Anda di halaman 1dari 12

“MUNABA”

TUHAN MENURUT SUKU WAROPEN


TUGAS MATAKUIAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN

Disusun Oleh:
NAMA : FILLY MABUY
NIM : 2021022014025
KELAS :K

DOSEN PENGAMPU MATAKULIAH HERMAN SWOM, M.PD.K.

KELAS EKSTENSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS CENDERAWASIH


SEMESTER GANJIL 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karna atas ijin dariNya saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “MUBANA”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan yaitu “Tuhan menurut
suku waropen”.
Dengan tersusunya makalah ini saya harap dapat bermanfaan
bagi kita khususnya suku waropen agar dapat hebih memahami dan
menjaga kelangsungan budaya kita tampa mengurangi kepercayaan
kepada Sang Pencipta.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….…….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………………..1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………….…….2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN……………………………………………………2

1. Pengetian Munaba…………………………………………..2
2. Pandangan masyarakat waropen terhadap Munaba…….3
B. SISTEM PENYEMBAHAN, FUNGSI DAN TUJUAN…………3
1. Sistem Penyembahan……………………………………….3
a. Pelaku dalam Munaba…………………………………..3
1.Penutur Utama Munaba (Bina Bawa)……………….4
2.Penari dan Penyanyi…………………….……….……4
b. Atribut dalam Munaba……………………………………4
c. Waktu dan pelaksanaan Munaba……………………….5
2. FUNGSI DAN TUJUAN………………………………………6
a. Sebagai bentuk penghormatan kepada Arwah orang
mati………………………………………………………..6
b. Sebagai Legitimasi status sosial………………………6
c. Fungsi Ritus Religi………………………………………7
d. Fungsi Sebagai Media Komunikasi, Informasi dan
Kontrol sosial…………………………………………….8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN……………………………….…………………..9
B. KRITIK DAN SARAN………………….………………………..9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Waropen adalah sebuah kabupaten di provinsi Papua, Indonesia.


Istilah Waropen mempunyai hubungan dengan kata “Oropong” yang
awalnya digunakan oleh Jacob Weyland (1705), sedangkam kata
“Waropen” menurut penduduk asli waropen artinya “orang yang
berasal dari pedalaman” yaitu gunung Toneter. Dalam budaya orang
waropen banyak kita temui folklor  berupa  cerita rakyat, puisi,
ungkapan tradisional, permainan rakyat, makanan tradisional dan
lainnya. Salah satu dari sekian kekayaan folklor  dalam budaya orang
waropen adalah Munaba atau Munai yang  turun temurun masih
dilaksanakan orang waropen.
 Menurut Martin Sawaki seorang budayawan waropen mengatakan
bentuk nyanyian adat (Munaba) ada istilah kanisa atau nyanisa yang
berarti ‘menangis’ atau lebih tepat ‘meratap’. Nyanyian kematian ini
berupa muna-muna panjang dan pendek yang bernada kesedihan
yang diratapkan di rumah duka (saat jenasah disemayamkan) sampai
ke pemakaman dan Munaba yang dibawakan pada ritual yang
disebut dengan Munaba. Dalam ekpresi nyanyian muna yang
diratapkan tidak tepat menggunakan istilah taghara/saghara
(nyanyian) seperti yang telah diuraikan sebelumnya sebagai contoh
saghara muna artinya menyanyikan muna atau saghara munaba
artinya menyanyikan nyanyian besar kematian,’ penggunaan ini
kurang tepat penggunaannya. Yang tepat adalah dengan
menggunakan istilah kanisa atau yanisa sehingga istilah yang di
gunakan adalah kanisa muna atau yanisa muna yang berarti
meratapkan nyanyian kematian atau kanisa munaba berarti
‘meratapkan syair/nyanyian besar kematian’.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembahasan tentang budaya waropen khususnya
munaba maka masalah yang dapat di bahas dalam makalah ini dapat
di uraikan dalam bentu pertanyaan berikut ;
Apa dampak dan pengaruhnya bagi kehidupan sosial di masyarakat
adat waropen ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

1. Pengertian Munaba
 Munaba secara morfologis terdiri dari kata Muna dan Ba.
Muna berarti nyanyian dan Ba berarti besar dan mulia. Muna sebagai
bentuk puisi yang dinyanyikan atau dilagukan/dilantunkan dapat
diidentifikasi ke dalam dua jenis yaitu Muna yang berkaitan dengan
kehidupan disebut sebagai nyanyian kehidupan dan muna yang
berkaitan dengan kematian yang di sebut dengan muna nyanyian
kematian atau Munaba.
 arti lain dari kata muna yang menjadi dasar bagi munculnya
makna munaba yang lebih mendalam adalah muna sebagai suatu
bentuk  nyanyian kematian  yang di dalamnya termuat tingkah laku,
perilaku, perbuatan, sifat, sikap, watak atau karakter seseorang yang
menunjuk pada perorangan atau pribadi,  dalam hal ini jiwa dan
mental serta keseluruhan pribadi sebagai individu yang mempunyai
dinamika dan kesadaran akan eksistensi selama hidup. Muna dapat
juga berarti cerita atau kisah karena dalam muna dikisahkan kembali
perjalanan hidup seseorang.

2
2. Pandangan masyarakar waropen terhadap Munaba

 Dalam budaya orang Waropen, Munaba atau nyanyian besar


merupakan bagian dari jenis muna yang berkaitan dengan kematian.
Pada muna kematian (munaba) atau nyanyian besar kematian,
berkaitan dengan ritual munaba sebagai bagian dari prosesi upacara
kematian. Munaba kematian ini di waktu dulu hanya bagi mereka
keturunan sera atau raja dan yang berstatus sosial tinggi dalam
 struktur sosial orang Waropen. Munaba nyanyian kematian ini
diratapkan saat jenazah masih di rumah duka menungggu sanak
saudara kerabat dan masyarakat datang untuk
melayat. Munaba yang diratapkan oleh wanita tua dan muda yang
dibawakan mengelilingi jenazah adalah yang berhubungan dengan
jenazah selama keberadaannya hidup di tengah keluarga dan
masyarakat.
 Munaba mengandung arti ‘tarian nyanyian besar kematian’ atau lebih
tepat adalah dansa nyanyian besar kematian. Munaba adalah bentuk
dari suatu sistem ritual acara adat yang berkaitan dengan kematian
seseorang. Munaba merupakan salah satu upacara adat dalam siklus
hidup budaya orang Waropen karena orang waropen beranggapan
bila ada kikowa saira (pesta adat kehidupan) maka ada saatnya
untuk kikowa Munaba (pesta adat nyanyian besar kematian).
 Dalam pelaksanaannya Munaba sebagai bentuk ritual namun dari
segi suasananya seperti pesta yang ramai karena dihadiri banyak
orang dengan nyanyian adat Munaba yang dituturkan
oleh Binabawa (penutur utama munaba).

B. SISTEM PENYEMBAHAN, FUNGSI DAN TUJUAN

1.Sistem Penyembahan

a. Pelaku dalam Munaba


 Peserta atau pelaku dalam Munaba atau dansa nyanyian besar
kematian adalah;

3
1.Penutur Utama Munaba (Bina Bawa)
 Munaba sebagai suatu bentuk puisi yang dinyanyikan atau diratapkan
dalam ritual kematian yang dilantunkan sangat ditentukan oleh
pembawa atau si penyair Munaba atau juru munaba. Pesta adat akan
berlangsung meriah jika penyair sebagai juru Munaba ada dan siap
terlibat dengan menampilkan segala kemampuannya selama berhari-
hari selama pelaksanaan Munaba. Penyair Munaba atau juru Munaba
pada umumnya sejak dulu sampai sekarang diperankan oleh kaum
wanita. Dalam hal ini biasanya wanita tua yang
sudah berpengalaman (binabawa) yang memiliki atau menguasai
pengetahuan budaya setempat (waropen) yang cukup, menyangkut
adat, mitos-mitos dan legenda dan sejarah setempat seperti latar
belakang sejarah biografi figur-figur/tokoh-tokoh adat orang
keturunan bangsawan dan terkemuka seperti Mambri (kepala
perang), Sera (raja/kepala adat), kepala suku/kepala klen dan juga
pengetahuan tentang benda-benda pusaka.

 2.Penari dan Penyanyi 


 Penari dan penyanyi merupakan pendukung dalam Munaba yang
pada umumnya diperankan oleh kaum perempuan baik dewasa, tua
maupun remaja. Mereka di bantu oleh beberapa penari laki-laki
biasanya 2 atau 4 orang yang berperan sebagai pemukul tifa (siwa).
Walaupun demikian ada juga pemukul tifa perempuan.

b. Atribur dalam Munaba                               


 Atribut perlengkapan pendukung utama dalam Munaba yaitu tifa
(siwa) dan perelengkapan berupa asesoris yang digunakan disini
adalah perhiasan oleh para penari dan penutur munaba (Binabawa). 
 Binabawa (penyair munaba) dan penari perempuan, busana yang
mereka gunakan yaitu Rario yaitu semacam cawat khusus untuk
perempuan berupa kain yang dihiasi dengan sobekan kain lain yang
dianyam. Di waktu dulu busana ini terbuat dari bahan tali hutan yang
dianyam menjadi cawat juga dari bahan pelepah pisang yang
dikeringkan lalu ditumbuk-tumbuk, bahan untuk cawat wanita
disebut Ghono. Busana kain yang dipakai dengan ukuran panjang
mulai dari pusar sampai betis kaki bagian bawah.                               

4
 Perhiasan pelengkap lainnya yang dikenakan para perempuan penari
dan juga Binabawa yaitu; ghayake yaitu kalung manik-manik, koru
rawo manik-manik, sare yaitu manic-manik yang agak besar yang
dipakai menyilang pada dada, saparo yaitu gelang dari kulit kerang
yang dipakai di kedua lengan tangan bagian atas, rario yaitu kain
yang dihiasi atau ditempel atau dianyam dengan sobekan kain
lainnya dan sarako,gelang besi atau logam lainnya.

 Sedangkan busana penari laki-laki biasanya yang digunakan dalam


Owa Munaba adalah umame (jenis cawat dari kain) dengan ukuran
mulai dari pusar atau sedikit di bawah pusar sampai di bawah lutut
atau betis kaki bagian bawah seperti halnya pada perempuan. Atribut
pelengkap lainnya yang dikenakan sebagai hiasan pada tubu laki-laki
yaitu; mani sarana yaitu burung cenderawasih yang telah di
awetkan, sura atau misura yaitu sisir bambu sebagai tempat pengikat
burung cenderawasih yang nanti ditancapkan pada rambut, worai
wuro adalah model penataan rambut bagi laki-laki yang disisir tegak,
sireghi yaitu kain panjang yang dipakai dari pusar sampai mata
kaki, pondisi yaitu anyaman gelang dari daun tikar yang dipakaikan
pada lengan atas, sire yaitu berupa anyaman manik-manik kecil
dalambentuk motif segi empat.

c. Waktu dan pelaksanaan Munaba


 Munaba dilaksanakan ketika dibuatnya rumah makam. Hal ini biasa
dilakukan dalam jangka waktu 1 atau 2 tahun sejak almarhum atau
almarhumah meninggal dunia. Jangka waktu tersebut dimaksudkan
gundukan tanah pada kuburan tersebut telah stabil sehingga
memungkinkan untuk pembuatan rumah makam atau nisan  tersebut.
Disamping itu pertimbangan selama jangka waktu tersebut pihak
keluarga yang meninggal menyiapkan segala kebutuhan yang
berhubungan dengan pesta dansa Munaba.  Pelaksanaan pesta
dansa Munaba bisanya 4-5 hari atau satu minggu tergantung
kemampuan keluarga penyelenggara Munaba dalam hal penyediaan
bahan makanan. Pelaksanaa pesta dansa Munaba dimulai ketika
matahari terbenam sampai dengan menjelang pagi yang ditandai
dengan terbitnya sampari (bintang pagi) dibelahan langit bagian
timur.

5
 Waktu pelaksanaan pesta dansa Munaba yang sampai beberapa hari
dimaksudkan menunggu tamu dari kampung-kampung sekitar
dimana jarak antar kampung cukup jauh dan juga semacam prestise
bahwa mereka mampu melaksanakan Munaba.

2.Fungsi dan Tujuan

 Munaba sebagai bagian dari kehidupan dalam budaya orang


Waropen sudah tentu mempunyai fungsi-fungsi tertentu seperti fungsi
Munaba;

a.Sebagai bentuk penghormatan kepada Arwah orang Mati

 Fungsi ini sangat mendasar, karena sesuai dengan budaya dalam


religi orang waropen yang sangat percaya akan adanya keberadaan
manusia setelah kematian. Mereka percaya adanya kekuatan-
kekuatan dalam bentuk Rosea atau roh yang masih hidup di sekitar
kehidupan manusia.
 Rosea ini akan mengganggu kehidupan manusia oleh sebab itu
mereka harus didamaikan atau ditenangkan. Dan untuk
itulah dilakukan oleh mereka salah orang Waropen yaitu dengan
meratapkan Munaba bagi figure yang meninggal agar arwahnya
damai dan tenang, puas, senang atas perlakuan yang di berikan
baginya dan selain itu dengan meratapkan Munaba mengantarnya ke
tempat yang menjadi bagian dari Rosea yaitu Inggoi Ndu.

b.Sebagai Legitimasi Status Sosial

 Munaba dalam Munaba dapat berfungsi sebagai media pengakuan


keberadaan status sosial penyelenggara Munaba dan juga bagi para
pelaku Munaba seperti penutur dan penari dalam Munaba. Suatu
Munaba dilaksanakan membutuhkan persiapan yang cukup berupa
bahan makanan dan minum, rokok, tembakau pinang sirih, tempat
arena dansa dan juga untuk membayar para Binabawa yang
berperan sebagai penutur Munaba. Persiapan logistik ini sangat
penting karena Munaba dilaksankan 3 sampai 4 hari bahkan
seminggu lebih.

6
 Di waktu dulu bila orang Waropen mengetahui bahwa si
penyelenggara adalah keluarga Sera atau keluarga orang terkenal,
maka tak segan kaum kerabat pun ikut memberi andil berupa
bantuan-bantuan dan orang-orang ini akan menjadi bahan
pembicaraan orang banyak (dipuji, disanjung, dihargai) dan disinilah
terlihat bagaimana status seseorang.

 Sedangkan para pelaku Munaba yang terdiri dari Binabawa (penutur)


dan penari termasuk pemukul tifa tidak luput dari pengakuan status
sosial mereka dengan artian ada semacam pengakuan dalam
masyarakat terhadap mereka. Binabawa dengan  keprofesionalannya
mampu menuturkan Munaba dalam Munaba, pelaku  akan dihargai
dengan pembayaran yang mahal juga para penari dan pemukul tifa.

 Dalam Munaba ini para pemukul tifa, penari, dan penutur akan
memberikan penampilan terbaik dan tak luput dari bahan tontonan
dan pembicaraan dan keluarga penyelenggara akan menghargai jasa
mereka  dengan membayar dan memberi makanan ciri khas
Waropen.

c.Fungsi Ritus Religi   

 Suasana Munaba memang menunjukkan suasana pesta tetapi pada


hakekatnya kereligiusanya nampak dan dirasakan para peserta yaitu
dengan tertib tidak banyak bertingkah saling mengganggu. Ada
semacam kontak dan komunikasi khusus antara penutur dan para
hadirin. Dan ciri lain yang paling terasa yaitu cara si penutur
menuturkan Munaba dengan cara meratapkan (yanisa Munaba) di
sini unsure kedukaan masih nampak pada perilaku Binabawa 
sebagai penutur atau yanisa Munabaugha.

Ada semacam anggapan pelaksanaan Munaba dimulai saat matahari


terbenam sampai bintang pagi muncul dilangit sebelah timur dan
Munaba harus dihentikan karena jika tidak dihentikan sampai
matahari terbit maka roh-roh halus atau arwah-arwah orang mati
yang dipercaya saat itu ikut berdansa akan terperangkap oleh siang
sehingga tidak bisa kembali ke kerajaan roh (Inggoi ndu). Resikonya
mereka akan marah dan merusak hidup manusia

7
d.Fungsi Sebagai Media Komunikasi, Informasi dan Kontrol Sosial 

 Dalam materi Munaba banyak mengandung berbagai pesan atau


informasi yang dapat disimak para peserta atau masyarakat yang
mengikuti Owa Munaba. Sebagai contoh dalam Munaba yang
mengisahakan tokoh-tokoh, disitu mengisahkan perilaku-perilaku baik
yang dapat dijadikan tauladan bagi mereka juga bagaimana mereka
dalam kehidupan sehari menyikapi bagaimana membangun hidup
antar mereka dan juga terhadap lingkungan alam sekitar mereka.       
 Dalam lirik Munaba juga banyak mengandung semacam kritik atau
protes sosial sebagai contoh bila dalam masa hidupnya almarhum
mempunyai hubungan sosial yang kurang baik maka penyair dapat
menuturkan begitu juga bila ada perlakuan masyarakat yang tidak
terpuji terhadap almarhum semasa hidupnya. Dampak dari Munaba
demikian justru dapat menjadi pelajaran bagi peserta Munaba
sehingga sikap-sikap seperti itu tidak terulang kembali dan biasanya
yang banyak muncul adalah konflik antar kerabat sehingga
dimunculkan juga munaba yang memberikan bagaimana bersikap
yang baik.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Munaba adalah dansa nyanyian besar kematian, salah satu budaya
waropen dilakukan dengan cara melantungkan syair puisi dalam
bentuk nyanyian dengan bahasa daerah diiringi dengan tarian dan
bunyi music dari alat tradisional yang digunakan dalam beberapa
ritual baik ritual orang meninggal atau rutual uantuk memujah roh
nenek moyang atau arwah-arwah orang mati.

B. KRITIK DAN SARAN

Tak bisa di pungkiri bahwa kepercayaan terhadap budaya memang


erat karena budaya lebih dahulu hadir sebelum adanya agama
namun agama membawa kita kejalan yang benar lewat perantaraan
Tuhan kita YESUS KRISTUS, “Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada bapa, kalua tidak
melalui aku(Injil Yohani 14:6).

Anda mungkin juga menyukai