajaran dalam kurikulum dan menentukan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik
lingkungan serta peserta didik.

Kelebihan KTSP
1. Mendorong terwujudnya otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu
adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di
lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal. Dengan adanya penyeragaman ini,
sekolah di kota sama dengan sekolah di daerah pinggiran maupun di daerah pedesaan.
Penyeragaman kurikulum ini juga berimplikasi pada beberapa kenyataan bahwa sekolah di daerah
pertanian sama dengan sekolah yang daerah pesisir pantai, sekolah di daerah industri sama dengan
di wilayah pariwisata. Oleh karenanya, kurikulum tersebut menjadi kurang operasional, sehingga
tidak memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan
keunggulan khas yang ada di daerahnya.

2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan
Dengan berpijak pada panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang
dibuat oleh BNSP, sekolah diberi keleluasaan untuk merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan
lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Sekolah bisa mengembangkan standar yang lebih
tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Dengan demikian dapat terjadi persaingan yang cukup sehat diantara sekolah-sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Keberadaan suatu sekolah pun, pencitraan sekolah, kualitas
lulusan yang dihasilkan pada akhirnya menjadi tolak ukur masyarakat dalam penilaian kinerja
sekolah. Hal ini dapat menyebabkan seleksi alam, bahwa hanya sekolah bermutulah yang akan
bertahan dan diminati masyarakat, sedangkan sekolah dengan kinerja yang kurang baik akan
tereleminasi. Mau tak mau sekolah harus meningkatkan kualitasnya untuk mempertahankan
eksistensinya.

3. Memberikan kesempatan bagi masyarakat dan orangtua untuk berpartisipasi dalam


menentukan arah kebijakan pendidikan di sekolah
Berdasarkan prinsip-prinsip ini, KTSP sangat relevan dengan konsep desentralisasi pendidikan
sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang
mencakup otonomi sekolah di dalamnya. Pemerintah daerah dapat lebih leluasa berimprovisasi
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, sekolah bersama komite sekolah diberi
otonomi menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
KTSP ini sesungguhnya lebih mudah, karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan
kompetensi siswanya sesuai dengan lingkungan dan kultur daerahnya. KTSP juga tidak mengatur
secara rinci kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, tetapi guru dan sekolah diberi keleluasaan
untuk mengembangkannya sendiri sesuai dengan kondisi murid dan daerahnya. Di samping itu
yang harus digarisbawahi adalah bahwa yang akan dikeluarkan oleh BNSP tersebut bukanlah
kurikulum tetapi tepatnya Pedoman Penyusunan Kurikulum 2006.

4. Bagaimana prosedur yang dilaksanakan dalam pengembangan KTSP untuk sekolah kalian!

1. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan
yang ada.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan
KTSP.
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya
maupun prakteknya di lapangan.
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang
pendapatan para guru.
5. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang kurang demokratis dan kurang profesional berdampak pada
kurangnya peran serta masyarakat yang diwakilkan oleh Dewan/Komite sekolah dalam merumuskan
KTSP

oooooO****** Selamat Mengerjakan ******Oooooo

Anda mungkin juga menyukai