ISLAM
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Management
PEM
Disusun Oleh
David Irwanto
Edita Mahendra
Fatricia Maulani
Maria Donna
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT kerena dengan rahmat dan pertolongan-
Nya kami telah menyelesaikan makalah tentang KEPEMIMPINAN MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sukmaedi,SE.,MM. selaku dosen pada
mata kuliah Pengantar Managemen (PEM) yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah dan kepada pihak-pihak lain yang membantu proses penyusunan makalah kami ini.
Dikatakan oleh para ahli bahwa Indonesia negeri kita yang tercinta ini sedang
mengalami krisis kepemimpinan. Sebuah pertanyaan yang tidak gampang. Diperlukan dasar
terstruktur serta parameter relevan untuk menjawabnya. Artinya, perlu dijelaskan apa
landasan kepemimpinan, kemudian diuraikan apa tantangan krusial yang dihadapi oleh
Indonesia, baik kini dan di masa depan. Beranjak dari keduanya, dirumuskan kira-kira
kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut .
Semoga kalimat demi kalimat yang kami tulis dalam makalah ini dapat berguna bagi
kita semua dengan memberikan kesadaran bagi kita untuk menjadi pemimpin yang amanah
di masa yang akan datang.
PENDAHULUAN
Fenomena yang terjadi sekarang ini di zaman yang dikatakan modern dengan
berbagai jenis fasilitas yang telah diciptakan, dengan akses informasi yang serba cepat
membuat kehidupan ini seakan mudah. Selain hal tersebut, pada zaman ini dengan slogan
demokrasi setiap orang bebas untuk membuat perkumpulan,ormas ataupun partai yang
terkategorikan kelompok kecil ataupun besar. Dimana mereka sering mengatasnamakan
bagwa ormas ataupun kelompok mereka berbasis islam. Dari hal tersebut muncul berbagai
pertanyaan apakah hal ini adalah kemajuan atau sebaliknya ??? Mungkin karena krisis
kepemimpinan yang terjadi di negara ini yang menyebabkan berbagai ormas muncul dengan
marak.
Maka bisa dikatakan bahwa bagsa ini memang butuh seorang sosok yang bisa
mengayomi seluruh harapan rakyat.
PEMBAHASAN
1. Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan
pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
4. Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya,
Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas
mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah Setiap kalian adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin
bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin
di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya
adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)
Selain menurut para ahli definisi kepemimpinan juga di kemukakan oleh agama islam
yaitu, pemimpin adalah anggota dari sebuah tim yang diberi peringkat tertentu dan
diharapkan untuk melakukan secara konsisten dengan itu. Seorang pemimpin memimpin
sebuah kelompok yang diharapkan mempunyai pengaruh dalam membentuk dan mencapai
tujuan etis dan tujuan. Keberhasilan pemimpin bergantung pada pembentukan tim yang
mengarah ke semangat tim.
Kalau kita lihat sejarah, salah satu kunci keberhasilan Rasulullah saw membangun
umatnya ialah karena beliau memimpin dengan akhlak, memimpin dengan moral. Beliau
menjadi teladan yang baik. Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya
adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu terdapat contoh-teladan yang baik (sikap yang
harus diteladani)….”
Melalui ayat di atas ta'at kepada pemimpin adalah satu hal yang wajib dipenuhi, tetapi
dengan catatan, para pemimpin yang di ta'ati, harus menggunakan hukum Allah, hal ini
sebagaimana di nyatakan dalam ayat-Nya yang lain :
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya)". (Qs: 7 :3)
"..Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir..." (Qs :5:44)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang zalim..." (Qs: 5 45)
"..Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang fasik.." (Qs: 5 :47)
" Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?". (Qs : 5 :50)
Dan bagi kaum muslimin Allah telah dengan jelas melarang untuk mengambil
pemimpin sebagaimana ayat;
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Qs : 5 : 51)
Dari beberapa ayat diatas, bisa disimpulkan, bahwa pemimpin dalam islam adalah
mereka yang senantiasa mengambil dan menempatkan hukum Allah dalam seluruh aspek
kepemimpinannya.
"Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang
memintanya, tidak pula kepada orang yang sangat berambisi untuk mendapatkannya" (HR
Muslim).
"Sesungguhnya engkau ini lemah (ketika abu dzar meminta jabatan dijawab demikian
oleh Rasulullah), sementara jabatan adalah amanah, di hari kiamat dia akan mendatangkan
penyesalan dan kerugian, kecuali bagi mereka yang menunaikannya dengan baik dan
melaksanakan apa yang menjadi kewajiban atas dirinya". (HR Muslim).
Kecuali, jika tidak ada lagi kandidat dan tugas kepemimpinan akan jatuh pada orang
yang tidak amanah dan akan lebih banyak membawa modhorot daripada manfaat, hal ini
sebagaimana ayat ;
"Jadikanlah aku bendaharawan negeri (mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga dan berpengetahuan". (Qs : Yusuf :55)
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Qs : 28: 26).
2.4.4 Profesional
"Sesungguhnya Allah sangat senang pada pekerjaan salah seorang di antara kalian jika
dilakukan dengan profesional" (HR : Baihaqi)
Umar bin Khatab; "Siapa yang menempatkan seseorang pada jabatan tertentu, karena
rasa cinta atau karena hubungan kekerabatan, dia melakukannya hanya atas pertimbangan
itu, maka seseungguhnya dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin".
"Rasulullah menjawab; jika sebuah perkara telah diberikan kepada orang yang tidak
semestinya (bukan ahlinya), maka tunggulah kiamat (kehancurannya)". (HR Bukhari).
Dalam konteks hadits ini, setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita cermati,
Ketidakmampuan pemimpin dalam hal ini hanya akan membuat jama'ah atau
organisasi yang di pimpinnya menjadi tidak efektif dan efisien, bahkan tidak sedikit
kesalahan pemimpin dalam hal ini menimbulkan kekacauan yang membawa kepada
kehancuran.
Selain ia bisa melihat potensi pada diri seseorang, seorang pemimpin dengan caranya
yang paling baik, ia bisa mengasah potensi mereka yang berada dalam kepemimpinannya.
Mengasah potensi seseorang berbeda dengan "memaksa" seseorang untuk menjadi
seseorang yang tidak di inginkannya.
3. Menempatkan seseorang sesuai dengan potensi yang ia miliki.
"Right man in the right place", adalah ungkapan yang seringkali kita dengar. Bahwa
menempatkan seseorang itu harus berada pada tempat yang paling tepat bagi orang
tersebut serta penugasannya.
4. Mengatur setiap potensi dari mereka yang di pimpinnya menjadi satu kekuatan
yang kokoh.
Bangunan yang baik, kokoh dan indah tentunya tidak hanya terdiri dari satu elemen,
tetapi terdiri dari berbagai elemen yang ada di dalamnya. Tentunya, penempatan dan
penggunaan masing-masing elemen itulah yang sangat mempengaruhi bagaimana sebuah
bangunan itu. Perumpamaan sederhana ini bisa kita gunakan untuk memahami tugas
seorang pemimpin dalam menempatkan, menggunakan mereka yang berada dalam
kepemimpinannya.
Sistem dan pola kepemimpinan Bani Umayyah secara umum dapat dikatakan
menganut system monarkhi (turun temurun), karena meskipun pemerintahan Dinasti
Umayyah memakai gelar khalifah namun cara pengangkatannya menyimpang dari keempat
cara yang ditempu oleh pemerintahan khulafa’ al-Rasyidin. Sistem khalifah al-Rasyidin
berakhir untuk selama-lamanya setelah Muawiyah mengangkat putranya (Yazid) sebagai
putra mahkota.
Praktek kepemimplah inan Dinasti Umayyah yang berbeda dengan khulafa’ al-
Rasyidin adalah:
a. unsure pengikat bangsa lebih ditekankan pada kesatuan politik dan ekonomi
b. khalifah adalah jabatan sekuler dan berfungsi sebagai kepala pemerintahan
eksekutif,
c. dinasti ini bersifat ekslusif karena lebih mengutamakan orang-orang Arab
duduk dalam pemerintahan
d. dinasti ini tidak meninggalkan unsure agama dalam pemerintahan(formalitas
agama tetap dipatuhi dan kadang menampilkan dirinya sebagai pejuang Islam,
e. kurang melaksanakan musyawarah karenananya kekuasaan khalifah bersifat
absolute walaupun belum begitu menonjol,
f. para khalifah (raja) telah memilih cara hidup kaisar dan kisra (telah
meninggalkan cara2 hidup Nabi dan khulafa’ al-Rasyidin.
Namun demikian dinasti memberikan perubahan yahg signifikan dan inovatif antara
lain:
Setelah pemerintahan bani Umayyah jatuh (99 tahun) berkuasa, kekuasaan khalifah
jatuh ke tangan Bani Abbas. Pola kepemimpinan Bani Abbas pada umumnya tidak jauh
berheda dengan Bani Umayyah (menyimpang dari praktik Nabi Muhammad dan khulafa’ al-
Rasyidin). Sistem kepemimpinannya pun tidak berbeda dengan Umayyah yaitu model
monarkhi dengan tetap menggunakan gelar khalifah.Tetapi derajatnya berbeda khalifah2
Bani Abbas menempatkan diri sebagai zillullah filardi (bayangan Allah di bumi).Tegasnya
khalifah memperoleh kekusaannya dari Allah bukan dari rakyat, oleh karena itu brsifat
absolute.
2.6 Moralitas Kepemimpinan Yang Baik Dan Buruk Menurut Al-Quran Dan
Sunnah
1. Memimpin utk melayani bukan utk dilayani, HR. Abu Nai’m= Pemimpin suatu kaum
adalah pengabdi (pelayan) mereka
2. Zuhud thd kekuasaan=HR.Muslim= …Kami tdk mengangkat org yg bermbisi
kedudukan. HR. al-Bukhari dan Muslim= Wahai Abrurrahmanbin Suramah, janganlah
kamu menuntut swt jabatan,sesungguhnya jika diberi krn krn ambisimu maka kamu
akan menanggung segala bebannya, ttp jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu
akan ditolong mengatasinya.
3. Jujur dan tdk munafik=HR. Ath-Thabrani= Akan dating sesudahku penguasa2 yg
memerintahmu, di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dg bijaksana,
ttp bila turun dr mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka
lebih busuk dari bangkai.
4. Memiliki visi Keummatan(terbebas dari fanatisme)= HR. Ahmad= Ya Rasulullah,
apabila seseorang mencintai kaumnya, apakah ia tergolong fanatisme? Nabi saw
menjawab: tidak, fanatisme (asabiyah) ialah apabila seseorang mendukung
(membantu) kaumnya atas suatu kezaliman.
5. Memiliki tanggung jawab moral=HR.al-Bukhari dan Muslim= Semua kamu pemimpin
dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kepemimpinan islam dan barat ialah :
Ada beberapa jenis kepemimpinan seperti yang kita lihat dalam masyarakat kita politik,
social, dan manajerial. Kita adalah zaman revolusi manajerial. Dimana-mana kita
membangun organisasi kantor, pabrik, bank, rumah sakit, sekolah, klub menggunakan
aturan organisasi, peraturan, kebijakan dan strategi. Aturan berhubungan dengan cara-cara
melalui mana keuangan, operasi, dan kegiatan pemasaran yang mengatur. Strategi
membuka cara untuk mewujudkan tujuan perusahaan menurut pedoman kebijakan
organisasi.
Perbedaan antara manajer dengan pemimpin manajerial telah ditunjukan dibawah ini :
a. Fungsi utama dari seorang manajer untuk mengelola dan mengendalikan dalam
hirarki organisasi, sementara fungsi utama dari seorang pemimpin manajerial
adalah sesuatu berinovasi untuk mengembangkan status organisasi dalam
kompetitif lingkungan.
b. Manajer berfokus pada system, struktur, kebijakan, dan prosedur organisasi,
sedangkan titik fokus para pemimpin manajerial adalah karyawan dan staff.
c. Manajer biasanya disukai atasan mereka, sedangkan para pemimpin yang disukai
oleh bawahan dan teman-temannya.
d. Manajer mengandalakan mekanisema komtrol, tetapi pemimpin bergantung
pada pengembangan rasa saling percaya.
e. Manajer meletakkan mata mereka pada baris bawah, tetapi para pemimpin
menaruh mata mereka di cakrawala.
f. Manajer memiliki hubungan vertical dengan bawahan mereka, sementara para
pemimpin telah horizontal, vertical dan diagonal hubungan dengan bawahan
mereka, pengikut, teman sebaya dan bos.
2.8 Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Kepemimpinan
Kepimpinan Islam ada tiga prinsip dasar yang mengatur pelaksanaan kepemimpinan Islam:
Syura dan Musyawarah, Keadilan, serta Kebebasan Berfikir dan Memberi Pendapat.
“Dan orang-orang yang menerima seruan Tuhannya dan mendirikan solat, sedangkan urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian rezeki yang kami berikan kepadanya”. (Surah Asy-Syura, ayat 38).
Rasulullah SAW juga diperintahkan oleh Allah supaya melakukan musyawarah dengan
sahabat-sahabat beliau:
“Maka rahmat Allah-lah yang telah menyebabkan kamu berlemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Oleh kerana itu maafkanlah mereka, mohonlah ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tersebut. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang bertawakal kepadaNya” (Surah ‘Ali Imran, ayat 159).
Pelaksanaan musyawarah memungkinkan anggota organisasi Islam turut serta dalam proses
membuat keputusan. Pada saat yang sama musyawarah berfungsi sebagai tempat
mengawasi tingkah laku pemimpin jika menyimpang dari tujuan umum kelompok. Tentu
saja pemimpin tidak wajib melakukan musyawarah dalam setiap masalah. Masalah rutin
hendaknya diselesaikan dengan pendekatan berbeza dengan masalah yang berkaitan
perbuatan kebijaksanaan.
Apa yang rutin dan apa yang tidak harus diputuskan dan dirumuskan oleh setiap kelompok
berdasarkan dan bersesuaian dengan ukuran, keperluan, sumber daya manusia, suasana dan
lingkungan yang ada. Apa yang pasti, pemimpin harus mengikuti dan melaksanakan
keputusan yang telah diputuskan dalam musyawarah. Dia harus menghindari dirinya dari
memanipulasi bermain kata-kata untuk menonjolkan pendapatnya atau mengungguli
keputusan yang dibuat dalam musyawarah. Secara umum petunjuk berikut dapat
membantu untuk menjelaskan ruang lingkup musyawarah:
1. Urusan-urusan pentadbiran dan eksekutif diserahkan kepada pemimpin.
2. Persoalan yang memerlukan keputusan segera harus ditangani pemimpin dan
dibentangkan kepada kelompok untuk ditinjau dalam pertemuan berikutnya atau langsung
melalui telefon.
3. Anggota kelompok atau wakil mereka harus mampu membuat pemeriksaan semula dan
menanyakan tindakan pemimpin secara bebas tanpa rasa segan dan malu.
4. Kebijaksanaan yang harus diambil, sasaran jangka panjang yang direncanakan dan
keputusan penting yang harus diambil para wakil terpilih diputuskan dengan cara
musyawarah. Masalah ini tidak boleh diputuskan oleh pemimpin seorang diri.
Pemimpin seharusnya memperlakukan manusia secara adil dan tidak berat sebelah tanpa
mengira suku bangsa, warna kulit, keturunan dan lain-lain. Al-Qur’an memerintahkan agar
kaum Muslimin berlaku adil bahkan ketika berurusan dengan para penentang mereka.
Selain memenuhi prinsip keadilan yang menjadi asas tertegaknya masyarakat Islam,
pemimpin organisasi Islam juga mesti mendirikan badan peradilan internal atau lembaga
hukum untuk menyelesaikan pelbagai perbezaan atau pengaduan dalam kelompok itu.
Anggota-anggota lembaga tersebut harus dipilih dari orang-orang yang berpengetahuan, arif
dan bijaksana.
Pemimpin Islam hendaklah memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk
mengemukakan kritikannya secara konstruktif. Mereka dapat mengeluarkan pandangan
atau masalah-masalah mereka dengan bebas, serta mendapat jawapan dari segala
persoalan yang mereka ajukan. Al-Khulafa’ al-Rasyidin memandang persoalan ini sebagai
unsur penting bagi kepimpinan mereka.
Ketika seorang wanita tua berdiri untuk memperbetul Saidina Umar ibn al-Khattab sewaktu
beliau berpidato di sebuah masjid, beliau dengan rela mengakui kesalahannya dan
bersyukur kepada Allah SWT, kerana masih ada orang yang mahu membetulkan
kesalahannya.
Pada suatu hari Saidina Umar pernah pula bertanya kepada umat Islam mengenai apa yang
dilakukan oleh mereka jika beliau melanggar prinsip-prinsip Islam. Seorang lelaki menyebut
bahawa mereka akan meluruskan dengan sebilah pedang.
Lantar Saidina Umar bersyukur kepada Allah kerana masih ada orang di dalam lingkungan
umat yang akan memperbetulkan kesalahannya. Pemimpin hendaklah berjuang
menciptakan suasana kebebasan berfikir dan pertukaran gagasan yang sihat dan bebas,
saling kritik dan saling menasihati antara satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa
senang membincangkan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
Seorang Muslim disarankan memberi nasihat yang ikhlas apabila diperlukan. Tamim bin Aws
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Agama adalah nasihat”, Kami berkata: “Kepada siapa?” Beliau menjawab: “Kepada Allah,
Kitab-kitab-Nya, Rasul- Nya, pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu
seluruhnya.” (Hadith Riwayat Imam Muslim).
Secara ringkas kepimpinan Islam bukanlah kepimpinan tirani dan tanpa koordinasi.
Pemimpin Islam, setelah mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam, bermusyawarah
dengan sahabat-sahabat secara objektif dan dengan penuh rasa hormat, maka selepas itu
menjadi tanggungjawabnya untuk membuat keputusan dan tindakan dengan seadil-adilnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam adalah panduan untuk memberantas semua masalah dalam kehidupan
sosial kita. Allah swt telah menjawab orang yang beriman sebagai umat, yang
menunjukkan pentingnya kepemimpinan dalam Islam. Allah berjata kepada-Nya Nabi
Muhammad “Aku telah sempurna agama anda untuk ana, menyelesaikan nikmat-Ku
atasmu, dan telah dipilih untuk anda Islam sebagai agama” (QS. Al-Maidah).
Mohammad mengatakan “Setiap orang dari kalian adalah gembala dan setiap salah
satu dari anda bertanggung jawab untuk apa yang gembala” (Sahih Al Bukhari). Islam
sebagai kode hidup yang lengkap memiliki seperangkat prinsip-prinsip, pedoman bagi
para manajer untuk memimpin sumber daya manusia dalam suatu organisasi dalam
kepemimpinan Islam manajerial. Hal ini menunjukkan prinsip-prinsip operasional
kepemimpinan manajerial, Teori Grid Manajerial, kontinum kepemimpinan,
membangun semangat tim-tim dan kualitas seorang oemimpin manajerial dari
perspektif Islam.