ABSTRACT
Creativity and ethics have been the crucial factors that attract attention. These two factors
are very important for the researchers to be researched recently. This study tries to find out
the influence of idealism and relativism towards the accountants’ creativity. This took a
controllable variable of job tenure and ages, and the variable of accountants, as the sample,
were indicated by the gender and GPA. This main sample was mainly of the accountants in
Surabaya and a controllable sample i e undergraduate accounting students at STIE Perbanas
Surabaya. It employed the technique that is questionnaires distributed to the respondents.
The analysis was conducted by using multiple regression analysis. Based on the data
analysis; it was found that that idealism, of relativism, and job tenure affected the creativity.
However, the age, gender, and GPA were found that they didn’t influence the creativity.
73
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
74
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
sangat idealis akan menghindari tindakan tas dipengaruhi banyak faktor internal dan
yang merugikan orang lain.'' Dengan pan- eksternal yang mutlak diperlukan bagi indi-
dangan ini, prinsip idealis hanya menghin- vidu yang ingin mengembangkan dirinya.
dari tindakan yang merugikan orang lain, Tanpa sebuah mesin kita akan seperti sebuah
yang dipandang selaras dengan deontologi robot yang tidak dinamis.
dan formalisme, yang berfokus pada tugas- Kreativitas adalah hasil yang unik dan
tugas kepada orang lain, mengikuti aturan- produk yang berguna, jasa, proses, atau
aturan moral universal, dan moralitas tindak- prosedur (e.g., Kachelmeier et al. 2008;
an manusia (misalnya, Brady, 1990; Forsyth, Amabile, 1983; Rogers 1959). Kreativitas
1992; Schminke, 2001 dalam Paul E. Bierly sangat penting untuk mengatasi masalah (cf
III et. al, 2009 ). Relativisme umumnya Couger 1994, 1996) dan merupakan penda-
berhubungan dengan tingkatan seorang indi- hulu sebelum munculnya sebuah inovasi
vidu menerima atau menolak prinsip moral (Shalley et al. 2004). Rumusan kognitif so-
dan aturan universal (misalnya, tidak pernah sial berpendapat bahwa kreativitas merupa-
mencuri; selalu mengatakan kebenaran; kan hasil dari sintesis inovatif dan pengem-
beranggapan bahwa membunuh selalu salah) bangan model yang telah ada. Dalam pan-
ketika membuat keputusan moral yang bebas dangan ini, kreativitas membutuhkan pro-
di pengaruh (Forsyth, 1992 dalam Paul E. duktivitas, unconventionality, dan kapasitas
Bierly III et. al, 2009). untuk membangun inovasi sebelumnya.
Dari pemaparan di atas bahwa akuntan
adalah seorang yang kreatif yang dipatahkan Kreativitas sebagai Proses
oleh pendapat dari beberapa peneliti yang Kreativitas adalah suatu proses yang meng-
menyatakan bahwa seorang akuntan adalah hasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu
seorang yang kurang kreatif karena selalu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk
berpedoman pada nilai-nilai etika, dimana atau susunan yang baru (Hurlock 1978).
dalam pembahasan etika akan berhubungan Proses kreatif sebagai “ munculnya dalam
dengan ideologi etika yaitu idealisme dan tindakan suatu produk baru yang tumbuh
relativisme, serta prinsip akuntansi. Hal ini dari keunikan individu di satu pihak, dan
menimbulkan sedikit kontra dimana ada dari kejadian, orang-orang, dan keadaan
peneliti yang menyatakan bahwa dalam se- hidupnya dilain pihak” (Rogers, 1982).
gala bidang seseorang bekerja akan selalu Penekanan pada aspek baru dari produk
diperlukan kreativitas apapun bentuk dan kreatif yang dihasilkan dan aspek interaksi
wujudnya. Dengan adanya permasalahan ter- antara individu dan lingkungannya/kebuda-
sebut, maka penelitian ini ingin membukti- yaannya. Kreativitas adalah suatu proses
kan apakah seorang akuntan adalah seorang upaya manusia atau bangsa untuk memba-
yang bekerja dengan sebuah kreativitas yang ngun dirinya dalam berbagai aspek kehidu-
tinggi dan bagaimana seorang mahasiswa pannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah
akuntansi mempersepsikan kreativitas dalam untuk menikmati kualitas kehidupan yang
pekerjaan akuntansi. semakin baik (Alvian, 1983). Kreativitas
adalah suatu proses yang tercermin dalam
RERANGKA TEORITIS DAN HIPO- kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan
TESIS originalitas dalam berfiir (Utami Munandar,
Pengertian Kreativitas 1977). Guilford (1986) menekankan perbe-
Kreativitas adalah kemampuan yang men- daan berfikir divergen ( disebut juga berfikir
cerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisi- kreatif) dan berfikir konvergen. Berfikir Di-
nalitas dalam berfikir serta kemampuan vergen yaitu berfikir dengan bentuk pemiki-
untuk mengembangkan, memperkaya dan ran terbuka, yang menjajagi macam-macam
memperinci suatu ide atau gagasan (Munan- kemungkinan jawaban terhadap suatu perso-
dar 1977 dalam Dian Indri (2008)). Kreativi- alan/masalah. Berfikir Konvergen sebalik-
75
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
nya berfokus pada tercapainya satu jawaban Definisi Kreativitas dari Clark berdasarkan
yang paling tepat terhadap suatu persoalan hasil berbagai penelitian tentang spesialisasi
atau masalah. Dalam pendidikan formal belahan otak, mengemukakan : “Kreativitas
pada umumnya menekankan berfikir konver- merupakan ekspresi tertinggi keterbakatan
gen dan kurang memikirkan berfikir diver- dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa
gen. Torrance (1979) menekankan adanya dari semua fungsi dasar manusia yaitu: berfi-
ketekunan, keuletan, kerja keras, jadi jangan kir, merasa, menginderakan dan intuisi (ba-
tergantung timbulnya inspirasi. sic function of thinking, feelings, sensing and
intuiting)” dalam (Jung 1961, Clark 1986).
Kreativitas sebagai Produk
Kreativitas sebagai kemampuan untuk Teori Kreativitas
menghasilkan sesuatu yang baru kecuali Teori yang melandasi pengembangan kreati-
unsur baru, juga terkandung peran faktor vitas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
lingkungan dan waktu (masa). Produk baru
dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan Teori Psikoanalisis
pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat Pribadi kretif dipandang sebagai seorang
pada waktu tertentu (Stein, 1963). Namun yang pernah mengalami traumatis, yang
menurut ahli lain pertama-tama bukan suatu dihadapi dengan memunculkan gagasan-
karya kreatif bermakna bagi umum, tetapi gagasan yang disadari dan tidak disadari
terutama bagi si pencipta sendiri. Kreativitas bercampur menjadi pemecahan inovatif dari
atau daya kreasi itu dalam masyarakat yang trauma. Teori ini terdiri dari:
progresif dihargai sedemikian tingginya dan
dianggap begitu penting sehinnga untuk Teori Freud
memupuk dan mengembangkannya dibentuk Freud menjelaskan proses kreatif dari meka-
laboratorium atau bengkel-bengkel khusus nisme pertahanan (defence mechanism).
yang tersedia tempat, waktu dan fasilitas Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan
yang diperlukan (Selo Sumardjan 1983). mekanisme pertahanan menghambat tindak-
Beliau mengingatkan pentingnya bagian an kreatif, mekanisme sublimasi justru me-
Desain dan Penelitian dan Pengembangan rupakan penyebab utama kreativitas karena
sebagai bagian yang vital dari suatu industri. kebutuhan seksual tidak dapat dipenuhi,
maka terjadi sublimasi dan merupakan awal
Kreativitas Ditinjau dari Segi Pribadi imajinasi.
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari
seluruh pribadi sebagai hasil interaksi indivi- Teori Ernst Kris
du, perasaan, sikap dan perilakunya. Kreati- Erns Kris (1900-1957) menekankan bahwa
vitas mulai dengan kemampuan individu mekanisme pertahanan regresi seiring me-
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bia- munculkan tindakan kreatif. Orang yang
sanya seorang individu yang kreatif memili- kreatif menurut teori ini adalah mereka yang
ki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat paling mampu “memanggil” bahan dari alam
pada nilai-nilai dan norma-norma umum pikiran tidak sadar. Seorang yang kreatif
yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia tidak mengalami hambatan untuk bias
memiliki system nilai dan sistem apresiasi “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka
hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dapat mempertahankan “sikap bermain”
dianut oleh masyarakat ramai. “Kreativitas mengenai masala-masalah serius dalam
merupakan sifat pribadi seorang individu kehidupannya. Dengan demikian mereka
(dan bukan merupakan sifat sosial yang mampu malihat masalah-masalah dengan
dihayati oleh masyarakat) yang tercermin cara yang segar dan inovatif, mereka
dari kemampuannya untuk menciptakan melakukan regresi demi bertahannya ego
sesuatu yang baru (Selo Soemardjan 1983). (Regression in The Survive of The Ego).
76
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
77
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
karena faktor-faktor di luarnya. Sebagai unik dan berbeda satu sama lain. Karena itu,
paham dan pandangan etis, relativisme orang hidup menanggapi lika-liku hidup dan
berpendapat bahwa yang baik dan yang menjatuhkan penilaian etis atas hidup secara
jahat, yang benar dan yang salah tergantung berbeda. Dengan cara itulah manusia dapat
pada masing-masing orang dan budaya hidup sesuai dengan tuntutan situasinya. Ia
masyarakatnya. Ajaran seperti ini dianut dapat menanggapi hidupnya sejalan dengan
oleh Protagras, Pyrrho, dan pengikut- data dan fakta yang ada. Ia dapat menetap-
pengikutnya, maupun oleh kaum skeptik. kan apa yang baik dan yang jahat, yang
Posisi dalam filsafat yang tidak meng- benar dan yang salah, menurut pertimbangan
akui nilai absolut atau kebenaran. Protagoras dan pemikirannya sendiri. Demikian manu-
'"Manusia adalah ukuran dari segala sia tidak hanya berbeda dan unik, tetapi
sesuatu" adalah sebuah ekspresi awal dan berbeda dan unik pula dalam hidup etisnya.
dirumuskan dalam oposisi untuk mencari hal Walaupun sangat menekankan keunikan
yang absolut, universal definisi yang berlaku manusia dalam hal pengambilan keputusan
dari ide-ide seperti kebajikan dan keadilan etis, para penganut relativisme etis subjektif
yang dilakukan Socrates dan Plato. Relati- dapat menjadi khilaf untuk membedakan
visme dalam arti lebih lembut berarti bahwa antara norma etis dan penerapannya, serta
kita harus mempertimbangkan arti laporan antara norma etis dan prinsip etisnya. Bila
dalam konteks. Di zaman modern, misalnya, orang berbeda dalam hidup dan pemikiran
antropolog mengadopsi sikap relativistik dan etisnya, bukan berarti tidak ada norma etis
mencoba untuk tidak menafsirkan pengamat- yang sama. Bisa saja norma etis objektif itu
an mereka secara eksklusif dalam konteks sama, tetapi perwujudannya berbeda karena
sistem nilai budaya mereka sendiri. situasi hidup yang berbeda.
Relativisme etis yang berpendapat bah-
wa penilaian baik-buruk dan benar-salah ter- Teori Planned Behaviour
gantung pada masing-masing orang disebut Pembahasan mengenai Idealisme dan Rela-
relativisme etis subjektif atau analitis. Ada- tivisme sebagai suatu dimensi secara bersa-
pun relativisme etis yang berpendapat bahwa ma-sama merupakan dua gagasan etika yang
penilaian etis tidak sama, karena tidak ada terpisah dipandang dalam aspek filosofi
kesamaan masyarakat dan budaya disebut moral seorang individu (Forsyth, 1980;
relativisme etis kultural. Ellas, 2002). Relativisme adalah suatu sikap
Menurut relativisme etis subjektif, da- penolakan terhadap nilai-nilai moral yang
lam masalah etis, emosi dan perasaan berpe- absolut dalam mengarahkan perilaku moral.
ran penting. Karena itu, pengaruh emosi dan Sedangkan idealisme mengacu pada suatu
perasaan dalam keputusan moral harus hal yang dipercaya oleh individu dengan
diperhitungkan. Yang baik dan yang jahat, konsekuensi yang dimiliki dan diinginkan-
yang benar dan yang salah tidak dapat dile- nya tidak melanggar nilai-nilai moral. Kedua
paskan dari orang yang tersangkut dan meni- konsep tersebut bukan merupakan dua hal
lainya. Relativisme etis berpendapat bahwa yang berlawanan tetapi lebih merupakan
tidak terdapat kriteria absolut bagi putusan- skala yang terpisah. Konsep tersebut sesuai
putusan moral. Westermarck memeluk rela- dengan sifat dari perilaku faktor-faktor
tivisme etis yang menghubungkan kriteria spesifik dalam rerangka teori planned
putusan dengan kebudayaan individual, yang behavior, sebuah teori yang dirancang untuk
memperlihatkan perbedaan-perbedaan indi- memprediksi dan menjelaskan perilaku
vidual. Etika situasi dari Joseph Fletcher manusia dalam konteks tertentu.
menganggap moralitas suatu tindakan relatif Teori planned behavior memberikan
terhadap kebaikan tujuan tindakan itu. kerangka konseptual yang berguna untuk
Kekuatan relativisme etis subjektif menangani kompleksitas perilaku sosial
adalah kesadarannya bahwa manusia itu manusia. Teori ini menggabungkan beberapa
78
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
pusat konsep-konsep dalam ilmu sosial dan menemukan hubungan antara kreativitas dan
perilaku, dan ia mendefinisikan konsep- pengelompokan karakteristik kepribadian
konsep dengan cara yang memungkinkan seseorang yaitu agresif, emosional dingin,
prediksi dan pemahaman tentang perilaku egosentris, impersonal, antisosial, impulsif,
tertentu dalam konteks tertentu. Sikap dan kurang empati. Eysenck (1993, 1995
terhadap perilaku, norma subjektif sehu- dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009) berpen-
bungan dengan perilaku, dan kontrol atas dapat bahwa dalam menghubungkan suatu
perilaku yang dirasakan adalah biasanya di- hubungan yang tidak biasa, yang juga sangat
temukan untuk memprediksi intensi perilaku penting untuk berfikir kreatif mengakibatkan
dengan tingkat akurasi yang tinggi. Pada pemikiran kiasan yang menyebabkan psy-
gilirannya, niat, dalam kombinasi dengan choticism dan perilaku sosial yang menyim-
perilaku yang dirasakan kontrol, dapat men- pang. Demikian juga, meta-analisis yang
jelaskan sebagian besar perbedaan dalam dilakukan oleh Feist (Feist 1998 dalam Paul
perilaku. Pada saat yang sama, masih ada E. Bierly III et. al, 2009) menyimpulkan
banyak hal yang masih belum terselesaikan. bahwa, bila dibandingkan dengan orang-
Itu teori sikap perilaku jejak yang direnca- orang yang kurang kreatif, orang-orang
nakan, norma subyektif, dan dirasakan kon- kreatif cenderung lebih dominan dan saling
trol perilaku untuk landasan yang mendasari bermusuhan.
keyakinan tentang perilaku. Meskipun ada Element dan Barron (2003) dalam Paul
banyak bukti bagi hubungan yang signifikan E. Bierly III et. al, 2009 menjelaskan juga
antara keyakinan perilaku dan sikap terha- bahwa orang yang kreatif biasanya lebih
dap perilaku, antara normatif keyakinan dan memiliki emosional yang tidak stabil, di-
norma subyektif, dan kontrol antara keya- ngin, dan menolak norma-norma kelompok
kinan dan persepsi kontrol perilaku, bentuk daripada orang yang kurang kreatif. Selain
yang tepat dari hubungan ini masih pasti. itu, Helson (1996) dalam Paul E. Bierly III
Pandangan yang paling diterima secara luas, et. al, 2009 menjelaskan hasil yang konsisten
yang menggambarkan sifat hubungan dalam dengan argumen bahwa orang-orang kreatif
hal harapan-nilai model, telah menerima lebih berorientasi pada dirinya sendiri
beberapa mendukung, tetapi ada ruang jelas ketimbang berorientasi pada orang lain. Pada
banyak untuk perbaikan. intinya, literatur juga menunjukkan bahwa
orang kreatif lebih peka terhadap lingkungan
Kreativitas dan Idealisme sosial dari orang yang kurang kreatif.
Para peneliti yang melakukan penelitian Dalam sebuah penelitian yang lebih
tentang “kepribadian kreatif” pada umumnya baru, Joy (2004) dalam Paul E. Bierly III et.
menjelaskan bahwa orang-orang yang al, 2009 berpendapat bahwa setiap orang
kurang kreatif cenderung terpusat dan berbeda dalam menunjukkan aktualisasi diri
kurang peduli terhadap orang yang kurang mereka. Kebutuhan untuk menunjukkan
kreatif. Misalnya, di antara jenis sifat yang perbedaan tersebut khusus mempengaruhi
digunakan untuk menggambarkan orang- hubungan seseorang dalam berpikir diver-
orang kreatif dalam skala Kepribadian gen, yang juga dikaitkan dengan seluruh
Kreatif Gough (Creative Personality Scale ketidak sesuaian pendekatan dalam hidup.
(CPS); Gough, 1979 dalam Paul E. Bierly III Skala Joy untuk kebutuhan untuk menjadi
et. al, 2009) yaitu egois, individualistis, dan berbeda termasuk didalamnya penilaian
sombong. Selanjutnya, orang-orang kreatif yang tinggi untuk konstruk berikut antara
yang dianggap kurang jujur dan tulus pada lain: ketidaksesuaian, tidak konsisten, indivi-
skala CPS tersebut dianggap orang yang dualistis, ketidakcocokan dan independen.
kurang kreatif. Selain itu, Eysenck (1993, Penelitian empiris telah memberikan duku-
1995 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009) ngan untuk hubungan antara skala 'Harus
dalam teory psychoticism dan kreativitas berbeda' skala dan beberapa perilaku pemi-
79
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Idealisme Idealisme
H1
H2
Relativisme Relativisme
KREATIVITAS
Pengalaman Kerja Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK)
Variabel Variabel
Umur
Kontrol Kontrol Jenis Kelamin
kiran divergen (Joy, 2004 dalam Paul E. 1992 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009),
Bierly III et. al, 2009). Masing-masing te- orang-orang kreatif, oleh karena itu, diiden-
muan dan deskripsi dapat dilihat dalam kon- tifikasi lebih erat berhubungan dengan relati-
tras dengan ciri khas idealisme yang memi- visme yang sangat relativistik sejak seseo-
liki karakteristik perhatian yang tulus untuk rang tersebut menolak kepatuhan terhadap
orang lain (Forsyth, 1992;. Forsyth et al, aturan-aturan umum yang kaku ketika
1988 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009). dihadapkan dengan dilema moral (Henle et
Selanjutnya, idealis dipandang sebagai al., 2005 dalam Paul E. Bierly III et. al,
individu dengan kepedulian etika (Gilligan, 2009). Selanjutnya, dari perspektif kreativi-
1982 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009), tas, setiap proses yang menghambat kelan-
karena mereka bersikeras bahwa seseorang caran ideasional juga akan menghambat
harus selalu menghindari tindakan yang me- proses berfikir divergen yang penting untuk
rugikan orang lain (Forsyth et al., 1988, h. fungsi kreatif (Runco, 1991 dalam Paul E.
244 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009), Bierly III et. al, 2009). Karena orang yang
ide kreatif atau solusi yang dapat memba- sangat relativistik memiliki tampilan dalam
hayakan orang lain mungkin akan dengan setiap situasi moral yang tidak dibatasi oleh
cepat dihindari oleh kaum idealis. Selain itu kata-kata moral yang universal dalam
berpikir kreatif, terutama dalam pengolahan pengambilan keputusan mereka (Forsyth,
alam bawah sadar, tidak mengikuti pola 1992 dalam Paul E. Bierly III et. al, 2009),
rasional dan memungkinkan tidak dapat seseorang akan lebih mungkin (daripada
diterima ilmu sosial, hubungan biasa dalam yang rendah dalam relativisme) untuk berpi-
pengembangan ide-ide baru. kir divergen. Mengingat sifat yang memba-
tasi yang didefinisikan mengikuti aturan uni-
Kreativitas dan Relativisme versal, orang-orang kreatif yang jauh lebih
Mengingat bakat individu untuk berpikir senang untuk mengidentifikasi sesuatu de-
secara divergen, orang kreatif akan lebih ngan tidak dibatasi dalam perilaku yang etis.
cenderung untuk menolak setiap pemikiran Rerangka pemikiran yang mendasari
moral yang berhubungan dengan kesesuaian penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
atau mengikuti aturan yang kaku. Selain itu, Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan
karena sikap relativis cenderung hati-hati telaah pustaka, maka hipotesis yang diajukan
dalam setiap proses penentuan keputusan dari penelitian ini adalah:
moral yang dianggap "universal" (Forsyth, H1 : Idealisme berpengaruh signifikan
80
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
81
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
82
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
83
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
atas skala angka 4. Hal ini menyatakan mahasiswan pria. Berdasarkan penilaian
bahwa Akutan seorang yang cukup idealis. terhadap variabel kreativitas, mahasiswa
Penilaian variabel Relativisme Akuntan wanita ternyata lebih kreatif dibandingkan
berdasarkan lama kerja menunjukkan angka dengan mahasiswa pria.
yang lebih rendah dibandingkan tingkat
Idealisme Akuntan. Dimana rata-rata jawab- Berdasarkan Peminatan di SMA
an responden mulai dari lama kerja kurang Tanggapan responden atas tingkat Idealisme
dari 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun mahasiswa yang berasal dari peminatan bi-
berada pada skala angka 3. Sedangkan untuk dang science (IPA) saat di bangku SMA,
penilaian variabel Kreativitas Akuntan dapat memiliki tingkat Idealisme yang lebih tinggi
dikatakan bahwa seorang Akuntan cukup dibandingkan dengan mahasiswa yang me-
kreatif dilihat berdasarkan lama kerja. Seca- ngambil peminatan di bidang social (IPS).
ra keseluruhan dapat dikatakan bahwa ting- Sedangkan tingkat relativisme mahasiswa
kat Idealisme Akuntan lebih tinggi diban- Akuntansi yang berasal dari peminatan bi-
dingkan tingkat Relativisme dan Kreativitas dang sosial lebih tinggi dibandingkan de-
dilihat berdasarkan variabel kontrol lama ngan mahasiswa yang mengambil peminatan
bekerja. di bidang IPA. Penilaian tingkat kreativitas
mahasiswa Akuntansi, rata-rata untuk ma-
Berdasarkan Umur hasiswa yang berasal dari peminatan bidang
Penilaian tingkat Idealisme Akuntan Science lebih tinggi dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa kenaikan umur seorang mahasiswa yang berasal bidang sosial
Akuntan, menunjukan kenaikan tingkat
Idealisme. Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif
Sedangkan tingkat relativisme Akuntan (IPK)
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat Tingkat Idealisme, Relativisme, dan Kreati-
Idealisme Akuntan jika dilihat berdasarkan vitas Mahasiswa Akuntansi ditinjau berda-
umur. sarkan Indeks Prestasi kumulatif (IPK). Dari
Secara keseluruhan tingkatan umur nilai rata-rata, untuk variabel Idealisme,
dapat dikatakan bahwa seorang Akuntan mahasiswa dengan IPK > 3,00 ternyata
dilihat berdasarkan umur, merupakan memiliki tingkat idealisme yang lebih tinggi
seorang yang kreatif. Hal tersebut dibuktikan dibandingkan dengan mahasiswa yang
dengan nilai rata-rata hasil jawaban respon- memiliki IPK antara 2,00 – 3,00. Sedangkan
den yang menunjukkan angka di atas 3,5. penilaian tingkat Relativisme berkebalikan
dengan tingkat Idealisme. Mahasiswa
Deskripsi Variabel Sampel Kontrol Akuntansi yang memiliki IPK > 3,00
(Mahasiswa Akuntansi) memiliki tingkat Relativisme yang lebih
Berikut tanggapan responden atas buti-butir rendah dibandingkan dengan mahasiswa
pertanyaan dalam kuesioner tentang Idealis- yang memiliki IPK antara 2,00 – 3,00.
me, Relativisme, dan Kreativitas berdasar- Tingkat kreativitas mahasiswa Akuntan-
kan demografis responden yaitu Jenis si dilihat berdasarkan perolehan Indeks Pres-
Kelamin, Peminatan di SMA dan IPK. tasi Kumulatif (IPK) dalam penelitian ini
membuktikan bahwa mahasiswa dengan IPK
Berdasarkan Jenis Kelamin > 3,00 lebih kreatif dibandingkan dengan
Tanggapan responden dalam pengukuran mahasiswa dengan IPK antara 2,00 – 3,00.
Idealisme, mahasiswa wanita ternyata lebih
idealis secara absolut dibandingkan dengan Model Pengukuran
mahasiswa pria. Penilaian variabel Relativis- Penelitian ini menggunakan 47 item kuesi-
me, mahasiswa wanita juga memiliki tingkat oner untuk mengukur pengaruh idealisme,
releativisme yang lebih tinggi dibandingkan relativisme, dan kreativitas akuntan.
84
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
85
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
diperoleh ada pada Lampiran 10, yaitu mengetahui pengaruh dari masing-masing
sebesar 2,472 sehingga diketahui bahwa F variabel Idealisme, Relativisme, Kreativitas
hitung 17,038 > F tabel 2,472 maka Ho ditolak mahasiswa sudah muncul saat proses me-
dan HI diterima atau dengan kata lain nuntut ilmu sebagai mahasiswa.
Idealisme dan Relativisme berpengaruh Pengujian ini dilakukan dengan meng-
signifikan terhadap kreativitas mahasiswa. gunakan program SPSS yang mana hasil
pengujian tersebut adalah:
Uji t Sampel Akuntan Uji thitung untuk Idealisme = 4,916
Pengujian hipotesis t dimaksudkan untuk Uji thitung untuk Relativisme = 4,445
mengetahui apakah Idealisme pengaruh dari Uji thitung untuk IPK = 1,288
masing-masing variabel lain Idealisme, Re- Uji thitunguntukJ. Kelamin = 0,831
lativisme, Lama kerja dan Umur terhadap Nilai tersebut dibandingkan dengan
kreativitas akuntan dalam menyelesaikan tabel distribusi t yang menggunakan tingkat
pekerjaannya. Pengujian ini dilakukan kepercayaan sebesar 5% / 2 dan degree of
dengan menggunakan program SPSS yang freedom (df) adalah n-k-1 yaitu sebesar 95,
mana hasil pengujian tersebut adalah: maka nilai t tabel (0,025 ; 4/95) yang mana
Uji thitung untuk Idealisme = 5,200 nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran
Uji thitung untuk Relativisme = 2,062 11, yaitu sebesar 1,986.
Uji thitung untuk Lama kerja = -2,411 Adapun thitung Idealisme > ttabel (4,916
Uji thitunguntuk Umur = 0,776 >1,986), berarti thitung > ttabel atau dengan
Nilai tersebut dibandingkan dengan kata lain Ho ditolak dan HI diterima,
tabel distribusi t yang menggunakan tingkat sedangkan thitung Relativisme > ttabel (4,445 >
kepercayaan sebesar 5% / 2 dan degree of 1,986), berarti thitung > ttabel atau dengan kata
freedom (df) adalah n-k-1 yaitu sebesar 65, lain Ho ditolak dan HI diterima. Nilai thitung
maka nilai t tabel (0,025 ; 4/65) yang mana Indek Prestasi Kumulatif (IPK) < ttabel (1,288
nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran <1,986), berarti thitung < ttabel atau dengan
11, yaitu sebesar 1,991. kata lain Ho diterima dan HI ditolak, sedang-
Adapun thitung Idealisme > ttabel (5,200 kan thitung Jenis Kelamin < ttabel (0,831 <
>1,991), berarti thitung > ttabel atau dengan 1,986), berarti thitung < ttabel atau dengan kata
kata lain Ho ditolak dan HI diterima, sedang- lain Ho diterima dan HI ditolak.
kan thitung Relativisme > ttabel (2,062 > 1,991), Jadi Idealisme dan Relativisme secara
berarti thitung > ttabel atau dengan kata lain Ho parsial berpengaruh terhadap kreativitas ma-
ditolak dan HI diterima. Nilai thitung Lama hasiswa. Sebaliknya variabel Indeks Prestasi
kerja > ttabel (2,444 > 1,991), berarti thitung > Kumulatif dan Jenis Kelamin secara parsial
ttabel atau dengan kata lain Ho ditolak dan HI tidak berpengaruh terhadap kreativitas ma-
diterima, sedangkan thitung Umur < ttabel hasiswa.
(0,776 < 1,991), berarti thitung < ttabel atau Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
dengan kata lain Ho diterima dan HI ditolak. terbukti bahwa ada konsistensi hasil peneli-
Dari uraian di atas dapat disimpulkan tian untuk variabel yang diteliti yaitu Idealis-
bahwa Idealisme, Relativisme, dan Lama me dan Relativisme. Dengan kata lain tim-
kerja secara parsial berpengaruh terhadap bulnya Idealisme dan Relativisme yang
kreativitas akuntan dalam menyelesaikan mampu berpengaruh terhadap kreativitas su-
pekerjaannya. Sedangkan Umur tidak dah tumbuh sejak mahasiswa. Dalam peneli-
berpengaruh terhadap kreativitas akuntan tian ini, seorang Akuntan dan Mahasiswa
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Akuntansi dikatakan kreatif dalam penelitian
ini dipandang dalam empat dimensi kreati-
Uji t Sampel Mahasiswa (Sampel vitas yaitu bagaimana seorang akuntan bisa
Kontrol) menghasilkan sebuah gagasan kemudian
Pengujian hipotesis t dimaksudkan untuk menggali gagasan tersebut supaya lebih
86
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
87
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
yang tinggi jika seorang Akuntan meng- muncul sedikit ketidak relevanan dengan
anggap tidak ada prinsip-prinsip etis yang kondisi yang sebenarnya. Peningkatan relati-
sangat penting yang menjadi bagian dari visme tersebut dapat juga dilihat dalam tabel
kode etik, menganggap adanya variasi tin- 4.1, dimana adanya peningkatan nilai rata-
dakan etis tergantung dari situasi dan ling- rata Relativisme secara signifikan sebesar
kungan, memiliki keyakinan bahwa morali- 0,032 atau sebesar 3,2% pada sampel
tas tidak bisa dibandingkan dengan kebenar- Mahasiswa yang semula bernilai 4,068
an, dan juga adanya anggapan bahwa berbo- menjadi 4,100. Berdasarkan pengalaman dan
hong diperbolehkan tergantung dari situasi pengamatan peneliti pula, peningkatan nilai
dan kondisi yang sedang berlangsung. Se- Relativisme ini dimungkinkan karena pada
hingga berdasarkan pengertian Relativisme saat menduduki bangku perkuliahan, seo-
tersebut, penelitian ini berhasil membukti- rang mahasiswa Akuntansi tidak diberikan
kan bahwa semakin tinggi tingkat Relativis- gambaran mengenai adanya tingkat “relatif”
me, maka semakin tinggi pula tingkat Kre- yang harus diperhitungkan juga sebagai
ativitas seorang akuntan. Pendapat tersebut seorang Akuntan. Banyaknya teori yang
didukung oleh Forsyth, 1992 dalam Paul E. diberikan oleh dosen pada saat diperkuliahan
Bierly III et. al, (2009), menyatakan bahwa sebagai bentuk untuk membentuk pribadi
orang kreatif akan lebih cenderung menolak seorang Akuntan yang Idealis dan Relativis.
setiap pemikiran moral yang berhubungan Lama Kerja adalah variabel kontrol pada
dengan kesesuaian atau mengikuti aturan sampel Akuntan, berdasarkan pengujian sta-
yang kaku. Dan tingkat relativisme yang tistik terhadap persamaan regresi linear ber-
tinggi dibuktikan dalam tampilan setiap ganda, maka hipotesis yang berbunyi “Lama
situasi moral yang tidak dibatasi oleh kata- kerja berpengaruh siginifikan terhadap krea-
kata moral yang universal dalam pengam- tivitas akuntan dalam menyelesaikan peker-
bilan keputusan mereka, sehingga secara jaannya,” adalah terbukti. Pendapat tersebut
leluasa seorang Akuntan akan memperoleh didukung oleh Forsyth, 1992 dalam Paul E.
kelancaran dalam proses berfikir divergen Bierly III et. al, (2009), menyatakan bahwa
yang penting untuk proses kreatif. bakat individu untuk berpikir secara diver-
Seperti diungkapkan oleh Forsyth gen membuat orang kreatif akan lebih
(1980) dan Ellas (2002) bahwa Idealisme cenderung untuk menolak setiap pemikiran
dan Relativisme, merupakan dua gagasan moral yang berhubungan dengan kesesuaian
etika yang terpisah dipandang dalam aspek atau mengikuti aturan yang kaku. Namun
filosofi moral seorang individu, sehingga pengalaman seringkali membuat orang lebih
kedua aspek gagasan ini tidak bisa diban- bijak, artinya semakin berpengalaman maka
dingkan tingkatan hasil yang telah diperoleh akan semakin bijaksana sehingga mampu
berdasrkan hasil penelitian yang diungkap- memiliki pemikiran moral yang lebih. Hal
kan oleh peneliti. Berdasarkan pengalaman tersebut didukung pula oleh Carl Rogers
peneliti, Relativisme seorang Akuntan akan (1902-1987) tiga kondisi internal dari priba-
semakin meningkat seiring menurunnya di yang kreatif, yaitu: keterbukaan terhadap
tingkat Idealisme. Hal tersebut dikarenakan pengalaman, kemampuan untuk menilai
adanya tuntutan client kepada Kantor Akun- situasi patokan pribadi seseorang (internal
tan Publik (KAP) sehingga terdapat prioritas locus of evaluation), kemampuan untuk
yang secara eksplisit muncul yaitu untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan
memberikan kepuasan kepada client atas konsep-konsep. Apabila seseorang memiliki
jasa yang telah diberikan. Hal inilah yang ketiga cirri ini maka kesehatan psikologis
dimungkinkan meningkatkan tingkat Relati- sangat baik. Orang tersebut diatas akan
visme Akuntan, karena tingkat pemikiran berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-
etis atau tidak etis suatu tindakan seorang karya kreatif, dan hidup secara kreatif.
Akuntan untuk memuaskan client walaupun Umur merupakan variabel kontrol dalam
88
The Indonesian Accounting Review Volume 2, No. 1, January 2012, pages 73 – 90
sampel Akuntan, berdasarkan pengujian sta- dibandingkan dengan wanita atau sebalik-
tistik terhadap persamaan regresi linear ber- nya. Namun, berdasarkan hasil penelitian
ganda, maka hipotesis yang berbunyi “Umur ini, peneliti menemukan bahwa wanita lebih
berpengaruh siginifikan terhadap kreativitas Idealis, Relativis dan Kreatif dibandingkan
akuntan dalam menyelesaikan pekerjaan- pria baik sampel Akuntan maupun Mahasis-
nya,” adalah tidak terbukti. Artinya umur wa Akuntansi. Indeks Prestasi Kumulatif
tidak mempengaruhi terhadap kreativitas (IPK) adalah variabel kontrol sampel maha-
mahasiswa dalam menyelesaikan pekerjaan- siswa, berdasarkan pengujian statistik terha-
nya. Dalam kaitannya dengan umur sebagai dap persamaan regresi linear berganda, maka
variabel kontrol dalam sampel utama Akun- hipotesis yang berbunyi “Indeks Prestasi
tan, belum adanya temuan atas teori yang Kumulatif berpengaruh siginifikan terhadap
mengatakan bahwa semakin tua atau sema- kreativitas akuntan dalam menyelesaikan
kin muda seseorang, menunjukkan pengaruh pekerjaannya,” adalah tidak terbukti. Hal ini
yang signifikan terhadap kreativitas. Se- disebabkan nilai thitung jenis kelamin 0,831
hingga belum ada dukungan teori yang kuat pada taraf sigifikansi 0,408 lebih kecil dari t
atas tidak signifikannya pengaruh umur tabel yaitu sebesar 1,986. Artinya Indeks
terhadap kreativitas. Namun ketidaksignifi- Prestasi Kumulatif tidak akan mempenga-
kanan pengujian atas variabel umur ini, pe- ruhi terhadap kreativitas mahasiswa dalam
neliti memprediksi bahwa hal ini dimung- menyelesaikan pekerjaannya. Penelitian ini
kinkan karena umur sampel yang diuji belum berhasil menemukan teori bahwa se-
mayoritas memiliki umur < 30 tahun yaitu makin pandai seseorang ditunjukkan dengan
sebanyak 42 sampel dari 70 sampel atau tingkat IPK yang tinggi, semakin kreatif
sebanyak 60%. Sehingga hasil pengujian orang tersebut. Namun ketidaksignifikanan
yang diperoleh tidak dapat menunjukkan pengujian ini, berdasarkan prediksi peneliti
hasil yang sebenarnya. juga dapat dimungkinkan karena IPK sampel
Jenis kelamin adalah variabel kontrol mahasiswa yang diuji mayoritas memiliki
sampel mahasiswa, berdasarkan pengujian IPK > 3,00 yaitu sebanyak 73 sampel dari
statistik terhadap persamaan regresi linear 100 sampel atau sebanyak 73%.
berganda, maka hipotesis yang berbunyi
“Jenis kelamin berpengaruh siginifikan ter- SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN DAN
hadap kreativitas akuntan dalam menyelesai- KETERBATASAN
kan pekerjaannya,” adalah tidak terbukti. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari bahwa: (1) Idealisme, Relativisme, dan
seluruh pribadi sebagai hasil interaksi indi- Lama Kerja berpengaruh secara signifikan
vidu, perasaan, sikap dan perilakunya. Kre- terhadap Kreativitas Akuntan, (2) Umur
ativitas tidak memandang jenis kelamin teta- tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pi berdasarkan dengan kemampuan individu kreativitas Akuntan, (3) Idealisme dan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Bia- Relativisme berpengaruh sigifikan terhadap
sanya seorang individu yang kreatif memi- kreativitas Mahasiswa Akuntansi, dan (4)
liki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa teri- Jenis kelamin dan Indeks Prestasi Kumulatif
kat pada nilai-nilai dan norma-norma umum tidak berpenaruh signifikan terhadap
yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia kreativitas mahasiswa Akuntansi.
memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi Adapun keterbatasan dalam penelitian
hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang ini yaitu (1) Pada penelitian ini reponden
dianut oleh masyarakat ramai. Artinya seso- untuk sampel Akuntan hanya terbatas dari
rang yang kreativitas tidak memandang jenis beberapa KAP saja karena banyak dari KAP
kelamin. Sehingga dalam penelitian ini, be- yang tidak menerima pengisian kuesioner
lum ditemukan landasasan teori yang me- karena alasan kepadatan jam kerja di akhir
ngatakan bahwa pria ternyata lebih Idealis tahun, (2) Tidak adanya control responden
89
ISSN 2086-3802 Idealisme, Relativisme, dan Kreativitas … (Immanuel Oky Nurcahyo)
untuk mengetahui bahwa kuesioner terdistri- Dian Indri, 2008, “Faktor-faktor yang
busi pada responden yang tepat, sehingga Mempengaruhi Kreativitas Akuntan
tidak dapat diketahui apakah kuesioner Pendidik”, Jurnal Akuntansi dan
tersebut diisi oleh pihak yang sesuai, (3) Bisnis, 8 (Agustus), Pp 133-138.
Pada penelitian ini umur responden untuk Forsyth, D. R 1980, “A Taxonomy Of
sampel Akuntan kurang bervariasi, hanya Ethical Ideologies”, Journal of
golongan umur pada tingkat yang sama yang Personality and Social Psychology,
banyak mengisi kuesioner, (4) Pada pene- 39, Pp 175–184.
litian ini Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Forsyth, D. R 1992, “Judging the Morality
untuk sampel Mahasiswa tidak digambarkan of Business Practice: The Influence of
secara detail hanya secara skala interval saja. Personal Moral Philosophies”, Journal
Saran yang diberikan untuk penelitian of Business Ethics, 11, Pp 461-470.
berikutnya adalah: Forsyth, D. R 2001, “Idealism, Relativism,
Sebaiknya pada saat melakukan penyebaran and the Ethics of Caring”, The Journal
kuesioner dilakukan di bulan-bulan perte- of Psychology”, 122, Pp 243-248.
ngahan tahun untuk mengantisipasi kepadat- Forsyth, D. R 2008, “East meets West: A
an kerja Akuntan Publik di akhir tahun. meta-analytic investigation of cultural
Sebaiknya diadakan kontrol secara efisien variations in idealism and relativism”,
dan efektik sehingga hasil keusioner lebih Journal of Business Ethics, 83, Pp 813-
akurat dan tepat berdasarkan keadaan yang 833.
sebenarnya. Untuk penelitian mendatang se- Ghozali, I 2006, Aplikasi Analisis Multivari-
baiknya kuesioner yang disebar lebih banyak ate dengan Program SPSS, Badan
sehingga variasi umur responden lebih ba- Penerbit Universitas Diponegoro,
nyak dan hasil penelitian bisa lebih meng- Semarang.
gambarkan keadaan yang sebenarnya. Untuk Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo,
penelitian mendatang, sebaiknya dalam kue- 1999, Metodologi Penelitian Bisnis
sioner penelitian, responden diminta untuk untuk Akuntansi dan Manajemen,
mengisi IPK secara detail supaya hasil pene- Yogyakarta: BPFE.
litian yang diperoleh bisa lebih bervariasi. Marwanto, 2007, “Pengaruh pemikiran
moral, tingkat idealisme, Tingkat
DAFTAR RUJUKAN relativisme dan locus of control
Ajzen, Icek, 1991, “Theory of Planned Terhadap sensitivitas, pertimbangan,
Behavior,” Organizational Behavior motivasi dan karakter mahasiswa
And Human Decision Processes, 50, akuntansi (studi eksperimen pada
Pp 179-211. politeknik negeri samarinda)”, Tesis,
Bryant, Stephanie M, et al, 2011, “An Universitas Diponegoro.
Exploration Accountants, Accounting Park, Haesun, 2005, “The Role of Idealism
Work, and Creativity”, Behavioral and Relativism as Dispositional Cha-
Research in Accounting, 23, Pp 45-64. racteristics in the Socially Responsible
Bierly, Paul E, et al, 2009, “Understanding Decision-Making Process”, Journal of
The Complex Relationship Between Business Ethics, 56, Pp 81-98.
Creativity and Ethical Ideologies”, Smith, Lyndi, (lyndismith@btinternet.com),
Journal of Business Ethics, 86, Pp 2010, Creativity Questionnaire,
101-11. (http://lyndismith.wordpress.com).
90