A. Kajian Teori
1. Keterampilan Sosial
Sedangkan menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell (1998)
Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang
lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat
itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan
sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan
Libet dan Lewison dalam Cartledge dan Milburn (1995) mengemukakan keterampilan
sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai
secara positif atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan
punishment oleh lingkungan. Kelly dalam Gimpel dan Merrel (1998) mendefinisikan
keterampilan sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan oleh individu
pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan. Matson dalam Gimpel dan Marrel (1998)
menjelaskan bahwa keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak, membantu remaja
untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang
berlaku di sekililingnya.
merugikan diri sendiri dan orang lain. Keterampilan ini sangat diperlukan ketika anak mulai
memasuki kelompok sebaya. Sementara itu Combs and Shaby dalam Cartledge & Milburn
dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh
lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, saling menguntungkan
Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus
dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir
adalah memiliki keterampilan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-
hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat
atau keluhan orang lain, memberi atau memberi feedback, memberi atau menerima kritik,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dikuasai
remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek
dalam kelompok. Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa
kemampuan mengontrol diri, percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab. Untuk selanjutnya
inspirasi, sehingga mampu mengatasi silang pendapat dan dapat menciptakan kerjasama.
Untuk selanjutnya persamaan pandangan, empati, toleransi, saling menolong, dan membantu
secara positif, solidaritas, menghasilkan pergaulan (interaksi) secara harmonis untuk kemajuan
bersama. Belajar memberi dan menerima, berbagi hak dan tanggung jawab, menghormati hak
orang lain, membentuk kesadaran sosial, dan menjadi embrio bagi keterampilan sosial
(Maryani 2011:18).
Keterampilan sosial sangat diperlukan dan harus jadi prioritas dalam mengajar. Mengajar
bukan hanya sekedar mengembangkan keterampilan akademik. Hal yang sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan sosial adalah dengan mendiskusikan sesama guru atau orang
tua tentang keterampilan sosial apa yang harus menjadi prioritas, memilih salah satu
dan akhirnya mereview dan mempraktikannya kembali setelah diperbaiki, merefleksi dan
Menurut Maryani (2011:20) keterampilan sosial dapat dikelompokkan atas empat bagian,
1) Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, ada kontak mata,
lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap
Dari beberapa pengertian keterampilan sosial yang dikemukakan para ahli di atas,
kelompoknya.
1) Perilaku Interpersonal
menjalin persahabatan.
Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri
Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang
rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat
5) Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik,
berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi
Caldarella dan Marrell dalam Gimpel dan Marrel (1998) mengemukakan lima aspek
Ditunjukan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji
atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, dan bermain
Merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk
cooperation- compliance
Perilaku Asertif (Assertivation) Keterampilan sosial asertif,
social initiation, social
activator, gutsy
Senada dengan pendapat di atas, Elksnin & Elksnin (2007) mengidentifikasi aspek
2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, yaitu perilaku yang menyangkut
pekerjaan sekolah dengan baik, melakukan apa yang diminta oleh guru, dan semua
4) Peer acceptance, yaitu perilaku yang berhubungan dengan penerimaan teman sebaya,
misalnya memberi salam, memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat
dalam suatu aktivitas, dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain.
secara verbal maupun non verbal terhadap orang lain. Kemampuan ini dapat dilihat
dalam beberapa bentuk perilaku, antara lain menjadi pendengar yang responsif,
1) Respon Verbal. Respon verbal adalah respon yang disampaikan individu kepada orang
lain secara lisan. Respon ini biasanya dilakukan dengan berbicara atau bercakap-
cakap.
2) Respon Non Verbal. Respon non verbal adalah respon individu yang tidak diberikan
secara lisan. Respon non verbal ini berupa ekspresi- ekspresi gerak mata, gerak
anggota tubuh, getaran suara, dan ekspresi emosi lainnya yang tampil pada saat
individu berkomunikasi.
pemikiran dan ide-ide mengenai tindakan atau sikap yang menyangkut sesuatu hal.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan aspek- aspek keterampilan sosial adalah
keterampilan yang berhubungan dengan kemampuan dalam memenuhi permintaan orang lain,
Menurut hasil studi Davis dan Forsythe dalam Mu’tadin (2002), faktor yang
1) Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi individu dalam mendapatkan
pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh individu dalam keluarga akan sangat
dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana individu
tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka individu tersebut akan sulit
orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga
anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-
saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka
segala konflik yang timbul akan mudah di atasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku,
dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai
sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
2) Lingkungan
Sejak dini individu sudah diperkenalkan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
masyarakat luas. Hal ini bermanfaat pada individu untuk mengetahui lingkungan
3) Kepribadian
Kepribadian individu tidak dapat dilihat dari penampilannya sehingga penting bagi
nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada
hal-hal fisik seperti materi dan penampilan akan membuat individu mudah bergaul
4) Rekreasi
Melalui rekreasi individu akan mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis,
sehingga terlepas dari rasa bosan dan mendapatkan semangat baru. Hal ini dapat
karakteristik individu lain tanpa membatasi perbedaan jenis kelamin sehingga akan
Pendidikan merupakan salah satu faktor keterampilan sosial yang berkaitan dengan
cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis
pelajaran.
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman sangat besar, bahkan
kepentingan kelompok lebih penting dari pada kepentingan keluarga. Hal ini
8) Lapangan kerja
pelajaran. Proses belajar mengajar yang baik akan membuat individu mampu
a) Cognitive and behavioral skill deficit (gangguan pada kemampuan kognitif dan
perilaku). Individu yang memiliki gangguan pada kemampuan kognitif dan perilaku
b) Umur. Faktor usia menimbulkan kesan bahwa kematangan sosial terjadi pada usia
yang lebih tua. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi usia individu, maka semakin
c) Jenis kelamin. Jenis kelamin atau gender sangat mempengaruhi keterampilan sosial.
Papalia (2008: 588) menyebutkan bahwa anak laki-laki menunjukkan perhatian lebih
dukungan keluarga, waktu yang berkualitas untuk individu, model perilaku positif
dari orang tua,
sosial dalam hal aktivitas di sekolah, sikap dan perilaku sosial positif guru,
smanajemen sekolah dan kelas yang demokratis, metode dan teknik pembelajaran
yang berpusat pada siswa, dan upaya mengurangi stres terhadap ujian.
bersama teman, partisipasi aktif individu dalam kegiatan sosial dan keluarga di
lainnya.
keterampilan sosial individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang pertama timbul
dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor yang kedua adalah akibat dari interaksi dengan
lingkungan sosial sehingga kondisi lingkungan dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Perlakuan yang salah terhadap anak akan mengakibatkan dampak yang sangat besar
bagi anak dalam kehidupan bersosialnya. Menurut Santrock (2007:172-173) perlakuan tersebut
meliputi: kekerasan fisik, penelantaran anak, kekerasan seksual, dan kekerasan emosional.
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik dicirikan oleh terjadinya cedera fisik yang diakibatkan oleh pemukulan,
mencederai anak. Perlakuan fisik yang melewati batas akan berdampak negative bagi anak
2. Penelantaran anak
Penelantaran anak dicirikan oleh kegagalan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
kesehatan, pengusiran dari rumah atau penolakan anak yang pergi dari rumah.
tidak mendaftarkan anak yang saatnya bersekolah dan tidak memenuhi kebutuhan
pendidikan anak.
kebutuhan anak akan adanya rasa kasih sayang atau ketidakmampuan memberikan
kebutuhan psikologis yang perlu. Dampak yang ditimbulkan dari kurangnya dari
kurangnya kasih sayang terhadap anak yaitu, anak akan mencari aktifitasnya sendiri
di luar rumah, seperti bermain play station, video game, dsb. permainan yang
peka terhadap lingkungan sekitarnya yang berdampak pada keterampilan sosial anak
yang rendah.
4) Kekerasan seksual
sodomi
5) Kekerasan emosional
anak yang kurang baik bagi kehidupannya kelak. Masalah yang ditimbulkan akibat perlakuan
tersebut meliputi hubungan yang tidak baik dengan peer grup, pengendalian emosi yang buruk,
kesulitan beradaptasi, dll. Kesulitan beradaptasi disekolah membuat anak tidak dapat
berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun dengan teman-temannya, sehingga anak akan
dikucilkan sekolahnya.
Stephen & Arnold dalam Cartledge dan Milburn (1995) mengelompokkan perilaku
1) Self related behavior, yaitu perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya
2) Task related behavior, yaitu perilaku sosial yang dimunculkan karena adanya
tuntutan dan kewajiban yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghargaan sosial.
pengaruh pandangan orang-orang yang ada di sekitar individu sesuai dengan norma
4) Interpersonal behavior, yaitu perilaku sosial yang berlangsung antara dua orang atau
lebih yang mencirikan proses-proses yang timbul sebagai hasil dari interaksi secara
positif. Bentuk perilakunya antara lain menyapa orang lain, membantu orang lain,
Sedangkan menurut Walker & Mc. Connell dalam Gimpel & Merrell (1998) menyebutkan
1) Perilaku sosial dasar dalam interaksi sosial umum, meliputi kontak dan komunikasi,
simpati dan empati, kompromi dan kerjasama, serta perilaku mengatasi masalah yang
meliputi merespon gangguan dan masalah, dan mengatasi dorongan perilaku agresi.
interaksi berteman, adaptasi, perilaku membantu, inisiatif, dan bakat positif yang
keterampilan sosial meliputi perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain,
Gilay, dkk dalam Hertinjung (2008: 10) menjelaskan manfaat keterampilan sosial
pembelajaran yang positif. Seven & Yolda dalam Matson (2009) menyebutkan keterampilan
sosial diperlukan untuk berbagi ide, berkomunikasi sederhana, perilaku patuh pada peraturan,
Sorias dalam Hersen & Bellack (2007) menyebutkan manfaat dari keterampilan sosial
bagi individu adalah untuk mengekspresikan emosi yang sesuai dengan konteks sosial,
memperoleh hak dengan cara yang baik dan tidak mengganggu hak orang lain, meminta
bantuan orang lain apabila membutuhkan, serta menolak permintaan atau ajakan yang tidak
baik.
Menurut Samaci dalam Matson (2009) keterampilan sosial sangat penting untuk
beradaptasi dengan baik dan untuk melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan. Sementara
itu Gresam dalam Matson (2009) menyatakan manfaat keterampilan sosial untuk meningkatkan
dari identitas masyarakat dibentuk dari hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari
berinteraksi dengan orang lain, individu mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang
diri sendiri.
kesuksesan karir, yang merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja
nyata. Hal ini karena keterampilan sosial dapat digunakan untuk mengajak orang lain untuk
bekerja sama, memimpin orang lain, mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong
membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu lainnya.
Keterampilan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik karena hubungan yang baik dan
saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik. Johnson & Johnson (1999)
mengatakan penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas tinggi berhubungan dengan
hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan dukungan dari orang lain.
orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi, dan kesepian.
Memiliki keterampilan sosial berguna untuk mengatasi stres. Hubungan yang baik dapat
membantu individu dalam mengatasi stres dengan memberikan perhatian, informasi, dan
feedback.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan manfaat memiliki keterampilan sosial
1. Tujuan Kelompok
Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan
dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk
mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan
antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : a) sepenuhnya bertentangan, b) sebagian
bertentangan, c) netral, d) searah dan e) identik. Dengan demikian bentuk hubungan a tidak
menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai
- mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan
dapat dicapai
- adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan
kelompok
- bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam
mencapainya
- adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok
- berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok
2. Kekompakan kelompok
Kekompakan kelompok menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok,
hal ini dapat berupa : loyalitas, rasa memiliki, rasa keterlibatan, dan keterikatan.Terdapat enam
a) Kepemimpinan Kelompok
b) Keanggotaan Kelompok
Makin tinggi apresiai anggota terhadap tujuan kelompok, kelompok semakin kompak
bila jumlah anggota kelompok relatif kecil cenderung lebih mudah kompak,
anggota terhadap tujuan kelompok, tingkat keseringan berinteraksi, adanya keterikatan pribadi,
persaingan antar kelompok, adanya evaluasi yang menyenangkan dan adanya perlakuan antar
3. Struktur kelompok
yaitu:
a) Struktur Komunikasi
Sistim komunikasi dalam kelompok harus lancar agar pesan sampai kepada seluruh
angota, komunikasi yang tidak lancar akan menimbulkan ketidakpuasan anggota, pada
harus jelas siapa yang mengambil keputusan dan ketidak cepatan (kelambatan)
anggota.
4. Fungsi Tugas Kelompok
Fungsi tugas adalah segala kegiatan yang harus dilakukan kelompok dalam rangka
mencapai tujuan. Secara keseluruhan fungsi ini sebaiknya dilakukan dengan kondisi
menyenangkan, dengan kondisi yang menyenangkan dapat menjamin fungsi tugas ini dapat
anggota
kebutuha anggota
kehidupan kelompok, kehidupan berkelompok dapat dilihat dari adanya kegiatan, yaitu:
setiap kegiatan kelompok. Dengan demikian rasa memiliki kelompok dari para
b) Tersedianya fasilitas
berperan
d) Menciptakan norma kelompok. Norma kelompok ini adalah sebagai acuan anggota
kelompok bertindak
e) Mengusahakan adanya kesempatan anggota baru, baik untuk menambah jumlah
6. Suasana Kelompok
Suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan bersemangat atau apatis
yang ada dalam kelompok, suasana kelompok yang baik bila anggotanya merasa saling
a) hubungan antar anggota. Hubungan yang mendukung adalah hubungan yang rukun,
bersahabat, persaudaraan
7. Efektivitas Kelompok
8. Tekanan Kelompok
yang dapat menimbulkan ketegangan, dengan adanya ketegangan akan timbul dorongan untuk
mempertahankan tujuan kelompok. Tekanan kelompok yan cermat, dan terukur akan dapat
9. Maksud Terselubung
Maksud terselubung adalah suatu tujuan anggota kelompok yang terselubung atau
ditutup-tutupi atau sengaja tidak diberitahukan pada anggota lainnya dalam melakukan suatu
aktivitas tertentu dalam kelompok, karena tujuan sebenarnya dari anggota kelompok
berlawanan dan bertentangan dengan tujuan kelompok yang telah disepakati bersama.
BAB IV
MEMIMPIN KELOMPOK
KEPEMIMPINAN KELOMPOK
Secara sosial psikologis kepemimpinan merupakan produk dari interaksi sosial. Pada
dan juga telah digambarkan bahwa peranan pemimpin dalam dinamika kelompok memegang
arti besar. Oleh karena itu perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa hal yang
A. Peranan Kepemimpinan
masalah yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kepada masalah ini perhatian belum cukup
dicurahkan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan
yang ilmiah.
dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai
anugrah Tuhan. Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang
Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu dipandang sebagai suatu fungsi, bukan
sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka di adakanlah suatu analisa tentang
unsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan
agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru
ini membawa perubahan besar. Cara bekerja dan sikap seorang pemimpin dipelajari. Cara
Konsepsi baru tentang kepemimpinan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan
oleh seorang pemimpin. Titik berat beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang membuat
rencan, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada
orang-orang lain, kepada anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih
dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsinya yang utama ialah membantu kelompok untuk
belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien. Dalam peranannya sebagai pelatih seorang
Kalau ia memandang dirinya sebagai supervisor dan mulai “merajai” anggota- anggota
yang lain, maka ia akan menciptakan suasana bersaing, bermusuhan, formil- formilan,
yang menganggap dirinya sebagai seorang yang mengharapkan kerjasama, dengan memiliki
fungsi yang khusus, dengan sikap yang didasarkan atas penghargaan terhadap nilai integritas,
akan berhasil untuk menciptakan suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa
kebebasan.
Sikap demikian akan menumbuhkan iklim dimana kelompok akan mencapai kepribadian
kelompok yang dewasa dan demokratis dengan pembagian tanggung jawab yang seimbang.
Ia bertanggung jawab dan ikut serta dalam memberikan perangsang dan bantuan kepada
kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuannya. Ia berusaha agar para anggota
Efisiensi kerja memerlukan prosedur yang tepat. Prosedur dengan sidang paripurna
seringkali dirasakan kaku dalam iklim yang demokratis. Karena itu pemimpin harus membantu
kelompok dalam menganalisa situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling
Dalam suatu kesempatan prosedur diskusi dengan menerima secara aklimasi memang
merupakan suatu jalan yang baik. Dalam situasi yang lain pembagian dalam panitia-panitia
adhoc mungkin dirasakan lebih produktif. Seorang pemimpin harus dapat dipandang sebagai
“ahli prosedur”.
menyadari bahwa kelompok mempunyai hak untuk berbuat salah dan bahwa kelompok hanya
akan menjadi dewasa dengan belajar memikul tanggung jawab untuk hal-hal yang telah
diputuskan.
Pertanyaan semacam itu langsung tidak langsung kadang-kadang muncul, baik pada
diri kita atau pun pada diri orang lain, walaupun hidup dalam demokratis. Muncul secara
langsung apabila ingin mengetahui persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang
calon pemimpin. Muncul secara tidak langsung apabila ingin mengetahui apakah sebabnya
seseorang yang dicalonkan untuk seorang pemimpin pada akhirnya tidak terpilih dalam
hubungan ini ada dua pendapat tentang persyaratan menjadi pemimpin itu, yaitu sebagai berikut
1. Bahwa setiap orang yang sudah dewasa dengan sendirinya dapat menjadi pemimpin
dalam kelompok. Dewasa dalam hal ini diukur berdasarkan umurnya. Maksudnya,
apabila akan ditentukan siapakah yang cocok untuk memimpin sebuah kelompok, maka
dia yang tertua yang dipilih. Dipilihnya yang tertua sebagai pemimpin kelompok bisanya
a. Yang tertua mempunyai pengalaman terbanyak, sebab dia sudah lebih lama
hidup yang lama dapat membentuk pribadi yang kuat, sehingga stabilitas
emosional lebih mungkin terdapat pada orang yang tertua usianya. Stabilitas
emosional merupakan salah satu syarat penting yang banyak dituntut oleh
seorang pemimpin.
seorang pemimpin
2. bahwa tidak setiap orang begitu saja bisa menjadi pemimpin melainkan hanya bisa
seorang pemimpin itu bukan orang begitu saja, tetapi memang orang pilihan (selected).
Jadi tidak hanya sekedar tua umur saja, melainkan masih banyak syarat lain yang harus
a. Orang yang mempunyai umur paling tua belum tentu mampu memimpin,
berdasarkan umur sudah tentu yang tertua berarti yang terlama hidup, akan
kelompok. Maksudnya ialah bahwa seseorang dapat saja menjadi pemimpin asal dapat
dan untuk memiliki persyaratan ini dapat dilakukan dengan jalan melatih diri dalam kehidupan
kelompoknya.
Pendek kata, dengan jalan belajar memimpin dalam kelompok. Bila demikian halnya,
maka pendapat mana yang selanjutnya akan dijadikan pegangan dalam mempelajari
kepemimpinan kelompok ?. Dalam hubungan ini maka untuk selanjutnya sebaiknya berpegang
Dengan tidak mengurangi kemungkinan bagi setiap orang untuk menjadi pemimpin
kelompok, maka dalam kenyataannya harus diakui bahwa orang-orang yang telah dipilih
kelompok dan dipercayakan untuk memimpin kelompok dapat menjadi pemimpin, karena
Dilihat dari segi itu, maka kepemimpinan itu merupakan keseluruhan dari keterampilan
dan sikap merupakan hal-hal yang dapat dipelajari dan dapat diajarkan. Oleh karena itu
kepemimpinan dapat dipelajari dan dapat diajarkan pula, yaitu dalam kelompok (group centered
leadership).
1. Menentukan struktur dari suatu situasi tertentu (structuring the situation), yaitu :
d. Membantu menunjukan hal-hal yang harus lebih dahulu dicapai oleh para
anggota.
(frame of reference).
h. Mengatasi perasaan tak aman dan ragu-ragu yang ada diantara anggota
b. Pendek kata, berbicara keluar untuk kepentingan dan atas nama kelompoknya.
Fungsi-fungsi pemimpin tersebut diatas dipelajari dan diajarkan. Dewasa ini sering
termasuk kelompok mahasiswa. Walaupun demikian latihan kepemimpinan itu sering kali
menjumpai hambatan kedati pun di Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara yang sangat
suatu yang diwariskan atau turunan (leader are born not made).
3. Masih meragukan atau tidak yakin bahwa unit-unit kerja sekolah, keluarga,
4. Masih adanya pendapat atau perasan, bahwa tanpa latihan kepemimpinan toh dapat
dilatih itu.
Dalam hubungan ini Bovales (1942) dapat menunjukan keadaan yang sebaliknya. Dari
hasil percobaannya dia menarik kesimpulan yang positif dari adanya latihan kepemimpinan itu.
Kesimpulannya menyatakan bahwa mereka yang telah dilatih selama tiga minggu menunjukan
perbaikan yang positif dalam menjalankan fungsinya dibandingkan dengan mereka yang telah
dilatih.
dianggap perlu terlebih dahulu mengetahui beberapa hal tentang pemimpin, akan dapat
1. Seorang pemimpin itu lahir dari keluarga pemimpin. Ia tak mungkin lahir dari
sebagai warisan dari orang tua atupun nenek moyangnya. Sudah tentu hal-hal seperti
ini tak bisa ipelajari dan diajarkan (leader are born not made). Mereka yang
munculnya pemimpin yang berasal dari kalangan pemimpin sendiri, yang dianggap
munculnya seorang pemimpin. Contoh yang terkenal adalah para Nabi yang kita
kenal. Beliau pada umumnya dilahirkan dalam suasana kehidupan masyarakat dan
kepercayaan yang demikian beratnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
membimbing umatnya ke jalan yang benar dan diridoi oleh Tuhan YME. Contoh
lain adalah kemunculan tokoh-tokoh dalam sejarah dunia seperti : Napoleon, Hitler,
dll. Tak dapat terpisahkan dari negara dan masyarakat dimana mereka hidup,
3. Seorang pemimpin muncul atau lahir pada saat-saat tertentu seperti berikut :
a. Pada waktu kelompok terbentuk dan berkembang, mungkin pada taraf orang-
terpikirkan atau sangat dirasakan perlunya akan seorang pemimpin. Akan tetapi
lama kelamaan dimana interaksi satu sama lain merasa perlu ‘diatur’, lebih-lebih
kalau kelompok sudah tumbuh dan berkembang, maka dirasakan oleh para
‘tertib’ dan ‘terarah’. Pada waktu itu seorang pemimpin mencul, baik berasal
jelas, status dan peranan para anggota tidak menentu, pemimpin seringkali
kegoncangan pada saat-saat seperti ini biasanya muncul seorang yang merasa
Lebih-lebih masalah yang tidak mampu diselesaikan sendiri, maka biasanya ada
semacam ketidak puasan pada pimpinan yang ada. Keadaan seperti ini
ini mungkin melalui prosedur penggantian pemimpin biasa atau mungkin pula
satu atau dua orang anggota kelompok saja, akan tetapi seseorang masuk dalam
kebutuhan kelompok.
tugas dan memikul tanggung jawab. Pemimpin yang tadinya dianggap cukup,
biasanya ditunjuk, diangkat atau dipilih pemimpin yang baru, sebagai pengisi
Seorang pemimpin mempunyai status lebih tinggi dari padda anggotanya. Karena itu
peranan yang dilakukan pada umumnya berbeda dari peranan seorang anggota kelompok.
Karena itu seorang pemimpin diharapkan memainkan peranan tertentu (prescribed roles). Makin
tinggi status seseorang maka makin besar pulaharapan orang lain yang ditujukan padanya agar
Apakah yang menjadi ciri seorang pemimpin itu?, memang sukar untuk menentukan ciri
pemimpin yang berlaku umum (master traits) untuk segala situasi. Yang jelas adalah bahwa
seseorang dipilih oleh kelompoknya karena dianggap memiliki ciri-ciri yang dianggap baik.
Dalam hubungan ini kaum Dinamika Kelompok mengemukakan ciri-ciri pemimpin atas dasar
kelangsungan interaksi. Menurut kaum dinamika kelompok, agar interaksi dapat berlangsung
E. Gaya Kepemimpinan
1. Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan seorang pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibuat. Ciri-
ciri pemimpin menurut teori ini adalah : memiliki intelegensi lebih dari pada yang
lain, kematangan sosial dan pengetahuan luas, memiliki motivasi sendiri dan
Teori ini mengatakan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi
Teori ini mengatakan ada pengaruh dari tingkah laku pemimpin yang dapat
berpartisipasi penuh
kelompoknya.
saran- saran anggota, tapi juga membuat keputusan dalam rangka pemecahan
Gaya kepemimpinan permanen bila : memiliki prestasi yang tinggi, mengetahui apa
pekerjaannya.
kelompoknya.
Lewin, Leavitt dan White telah mengadakan percobaan untuk meneliti seberapa jauh
pengaruh cara-cara memimpin kelompok yang dilakukan seseorang terhadap interaksi dan
suasana kerja yang terjadi dalam kelompok itu. Dari hasil percobaannya itu ternyata bahwa
kelompok yang diperlakukan oleh seorang pemimpin secara otoriter menunjukan interaksi
sosial dan suasana kerja yang berbeda dari yang diperlakukan secara demokratis dan laissez-
faire. Begitu pula yang diperlakukan secara demokratis berbeda dari yang diperlakukan secara
literatur-literatur kepemimpinan terutama yang dipandang dari psikologi sosial. Akan tetapi
perlu kiranya disini dijelaskan dan diingatkan akan penggunaan atau implikasi hasil penelitian
Percobaan Lewin, Cs. Ini dilakukan di Amerika dengan kelompok anak-anak Amerika
sendiri. Mereka ini berasal dari lingkungan kehidupan yang sebelumnya sudah bisa
dengan suasana lain, seperti secara otoriter atau laissez-faire, maka tentu saja reaksi akan
cenderung ‘menolak’ perlakuan itu, sehingga interaksi dan suasana kerja yang terjadi
didalamanya seperti apa yang dilaporkan dalam percibaan mereka itu. Akan tetapi percobaan itu
dilakukan di Uni Soviet misalnya, maka kemungkinan besar hasilnya akan berbeda, sebab
reaksi dan suasana yang terjadi pun mungkin sekali berbeda pula, jadi dalam hal ini perlu
diingat baik-baik tentang kemungkinan pengaruh latar belakang orang yang dijadikan percobaan
Satu hal yang menarik dari percobaan Lewin, Cs. Itu adalah tentang ‘keuntungan’ yang
dengan secara otoriter dan secara laissez-faire. Walaupun demikian hendaknya diingat pula
bahwa pengertian demokratis itu diberbagai negara bisa berbeda penafsirannya. Sebagaimana
telah dikemukakan, bahwa demokrasi Amerika Serikat berbeda dengan demokrasi Rusia atau
Cina dan tidak sama dengan demokrasi Indonesia. Karena itu penilaian demokrasi, otoriter dan
lissez-faire terhadap seorang pemimpin hendaklah disesuaikan dengan suasana dan tempat.
Yang dianggap demokratis di Amerika Serikat belum tentu demokratis di Rusia dan tidak akan
Peringatan tersebut diatas penting untuk lebih jembar dalam mengartikan demokrasi
Pancasila diperhatikan semangat prinsip keseimbangan dan keselarasan yang hendaknya jangan
berat sebelah, mementingkan kelompok dengan mengorbankan kepentingan individu atau
sebaliknya. Sebab kehidupan demokrasi pancasila tidak mengarah kepada liberalisme atau
ateisme. Keseimbangan atau keselarasan harus tetap terpelihara, dijaga dan dipertahankan
oleh seorang pemimpin. Sejalan dengan itu, maka keputusan (decision) tidak diambil dengan
suara terbanyak (50%+1) atau dengan ‘paksaan’ demi kelompok atau negara, melainkan
dimusyawarahkan demikian rupa sehingga tercapai keputusan bersama atas dasar mupakat.
lebih dalam alam demokrasi Pancasila. Seperti telah diuraikan diatas, bahwa demokrasi
pancasila itu harus tetap menjaga keseimbangan antar group task dan human relation. Secara
ideal, sesuatu tugas kelompok hendaknya bisa dicapai dalam tempo yang singkat dengan
suasana hubungan antar anggota yang baik. Akan tetapi hal tersebut mudah untuk dikatakan,
tetapi cukup sukar untuk dilaksanakan. Kecenderungan bergeser kesalah satu, yaitu kepentingan
group task atau human relation sering kali terjadi. Karena itu penilaian atau sebutan pemimpin
tidak demokratis atau pemimpin laissez-faire (anarchis) sering kali dilemparkan, padahal hidup
di alam demokrasi.
seimbang dan serasi itu. Seimbang bukan berarti fifty-fifty. Seimbang hendaknya dilihat dalam
konteks atau hubungan tertentu. Jadi dalam hal ini ada unsur lain yang juga dapat dijadikan
kepemimpinan kelompok (group leadership) ada beberapa hal yang dijadikan pegangan
1. Faktor Peristiwa
Pada peristiwa yang sangat mendesak yang sangat membutuhkan keputusan kelompok
bisa dicapai dengan segera, akan menanggung resiko dan kerugian besar bila terlambat.
Maka seorang pemimpin dapat lebih ’membatasi kebebasan interaksi antar anggota’. Ia
akan tampak seperti otoriter, misalnya dalam keadaan darurat, terancam, perang dan
lain- lain.
2. Faktor Waktu
Jika waktu tersedia untuk kelompok sangat terbatas, tak dapat diperpanjang dan tak
dapat ditunda-tunda lagi, akan merugikan apabila ditunda, terlambat atau diperpanjang,
3. Faktor Tempat
Tempat yang terbatas sekali pemakaiannya, tidak ada lagi pengganti yang memenuhi
syarat (hanya satu-satunya), akan merugikan kelompok bila tidak digunakan atau
‘membatasi kebebasan interaksi antar anggota’ dari ketiga unsur tersebut diatas
bahwa dalam suasana demokrasi, maka hubungan antar anggota itu terbuka sepanjang
keadaan akan merugikan kelompok maka keterbukaan hubungan antar anggota itu jelas
harus dibatasi. Hal ini perlu diperhatikan ialah bahwa unsur faktor yang dikemukakan
itu harus benar- benar nyata dan sebaliknya diketahui oleh semua anggota.
Faktor ‘keterbatasan’ peristiwa, waktu dan tempat itu harus diusahakan agar
kelompok bisa menyadari. Bila anggota kelompok juga sudah menyadari akan adanya
keterbatasan tersebut, maka dengan sendirinya mereka akan ‘menahan diri’ dan
sudah dapat mengarahkan diri, maka tugas pemimpin janganlah terlalu ‘menentukan’,
dipimpinnya dapat dikatakan dengan singkat tapi cukup padat, yaitu : ‘ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani’. Oleh karena itu seorang
pemimpin tidak selamanya berdiri dimuka, ia dapat pula berdiri atau berada ditengah-
Barangkali pola ke-bapak-an (paternalistic pattern) ini bisa dijumpai bukan hanya di
Indonesia mungkin hampir disetiap negara berkembang. Disalah satu negara Amerika Selatan
juga terdapat pola ke-bapak-an. Di Indonesia perkataan ‘bapak’ mempunyai arti bermacam-
macam. Bapak dapat diartikan sebutan yang disebutkan oleh seseorang yang sama sekali tak ada
hubungan keluarga apa-apa, misalnya sebutan seorang mahasiswa kepada dosennya. Juga dari
bawahan pada atasan sering keluar ucapan baoak. Bahwa kepada Presiden sekali pun
digunakan ucapkan Bapak Presiden. Contoh lain masih banyak dapat dicari sejak kapan
istilah ucapan ‘bapak’ ini dikenal, tidak mudah untuk dikenal lagi. Mungkin orang sudah tidak
peduli lagi dengan asal-usul kata ‘bapak’. Yang perlu ditelaah adalah dengan kepemimpinan
yang berkembang di negara kita. Sebagai mana telah berulang kali dikatakan bahwa
musyawarah adalah cara mengambil keputusan (decisionma making process) yang mewarnai
demokrasi kita, demokrasi pancasila dalam kehidupan sehari-hari pelaksanaan musyawarah ini
tidak begitu mudah. Pelaksanaan meminta persyaratan, antara lain kesadaran akan pentingnya
Persatuan dan kesatuan mana sangat diperlukan kelompok maka seseorang anggota
harus merelakan diri secara sadar untuk ‘gigih’ mempertahankan pendiriannya. Disini jelas
diperlukan prasyarat adanya saling pengertian, saling mempercayai bahkan saling mencintai
dalam artinya yang luas. Jadi suatu forum demokrasi pancasila hendaklah mencermikan
musyawarah, seperti musyawarah yang terdapat dalam kehidupan keluarga yang harmonis dan
serasi yang didasari oleh adanya rasa ‘silih asih, silih asah, silih asuh’.
itu. Pendek kata dilihat dari segi ini pola kepemimpinan ke-bapak-an ini menguntungkan dan
akan hidup subur. Akan tetapi pola ke-bapak-an juga bisa merugikan kehidupan demokrasi.
Musyawarah minta kerelaan secara sadar demi kesatuan dan kemajuan kelompok. Kerelaan
sacara sadar ini bukan hanya dari para anggotanya saja, tetapi juga dari pimpinannya. Pendek
kata dari semua orang berkepentingan dengan musyawarah itu perkataan ‘silih dalam kata
silih asah, silih asih dan silih asuh berarti ‘saling’ (mutual). Artinya sadar antar anggota dan
Persoalannya ialah : relakan secara sadar seorang pemimpin yang disebut bapak oleh
anggota atau bawahan itu ‘disalahkan’ bila keliru, dicintai seperti oleh anggota keluarganya,
diperingatkan bila lupa atau keluar dari ketentuan?. Bila rela dan sadar, insya allah, suasana
kehidupan demokrasi Pancasila yang tercermin dalam keluarga yang serasi dan harmonis akan
terwujud dengan nyata. Sebaliknya bila tidak terdapat, maka pola ke-bapak-an hendaknya
sedikit demi sedikit dihilangkan saja, sebab lambat laun akan menghasilkan orang-orang atau
individu-individu yang sangat menggantungkan diri, kurang prakas, tak percaya ada kekuatan
diri sendiri, bersikap masa bodoh (apatis), kurang berpartisipasi pada pengembangan dan hidup
Secara garis besar sikap dan perilaku fasilitator berkaitan dengan disiplin dan
Faktor integritas berkaitan dengan kejujuran, ketegasan dan kepatuhan pada norma dan etika,
sedangkan kerjasama dan prakarsa berkaitan sekali dengan bagaimana fasilitator mau menerima
pendapat yang berkembang dalam proses belajar mengajar, tidak mendikte atau mendominasi
kelas, mampu mengajukan pertanyaan dan memberikan saran secara berimbang, mampu
Pemahaman terhadap sikap dan perilaku yang baik akan bermuara pada pencapaian
tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan dalam proses belajar mengajar orang
dewasa.
2. KOMPETENSI AKADEMIK
Sebagaimana telah diuraikan dalam pendahuluan bahwa agar peserta didik dapat
menemukan sendiri isi materinya, terlebih dahulu seorang fasilitator berkewajiban untuk
secara garis besar dari content materi yang ada. Untuk dapat menawarkan materi tersebut secara
baik tentunya substansi materi ajar harus dikuasai. Untuk dapat melakukan pengajaran dengan
baik sehingga muatan substansinya dapat terarah sesuai dengan tujuannya, maka seorang
pembelajaran, pokok bahasan, indikator hasil belajar, metode, media, waktu yang
2. Satuan Angka Pelatihan (SAP), merupakan jabaran lebih rinci dari GBPP diatas yang
memuat mata pelatihan, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran, pokok dan sub pokok
bahasan, alokasi waktu, serta strategi penyajian yakni kegiatan yang berisi langkah-
langkah penyajian tiap materi, alokasi waktu yang dibutuhkan tiap langkah, serta media
yang dipakai.
Dengan menyusun GBPP dan SAP diharapkan fasilitator dapat mengantarkan materi
ajar dengan baik dan tidak kehilangan materi ajar karena waktu.
penyampaian informasi yang difahami oleh kedua fihak, serta saling memiliki kesamaan
arti lewat transmisi pesan secara simbolik ( Marpaung : 5). Sebagai suatu proses
khususnya komunikator perlu merancang dan menyajikan informasi yang benar dan
bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi dan tingkat nalar penerimaan lawan
komunikasi.
komitmen belajar dalam kelompok. Dengan komitmen belajar ini dapat diciptakan suasana
pembelajaran yang lebih kondusif sehingga semua fihak memperoleh manfaat yang optimal dari
proses pembelajaran yang berlangsung sehingga tercipta proses pembelajaran yang berkualitas.
Untuk lebih meningkatkan jalinan komunikasi, akan lebih baik lagi apabila fasilitator
lebih baik.
Berdasarkan buku Kajian Paradigma ada 4 (empat) gaya belajar (Kajian Paradigma 2005:16)
yakni :
1. Diverger, dengan gaya belajar ini sangat tepat dalam melihat situasi konkrit dari
berbagai sudut pandang. Pendekatan yang dilakukan lebih pada mengamati daripada
2. Assimilator, dengan gaya belajar ini lebih tepat dalam memahami sejumlah besar
lainnya.
Dengan memahami gaya belajar peserta, fasilitator akan mengetahui kelemahan dan
kekuatan dan kemudian akan mendapatkan manfaat yang besar. Berkaitan dengan kemampuan
3. Pengalaman yang sama tentang isi pesan antara komunikator dengan komunikan.
6. Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metoda dan media yang sesuai dengan
Penguasaan komunikasi yang baik antara fasiliator dengan peserta didik yang dilatar
komunikasi (metoda), dan media penyajian ( alat bantu). Presentasi adalah komunikasi antara
profesional untuk satu tujuan tertentu dengan menggunakan teknik sajian dan media presentasi
Kegagalan utama dalam presentasi biasanya terjadi karena bahan/data sajian kurang
lengkap, urutan dan pengorganisasian serta isi penyajian tidak jelas, pemilihan kata, pengucapan
dan intonasi bahasa kurang jelas, penjelasan isi yang bertele-tele kurang fokus akibat penyaji
tidak meringkas sari presentasi, data tidak tepat dan bahkan sudah out of date, penyaji kurang
menguasai teknik presentasi dengan baik karena kurang latihan serta gangguan suara lain pada
Sebaliknya bagaimanakah agar presentasi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
menarik peserta sejak awal, sajikan presentasi secara sistematis dan jelas. Penjelasan yang
diberikan diberikan harus sesuai dengan tingkat nalar pendengar, sajikan dengan bukti yang
cukup dan berikan contoh yang dapat mendukung argumentasi penyaji, dan tentukan tindak
lanjut.
Beberapa tahapan yang dilakukan :
1. Tahapan persiapan.
pendengar berkaitan dengan siapa dan bagaimana kaitannya dengan pendengar ( kelompok usia,
latar belakang pendidikan, jumlah peserta), sedangkan situasi penyajian berkaitan dengan
tersedia).
Tahap penyajian lesan berkaitan dengan bagaimana menentukan tujuan presentasi dari
aspek kebutuhan pendengar (apakah bidang seni, pengetahuan, politik atau yang lainnya).
Berkaitan dengan alokasi waktu prioritaskan mana yang “must know, should know dan nice to
know”.
Kembangkan tujuan yang SMART sesuai dengan latar belakang pendengar dan hasil yang ingin
dicapai.
hidup, antusias, bersahabat dan sikap yang tulus. Jadilah anda diri sendiri, sesuaikan volume
dengan kapasitas ruangan, tukarlah posisi selama penyajian, variasikan antara duduk, berdiri
dan bergerak, bicaralah lambat, variasikan kecepatan bicara anda, volume suara dan intonasi,
Awali dengan perkenalan secara singkat, fokuskan pada tema penyajian serta latar
belakang judul, sebab saat itulah anda memotivasi pendengar terhadap sajian anda. Sajikan
Gunakan alat bantu yang telah dipersiapkan dan dikuasai penggunaanya, dan akhiri
Roestiyah dalam “Strategi belajar mangajar” menyatakan bahwa salah satu langkah
untuk memiliki strategi harus menguasai teknik penyajian, yang biasanya juga disebut sebagai
metode mengajar.Teknik penyajian adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh instruktur, atau teknik yang dipergunakan untuk menyajikan bahan pelajaran
Dalam pendidikan orang dewasa dimana pengajar berfungsi sebagai fasilitator / teman
para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun
yang demokratis;
5. Suasana klas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan;
1. Model berbagi informasi yang tujuannya menitik beratkan pada proses komunikasi dan
diskusi melalui interaksi argumentatif yang sarat penalaran. Termasuk dalam rumpun
ini adalah Model orientasi, model Sidang Umum, model Seminar, model Konferensi
pelibatan dalam situasi yang memberi implikasi perubahan perilaku yang sarat nilai dan
sikap sosial. Termasuk di dalamnya adalah Model Simulasi, model bermain peran (role
dan pemecahan masalah melalui interaksi dialogis dalam situasi yang sarat penilaian
induktif. Termasuk dalam rumpun ini adalah model Curah pendapat, model Riuh
Bicara, model Diskusi Bebas, model Kelompok, model Okupasi, dan model Studi
kasus.
Dalam proses pembelajaran ini akan dicontohkan beberapa model yang berkaitan model
berbagi informasi, model belajar melalui pengalaman, dan model pemecahan masalah yaitu :
1. Model Seminar.
2. Model Panel.
1. MODEL SEMINAR.
Seminar adalah kegiatan belajar mengajar yang melibatkan sekelompok orang yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang mendalam atau dianggap mendalam tentang
sesuatu hal, dan membahas hal tersebut bersama-sama dengan tujuan agar setiap peserta dapat
Dalam proses belajar mengajar penekanan pada “belajar untuk dapat menjadi seorang expert
Ada beberapa hal yang ditemukan apabila model ini dipilih yaitu berpikir runtut dan logis,
dialog secara rasional dan tidak emosional, memiliki keberanian mengemukakan pendapat di
depan umum secara teoritik seminar lebih banyak dipengaruhi oleh teori belajar kognitif dimana
belajar merupakan proses yang melibatkan perubahan persepsi dan pemahaman tentang sesuatu
hal dalam diri peserta didik. Seminar juga banyak dipengaruhi teori humanistik yang sangat
Sebagai proses belajar bersama yang memberikan sajian, peserta bertanya peserta lain
mendengarkan, dan pada akhir ada kesimpulan dan bahkan ada rekomendasi sepanjang ada
Pada saat disampaikan pandangan, ada yang meminta penjelasan dan klarifikasi, ada yang
mendengarkan dan menyimak, sebagian menyetujui dan bahkan ada yang berpendapat lain
Kekuatan:
Adapun kelemahan:
1) Model ini hanya dapat dilakukan apabila peserta didik telah mengatahui teori-
2) Sulit digunakan dalam kondisi yang tidak kondusif (suasana tidak demokratis,
penyimpul kesimpulan.
4) Notulis
5) Narasumber
Langkah-langkah:
main.
menanggapi.
d. Moderator menyimpulkan hasil diskusi.
2. MODEL PANEL.
Diskusi panel merupakan salah satu bentuk diskusi yang melibatkan beberapa pembicara
kunci yang disebut panelis. Dengan dipandu oleh Moderator, para panelis mencoba membahas
Pengertian kontroversial adalah masalah yang timbul yang menimbulkan berbagai tanggapan
dilihat dari berbagai segmen tertentu. Dengan demikian untuk menyatakan sesuatu sebagi
Model ini dapat dilakukan dalam bentuk yang rieel maupun simulatip bergantung pada hakikat
Latar belakang pengetahuan dan lingkungan akan mempengaruhi seseorang dalam melihat suatu
permasalahan, sehingga tidak dapat dihindari adanya kontroversi pendapat atau lebih dikenal
Kemampuan kontroversial ini perlu dilatihkan dan dibiasakan agar nantinya menjadi
dapat warganegara yang toleran terhadap perbedaan pendapat. Hasil ini merupakan esensi dari
Langkah-langkah.
semua panelis dan menggali lebih dalam pendapat panelis terhadap pertanyaan.
3) Moderator mengundang pendapat peserta dan memandu respon dari panelis terhadap
3. Model SIMULASI.
Model ini bertujuan untuik melatih peserta untuk mengembangkan berbagai ketrampilan
baik intelektual, sosial, motork melaui situasi buatan sehingga bebas resiko.
CIRI
1) Peserta 5 – 10 orang
2) Topik ketrampilan.
berpikir.
CIRI.
3) Stiap gagasan akan diterima dan diinvetarisasi dan peserta lain tidak boleh memberikan
komentar langsung.
7) Waktu 45 – 60 menit.
Dengan strategi pembelajaran yang dikuasai oleh fasilitator sebagaimana tersebut diatas
akan memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik