Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Zaky Nurhadi
NIM : 173402052
Ruang : 310 (Seminar Manajemen Pemasaran)

Family Life Cycle (FLC) atau Siklus Kehidupan Keluarga


Keluarga berubah bersama waktu, melewati serangkaian tahap. Proses ini disebut siklus
kehidupan keluarga (SKK). Walaupun sudah digunakan di dalam literature sejak tahun 1931,
konsep tersebut mendapat pengaruhnya yang paling luas di dalam penelitian pemasaran Well dan
Gubar, dan belakangan di dalam buku karya Reynolds dan Wells, memperhatikan bagaimana
siklus kehidupan mempengaruhi perilaku konsumen. Family life cycle dapat diartikan sebagai
gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan
keluarga. FLC terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variabel
demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status
pekerjaan kepala keluarga.
FLC tradisional yaitu pergerakan tahap yang sebagian besar keluarga lewati, dimulai dari
belum menikah (bujangan), menikah, pertumbuhan kelurga, penyusutan keluarga, dan diakhiri
dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari model FLC adalah :
 Tahap 1 : Bachelor, yaitu pemuda/i single dewasa yang hidup berpisah dengan orangtua.
 Tahap 2 : Honeymooners, yaitu pasangan muda yang baru menikah.
 Tahap 3 : Parenthood, yaitu pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang
tinggal hidup bersama.
 Tahap 4 : Postparenthood, yaitu sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada
anak yang tinggal hidup bersama.
 Tahap 5 : Dissolution, yaitu salah satu pasangan sudah meninggal.

Family Life Cycle (FLC) Non-Traditional, yaitu :


1) Family Household
 Childless Couples, pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak dikarenakan oleh
pasangan tersebut lebih memilih pada pekerjaan.
 Pasangan yang menikah di atas umur 30 tahun, menikah terlalu lama dikarenakan karir
dimana memutuskan untuk memiliki sedikit anak atau justru malah tidak memiliki anak.
 Pasangan yang memiliki anak di usia yang terlalu dewasa (di atas 30 tahun).
 Single Parent I, yang terjadi karena perceraian.
 Single Parent II, pria dan wanita muda yang mempunyai satu atau lebih anak di luar
pernikahan.
 Single Parent III, seseorang yang mengadopsi satu atau lebih anak.
 Extended Family, seseorang yang kembali tinggal dengan orangtuanya untuk menghindari
biaya yang dikeluarkan sendiri sambil menjalankan karirnya. Misalnya anak, atau cucu yang
cerai kemudian kembali ke rumah orangtuanya.
2) Non Family Household
 Pasangan tidak menikah.
 Perceraian tanpa anak.
 Single Person, orang yang menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untuk tidak
menikah.
 Janda atau Duda.
Perubahan Struktur Keluarga dan Rumah Tangga
Industrialisasi telah membawa pengaruh signifikan dalam perubahan struktur keluarga di
Indonesia. Sebelum berkembangnya industrialisasi di Indonesia struktur keluarga terdiri dari
keluarga besar yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga besar yaitu keluarga yang terdiri dari
kakek, nenek, anak, suami dan cucu-cucunya atau bisa disebut keluarga dengan beberapa
generasi dalam satu atap. Setelah industrialisasi berkembang di Indonesia menyebabkan orang-
orang desa pindah ke kota dengan alasan meningkatkan ekonomi keluarga sehingga lambat laun
keluarga besar pun semakin menipis hingga akhirnya terbentuk keluarga kecil. Keluarga kecil ini
pun salah satunya terbentuk akibat adanya program keluarga berencana yang diciptakan
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. Dan saat ini muncul pula fenomena struktur keluarga kecil dengan tipe single parent
yang terjadi akibat moral masyarakat yang lemah.
Memahami perubahan struktur keluarga dan pengaruhnya terhadap pengambilan
keputusan sebagai konsumen. Keputusan membeli dalam keluarga di pengaruhi oleh keadaan
sudah menikah atau belum, ukuran jumlah anggota keluarga. Hal tersebut mempengaruhi jumlah
belanjaan yang akan dibeli maupun budget yang akan di siapkan untuk mengambil keputusan
dalam hal membeli suatu barang. Banyak dari mereka benar-benar menghitung jumlah
pengeluaran mereka sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi dalam keluarga mereka sehari-
hari, mana yang sekiranya menjadi keputusan yang utama mana yang belum menjadi prioritas
saat itu.
Metode Riset untuk Mengetahui Pengambilan Keputusan Oleh Keluarga
Studi mengenai struktur peran kerap memandang pembelian sebagai tindakan ketimbang
proses dan mendasarkan temuan pada pernyataan seperti “siapa biasanya yang mengambil
keputusan pembelian?” atau “siapa yang mengambil keputusan?”. Namun, bukti tersebut
menunjukkan bahwa peranan dan pengaruh anggota keluarga bervariasi menurut tahap di dalam
proses keputusan.
Sebuah contoh dari metodologi proses diberikan oleh Wilkes, yang merasa bahwa
pernyataan berikut ini berguna untuk mengukur pengaruh keluarga :
 Siapa yang bertanggungjawab untuk pengenalan awal.
 Siapa yang bertanggungjawab untuk memperoleh informasi mengenai alternatif pembelian.
 Siapa yang mengambil keputusan akhir mengenai alternatif yang harus dibeli
 Siapa yang membuat pembelian aktual terhadap produk.
Hasil yang lebih baik diperoleh dengan menggunakan metodologi ini dibandingkan
dengan ukuran yang lebih global. Suami dan istri lebih mungkin menganut persepsi yang sama
mengenai pengaruh relatif mereka untuk fase tertentu daripada bila pengajuan pertanyaan gagal
menanyakan tentang tahap-tahap keputusan.
Referensi :

1. https://adebagussaputra.wordpress.com/2013/01/10/pengaruh-keluarga-dan-rumah-tangga/
2. http://jordan-laditra.blogspot.co.id/2015/01/pengaruh-keluarga-dan-rumah-tangga.html

Anda mungkin juga menyukai