Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI PENELITIAN

STUDENT PROJECT III


(ASKKB3231)
HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KEJADIAN
TEMPER TANTRUM PADA BALITA USIA TODDLER

OLEH :

NI PUTU MIA ARYANTI

1802521063

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
HUBUNGAN DURASI PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KEJADIAN
TEMPER TANTRUM PADA BALITA USIA TODDLER

Balita merupakan anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Sediaotomo, 2018). Balita dapat dibedakan
menjadi anak usia toodler dan preschool. Anak usia toddler merupakan masa antara rentang
usia 1 sampai 3 tahun (Sutomo dan Anggraeni, 2017). Masa ini merupakan masa eskplorasi
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan
bagaimana mengontrol perilaku orang lain melalui perilaku negativisme dan keras kepala
(Hidayatul, 2018) Anak pada masa tersebut bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat
kemauan yang kuat sehingga segala sesuatu itu dianggap sebagai miiliknya dan susah untuk
di hentikan.. Seperti penomena saat ini banyak balita kecanduuan menggunakan smartphone.
penggunaan smartphone tidak hanya berasal dari kalangan remaja sampai dewasa.
Tetapi hampir semua kalangan termasuk balita sudah mulai menggunakannya. Mereka
menghabiskan banyak waktu dalam sehari untuk menggunakan smartphone daripada bermain
bersama teman sebayanya. Bahkan ada sebagian dari balita yang mulai ketagihan
menggunakan smartphone. Sebuah survei yang dilakukan dalam penelitian (Ramdhan dan
Agung, 2017) menunjukkan sebanyak 47% dari orang tua mengungkapkan bahwa anak
mereka banyak menghabiskan waktu seharian di depan layar smartphone dan sebanyak 43%
lainnya mengaku bahwa anak mereka telah memiliki ikatan emosi dengan smartphone yang
dimiliki, seperti menangis, marah dan mengamuk jika smartphone mereka diambil.
Penggunaan smartphone pada balita memiliki banyak dampak yang negatif terhadap
perkembangan anak berupa gangguan mental, gangguan kesehatan, dan salah satunya
ganngguan emosi atau temper tantrum (Zaviera,2018)..
Temper Tantrum merukapan suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak
terkontrol. Temper tantrum seringkali muncul pada anak suai 15 bulan hingga 6 tahun
(Zaviera, 2018). Temper tantrum tersebut merupakan perkembangan dari emosi yang
mengalami hambatan, diakibatkan kebutuhan dasar anak akan rasa kasih saying dan rasa
aman tidak terpenuhi, menurut teori dari Abraham Maslow (Sukmawati,2019). Dimana pada
masa sekarang orang tua balita yang sibuk bekerja akan membiarakan anaknya untuk bermain
smartphone, tanpa memperhatikan durasi penggunaan smartphone, dan akan menyebabkan
anak tersebut kecanduan. Sehingga jika di hentikan akan menyebabkan gejala perilaku, marah
berlebihan, merusak diri dan barang, takut yang sangat kuat, menarik diri dari lingkungan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan durasi penggunaan smartphone terhadap kejadian temper tantrum pada
balita usia toddler.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatul, K. (2014). Penyakit Deteksi Dini Gangguan Mental dan Emosional Pada Anak
yang Mengalami Kecanduan Gadget. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 2581-1975
Ramdhn, H., & Agung, E. (2017). Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial
Anak usia5-6 tahun. Surabaya. Journal USN, 39(6), 935-946.

Sediatomo, A. E. (2018). Pengaruh Penggunaan Gadget dalam Perkembngan Sosial Anak


Usian Dini Kelompok A di TK AN NUR Semarang. E-Journal ivet (pp. 76-83).

Sukmawati, N. (2019). Deteksi Dini Gangguan Mental Anak yang Mengalami Kecanduan
Gadget. Jurnal Keperawatan Silampari 3(1), 382-392
Sutomo, I. S. M., & Anggareni, S. (2017). Efek Penggunaan Smarthphone Berkelanjutan
Pada Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Prilaku anak . Jurnal Amal Pendidikan , 3(01),
1-8.
Zaviera, S. S. (2018). Strategi Pendampingan Orang Tua Terhadap Intesitas Penggunaan
Gadget Pada Anak. Indonesian Journal of Early Childhood Islamic Education. 3(2),
167-188.
METODOLOGI PENELITIAN
STUDENT PROJECT III
(ASKKB3231)

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT EMOSIONAL PADA


MAHASISWA KEPERAWATAN FK UNUD SELAMA PEMBELAJARAN
ONLINE

OLEH :

NI PUTU MIA ARYANTI

1802521063

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT EMOSIONAL PADA
MAHASISWA KEPERAWATAN FK UNUD SELAMA PEMBELAJARAN ONLINE

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam
kebutuhan fisiologis, tidur juga merupakan hal yang universal karena semua individu, dimana
pun mereka berada membutuhkan tidur (Kozier, 2004). kebutuhan untuk tidur, sangat penting
bagi kualitas hidup semua orang. Karena setiap individu memiliki kebutuhan tidur yang
berbeda dalam kuantitas dan kualitas tidurnya.
Kualitas tidur merupakan suatu fenomena kompleks yang meliputi aspek kuantitatif dan
kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi
terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur. (Aryadi, et al 2018).
Kualitas tidur dianggap memiliki peran yang sangat penting terhadap kondisi fisik dan mental
seseorang (Suwanti, & Wakhid 2017). Hal ini didasarkan oleh fungsi tidur itu sendiri, dimana
tidur diyakini memungkinkan tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri, mempengaruhi
keseimbangan hormon- hormon dalam tubuh, memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, kecemasan, dan mengurangi stres emosional (Setyawan,2017).
Stres emosinal merupakan stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis
atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan
interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan. Individu sering menggunakan keadaan
emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres
dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, fobia,
kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah (Suliswati, 2010).
Di Program Studi Sarjana Keerawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
faktor-faktor risiko tersebut sangat sesuai dengan kondisi mahasiswa semester 4. Mahasiswa
semester 4 Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana cenderung
memiliki usia yang termasuk kedalam usia remaja dan dewasa muda yang memiliki risiko
tinggi terhadap penurunan kualitas tidur (Dahroni, Arisdiani dan Widiastusi, 2017). Selain
itu, mahasiswa semester 4 merupakan masa adaptasi terhadap perubahan lingkungan belajar
dari sistem offline ke sistem perkuliahan olnine yang rentan memicu stres emosional yang
dapat mengganggu kualitas tidur pada mahasiswa bersangkutan.
Mengingat pentingnya peran dan fungsi kualitas tidur seperti yang sudah disebutkan
diatas, terganggunya kualitas tidur ini tentunya juga akan mempengaruhi kondisi fisik dan
mental termasuk stres emosional mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan Kualitas tidur dengan tibgkat emosional pada mahasiswa
Keperawan FK UNUD selama pembelajaran online.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Y. (2019). Hubungan Pola Tidur Dengan Pretasi Belajar Pada Siswa SMA
Dharma Pancasila. In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan (Vol. 5, No. 1, pp.
36-41).
Kozier, B. Fundamentals of Nursing: concept theory and practices. Redwood City
California: Addison Wesley, 2004.
Dahroni, Arisdiani, T., & Widiastuti, Y.P. (2017,). Hubungan Antara Stres Emosi Dengan
Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan (Vol. 5, No. 2, pp. 68-71).
Suliswati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Aryadi, at al. (2018). Korelasi Kualitas Tidur Terhadap Tingkat Depresi, Cemas, dan Stres
Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana. Collosum Neurology (Vol. 1, No. 1,
pp. 10-15).
Suwanti, & Wakhid, A. (2017). Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas
Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 2, 107–11.
METODOLOGI PENELITIAN
STUDENT PROJECT III
(ASKKB3231)

HUBUNGAN DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA TERHADAP


PEMENUHAN GIZI PADA LANSIA SELAMA PANDEMI COVID-19

OLEH :

NI PUTU MIA ARYANTI

1802521063

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
HUBUNGAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP
PEMENUHAN GIZI PADA LANSIA SELAMA PANDEMI COVID-19

Menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah (Putri, 2019).
Menua bukanlah suatu penyakit melainkan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi stressor dari dalam maupun luar tubuh. Proses penuaan sering disertai dengan
adanya peningkatan gangguan organ dan fungsi tubuh, perubahan komposisi tubuh serta
peningkatan massa lemak (Maryam, 2017). Oleh karena itu dukungan instrumental keluarga
sangat diperlukan guna untuk pemenuhan gizi lansia agar dapat meningkatkan kesehatan
dalam proses penuaan.
Dukungan instrumental keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia dalam pemenuhan
gizi. Dimana pada masa pandemi Covid-19 lansia merupakan kelompok rentan, sehingga
pemenuhan gizi lansia harus bisa tercukupi. (Setiyowati, 2017). Adapun dukungan
instrumental keluarga meliputi, keluarga memberikan bantuan kepada lansia baik berupa
keuangan, juga membantu pekerjaan rumah tangga dalam mempersiapkan makanan dan
menyediakan transportasi untuk membeli kebutuhan makanan lansia
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Nasari, Yusuf dan Tahlil, 2019)
menunjukkan bahwa dukungan instrumental yang kurang dari keluarga sebanyak 24 orang
(38,7%). Materi yang diberikan keluarga pada lansia sebagai bentuk pemenuhan tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan lansia selama masa hidupnya termasuk tambahan uang
untuk melaksanakan berbagai aktivitas. Hal ini sejalan dengan teori (Friedman, 2003) bahwa
keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit dalam bentuk materi, tenaga
dan sarana. Manfaat dari dukungan instrumental bagi lansia adalah mendukung pulihnya
energi atau stamina dan meningkatatkan semangat.
Status gizi pada lansia sangat dipengaruhi oleh dukungan keluarga dengan
memberikan dukungan yang positif dapat memberikan kesehatan bagi lansia. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya
(Suratini,2018). Status gizi pada lansia sangat tergantung pada adanya dukungan dari pihak
keluarga atau orang terdekat yang memberi manfaat positif pada mereka yang rentan. Oleh
karena Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan
instrumental keluarga terhadap pemenuhan gisi pada lansia selama pandemi COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA

Setiyowati, A. (2019). Hubungan Dukungan keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan


Nutrisi pada Lansia di Desa Tambah Sari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal.
Jurnal muhammmadiyah Surakarta; 5(7). 80-87
Friedman, M. (2003). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi ketiga. Jakarta:EGC
Suratini, K. A. (2018). Hubungan Dukungan keluarga Dalam Pemenuhan Nutrisi Dengan
Tekanan Darah Lansia Di Mancingan XI Bantul Yogyakarta , 49 (1). 13-24
Putri, N. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Dalam
Mengikuti Posyandu Lansi Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Surakarta, 1 (2). 110-124.
ISSN : 2581-0421.
Maryam. F. (2017). Dukungan dan Kareakteristik Keluarga dengan Pemenuhan Gizi Pada
Lansia . Jurnal Uinsyah, 7(1), 46-52.
Nasari, N. Yusuf, R. dan Tahlil,T. (2019). Hubungan Gaya Hidup Sehat, Dukungan
Keluarga, dan Status Nutrisi Dengan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kesejahteraan Dan
Pejalan Sosial (JKPS), 1(2).

Anda mungkin juga menyukai