Anda di halaman 1dari 12

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

TUGAS : PEMECAHAN MASALAH MENGATASI ANTRIAN OBAT


YANG PANJANG DAN LAMA BAGI PASIEN BPJS
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKADANA
LAMPUNG TIMUR

Dosen : Dr. Dedy Nugroho, MARS. PhD

Kelas XXXIV/E

Nama : ARIF MZ

NPM : 216080056

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI JAKARTA
TA 2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan

kesehatan yang penting, syarat dengan tugas, beban, masalah dan

harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan jumlah

rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan perkembangan

pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan

serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan

rumah sakit. Harus disadari bahwa tujuan utama kegiatan di rumah

sakit adalah melayani pasien dan keluarganya, dalam berbagai

bentuk pelayanan (Aditama, 2010).

Standar Pelayanan rumah sakit, menyatakan bahwa

Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat. Standar Pelayanan Minimal untuk

pelayanan farmasi sebagai salah satu indikator pelayanan resep

adalah waktu tunggu pelayanan obat jadi dan waktu tunggu untuk

pelayanan obat racikan. Standar minimal pelayanan rumah sakit

memiliki indikator waktu tunggu pelayanan farmasi untuk obat


2
jadi yaitu ≤ 30 menit dan pelayanan farmasi untuk obat racik yaitu

≤ 60 menit (Kepmenkes, 2008).

Situasi menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan akan

membentuk suatu garis tunggu. Garis-garis tunggu ini, sering

disebut antrian, karena fasilitas pelayanan adalah relatif mahal

untuk memenuhi permintaan pelayanan dan sangat

terbatas. Antrian yang sangat panjang dan terlalu lama untuk

memperoleh giliran pelayanan sangat menjengkelkan. Rata-rata

lamanya waktu menunggu (waiting time) sangat tergantung kepada

rata-rata tingkat kecepatan pelayanan (rate of service). Proses

antrian (queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan

dengan kedatangan seorang pelanggan pada suatu fasilitas

pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika

semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas

tersebut. Sebuah sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan,

pelayan, dan suatu aturan yang mengatur kedatangan para

pelanggan dan pemroses masalahnya (Wahyuningtias, 2013).

Antrian terjadi apabila jumlah pelanggan yang datang ke

fasilitas jasa jauh melampaui kapasitas sistem perusahaan untuk

memproses atau melayani mereka. Dalam praktek, antrian merupakan

permasalahan manajemen kapasitas yang sulit terpecahkan dengan

tuntas. Ada dua pokok yang perlu diketahui dalam manajemen


3
antrian, yakni jumlah pelanggan yang datang selama periode waktu

tertentu dan waktu yang dibutuhkan untuk melayani setiap pelanggan

(Sari, 2010).

Jumlah kunjungan pasien pada pelayanan farmasi rawat jalan Rumah Sakit Sukadana tahun
2017 bulan Januari s/d Desember sebanyak 174.116 jiwa dengan rata-rata kunjungan perbulan
sebanyak 14.509 jiwa. Sedangkan, jumlah kunjungan pasien pada pelayanan farmasi rawat
jalan tahun 2018 bulan Januari s/d Agustus sebanyak 118.838 jiwa dengan rata-rata
kunjungan perbulan sebanyak 14.854 jiwa. Hasil study pendahuluan didapati bahwa terjadi
penumpukan pasien saat mengantri untuk mengambil obat yaitu pada hari senin-kamis pukul
09-00 s/d 11.00 yang merupakan puncak sibuk pelayanan. Penumpukan antrian pasien di
ruang tunggu farmasi rawat jalan, tidak terlepas dari meningkatnya jumlah kunjungan pasien
yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan daripada farmasi rawat jalan itu sendiri, sudah
seharusnya unit farmasi rawat jalan melakukan antisipasi agar tidak terjadi penumpukan
pasien pada saat mengantri untuk mendapatkan obat. Setiap pelanggan yang terkait dengan
institusi pelayanan kesehatan mempunyai keinginan atau harapan terhadap pelayanan yang
disediakan oleh institusi penyedia pelayanan kesehatan. Persyaratan pelangggan terhadap
institusi penyedia pelayanan kesehatan antara lain: efisien, terjangkau dari aspek biaya,
terjangkaudari aspek jarak, adil, dan cepat (Muninjaya, 2011). Penelitian diharapkan dapat
dimanfaatkan pihak rumah sakit umum daerah Sukadana Lampung timur untuk mengetahui
gambaran waktu tunggu dan sistem antrian yang lebih baik setelah dilakukannya upaya
mengidentifikasi dimensi mana di dalam layanan yang harus ditingkatkan. Dengan
mengunakan Metode Antrian Di Rumah Sakit Sukadana ”

4
Man
environment
Apoteker kurang
R.tunggu kurang
luas
Agak bising Asisten kurang

Kurang nyaman Kursi kurang Aturan bpjs kurang tahu

BAB II
SIM bpjs belum
briedging Komputer 3
Loket obat
Obat fornas kurang
Resep manual Etiket kosong
manual
Obat regular kosong
SIM RS error
Dokter terlambat

Mesin antrian rusak


metode
material

TINJAUAN TEORITIS

1. Problem Solving

Menurut Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa
yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan

rintangan menuju tercapainya tujuan.

Problem solving adalah kemampuan dalam pemecahan masalah yang diantaranya


adalah usaha menemukan urutan yang benar dari alternatif jawaban, sehingga
menggerakan kita agar lebih dekat dengan tujuan kita juga proses yang dapat
membantu seseorang untuk menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana
mencapainya dengan cara yang paling efektif dengan cara merumuskan masalah,
menyusun rencana tindakan, dan melaksanakan tindakan yang mengarah pada
penyelesaian masalah.

5
Saat ini, vaksin Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia.
Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi
jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.

2. Sarana dan Prasarana vaksinasi Covid-19


Sarana dan prasarana yang dibutuhkan, mulai dari penyimpanan, pengamanan,
pendistribusian ke setiap fasilitas kesehatan, serta kesiapan fasilitas kesehatan untuk
pelaksanaan vaksinasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
TNI ikut berperan aktif dalam membantu Kemenkes RI khususnya menyiapkan
kapasitas sumber daya manusia dan TNI telah melaksanakan kegiatan Training of
Trainer pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Permasalahan
Selama kegiatan vaksinasi tahun 2021 pencapaian vaksinasi Covid-19 menggunakan
Pcare TNI baru mencapai kumulatif sampai bulan November 44.348 orang untuk
suntikan dosis pertama, dan 18.495 dosis ke dua. Sedangkan target pencapaian
perkabutan kota perhari 4.555 orang untuk Maluku dan Maluku utara yang menjadi
wilayah kerja jajaran Kesdam XVI/Pattimura. Hal ini terjadi karena dari 9
Faskes/FKTP TNI, hanya 5 Faskes/FKTP yang mempunyai Pcare. Kemudian
terkendala kurangnya SDM petugas kesehatan diwilayah yang jauh dari Faskes TNI
dan sulit dijangkau karna wilayah provinsi Maluku dan Maluku Utara berpulau2
sehingga transportasi juga menjadi kendala utama. Sehingga untuk target pencapaian
serbuan vaksinasi tidak tercapai maksimal sesuai tujuan yang diharapkan,

2. Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

6
a. Menginventarisasi masalah
b. Menentukan masalah prioritas
c. Mengidentifikasikan factor penyebab masalah
d. Menentukan penyebab utama
e. Membuat alternative pemecahan
f. Membuat alternative yang paling baik
g. Mengidentifikasi hal – hal yang mungkin terjadi
h. Menetukan tindakan pencegahan.
3. Tabel Factors

No Factor Why.I Why.II Why.III


1 Manusia - Kurangnya SDM tenaga Ada aturan Masyarakat
kesehatan TNI di pulau alokasi yang akan
terpencil. pengrekrutan divaksin
- Setiap Fktp hanya tenaga belum 100%
mempunyai 1 orang kesehatan untuk
dokter dan 2-4 perawat menjadi anggota
TNI
2 Methode - Hanya memiliki 5 pcare Pcare tidak bisa
TNI terupdate
- Jaringan Internet di
wilayah terpencil belum
ada
3 Mesin/alat - Kurangnya alat Proses
penyimpanan Vaccine Budgeting
box Carrier belum ada
- Tranportasi terbatas
- Dukungan sarana dan
prasarana belum ada
(printer,laptop dan ATK)

4 Bahan Vaksin yang tersedia di Vaksin berada


dinkes kebupaten / kota di dinkes/kota
terbatas karna dibagi dengan
Fasilitas Kesehatan lain

7
5 Lingkungan Wilayah kerja jajaran Kesdam Sasaran
XVI/Pattimura di Maluku dan vaksinasi di
Malut berpulau2. desa-desa
4. Diagram Fish Bone : kurangnya target pencapaian vaksinasi Covid-19 di Provinsi Maluku.

MESIN /ALAT MANUSIA FKTP HANYA ATURAN


DUKUNGAN SARANA DAN MEMILIKI 1 ALOKASI
PRASARANA BELUM ADA DOKTER DAN 2-
(PRINTER, LAPTOP, ATK). 4 PERAWAT
TRANSPORTASI KURANGNYA SDM
TERBATAS TENAGA KESEHATAN
TNI DI WIL TERPENCIL
KURANG PENYIMPANAN
ALAT VACCINE BOX PROSES BUDGETING
CARRIER BELUM ADA

MASYAKAT YANG AKAN


DIVAKSIN BELUM 100%
SEDIAAN
VAKSIN PCARE TIDAK
WIL KERJA TERBATAS TERUPDATE
BERPULAU-PULAU
HANYA MEMILIK 5
JARINGAN INTERNET DI WIL
PCARE
SASARAN TERPENCIL BELMU ADA
VAKSIN DI
DESA-DESA
VAKSIN BERADA
METODE
DI DINKES/KOTA
LINGKUNGAN
5. Dari Diagram FISH BONE maka diadapatkan 9 akar masalah :
BAHAN

a. Kurangnya SDM tenaga kesehatan TNI di wil terpencil


b. Setiap FKTP hanya mempunyai 1 orang dokter dan 2-4 perawat
c. Jaringan Internet di wilayah terpencil belum ada
d. Hanya memiliki 5 pcare TNI
e. Kurangnya alat penyimpanan Vaccine box Carrier
f. Tranportasi terbatas
g. Dukungan sarana dan prasarana belum ada (printer,laptop dan ATK)
h. Ketersediaan vaksin terbatas
i. Wilayah kerja jajaran Kodam XVI/Pattimura di Maluku dan Malut berpulau-
pulau.

6. Setelah didapatkan 9 kemungkinan ; disimpulkan penyeban utama :

a. Kurangnya SDM tenanga kesehatan di wilayah terpencil


b. Kurangnya alat penyimpanan Vaccine box carrier
c. Transportasi terbatas
d. Dukungan sarana dan prasarana belum ada (printer, laptop dan ATK)
8
Pengambilan keputusan disimpulkan bobot nilai penyebab ;
A=5
B=3
C=4
7. Tabel

No kriteria Bobot (Bobot x Nilai) Ket


A B C
1 Wajib :
a. Kurangnya SDM 5 5x5=25 5x3=15 5x4=20
tenanga kesehatan

b. kurangnya alat 4 4x5=20 4x3=12 4x4=16


penyimpanan
vaccine box carrier

Keinginian :
Waktu 1 bulan 1 1x5=5 1x3=3 1x4=4
Jumlah 50 30 40
Rangking I III II

Tujuan : untuk menambah angka pencapaian vaksinasi Covid-19 di wilayah Maluku


dan Maluku Utara.

Keputusan :

a. Menambah SDM tenaga kesehatan di wilayah terpencil


b. Menambah alat penyimpanan Vaccine box carrier

Alternatif Pemecahan Masalah :

a. Merekrut tenaga honor (Dokter dan Perawat)


b. Menambah alat penyimpanan Vaccine box carrier

8. Tabel : Tapisan Alternatif Pemecahan Masalah

No Alternatif Efektifitas Efesiensi Kemudahan Total

9
1 Merekrut tenaga 10 9 8 27
honor (Dokter dan
Perawat)

2 Menambah alat 6 1 3 10
penyimpanan
Vaccine box carrier

9. Tabel : Matriks COA Benefit Analysis

No Alternatif Benefit Cost Rasio Choice


Merekrut tenaga honor 10 5 2 I
(Dokter dan Perawat)
Menambah alat Vaccine 5 10 0,5/> II
Box carrier
10. Analisa persoalan potensial

No Kegiatan Pertanyaan Pertanyaan Alternatif


Pontensial Solusi Pencagahan
1 Merekrut tenaga honor Sumber gaji dari Apakah Kesdam Di ambil dari
(Dokter dan Perawat) mana? XVI mampu persentase
menggaji? operasional
masing-masing
Faskes/FKTP
2 Menambah alat Sumber dana dari Apakah bisa Mengadakan
Vaccine Box carrier mana? pembayaran barang dengan
tempo awal? pembayaran
tempo

10
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan

Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu
sehingga jika suatu saat terpapar penyakit tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang
ringan. Sebaliknya, apabila tidak melakukan vaksinasi maka tidak akan memiliki kekebalan
tubuh yang spesifik terhadap penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan pemberian
vaksin tersebut. Apabila cakupan vaksinasi tinggi dan merata, maka akan terbentuk suatu
kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 juga dapat menjaga
produktivitas dan mengurangi dampak sosial serta ekonomi. Vaksinasi Covid-19 dilakukan
setelah kepastian keamanan dan keampuhannya ada.

Kesdam XVI/Pattimura ikut berperan aktif dalam pencapaian vaksinasi Covid-19 di provinsi
Maluku dan Maluku Utara dengan segala keterbatasan SDM tenaga medis maupun sarana dan
prasarana.

11
12

Anda mungkin juga menyukai