Anda di halaman 1dari 137

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK

MODUL
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep


Ns.Ratna Dewi S.Kep,M.Kep

MODUL

FORT DE KOCK PRESS


@Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian atau isi seluruh buku dengan cara dan
dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit.

Penyusun
Ns. Lisavina Juwita,S.Kep.,M.Kep
Ns. Ratna Dewi, S.Kep,M.Kep

Editor

Dr. Evi Hasnita S.Pd, M.Kes

Penerbit
Fort De Kock Press
Bukittinggi

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 2


VISI MISI UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

Visi Universitas Fort De Kock


Visi Universitas Fort De Kock adalah Mewujudkan Universitas Fort De Kock Menjadi
Universitas yang Unggul dalam rangka menghasilkan Sumber Daya Manusia yang
Profesional serta memiliki daya saing global Tahun 2025.

Misi Universitas Fort De Kock

a. Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermutu, berkarakter, dan


berkesinambungan
b. Meningkatkan kualitas tata kelola yang baik(Good University Governance),menuju
tata kelola yang unggul (Excellent University Governance)
c. Menjalin jaringan kerjasama yang produktif dan berkelanjutan dengan kelembagaan
pendidikan, pemerintah dan dunia usaha di tingkatdaerah, nasional, dan
Internasional.

VISI MISI PROGRAM STUDI NERS

Visi

Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Lulusan yang Unggul dan berdaya saing Global dalam Bidang
Keperawatan Komplementer pada tahun 2025

Misi

a. Menyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi yang bermutu, berkarakter dan berkesinambungan
khususnya pada lingkup penyakit komplementer
b. Meningkatkan kualitas tata kelola program studi yang baik menuju tatakelola sesuai standar
c. Menjalin kerjasama yang produktif dan berkelanjutan bersama masyarakat , sektor swasta,
pemerintah dan lembaga-lembaga internasional dalam pengembangan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 3


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya Modul KDK
ini dapat diselesaikan sebagai acuan bagi dosen dan mahasiswa. Pada Mata Kuliah ini, mahasiswa
membahas tentang konsep caring sepanjang daur kehidupan manusia, konsep pertumbuhan dan
perkembangan manusia, standar profesional dalam praktek keperawatan termasuk etika keperawatan
dan aspek legal dalam praktek keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Berbagai metode pembelajaran akan diterapkan selama proses pembelajaran untuk Modul KDK
ini, sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan, yaitu mahasiswa diberi skenario kasus yang
dijadikan pemicu untuk diskusi kelompok kecil dengan seven jump, mini lecture, Discovery Learning, Case
Study Stimulasi, Contectual Learning. Dalam setiap kegiatan tersebut akan dilakukan evaluasi untuk
menilai pencapaian kompetensi mahasiswa.
Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi dilakukan dengan menggunakan
evaluasi formatif dan sumatif yang terdiri dari evaluasi proses, ujian akhir blok, OCSE (Objective
Structured Clinical Examination) untuk menilai kemampuan ketrampilan keperawatan.

Bukittinggi, Juli 2021

Penyusun

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 4


DAFTAR ISI

Cover/Halaman depan
Tim Penyusun
VisidanMisi UFDK dan Prodi
Kata Pengantar
Daftar Isi

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Profil lulusan
1.3 CapaianPembelajaran Program studiberdasarkan KKNI

BAB II. NAMA MATA KULIAH


2.1 Deskripsi Mata Kuliah
2.2 CapaianPembelajaranlulusanPadaMata Kuliah (berdasarkan KKNI)
2.3 CapaianPembelajaran Mata Kuliah
2.4 BahanKajian
2.5 Penilaian

BAB III. INTEGRASI MATA KULIAH DENGAN LSP


BAB IV. POHON TOPIK
BAB V. RPS
BAB VI. PEMBELAJARAN (PERTEMUAN/MINGGU)

DAFTAR PUSTAKA

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 5


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata Kuliah KDK ini merupakan perkuliahan pada semester ganjil tahun pertama pembelajaran
mahasiswa. Pada mata kuliah ini mahasiswa akan mempelajari tentang konsep caring sepanjang daur
kehidupan manusia, konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia, standar profesional dalam
praktek keperawatan termasuk etika keperawatan dan aspek legal dalam praktek keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Sebagai pendukung pemahaman mahasiswa, modul ini
dilengkapi dengan rancangan penugasan untuk bisa ditelaah dan diselesaikan oleh mahasiswa.

1.2 Profil Lulusan


Profil merupakan peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh lulusan program studi di masyarakat
atau dunia kerja. Adapun profil lulusan program studi profesi Ners adalah sebagai :
1.1.1 Care Provider (Pemberi asuhan keperawatan)
1.1.2 Communicator (Interaksi dan transaksi dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan)
1.1.3 Educator dan health promoter (Pendidikan dan promosi kesehatan bagi klien, keluarga dan
masyarakat)
1.1.4 Manager dan leader (Manajemen praktik/ruangan pada tatanan rumah sakit maupun
masyarakat)
1.1.5 Researcher (Peneliti )

1.3 Capaian Pembelajaran Program Studi

Capaian Pembelajara Program Pendidikan Ners

Capaian Pembelajaran Lulusan – Ners


1. Bertakwa kepada Tuhan YME, menunjukan sikap profesional, prinsip etik, perspektif
hukum dan budaya dalam keperawatan
2. Mampu menguasai keterampilan umum pada bidang keilmuannya
3. Mampu memahami ilmu keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan
berdasarkan pendekatan proses keperawatan
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional pada tatanan laboratorium
dan lapangan (klinik dan komunitas) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dan keselamatan klien
5. Mampu melaksanakan edukasi dengan keterampilan komunikasi dalam asuhan
keperawatan dan informasi ilmiah
6. Mampu membangun kapasitas kepemimpinan dan manajemen
7. Mampu melakukan penelitian ilmiah di bidang ilmu dan teknologi keperawatan untuk
memecahkan masalah kesehatan
8. Mampu menghasilkan, mengomunikasikan dan melakukan inovasi pada bidang ilmu dan
teknologi keperawatan dan
9. Mampu meningkatkan keahlian profesional di bidang keperawatan melalui
pembelajaran seumur hidup

Sumber: Buku kurikulum Inti 2021 dari AIPNI ditambah capaian pembelajaran Institusional Prodi
Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 6
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1. Deskripsi Mata Kuliah


Mata kuliah ini membahas tentang konsep caring sepanjang daur kehidupan manusia, konsep
pertumbuhan dan perkembangan manusia, standar profesional dalam praktek keperawatan termasuk
etika keperawatan dan aspek legal dalam praktek keperawatan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Pengalaman belajar meliputi pembelajaran dikelas dan dilaboratorium keperawatan.

2.2. Capaian Pembelajaran Lulusan Pada Mata Kuliah


1. Bertakwa kepada Tuhan YME, menunjukan sikap profesional, prinsip etik, perspektif
hukum dan budaya dalam keperawatan
2. Mampu menguasai keterampilan umum pada bidang keilmuannya
3. Mampu memahami ilmu keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan
berdasarkan pendekatan proses keperawatan
4. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional pada tatanan laboratorium
dan lapangan (klinik dan komunitas) untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
dan keselamatan klien
5. Mampu melaksanakan edukasi dengan keterampilan komunikasi dalam asuhan
keperawatan dan informasi ilmiah
6. Mampu membangun kapasitas kepemimpinan dan manajemen
7. Mampu melakukan penelitian ilmiah di bidang ilmu dan teknologi keperawatan untuk
memecahkan masalah kesehatan
8. Mampu menghasilkan, mengomunikasikan dan melakukan inovasi pada bidang ilmu dan
teknologi keperawatan dan
9. Mampu meningkatkan keahlian profesional di bidang keperawatan melalui pembelajaran
seumur hidup

2.3 Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran KDK, bila diberi data kasus, mahasiswa mampu:
1. Menerapkan konsep ‘caring’ dalam kehidupan sehari-hari
2. Menerapkan standar profesional dalam pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral
dalam sistem pelayanan kesehatan
3. Menerapkan prinsip-prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan

2.4 Bahan Kajian

1. Pengertian caring
2. Teori keperawatan tentang caring
3. Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari dan praktik keperawatan
4. Perbedaan caring dan curing
5. Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan: Sistem Klien, Tingkatan pelayanan
kesehatan
6. Keperawatan sebagai suatu profesi
a. Peran perawat profesional
b. Standar praktik keperawatan profesional
7. Interprofessional education dan interprofessional collaboration
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 7
8. Prinsip moral dan etika
9. Ethic of care
10. Kode etik keperawatan
11. Isue etik dalam praktik keperawatan
12. Prinsip-prinsip legal dalam praktik
13. Aspek hukum dalam keperawatan
14. Pelindungan hukum dalam praktik keperawatan
15. Nursing advocacy
16. Pengambilan keputusan legal etis

2.5 EVALUASI
Sistem penilaian pencapaian kompetensi yang dikembangkan mengacu pada aktivitas yang dilakukan
mahasiswa baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga penilaian didasarkan pada pencapaian aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif yang terdiri dari:

1. Tugas Terstruktur : 60 %
(diskusi, tanya jawab, presentasi, tugas dan seminar)
2. Ujian Tengah Semester : 20 %
3. Ujian Akhir Semester : 20%

Evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan pencapaian kompetensi mahasiswa. Evaluasi juga
dilakukan berdasarkan pada saat diskusi atau kerja kelompok, keaktifan selama pembelajaran termasuk
pencapaian kehadiran 100% KECUALI sakit dengan surat keterangan dokter dan jika ada saudara yang
meninggal. Bila kehadiran tidak mencukupi 100% maka keputusan diserahkan pada tim blok. Evaluasi
ujian blok dan ujian skills lab akan dilaksanakan pada akhir blok. Sistem penilaian akan menggunakan
acuan penilaian UNIVERSITAS Fort De Kock dalam nilai angka dan huruf.

Kisaran angka Huruf

85 - 100 A

80 - 84 A-

75 - 79 B+

70 - 74 B

65 - 69 B-

60 - 64 C+

55 - 59 C

50 - 54 C-

40 - 49 D

0 - 39 E

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 8


BAB III

INTEGRASI MATA KULIAH DENGAN LSP

Kode Unit Kompetensi Judul Unit Kompetensi Mata Kuliah

Bertanggung gugat dan bertanggung jawab KDK


KES.PG01.001.01
terhadap keputusan dan tindakan profesional

Mengenal batas peran dan kompetensi diri KDK


KES.PG01.002.01
sendiri.

KDK
KES.PG01.003.01 Menghormati hak privasi pasien / klien

KES.PG01.020.01 Meningkatkan dan menjaga citra keperawatan KDK


yang profesional

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 9


BAB IV
POHON TOPIK MODUL KDK

Konsep Caring
Konsep teori caring
Minggu 1

Sistem Pelayanan Kesehatan Minggu 2


Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem Pelayanan Keperawatan
dan Keperawatan Minggu 3

Keperawatan sbg profesi Minggu 4

Standar Profesional
dalam pelayanan
keperawatan Standar Praktek Minggu 5- 7
Keperawatan

Interprofesional Interprofesional
educator dan educator dan Minggu 9
interprofesional interprofesional
colaaboration colaaboration
Konsep Dasar
Keperawatan
Etika umum, etik keperawatan Minggu 10-11

Prinsip - prinsip legal


Minggu 12- 13
dalam praktek

Prinsip legal etis dalam


pengambilan
keputusan Nilai, legal dan hukum
Minggu 14

Aspek hukum dalam


keperawatan Minggu 15

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 10


BAB V

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS Kode Dokumen


UNIVERSITAS FORT DE KOCK

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER


MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan

Konsep Dasar Keperawatan KP 240 Keperawatan T=3 P= 1 Juli 2021

OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI

UNIT PENJAMINAN MUTU AIPNI, KKNI, SN DIKTI Ns. Lisavina Juwita, S.Kep,M.Kep Ns. Ratna Dewi, S.Kep,M.Kep

Capaian Pembelajaran CPL-PRODI


(CP)

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 11


Setelah mengikuti Mata Kuliah Ini mahasiswa:
1. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, modal dan etika
2. Mampu bertanggung gugat terhadap praktek profesional meliputi kemampuan menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindak an profesional sesuai dengan
lingkup di bawah tanggung jawabnya dan hukum/peraturan perundangan
3. Mampu melaksanakan praktek keperawatan dengan prinsip etis dan budaya sesuai dengan kode etik perawat indonesia
4. Memiliki sikap menghormati hak privasi, nilai budaya yang dianut dan martabat kl ien, menghormati hak klien untuk memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan
dan kesehatan yang diberikan, serta beranggung jawab atas kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sesuai dengan
lingkup tanggungjawabnya.
5. Menguasai nilai - nilai kemanusiaan
6. Menguasai filosofi, paradigma, teori keperawatan, khususnya konseptual model dan middle range theories
7. Menyusun dan mengimplementasikan perencanaan asuhan keperawatan sesuai standar asuhan, keperawatan dan kode etik perawat, yang peka budaya, menghargai
keragaman etnik, agama dan faktor lain dari klien individu, keluarga dan masyarakat.
8. Membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, krit is, sistematis dan kreatif

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 12


CPMK

1. Menerapkan konsep ‘caring’ dalam kehidupan sehari-hari


2. Menerapkan standar profesional dalam pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dalam sistem pelayanan kesehatan
3. Menerapkan prinsip-prinsip legal etis pada pengambilan keputusan dalam konteks keperawatan

Diskripsi Singkat MK Mata kuliah ini membahas tentang konsep caring sepanjang daur kehidupan manusia, konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia, standar profesional dalam praktek
keperawatan termasuk etika keperawatan dan aspek legal dalam praktek keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan. Pen galaman belajar meliputi pembelajaran
dikelas dan dilaboratorium keperawatan.

Bahan Kajian / Pokok 1. Pengertian caring


Bahasan 2. Teori keperawatan tentang caring
3. Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari dan praktik keperawatan
4. Perbedaan caring dan curing
5. Pelayanan Keperawatan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan: Sistem Klien, Tingkatan pelayanan kesehatan
6. Keperawatan sebagai suatu profesi
a. Peran perawat profesional
b. Standar praktik keperawatan profesional
7. Interprofessional education dan interprofessional collaboration
a. Konsep Interprofessional Education and Collaborative Prectice (IPE & IPC)
b. Team and team work: Team work culture of the IPE team that facilitates or inhibits collaboration
c. Communication in IPE Team: hierarchy within the IP team, and communication effectiveness
d. Values and Ethics for Interprofesional Practice
8. Prinsip moral dan etika
9. Ethic of care
10. Kode etik keperawatan
11. Isue etik dalam praktik keperawatan
12. Prinsip-prinsip legal dalam praktik
13. Aspek hukum dalam keperawatan
14. Pelindungan hukum dalam praktik keperawatan
15. Nursing advocacy
16. Pengambilan keputusan legal etis

Pustaka Utama :

1. Aiken, T.D. (2004). Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. 2nd Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
2. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
3. Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New York. Delmar Cengage Learning.
4. Franz Magniz S (2002). Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
5. Potter, P.A. & Perry ,A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set) .Edisi Bahasa Indonesia 7 Edition.Elsevier (Singapore) Pte.Ltd.
6. Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 13


7. Kode Etik Perawat Indonesia
Pendukung :

1. Beauchamp TL & Childress JF (1994). Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford University Press.
2. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional .
3. Sistem Kesehatan Nasional dan Pelayanan Keperawatan, Kemenkes RI.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

Media Pembelajaran Preangkat lunak Perangkat keras

PPT LCD/Proyektor
EDMODO Laptop
Email

Dosen Pengampu Ns. Ratna Dewi, S.Kep.M.Kep


Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.M.Kep

Matakuliah syarat -

Mg Ke- Sub-CPMK Indikator Penilaian Kriteria & Bentuk Penilaian Bentuk/Metode Materi Pembelajaran Bobot
Pembelajaran & Penugasan Penilaian
(Kemampuan akhir tiap Mahasiswa [Pustaka] (%)
tahapan belajar)
[ Estimasi Waktu]

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Mampu mengetahui dan Adanya berita acara kontrak belajar Berita acara Self directed learning  Penjelasan RPS 5
menyepakati kontrak belajar, dan telah ditandatangani oleh  Pengertian caring %
dan memahami konsep caring mahasiswa dan dosen Daring  Teori keperawatan tentang
dalam kehidupan sehari hari 3 x 50’ = 150’ caring
 Aplikasi caring dalam
kehidupan sehari-hari dan
praktik Keperawatan
 Perbedaan caring dan curing

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 14


2 Memahami tentang Pelayanan Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Conceptual learning  Sistem pelayanan kesehatan 5%
Keperawatan dalam Sistem mencari dan mengumpulkan  Sistem pelayanan nasional
Pelayanan Kesehatan: Sistem informasi Rubrik holistik Daring  Konsep sistem pelayanan
Klien, Tingkatan pelayanan 3 x 50’ = 150’ kesehatan di Indonesia
kesehatan  Pelayanan rujukan
Presentasi Penugasan  Masalah – masalah pelayanan
3 x 60’ = 180’ kesehatan
Tugas mandiri  Faktor yang mempengaruhi
3 x 60’ = 180’ sistem pelayanan kesehatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 15


3 Memahami tentang Pelayanan Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery Learning - Sistem pelayanan keperawatan 5%
Keperawatan dalam Sistem mengkaji kasus dan mencermati - Pelayanan keperawatan
Pelayanan Kesehatan: Sistem kondisi pada kasus tersebut Rubrik holistik Daring kesehatan
Klien, Tingkatan pelayanan Kemampuan kerjasama dalam 3 x 50’ = 150’ - Unit pelayanan perawatan
kesehatan kelompok kesehatan
Ketepatan mahasiswa menggali dan Penugasan - Klien dalam sistem pemberian
Presentasi perawatan kesehatan
mencari informasi serta 3 x 60’ = 180’
memanfaatkan informasi tersebut - Isu pemberian perawatan
dalam memecahkan masalah terkait Sikap Tugas mandiri kesehatan
konsep caring 3 x 60’ = 180’ - Inovasi dalam pemberian perawat

4 Memahami tentang Ketepatan konsep yang dibuat Rubric analitik Conceptual learning  Keperawatan sebagai 5%
Keperawatan sebagai suatu Kemampuan kerjasama dalam profesi
profesi kelompok Rubrik holistik Daring
Ketepatan mahasiswa menggali dan 3 x 50’ = 150’  Peran, fungsi dan tugas
KES.PG01.002.01 mencari informasi serta perawat
KES.PG01.020.01 memanfaatkan informasi tersebut
Presentasi
Penugasan
dalam memecahkan masalah 3 x 60’ = 180’
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’
5 Memahami tentang Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Pengertian 5%
Standar praktek mencari dan mengumpulkan  Jenis standar profesi
keperawatan profesional informasi Rubrik holistik Daring keperawatan
KES.PG01.001.01 3 x 50’ = 150’  Sumber standar
keperawatan
Penugasan
Presentasi  Standar praktek
3 x 60’ = 180’
keperawatan
Sikap Tugas mandiri  Tujuan standar
3 x 60’ = 180’ praktek keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 16


6 Memahami tentang Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Latihan penerapan 5%
Standar praktek mencari dan mengumpulkan praktek keperawatan
keperawatan profesional informasi Rubrik holistik Daring profesional
3 x 50’ = 150’  Latihan penerapan
tanggung jawab
Penugasan
Presentasi perawat profesional
3 x 60’ = 180’
di rumah sakit
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’

7 Memahami tentang Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Analisa issu 5%
Standar praktek mencari dan mengumpulkan berhubungan dengan
keperawatan profesional informasi Rubrik holistik Daring praktek keperawatan
3 x 50’ = 150’ profesional
 Analisa tantangan
Penugasan
Presentasi global dalam praktek
3 x 60’ = 180’
keperawatan
Sikap Tugas mandiri profesional
3 x 60’ = 180’

UTS 10%
9 Memahami tentang Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning a. Konsep Interprofessional 5%
Interprofessional education dan mencari dan mengumpulkan Education and Collaborative
interprofessional collaboration informasi Rubrik holistik Daring Prectice (IPE & IPC)
3 x 50’ = 150’ b. Team and team work: Team
work culture of the IPE team
Penugasan that facilitates or inhibits
Presentasi
3 x 60’ = 180’ collaboration
c. Communication in IPE
Team: hierarchy within the
IP team, and communication
effectiveness
d. Values and Ethics for
Interprofesional Practice

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 17


10 Menerapkan prinsip- Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Etika umum 5%
prinsip legal etis pada mencari dan mengumpulkan  Etika profesi keperawatan
pengambilan keputusan informasi Rubrik holistik Daring  Kode etik
dalam konteks 3 x 50’ = 150’
Keperawatan
KES.PG01.003.0 Penugasan
1 Presentasi
3 x 60’ = 180’

Sikap Tugas mandiri


3 x 60’ = 180’

11 Menerapkan prinsip- Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Praktikum etika umum 5%
prinsip legal etis pada mencari dan mengumpulkan  Praktikum etika profesi
pengambilan keputusan informasi Rubrik holistik Daring keperawatan
dalam konteks 3 x 50’ = 150’  Praktikum kode etik
keperawatan keperawatan
Penugasan
Presentasi
3 x 60’ = 180’

Sikap Tugas mandiri


3 x 60’ = 180’

12 Menerapkan prinsip- prinsip legal Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Kecenderungan etika 5%
etis pada pengambilan keputusan mencari dan mengumpulkan keperawatan
dalam konteks keperawatan informasi Rubrik 18olistic Daring  Prinsip etik dalam asuhan
3 x 50’ = 150’ keperawatan

Penugasan
Presentasi
3 x 60’ = 180’
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’

13 Menerapkan prinsip- prinsip legal Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Praktikum Kecenderungan 5%
etis pada pengambilan keputusan mencari dan mengumpulkan etika keperawatan
dalam konteks keperawatan informasi Rubrik 18olistic Daring  Praktikum Prinsip etik dalam
3 x 50’ = 150’ asuhan keperawatan

Penugasan
Presentasi
3 x 60’ = 180’
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 18


14 Nilai, etik dan legalitas hukum Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Nilai, etik dan legal praktek 5%
dalam praktek keperawatan mencari dan mengumpulkan keperawatan
informasi Rubrik holistik Daring  Hukum dalam praktek
3 x 50’ = 150’ keperawatan

Penugasan
Presentasi
3 x 60’ = 180’
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’

15 Aspek hukum dalam praktek Ketepatan mahasiswa dalam Rubric analitik Discovery learning  Aspek hukum praktek 5%
keperawatan profesional mencari dan mengumpulkan keperawatan profesional
informasi Rubrik holistik Daring  Tanggungjawab profesi
3 x 50’ = 150’ keperawatan
 Regulasi keperawatan
Presentasi Penugasan  Isue legal dan tantangan
3 x 60’ = 180’ dalam praktek keperawatan
profesional
Sikap Tugas mandiri
3 x 60’ = 180’

UAS 20 %

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 19


1
BAB VI

AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran dilakukan dengan beberapa metode, yakni: penugasa mandiri, penugasan terstruktur,
kuliah pakar, dan seminar.

1. Belajar Mandiri
Dalam pembelajaran orang dewasa, mahasiswa dapat belajar mandiri dari berbagai sumber
eksternal yaitu perpustakaan, website (internet), e-Learning, buku, brosur dan jurnal. Metode
belajar mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau kajian jurnal oleh mahasiswa tanpa
bimbingann atau pengajaran khusus. Dalam metode ini mahasiswa akan terlebih dahulu
mendapatkan penjelasan tentang proses dan hasil yang diharapkan serta diberikan daftar bacaan
sesuai kebutuhan. Dengan belajar mandiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja dan
memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan secara aktif.
2. Kuliah pakar
Metode Kuliah Pakar/ ceramah, berbentuk penjelasan pengajar kepada mahasiswa dan biasanya
dIkuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan pengajar
adalah daftar topik yang diajarkan dan media visual atau materi pembelajaran. Selama kuliah pakar
dosen diwajibkan menggunakan pendekatan SCL (student centered learning).
Beberapa topik kuliah pakar yang akan diberikan pada mata kuliah ini adalah berkaitan dengan
konsep caring, sistem pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan, konsep
keperawatan profesional, pendekatan holistic care (konsep caring, holism, humanism dan
transcultural nursing), prinsip-prinsip legal etis dan isu etik (ethical issue), nursing advocation
termasuk teknologi informasi dalam pembelajaran keperawatan.
3. Seminar
Metode seminar berbentuk kegiatan belajar bagi kelompok mahasiswa untuk membahas topik atau
masalah tertentu. Seminar dalam mata kuliah adalah presentasi hasil diskusi jurnal mengenai
evidance based nursing terkait dengan kasus-kasus etika keperawatan. Setiap anggota seminar
diharapkan aktif berpartisipasi. Penyelesaian tugas membahas topik atau masalah tersebut menjadi
tanggung jawab anggota seminar dan dosen.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 2


LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 1
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
1. Mahasiswa mampu
memahami konsep
caring dalam
kehidupan sehari hari
SKILLS
Fondational literacies EXPERIENCE
1. Literacy MINGGU 1
2. Numeracy 1. MATERI PERKULIAHAN TENTANG KONSEP CARING
3. Cultural and civic 2. PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
literacy A. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
B. MASING-MASING KELOMPOK MECARI INFORMASI DAN
Competency:
MEMBAHAS KONSEP CARING
1. Crytical thingking C. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
2. Problem solving AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS
3. Creativity
4. Comunication
5. Collaboration
DATA YANG DIDAPAT:
A. PENGERTIAN CARING
Caracter cuality:
B. TEORI KEPERAWATAN TENTANG CARING
1. Keingintahuan
C. APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN
2. Inisiative
PRAKTIK KEPERAWATAN
3. Tidak mudah
D. PERBEDAAN CARING DAN CURING
menyerah
4. Adaptif, leadership

PENELITIAN:
APLIKASI CARING PADA MAHASISWA PERAWAT SAAT
PANDEMI COVID 19

PENGABMAS ;
PENINGKATAN CARING PADA MAHASISWA PERAWAT
PADA PANDEMI COVID 19

TOPIK 1. KONSEP CARING

A. PENGERTIAN CARING

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 3


 Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan
dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari
berbagai macam filosofi dan perspektif etik
• Human care merupakan hal yang mendasar dalam teori caring. Menurut Pasquali dan Arnold (1989)
serta Watson (1979), human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga
atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengendalian diri .
• Watson (1979) yang terkenal dengan Theory of Human Care, mempertegas bahwa caring sebagai
jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh .
• Caring juga sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau
empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi
pasien. Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat supaya mereka bisa
merawat pasien .
• Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti
dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku.
Caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan.
• Beberapa ahli merumuskan konsep caring dalam beberapa teori. Menurut Watson, ada tujuh asumsi
yang mendasari konsep caring. Ketujuh asumsi tersebut adalah
1. caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
2. caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi
kebutuhan manusia atau klien,
3. caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
4. caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga
mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya
5. lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung perkembangan seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
6. caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik
dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat
kesehatan dan membantu klien yang sakit,
7. caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).

B. TEORI CARING
Caring menurut Watson
• Dr. Jean Watson, pencetus the Center for Human Caring dikembangkan th 1975-1979
• persamaan hak dan kesempatan bagi kaum perempuan
• tindakan keperawatan diarahkan pada hubungan kesehatan - penyakit - perilaku manusia
• memperhatikan peningkatan dan pemulihan kesehatan - pencegahan penyakit
• inti dari keperawatan
• menekankan harga diri individu
• respon tiap individu unik
• caring dapat ditujukan dalam hubungan interpersonal
memberi pelayanan keperawatan didasarkan pada ilmu pengetahuan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 4


C. APLIKASI CARING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DAN PRAKTIK KEPERAWATAN
DALAM MELAKUKAN ASKEP YANG HARUS DILAKUKAN MENCAKUP:
• SIKAP CARING
• HUBUNGAN PERAWAT - KLIEN YANG TERAPEUTIK
• KOLABORASI DENGAN ANGGOTA TIM KESEHATAN LAIN
• KEMAMPUAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN KLIEN
• KEGIATAN JAMINAN MUTU/QUALITY ASSURANCE
SIKAP DAN PERILAKU CARING
SIKAP CARING DIBERIKAN MELALUI :
KEJUJURAN, KEPERCAYAAN DAN NILAI BAIK
PERILAKU CARING --> MEMBANTU KLIEN --> PERUBAHAN + PADA ASPEK FISIK,
PSIKOLOGIS, SPIRITUAL DAN SOSIAL

D. PERBEDAAN CARING DAN CURING


CARING ADALAH
CARING DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI TINDAKAN KEPEDULIAN
MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA INDIVIDU ATAU SEBAGAI ADVOKASI PADA INDIVIDU
YANG TIDAK MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN DASARNYA

CURING ADALAH
• CURING DAPAT DIARTIKAN SEBAGAI TINDAKAN PENGOBATAN
• ADALAH UPAYA KESEHATAN DARI KEGIATAN DOKTER DALAM PRAKTEKNYA UNTUK
MENGOBATI KLIEN

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman saudara mengenai materi caring diatas, kerjakan latihan berikut
Selanjutnya untuk memantapkan penguasaan materi, coba saudara sebutkan seperti apa pelaksanaan caring
yang dilakukan oleh perawat. Tuliskan Jawaban anda dibawah ini :
1) .....................................................................................................................
2) .....................................................................................................................
3) .....................................................................................................................
4) ....................................................................................................................

REFERENSI :
1. Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New York. Delmar Cengage
Learning (3)
2. Potter, P.A. & Perry ,A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set) .Edisi Bahasa Indonesia 7
Edition.Elsevier (Singapore) Pte.Ltd. (5)
3. Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and
Practice. New Jersey: Prentice Hall Health. (6)

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 5


LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 2 DAN 3
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
Mahasiswa mampu tentang
Pelayanan Keperawatan dalam
Sistem Pelayanan Kesehatan: Sistem
Klien, Tingkatan pelayanan
kesehatan

SKILLS
EXPERIENCE
Fondational literacies
MINGGU 2 DAN 3
1. Literacy 1) MATERI PERKULIAHAN TENTANG KONSEP PELAYANAN
2. Numeracy KEPERAWATAN DALAM KONTEKS PELAYANAN KESEHATAN
3. Cultural and civic 2) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
literacy A. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
Competency: B. MASING-MASING KELOMPOK MECARI INFORMASI DAN
MEMBAHAS KONSEP PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM
1. Crytical thingking
KONTEKS PELAYANAN KESEHATAN
2. Problem solving C. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
3. Creativity AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS
4. Comunication
5. Collaboration
Caracter cuality:
DATA YANG DIDAPAT:
A. Sistem pelayanan kesehatan
1. Keingintahuan
B. Sistem pelayanan nasional
2. Inisiative C. Konsep sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
3. Tidak mudah D. Pelayanan rujukan
menyerah E. Masalah – masalah pelayanan kesehatan
4. Adaptif, leadership F. Faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan
G. Sistem pelayanan keperawatan
H. Pelayanan keperawatan kesehatan
I. Unit pelayanan perawatan kesehatan
J. Klien dalam sistem pemberian perawatan kesehatan
K. Isu pemberian perawatan kesehatan
L. Inovasi dalam pemberian perawat

PENELITIAN:
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN PADA PANDEMI COVID
19

PENGABMAS ;
PENYULUHAN TENTANG SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
PADA MASYARAKAT

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 6


TOPIK 2.
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM KONTEKS PELAYANAN KESEHATAN

A. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai factor yang kompleks dan saling
berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi suatu kebutuhan dan
tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat pada setiap saat yang
dibutuhkan (WHO,1984).
Ada beberapa hal masalah yang terkait dengan system pelayanan kesehatan di Indonesia, yang
terkandung di dalamnya yaitu: konsep dasar sistem, konsep dasar kesehatan, sistem pelayanan
kesehatan, pengembangan sumber daya manusia dikaitkan dengan pelayanan kesehatan, peran
pelayanan kesehatan dalam pengembangan sumber daya manusia dan tantangan-tantangan pelayanan
kesehatan dalam pengembangan sumber daya manusia.

1. Pengertian sistem
Pengertian sistem banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:
a. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
b. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling
berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan
secara efektif dan efisien
Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

2. Ciri-ciri sistem
Sesuatu disebut sistem apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok yang
dimaksud banyak macamnya yang apabila disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Ciri-ciri sistem menurut Elias M.Awad (1979).


1) Sistem bukanlah sesuatu yang berada diruang hampa, melainkan selalu berinteraksi
dengan lingkungan. Tergantung dari pengaruh interaksi dengan lingkungan tersebut, sistem
dapat dibedakan atas dua macam:
a) Sistem bersifat terbuka, dikatakan terbuka apabila sistem tersebut
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada sistem yang bersifat terbuka
berbagai pengaruh yang diterima dari lingkungan dapat dimanfaatkan oleh sistem
untuk menyempurnakan sistem yang ada. Pemanfaatan seperti ini memang
memungkingkan karena di dalam sistem terdapat mekanisme penyesuaian diri, yang
antara lain karena adanya unsur umpan balik (feed back)

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 7


b) Sistem bersifat tertutup, dikatakan tertutup apabila sistem tersebut dalam
berinteraksi dengan lingkungannya tidak dipengaruhi.
2) Sistem mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri, yang antara lain juga
disebabkan karena di dalam sistem terdapat umpan balik (feed back).
3) Sistem terbentuk dari dua atau lebih subsistem, dan setiap subsistem terdiri dari dua atau
lebih subsistem lain yang lebih kecil, demikian seterusnya.
4) Antara satu subsistem dengan subsistem lainnya terdapat hubungan yang saling
tergantung dan saling mempengaruhi. Keluaran subsistem misalnya, menjadi masukan
bagi subsistem lain yang terdapat dalam sistem
5) Sistem mempunyai tujuan atau sasaran yang ingn dicapai. Pada dasarnya
tercapai tujuan atau sasaran ini adalah sebagai hasil kerja sama dari berbagai subsistem
yang terdapat dalam system.

b. Menurut Shode dan Dan Voich Jr. (1974)


1) Sistem mempunyai tujuan, karena itu semua perilaku yang ada pada sistem pada dasarnya
bermaksud mencapai tujuan tersebut (purposive behavior).
2) Sistem, sekalipun terdiri atas berbagai bagian atau elemen, tetapi secara
keseluruhan merupakan suatu yang bulat dan utuh (wholism) jauh melebihi kumpulan
bagian atau elemen tersebut.
3) Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait,
berhubungan dan berinteraksi.

4) Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan system lain yang lebih luas, yang
biasanya disebut dengan lingkungan.
5) Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Dengan kata lain, sistem mempu mengubah masukan menjadi keluaran.
6) Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan
berbagai bagian atau elemen, juga dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran.

3. Tingkat Pelayanan Kesehatan


Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan harus
memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu: a. Health Promotion
(Promosi Kesehatan), merupakan tingkat pertama dalam
memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan
sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
b. Specific Protection (Perlindungan Khusus), adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau
penyakit-penyakit tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.
c. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan Segera), sudah
mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Contoh:
survey penyaringan kasus.

C. SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

Di Indonesia, kerangka konsep sistem pelayanan kesehatan dikenal dengan istilah System
Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 8


1. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD
1945. Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan saja
melainkan juga upaya dari berbagai sektor lainnya termasuk masyarakat dan swasta. Sesungguhnyalah
keberhasilan pembangunan kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor kesehatan saja. Dengan
demikian, pada hakikatnya SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap
langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

2. Landasan SKN
SKN yang merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah bagian
dari Pembangunan Nasional. Dengan demikian landasan SKN adalah sama dengan landasan Pembangunan
Nasional. Secara lebih spesifik landasan tersebut adalah:
a. Landasan idiil yaitu Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
1) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
2) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang.
3) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.
4) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
5) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

3. Prinsip Dasar SKN


Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah dan budaya
Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
SKN. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi:

a. Perikemanusiaan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Terabaikannya pemenuhan
kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan. Tenaga kesehatan dituntut untuk
tidak diskriminatif serta selalu menerapkan prinsip-prinsip perikemanusiaan dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 9


Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 10
3

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 11


b. Hak Asasi Manusia
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia. Diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa
membedakan suku, golongan, agama, dan status sosial ekonomi. Setiap anak berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.

c. Adil dan Merata


Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip adil dan merata. Dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu diselenggarakan upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata, baik geografis maupun ekonomis.

d. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat


Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berkewajiban dan bertanggung-jawab untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berdasarkan pada kepercayaan atas
kemampuan dan kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial dan gotong
royong.

e. Kemitraan
Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip kemitraan. Pembangunan kesehatan harus
diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan
masyarakat termasuk swasta, dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki. Kemitraan antara
pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta serta kerjasama lintas sektor dalam pembangunan
kesehatan diwujudkan dalam suatu jejaring yang berhasil- guna dan berdaya-guna, agar diperoleh
sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya.

f. Pengutamaan dan Manfaat


Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip pengutamaan dan manfaat. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan lebih mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan
perorangan maupun golongan. Upaya kesehatan yang bermutu dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara berhasil-guna dan berdayaguna,
dengan mengutamakan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi agar memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat beserta lingkungannya.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 12


g. Tata kepemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka
(transparent), rasional/profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung gugat (accountable).

4. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

5. Kedudukan SKN

a. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan berbagai subsistem
lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

b. Kedudukan SKN terhadap sistem nasional lain


Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi tanggung
jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari berbagai sektor lain terkait yang terwujud
dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti:
1) Sistem Pendidikan Nasional
2) Sistem Perekonomian Nasional
3) Sistem Ketahanan Pangan Nasional
4) Sistem Hankamnas
5) Sistem-sistem nasional lainnya

Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan upaya dari
berbagai sistem nasional sehingga berwawasan kesehatan. Dalam arti sistem-sistem nasional tersebut
berkontribusi positip terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.

c. Kedudukan SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)


Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan Sistem
Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini kedudukan SKN merupakan suprasistem dari SKD. SKD
menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen
kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan acuan bagi berbagai pihak dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 13


d. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem kemasyarakatan termasuk swasta
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan sistem nilai dan budaya
masyarakat yang secara bersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan. Di pihak lain,
berbagai sistem kemasyarakatan merupakan bagian integral yang membentuk SKN. Dalam kaitan ini SKN
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat dalam berbagai upaya
kesehatan. Sebaliknya sistem nilai dan budaya yang hidup di masyarakat harus mendapat perhatian dalam
SKN. Keberhasilan pembangunan kesehatan juga ditentukan oleh peran aktif swasta. Dalam kaitan ini
potensi swasta merupakan bagian integral dari SKN. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan perlu
digalang kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan dengan berbagai potensi swasta. SKN
harus dapat mewarnai potensi swasta sehingga sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang
berwawasan kesehatan.

6. Subsistem SKN
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya kesehatan. Untuk dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan tersebut memerlukan dukungan dana, sumber daya manusia, sumber daya obat dan
perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN. Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan
kesehatan yang semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat kompleksnya pembiayaan
kesehatan, maka pembiayaan kesehatan merupakan subsistem kedua SKN.
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang mencukupi
dalam jumlah, jenis dan kualitasnya sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Oleh karenanya
sumberdaya manusia kesehatan juga sangat penting dalam meningkatkan kinerja SKN dan merupakan
subsistem ketiga dari SKN. Sumber daya kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan kinerja
SKN adalah sumber daya obat dan perbekalan kesehatan.
Permasalahan obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena menyangkut
aspek mutu, harga, khasiat, keamanan, ketersediaan dan keterjangkauan bagi konsumen kesehatan. Oleh
karena itu, obat dan perbekalan kesehatan merupakan subsistem keempat dari SKN. Selanjutnya, SKN
akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta
bukan semata-mata sebagai obyek pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subyek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya, pemberdayaan masyarakat menjadi
sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan. Sehubungan dengan itu, pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem
kelima SKN.
Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi,
sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 14


sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Berhasil atau tidaknya pembangunan
kesehatan ditentukan oleh manajemen kesehatan. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan
subsistem keenam SKN. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem,
yakni:
a. Subsistem Upaya Kesehatan
b. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
c. Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan d.
Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan e.
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
f. Subsistem Manajemen Kesehatan

7. Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia


Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah lain saling
berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap
meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau
kelemahan.

Ciri-ciri masyarakat sehat:


a. Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.
b. Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan kesehatan
(health promotion), pencegahan penyakit (health prevention), penyembuhan (curative) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative health) terutama untuk ibu dan anak.
c. Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang
dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.
d. Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi
masyarakat
e. Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.

D. KONSEP SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan dan


memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 15


1. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry (2009), dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter,
pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari
pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan
tidak meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang ini
dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam pelayanan kesehatan terdapat 3
bentuk, yaitu:
a. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah
kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan
agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan
dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan
masyarakat dan lain-lain.
b. Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)
Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang membutuhkan
perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama.
Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
c. Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)
Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi dimana tingkat pelayanan ini
apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya pelayanan
ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan utama seperti rumah
sakit yang tipe A atau B.

2. Jenis pelayanan kesehatan


Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis pelayanan kesehatan.
a. Pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk dalam kelompok pel ayanan kesehatan masyarakat
(public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-
sama dalam satu organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, dan sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
b. Pelayanan kedokteran, termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical
service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (soslo practice) atau
secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

3. Syarat pokok pelayanan kesehatan,


Secara konsep suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila, memenuhi syarat- syarat
berikut:

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 16


a. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous), artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
b. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate), artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan
mesyarakat, serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
c. Mudah dicapai (accessible), artinya untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan
yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak
ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
d. Mudah dijangkau (affordable), artinya untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti
itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik.
e. Bermutu (quality) adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik serta standard yang telah ditetapkan.

4. Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan


Secara prinsip suatu pelayanan kesehatan dikatakan telah memberikan pelayanan secara
prima apabila telah memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mengutamakan pelanggan artinya suatu prosedur pelayanan disusun demi kemudahan dan
kenyamanan pelanggan, bukan untuk memeperlancar pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita
memiliki pelanggan eksternal dan internal, maka harus ada prosedur yang berbeda, dan terpisah
untuk keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung maka harus
dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan utamakan pelanggan tak
langsung.
b. Sistem yang efektif artinya proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata (hard
system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi.
Perpaduan tersebut harus terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang berlangsung dengan tertib
dan lancar dimata para pelanggan.
c. Melayani dengan hati nurani (soft system), artinya ketika petugas kesehatan bertatap
muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani,
perilaku yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi
pelayan. Keaslian perilaku hanya dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
d. Perbaikan yang berkelanjutan, artinya semakin baik mutu pelayanan akan
menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 17


semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin meluas dan beragam, maka sebagai pemberi jasa
harus mengadakan perbaikan terus menerus.
e. Memberdayakan pelanggan artinya petugas hendaknya menawarkan berbagai jenis layanan
kesehatan yang dapat digunakan sebagai sumberdaya atau perangkat tambahan oleh pelanggan
untuk menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.

D. SISTEM PELAYANAN RUJUKAN KESEHATAN INDONESIA

Sistem pelayanan rujukan kesehatan di Indonesia meliputi pelayanan rujukan yang berupa:

1. Jenis rujukan pelayanan kesehatan


a. Pelayanan kesehatan dasar, pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas,
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja puskesmas
selain rumah sakit.
b. Pelayanan kesehatan rujukan, pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan
keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan
rujukan.

2. Sistem Rujukan (Referal System)


Sistem rujukan di Indonesia telah diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun
1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara
unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah
ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:

a. Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.
Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.

b. Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan ini terutama
dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan
pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.

3. Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:


a. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 18


1) Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
b. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer)
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui
dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
c. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan keseahatan (health
provider)
1) Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya
seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama yang terjalin.
3) Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

E. MASALAH PELAYANAN KESEHATAN

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam pelayanan
kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan, yaitu meningkatnya mutu
pelayanan yang dapat dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan, kecacatan, kematian serta
meningkatnya usia harapan hidup rata-rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga mendatangkan
banyak permasalahan diantaranya:

1. Fragmented health services (terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan).


Timbulnya perkotakan dalam pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan munculnya spesialis
dan subspesialis dalam pelayanan kesehatan. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah menyulitkan
masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang apabila berkelanjutan, pada gilirannya akan
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

2. Berubahnya sifat pelayanan kesehatan


Muncul akibat pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak, yang pengaruhnya terutama ditemukan
pada hubungan dokter dengan klien. Sebagai akibatnya, munculnya spesialis dan subspesialis
menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara
menyeluruh. Perhatian tersebut hanya tertuju pada keluhan ataupun organ tubuh yang sakit saja.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 19


Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, tatkala diketahui pada saat ini telah
banyak dipergunakan berbagai alat kedokteran yang canggih, ketergantungan yang kemudian muncul
terhadap berbagai peralatan tersebut, sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan,
diantaranya:
a. Makin regangnya hubungan antara petugas kesehatan (tenaga medis, paramedis, dan
klien) telah terjadi tabir pemisah antara dokter juga perawat dengan klien akibat dari berbagai
peralatan kedokteran yang dipergunakan.
b. Makin mahalnya biaya kesehatan. Kondisi seperti ini tentu mudah diperkirakan akan
menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

1. Pergeseran masyarakat dan konsumen


Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan. Sebagai masyarakat yang memiliki
pengetahuan tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran lebih besar
yang berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan. Akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan meningkat.

2. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru


Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan memadai, namun disisi lain
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang
lebih canggih dan modern.
b. Melambungnya biaya kesehatan.
c. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.

3. Isu legal dan etik


Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka menerima pelayanan kesehatan. Disatu
pihak, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kurang seksama akibat meningkatnya jumlah
konsumen, di sisi lain konsumen memiliki pengertian yang lebih baik mengenai masalah kesehatannya.
Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan kurang manusiawi atau tidak sesuai
harapan, maka persoalan atau dilema hukum dan etik akan semakin meningkat.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 20


4. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat dirasakan oleh orang-
orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, namun bagi klien dengan status ekonomi yang rendah tidak akan mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang paripurna, karena tidak mampu menjangkau biaya pelayanan kesehatan.
Akibatnya masyarakat enggan untuk mencari diagnosis dan pengobatan. Penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan menurun akibat biaya pelayanan yang tinggi dan tidak adanya jaminan bagi masyarakat yang
tidak mempunyai pekerjaan.

5. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada kebijakan tentang
bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang menanggung biaya pelayanan kesehatan.
Tentunya saat ini menjadi kabar baik bagi masyarakat yang kurang mampu dengan adanya kebijakan di
tiap-tiap kabupaten tentang pengobatan gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Namun
demikian, jangan sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut akan mengurangi mutu dari pelayanan
kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak mendapat keuntungan dari program tersebut.

RINGKASAN

Anda telah menyelesaikan Topik 1 tentang “ Sistem Pelayanan Kesehatan”. dengan demikian
Anda sebagai perawat harus memahami tentang makna dan ensensi yang terkadung dalam materi
tersebut sebagai pegangan dan landasan Anda dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Hal-hal penting yang telah anda pelajari dalam Topik 1 ini adalah sebagai berikut:
1) Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling
berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi suatu
kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat pada
setiap saat yang dibutuhkan (WHO,1984).
2) Pengertian sistem banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting
adalah:
a) Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu
yang telah ditetapkan.
b) Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran
yang diinginkan secara efektif dan efisien.
c) Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang
berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 21


3) Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud
dalam Pembukaan UUD 1945.
4) Landasan SKNadalah sama dengan landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih
spesifik landasan tersebut adalah Landasan idiil yaitu Pancasila dan Landasan konstitusional yaitu
UUD 1945,
5) Prinsip dasar SKN adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah
dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak dalam
penyelenggaraan SKN. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi: perikemanusiaan, hak asasi
manusia, adil dan merata, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, kemitraan, pengutamaan
dan manfaat, tata kepemerintahan yang baik.
6) Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna,
sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.
7) Konsep Sistem Pelayanan Kesehatan adalah membantu menyiapkan, menyediakan dan
memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
8) Secara konsep suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila, memenuhi syarat-
syarat berikut: tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous), dapat diterima
(acceptable) dan bersifat wajar (appropriate), mudah dicapai (accessible), mudah dijangkau
(affordable), bermutu (quality), melayani dengan hati nurani (soft system), perbaikan yang
berkelanjutan, memberdayakan pelanggan.
9) Sistem pelayanan rujukan kesehatan di Indonesia meliputi pelayanan rujukan yang berupa:
a) Pelayanan kesehatan dasar, pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan pelayanan lainnya di wilayah
kerja puskesmas selain rumah sakit.
b) Pelayanan kesehatan rujukan, pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit.
Pelayanan keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun
pelayanan kesehatan rujukan.
10) Sistem rujukan di Inodenesia telah diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No.32 tahun
1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 22


11) Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam
Sistem Kesehatan Nasional, yaitu: rujukan kesehatan dan rujukan medis.

TES 1

Petunjuk:
Bacalah setiap butir soal berikut ini dengan cermat dan kerjakanlah terlebih dahulu butir soal yang
menurut Anda relatif lebih mudah. Usahakanlah untuk mengerjakan semua butir soal Test 1. Waktu yang
disediakan adalah 20 menit. Apabila masih tersisa waktu, periksalah kembali lembar jawaban Anda,
apakah masih ada butir soal yang belum terjawab, selamat mengerjakan Test 1 dan sukses bagi Anda.

1) Kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam
suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi suatu kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan,
merupakan definisi dari ….
A. Sistem pelayanan
B. Sistem kesehatan
C. Sistem kebutuhan
D. Sistem keluarga atau masyarakat

2) Pernyataan berikut merupakan masalah yang sering terkait dengan sistem pelayanan kesehatan
di Indonesia adalah …..
A. Sumber daya manusia
B. Sarana prasana kesehatan
C. Sumber daya alam
D. Masalah kebijakan

3) Suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 merupakan definisi dari ….
A. Sistem pelayanan kesehatan
B. Sistem kesehatan nasional
C. Sistem tata kelola negara
D. Tujuan pembangunan kesehatan

4) Landasan idiil sistem kesehatan nasional negara Indonesia, adalah …..


A. Pancasila
B. UUD 1945

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 23


C. Pembukaan UUD 1945
D. Burung Garuda Pancasila

5) Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada manusiaan yang dijiwai, digerakkan dan


dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hal ini sesuai dengan
prinsip ….
A. Perikemanusiaan B.
Hak Asasi Manusia C.
Adil dan Merata
D. Pemberdayaan

6) Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi setiap orang, sesuai dengan prinsip …..
A. Perikemanusiaan
B. Hak Asasi Manusia
C. Adil dan Merata
D. Pemberdayaan

7) Penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip terwujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sesuai dengan prinsip….
A. Perikemanusiaan B.
Hak Asasi Manusia C.
Adil dan Merata
D. Pemberdayaan

8) Semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta
keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. Ini merupakan prinsip
dari pelayanan kesehatan ….
A. Tersedia (available)
B. Dapat diterima (acceptable) C.
Mudah dicapai (accessible)
D. Mudah dijangkau (affordable)

9) Suatu pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat,adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat
tidak wajar, ini merupakan prinsip dari pelayanan kesehatan ….
A. Tersedia (available)
B. Dapat diterima (acceptable)

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 24


C. Mudah dicapai (accessible)
D. Mudah dijangkau (affordable)

10) Jika pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara
itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini
bertentangan dengan prinsip pelayanan kesehatan dari prinsip ….
A. Tersedia (available)
B. Dapat diterima (acceptable) C.
Mudah dicapai (accessible)
D. Mudah dijangkau (affordable)

11) Jika pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja bukanlah kesehatan yang baik. Hal ini bertentangan dengan prinsip pelayanan kesehatan dari
prinsip ….
A. Tersedia (available)
B. Dapat diterima (acceptable) C.
Mudah dicapai (accessible)
D. Mudah dijangkau (affordable)

12) Rujukan yang dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan
dan terbagi menjadi tiga macam seperti rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional
disebut sebagai ….
A. Rujukan kesehatan
B. Rujukan medis
C. Rujukan pencegahan
D. Rujukan rehabilitasi

13) Rujukan yang berhubungan atau dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit dan macamnya
ada tiga seperti rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan- bahan pemeriksaan
disebut sebagai ….
A. Rujukan kesehatan
B. Rujukan medis
C. Rujukan pencegahan
D. Rujukan rehabilitasi

14) Manfaat sistem rujukan di tinjau dari unsur masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan
adalah ….
A. Tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan setiap sarana kesehatan
B. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan
C. Memudahkan pekerjaan administrasi

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 25


D. Meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang

15) Manfaat sistem rujukan ditinjau dari unsur pemerintah atau pembentuk pelayanan kesehatan
yaitu ….
A. Terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia. B.
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.
C. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan
D. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan klien.

TUGAS MANDIRI

Berikut ini diberikan soal-soal tugas. Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak
di dalam Bab). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Selamat anda sudah berhasil
menyelesaikan semua tugas dari setiap Topik pada Bab ini.

Soal-soal Tugas Mandiri


Jawablah soal tugas di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1) Jelaskan sistem pelayanan kesehatan!
2) Jelaskan sistem kesehatan nasional!
3) Jelaskan konsep sistem pelayanan kesehatan di Indonesia!
4) Jelaskan pelayanan rujukan kesehatan di Indonesia!
5) Jelaskan masalah-masalah pelayanan kesehatan!
6) Jelaskana faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan!

Bagaimana jawaban Anda? Tentunya soal-soal tadi sudah selesai Anda kerjakan. Jika belum, cobalah
pelajari kembali materi yang masih kurang Anda pahami dan jangan lupa kerjakan soal tugas yang
belum selesai Anda kerjakan. Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, diskusikan
dengan fasilitator anda.
Bagaimana hasil jawaban Anda? Semoga semua jawaban Anda benar. Nah, Selamat
atas keberhasilan Anda. Apabila belum sepenuhnya berhasil Anda pelajari kembali materi pembelajaran
Topik 1, terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah itu, cobalah kerjakan kembali
soal tugas Topik 1. Semoga kali ini Anda dapat menyelesaikannya dengan benar.

TOPIK 3. SISTEM PELAYANAN KEPERAWATAN

Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan
tolok ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme
perawat pelaksana maupun perawat pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan
keperawatan kepada pasien. Kontribusi yang optimal dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas akan terwujud apabila sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan mendukung
terjadinya praktik keperawatan profesional dan berpedoman pada standar yang telah ditetapkan serta
dikelola oleh manajer dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai.
Perawatan kesehatan diberikan dalam tiga tingkatan yaitu: perawatan primer, perawatan sekunder
atau akut dan perawatan tersier. Setiap tingkat mempunyai struktur untuk mengatur dan memberi
pelayanan kesehatan.

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 26


1. Tingkat Pelayanan Keperawatan Kesehatan
Perawat mempunyai tanggung jawab yang penting untuk memberikan perawatan pada klien dalam
seluruh tingkat dan untuk menentukan tindakan pencegahan. Tingkat pelayanan kesehatan dan tingkat
pencegahan ditentukan sebagai berikut:

a. Perawatan Primer
Perawatan primer melibatkan klien secara langsung dan biasanya merupakan kontak awal dengan
pemberi perawatan primer, misalnya dokter atau perawat. Perawatan primer berfokus pada deteksi dini
dan perawatan rutin. Pelayanan perawatan primer harus dapat diakses atau dijangkau dengan mudah oleh
klien. Tempat-tempat pelayanan primer misalnya

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi 27


praktik dokter, klinik-klinik yang dikelola oleh perawat, dan tempat-tempat pelayanan kesehatan
kerja.

b. Perawatan Sekunder
Perawat sekunder mencakup pemberian pelayanan medis khusus oleh dokter spesialis atau oleh
rumah sakit yang dirujuk oleh atau perawat primer. Klien mengalami tanda dan gejala yang dikenali baik
tanda maupun gejala yang masih bersifat diagnosa atau yang memerlukan tindakan diagnosa lebih lanjut.

c. Perawatan Tersier
Perawatan tersier adalah suatu tingkat perawatan yang memerlukan spesialisasi dan teknik yang
tinggi utnuk menentukan diagnosa dan mengobati masalah kesehatan yang rumit atau masalah
kesehatan yang tidak biasa terjadi.

2. Tingkat Pencegahan Keperawatan Kesehatan


Selaian ada tingkat pelayanan keperawatan, ada pula tingkatan pencegahan yang membantu
menjelaskan perilaku sehat klien pada beberapa tingkat pencegahan yang berbeda-beda seperti berikut:

a. Pencegahan keperawatan Primer


Pencegahan keperawatan primer adalah tindakan yang ditunjukan untuk meningkatkan
kesehatan dan melindungi dari penyakit. Pencegahan primer dilaksanakan sebelum penyakit
menimbulkan tanda dan gejala.

b. Pencegahan keperawatan Sekunder


Pencegahan keperawatan sekunder adalah tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan klien yang mengalami masalah kesehatan, komplikasi atau kecacatan. Pencegahan sekunder
dilaksanakan selama periode patogenesis setelah penyakit menunjukan tanda dan gejala.

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah tindakan pencegahan yang berhubungan dengan rehabilitasi dan
cara mengembalikan klien kepada status fungsi yang maksimal dalam keterbatasan yang diakibatkan oleh
penyakit dan ketidakmampuan. Tingkat pencegahan ini terjadi setelah suatu penyakit menyebabkan
kerusakan yang luas, misalnya penyakit stroke.

3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha pemulihan seseorangn untuk mencapai fungsi normal atau mendekati
normal setelah mengalami sakit fisik atau mental, cedera atau penyalahgunaan zat kimia atau NAPZA.
Pelayanan rehabilitasi mengawali masuknya klien ke dalam sistem pelayanan kesehatan, pada awalnya
rehabilitasi berfokus pada pencegahan komplikasi yang berhubungan dengan penyakit dan cedera yang
dialami
4. Perawatan berkelanjutan
Pelayanan keperawatan berkelanjutan memberikan perawatan suportig yang terus menerus
untuk klien dengan masalah kesehatan kronik dan berjangka panjang. Perawatan ini terdiri dari
pelayanan yang diberikan kepada klien dengan cacat fisik dan penyakit mental. Klien dan keluarga
diberikan berbagai alternatif yang memungkinkan klien tetap tinggal dirumah. Klien akan menerima
terapi secara terus menerus dan dapat kembali kerumhnya.

C. UNIT PELAYANAN PERAWATAN KESEHATAN

Pelayanan perawatan diberikan dalam berbagai tempat pelayanan kesehatan, adanya sistem
reformasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, menyebabkan rumah sakit hanya sedikit klien
yang dirawat atau diterima di rumah sakit. Menyebabkan munculnya unit-unit atau lembaga pelayanan
kesehatan dan keperawatan, seperti:
1. Unit Rawat Jalan.
Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan unik klinik yaitu memberikan pelayanan kesehatan
dengan cara rawat jalan. Dimana klien setelah mendapat pengobatan atau perwatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi klien diperbolehkan untuk pulang dan tidak harus tinggal di rumah sakit.

2. Unit Klinik
Klinik dapat berbentuk suatu kelompok praktik dokter, klinik rawat jalan yang dikelola oleh
perawat atau lembaga pelayanan masyarakat yang menyediakan pelayanan kesehatan tertentu. Pelayanan
kesehatan yang diberikan di klinik dalam melaksankan peran praktik yang lebih ahli menggabungkan
pengetahuan keperawatan dan kedokteran dalam suatu perspektif perawatan yang berpusat pada klien.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan dan perawatan
diri. Contohnya, klien yang menderita penyakit kronik harus bekerja sama dengan keluarga agar mereka
dapat mengelola atau merawat penyakit yang dideritanya.

3. Unit Rawat Inap


Pada unit rawat inap fasilitas perawatan lebih luas dan lengkap, bentuk pelayanan yang
diberikan adalah pelayanan rawat inap dimana klien diterima masuk dan tinggal di dalam suatu institusi
untuk penentuan diagnosa, pengobatan dan atau rehabilitasi. Klien biasanya yang datang menderita
penyakit akut dan memerlukan pelayanan kesehatan tersier yang khusus dan komprehensif. Pelayanan
yang diberikan pun biasanya bervariasi.
D. KLIEN DALAM SISTEM PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN

1. Cara masuk ke dalam sistem pemberian perawatan


Bagaiaman klien dapat masuk ke dalam sistem pemberian pelayanan keperawatan, ada tiga
cara yang paling umum agar klien bisa masuk ke dalam sistem pelayanan keperawatan, adalah:

a. Masuk dengan rujukan dari seorang anggota tim kesehatan


Klien masuk kedalam sistem pelayanan dengan rujukan dari seorang anggota tim kerena
mengalami masalah yang akut dan potensi mengancam kehidupannya, misalnya nyeri dada yang
berat, atau mengalami masalah yang kurang mengacam kehidupan, seperti kemerahan pada kulit karena
alergi atau iritasi yang sebelumnya tidak ada.

b. Masuk saat klien mempunyai kebutuhan kesehatan tertentu atau keinginan sendiri
Klien dapat masuk ke dalam sitem pelayanan karena keinginan sendiri untuk mendapatkan
kebutuhan tertentu. Contoh klien mencari pelayanan kesehatan karena ingin mengobati penyakit yang
dideritanya, seperti nyeri tenggorokan, nyeri perut dll. Klien ini akan masuk ke sistem pelayanan
kesehatan ke tingkat primer. Pada situasi lain seorang klien menderita patah tulang setelah mengalami
kecelakaan, dia masuk ke sistem pelayanan ini ke dalam sistem pelayanan ke tingkat tersier yaitu melalui
ruang gawat darurat rumah sakit.

c. Masuk karena sehubungan denga sumber keuangan


Cara masuk klien ke sistem pelayanan kesehatan mungkin dipengaruhi oleh masalah keuangan atau
sumber keuangan, contoh, seorang yang mempunyai sumber keuangan yang cukup atau memiliki asuransi
kesehatan akan segera masuk ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan atau berobat untuk
mengobati penyakit yang dideritanya. Pada sisi lain ada seorang klien yang harus menunggu beberapa
lama sampai mempunyai sumber keuangan yang cukup untuk memeriksa atau mengobati penyakitnya
karena tidak memiliki sumber keuangan yang cukup dan tidak memiliki asuransi.

d. Masuk karena rujukan dari atasannya atau rujukan dari masyarakat


Pada situasi yang kurang akut perawat atau anggota masyarakat sering memberikan rujukan
kepada klien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada institusi rumah sakit yang lebih besar dan
lengkap untuk mendapatkan pelayanan yang lebih akurat karena alasan sarana dan prasarana rumah sakit
yang belum ada atau belum lengkap atau memadai.

2. Hak klien dalam sistem pemberian perawatan


Klien yang masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan mempunyai hak-hak tertentu. Pada
umumnya semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Akan tetapi, ketika
mereka masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan, seseorang akan berubah menjadi klien dan
mempunyai hak-hak tertentu dalam sistem tersebut. Klien
mempunyai hak untuk menentukan jenis pelayanan kesehatan yang harus tersedia untuk kebutuhan
saat ini dan yang akan datang.
Hak-hak klien yang berkaitan dengan sistem pemberian perawatan kesehatan, sebagai berikut :

a. Hak mendapatkan perawatan yang berkualitas


Kualitas pelayanan harus menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh klien. Dalam rangka
penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit, maka kualitas pelayanan keperawatan tidak dapat
ditawar lagi. Di tempat-tempat perawatan akut, perhatian utama berfokus bagaimana untuk memulangkan
klien secepat mungkin. Dengan waktu rawat yang dipersingkat, waktu perawat untuk merawat klien
menjadi sangat penting.
Selain itu, sebagai usaha untuk mengurangi biaya perawatan, maka pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, lembaga keperawatan harus
proaktif untuk menekankan pada pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas dan
mengharuskan tercapainya hasil pelayanan kesehatan yang baik.

b. Hak di dalam sistem pemberian perawatan


Semua klien yang berada dalam sistem pemberian perawatan mempunyai hak untuk dilibatkan
dalam setiap perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Hak-hak yang dimiliki oleh
klien dalam sistem pemberian perawatan sebagai berikut.
1) Hak mendapatkan informasi yang berkaitan dengan diagnosa dan pengobatan yang
dilakukan.
2) Hak memperoleh informasi tentang biaya pelayanan dan perawatan yang
berkelanjutan.
3) Hak untuk menolak prosedur dan diagnosa apapun.
4) Hak mendapatkan informasi dan privasi pada saat klien sedang menerima pelayanan kesehatan.
5) Hak legal klien yang spesifik adalah persetujuan tindakan (informed consent).

E. ISSUE PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN

Pemberian perawatan kesehatan, adalah suatu cara untuk memberi pelayanan kesehatan kepada
klien yang sedang mengalami perubahan sebagai respon terhadap berbagai issue penting dalam pelayanan
kesehatan. Issue yang sekarang ini berkembang adalah terjadi perpindahan oreintasi pelayanan kesehatan
telah berubah yang semula orientasi pelayanan diarahkan kelayanan rawat inap sekarang lebih banyak
diberikan pada instalansi rawat jalan.
Rumah sakit sekarang sedang mencari cara baru memberikan pelayanan yang
bertujuan untuk mencapai efisiensi dan waktu rawat yang lebih pendek. Perhatian yang lebih besar
diberikan pada perlunya pelayanan preventif, dimana institusi memberikan
pelayanan yang membantu individu dan keluarga untuk mempertahankan kesehatan atau mendeteksi
penyakit pada tahap dini.
Pemberian pelayanan diarahkan dan melibatkan peran serta masyarakat, pendidikan kesehatan
diarahkan kepada kesadaran pada masyarakat bahwa timbulnya penyakit erat kaitanya dengan perilaku
masyrakat, terutama perilaku-perilaku yang tidak sehat yang dapat menimbulkan masalah penyakit di
masyarakat, contohnya: membuang sampah di sembarang tempat, pengelolaan limbah rumah tangga
yang tidak baik, merupakan sarang terjadinya wabah penyakit di masyarakat.
Di tengah banyaknya perubahan yang terjadi diharapkan keperawatan muncul sebagai
pemimpin untuk mengembangkan berbagai strategi perawatan baru yang dapat mempengaruhi
pemberian pelayanan kesehatan sehingga perubahan dapat dilakukan dengan tepat untuk menciptakan
cara yang lebih baik dalam pemberian pelayanan keperawatan dan untuk mengembangkan berbagai peran
baru dari keperawatan.

F. INOVASI DALAM PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN

Pelayanan keperawatan mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pelayanan kesehatan kepada klien. Reformasi pelayanan kesehatan memberikan kesempatan pada
perawat untuk memperluas mengembangkan konsep-konsep dan model keperawatan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan lebih berkualitas dan lebih baik, sehingga menjamin hasil yang lebih sehat
bagi klien dan keluarganya.
Berbagai inovasi telah di kembangkan oleh perawat-perawat dan konsep dan teori keperawatan
dan telah diterapkan pada tatanan klinik keperawatan dalam bentuk pengembangan model asuhan
keperawatan, seperti pengembangan manejemen asuhan keperawatan terpadu, manajemen kasus,
menejemen asuhan keperawatan yang berfokus pada klien, metode fungsional, metode keperawatan tim,
dan metode keperawatan primer.

1. Asuhan Terpadu
Asuhan terpadu adalah sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan memberikan asuhan yang
efektif-biaya dan berkualitas yang berfokus pada penurunan biaya dan perbaikan hasil untuk
kelompok klien. Perawatan klien direncanakan secara cermat sejak kontak awal hingga penetapan
kesimpulan masalah keperawatan tertentu. Dalam asuhan terpadu penyedia layanan keperawatan dan
institusi kesehatan berkolaborasi memberikan asuhan yang paling tepat dan paling efektif dengan biaya
serendah mungkin.

2. Manajemen Kasus
Menajemen kasus menggambarkan serangkaian model yang digunakan untuk mengintegrasikan
layanan kesehatan bagi individu atau kelompok. Secara umum manajemen kasus melibatkan tim
multidisiplin yang mengemban tanggungjawab kolaboratif untjuk menrencanakan, mengkaji kebutuhan
dan mengoordinasi, mengimplementasi dan
mengevaluasi perawatan untuk sekelompok klien sejak pertama kali masuk rumah sakit sampai
pulang atau pindah dan saat pemulihan.

3. Perawatan yang Berfokus pada Klien


Perawatan yang berfokus pada klien adalah model pemberian pelayanan keperawatan dengan
memberikan semua layanan dan penyedia layanan kepada klien.

4. Metode Kasus
Metode kasus juga disebut perawatan total, adalah salah satu model keperawatam yang
dikembangkan paling awal. Metode ini berpusat pada klien, satu orang perawat ditugaskan dan
bertanggung jawab memberikan asuhan yang komprehensif terhadap sekelompok klien selama satu sief
(8–12 jam). Untuk tiap klien, perawat mengkaji kebutuhan, membuat rencana asuhan,
merumuskan diagnosa, mengimplementasikan asuhan dan mengevaluasi efektivitas asuhan. Dalam
metode ini seorang klien memiliki kontak yang konsisten dengan satu perawat selama satu sief, tetapi
dapat memiliki perawat yang berbeda pada sief yang lain.

5. Metode Fungsional
Metode keperawatan yang berfokus pada penyelesaian tugs (misal merapikan tempat tidur,
menyuntik, dan mengukur tanda-tanda vital). Sistem pedekatan metode ini, perawat dengan bekal
pendidikan sedikit/rendah lebih sedikit dibanding perawat profesional. Metode ini berlandaskan pada
model produksi dan efesiensi yang memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadap seseorang yang
memberi tugas.

6. Keperawatan Tim
Keperawatan tim adalah pemberian asuhan keperawatan perorangan untuk klien oleh tim yang
dipimpin oleh seorang perawat profesional. Tim keperawatan terdiri dari Ns, perawat praktik yang
memiliki izin. Tim ini bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi kepada
sekelompok klien.

7. Keperawatan Primer
Keperawatan primer adalah sistem yang didalamnya perawat bertanggung jawab atas perawatan
total sejumlah klien selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Metode ini adalah metode pemberian asuhan
yang komprehensif, individual dan konsisten. Keperawatan primer menggunakan pengetahuan teknis
dan keterampilan manajemen keperawatan. Perawat primer mengkaji dan memprioritaskan kebutuhan
tiap-tiap klien, dan megidentifikasi diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan bersama klien, dan
mengevaluasi efektivitas asuhan.
TES 2

Petunjuk:
Bacalah setiap butir soal berikut ini dengan cermat dan kerjakanlah terlebih dahulu butir soal yang
menurut Anda relatif lebih mudah. Usahakanlah untuk mengerjakan semua butir soal Test 2. Waktu yang
disediakan adalah 20 menit. Apabila masih tersisa waktu, periksalah kembali lembar jawaban Anda,
apakah masih ada butir soal yang belum terjawab, selamat mengerjakan Test 2 dan sukses bagi Anda.

1) Tingkat perawatan yang melibatkan klien secara langsung dan biasana merupakan kontak
awal dengan pemberi perawatan primer, misalnya dokter atau perawat. Yang berfokus pada deteksi
dini dan perawatan rutin disebut ….
A. Perawatan primer
B. Perawatan sekunder
C. Perawatan Tersier
D. Perawatan berkelanjutan

2) Tingkat perawatan yang mencakup pemebrian pelayanan medis khusus oleh dokter spesialis
atau oleh rumah sakit yang masih bersifat diagnosa atau yang memerlukan tindakan diagnosa lebih
lanjut disebut ….
A. Perawatan primer
B. Perawatan sekunder
C. Perawatan Tersier
D. Perawatan berkelanjutan

3) Tingkat perawatan yang memerluka spesialisasi dan teknik yang tinggi utnuk
menentukan diagnosa dan mengobati masalah kesehatan yang rumit atau masalah kesehatan yang
tidak biasa terjadi disebut ….
A. Perawatan primer
B. Perawatan sekunder
C. Perawatan Tersier
D. Perawatan berkelanjutan

4) Tingkat pencegahan perawatan yang ditunjukan untuk meningkatkan kesehatan dan melindungi
dari penyakit sebelum penyakit menimbulkan tanda dan gejala disebut ….
A. Pencegahan primer
B. Pencegahan sekunder
C. Pencegahan tersier
D. Pencegahan berlanjut

5) Tingkat pencegahan perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan klien yang
mengalami masalah kesehatan, komplikasi atau kecacatan dilaksanakan selama periode
patogenesis setelah penyakit menunjukan tanda dan gejala disebut …. A. Pencegahan primer
B. Pencegahan sekunder
C. Pencegahan tersier
D. Pencegahan berlanjut

6) Tingkat pencegahan perawatan yang berhubungan dengan rehabilitasi dan cara


mengembalikan klien kepada status fungsi yang maksimal dalam keterbatasan yang diakibatkan
oleh penyakit dan ketidakmampuan. Tingkat pencegahan ini terjadi setelah suatu penyakit
menyebabkan kerusakan yang luas disebut ….
A. Pencegahan primer
B. Pencegahan sekunder
C. Pencegahan tersier
D. Pencegahan berlanjut

7) Cara klien masuk ke dalam sistem pelayanan dengan rujukan dari seorang anggota tim kerena
mengalami masalah yang akut dan potensi mengancam kehidupannya disebut….
A. Masuk dengan rujukan dari seorang anggota tim kesehatan
B. Masuk saat klien mempunyai kebutuhan kesehatan tertentu atau keinginan sendiri
C. Masuk karena sehubungan denga sumber keuangan
D. Masuk karena rujukan dari atasannya atau rujukan dari masyarakat

8) Cara klien dapat masuk ke dalam sitem pelayanan karena keinginan sendiri untuk
mendapatkan kebutuhan tertentu disebut ….
A. Masuk dengan rujukan dari seorang anggota tim kesehatan
B. Masuk saat klien mempunyai kebutuhan kesehatan tertentu atau keinginan sendiri
C. Masuk karena sehubungan denga sumber keuangan
D. Masuk karena rujukan dari atasannya atau rujukan dari masyarakat

9) Cara masuk klien kesistem pelayanan kesehatan mungkin dipengaruhi oleh masalah keuangan
atau sumber keuangan disebut ….
A. Masuk dengan rujukan dari seorang anggota tim kesehatan
B. Masuk saat klien mempunyai kebutuhan kesehatan tertentu atau keinginan sendiri
C. Masuk karena sehubungan denga sumber keuangan
D. Masuk karena rujukan dari atasannya atau rujukan dari masyarakat

10) Pada situasi yang kurang akut perawat atau anggota masyarakat sering memberikan informasi
kepada klien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada institusi rumah sakit yang lebih besar
dan lengkap disebut ….
A. Masuk dengan rujukan dari seorang anggota tim kesehatan
B. Masuk saat klien mempunyai kebutuhan kesehatan tertentu atau keinginan sendiri
C. Masuk karena sehubungan denga sumber keuangan
D. Masuk karena rujukan dari atasannya atau rujukan dari masyarakat

11) Salah satu model keperawatam yang dikembangkan paling awal. Metode ini berpusat pada klien,
satu orang perawat ditugaskan dan bertanggung jawab memberikan asuhan yang komprehensif
terhadap sekelompok klien selama satu sief (8 – 12 jam), merupakan model ….
A. Metode Kasus
B. Metode Fungsional
C. Keperawatan Tim
D. Keperawatan Primer

12) Metode keperawatan yang berfokus pada penyelesaian tugas dan berlandaskan pada model
produksi dan efesiensi yang memberikan wewenang dan tanggungjawab terhadapat seseorang yang
memberi tugas merupakan model ….
A. Metode Kasus
B. Metode Fungsional
C. Keperawatan Tim
D. Keperawatan Primer

13) Model asuhan keperawatan perorangan untuk klien oleh tim yang dipimpin oleh seorang
perawat profesional, yang bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi
kepada sekelompok klien merupakan model ….
A. Metode Kasus
B. Metode Fungsional
C. Keperawatan Tim
D. Keperawatan Primer

14) Model asuhan keperawatan dengan sistem yang didalamnya perawat bertanggung jawab atas
perawatan total sejumlah klien selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, merupakan model ….
A. Metode Kasus
B. Metode Fungsional
C. Keperawatan Tim
D. Keperawatan Primer

15) Model asuhan keperawatan dengan metode pemberian asuhan yang komprehensif, individual dan
konsisten. Dimana perawat mengkaji dan memprioritaskan kebutuhan tiap-tiap klien, dan
megidentifikasi diagnosa keperawatan, menyusun rencana asuhan bersama klien, dan mengevaluasi
efektivitas asuhan, merupakan model ….
A. Metode Kasus
B. Metode Fungsional
C. Keperawatan Tim
D. Keperawatan Primer

TUGAS MANDIRI

Berikut ini diberikan soal-soal tugas. Anda diminta mengerjakan di lembar kertas tersendiri (tidak di
dalam Bab). Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, Selamat anda sudah berhasil
menyelesaikan semua tugas dari setiap Topik pada Bab ini.

Soal-soal Tugas Mandiri


Jawablah soal tugas di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1) Jelaskan sistem pelayanan kesehatan!
2) Jelaskan sistem kesehatan nasional!
3) Jelaskan konsep sistem pelayanan kesehatan di Indonesia!
4) Jelaskan pelayanan rujukan kesehatan di Indonesia!
5) Jelaskan masalah-masalah pelayanan kesehatan!
6) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan!

Bagaimana jawaban Anda? Tentunya soal-soal tadi sudah selesai Anda kerjakan. Jika belum, cobalah
pelajari kembali materi yang masih kurang Anda pahami dan jangan lupa kerjakan soal tugas yang belum
selesai Anda kerjakan. Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, diskusikan dengan
fasilitator anda.

Pengertian Profesi

Wilensky (1964)

Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan dengan badan ilmu
(body of knowledge) sebagi dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapiu banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik denganj
focus utama pada pelayanan (altruism).

184
Schein E. H (1962)

Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma tertentu dan berasal
dari perannya yang khusus di masyarakat.

Hamid A. Y (1996)

Profesi merupakan pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan
golongan atau kelompok tertentu

DeYoung (1985)

Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 elemen yang memiliki dasar ilmu yang kuat,berorientasi pada
pelayanan,mempunyai otoritas,memiliki kode etik,mempunyai organisasi profesi,melakukan penelitian secara
terus menerus serta memiliki otonomi.

Ciri – Ciri Profesi

Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi (occupation) meskipun keduanya
sama – sama melakukan pekerjaan tertentu.

Profesi mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah kerja keilmuannya
(Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus – menerus, dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal melalui perundang –
undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar pendidikan dan
pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan pareturan –
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.


2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara terus – menerus.
3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
4. Lulus dari pendidikan tinggi.
5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas, dan fungsi.
6. Mwmiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.

Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

Menurut Prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri – ciri sebagai berikut.

1. Memberi pelayanan/asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan keterampilan
serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga diharapkan mempu untuk:
1. bersikap profesional,
185
2. mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional,
3. memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan
4. menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikur sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang
kesehatan, yaitu:
1. Sistem pelayanan/asuhan keperawatan,
2. Pendidikan/pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut,
3. Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan
registrasi/legislasi), dan
4. Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dean teknologi.

Dengan melihat sebagai definisi, ciri, dan kriteria profesi yang telah disebutkan di atas maka dapat dianalisis
bahwa keperawatan di Indonesia saat ini telah:

1. Memiliki badan ilmu dan telah diakui secara undang – undang oleh pemerintah Indonesia melalui UU
No. 23 Tahun 1992 tentang kesahatan.
2. Memiliki institusi pendidikan jenjang perguruan tinggi, yakni AKPER/DIII Keperawatan, DIV
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan (S1), dan Program Pasca Sarjana Keperawatan (S2).
3. Memiliki kode etik keperawatan, standar profesi, standar praktik keperawatan, standar pendidikan
keperawatan, dan standar asuhan keperawatan.
4. Memiliki legislasi keperawatan (sedang diproses menjadi undang – undang).
5. Memiliki organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indinesia (PPNI).
6. Memberikan asuhan keperawatan secara mandiri menggunakan pendekatan proses keperawatan.
7. Melaksanakan riset keperawatan.

POLA HUBUNGAN KERJA PERAWAT (HASYIM, DKK, 2012)


Kolaborasi adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja
sama yang dilakukan pihak tertentu.
Menurut Jonathan (2004) kolaborasi adalah proses interaksi diantara beberapa orang yang
berkesinambungan. Dalam praktek keperawatan, kolaborasi dapat diartikan hubungan kerja sama antara
perawat dengan tim kesehatan lain untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada pasien.
Perawat dan tim kesehatan bekerja saling ketergantungan dalam batasbatas lingkup praktek dengan
berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap
perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan kepuasaan pada pasien. Kepuasaan pada pasien
dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi
kelancaran komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien. Hal ini berarti, pelayanan kesehatan
bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja melainkan juga erorientasi pada
komunikasi yang sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.
1. Hubungan kerja perawat dengan pasien
Pasienadalah focus dariupayaasuhankeperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai salah satu komponen
tenaga kesehatan. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pancapaia tujuan klien. Dalam hubungan itu, perawat
menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang efektif .Dasar hubungan antara
perawat dengan pasien adalah hubungan yang saling menguntungkan (mutual minity).
Hubungan yang baik antara perawat dan pasien terjadi apabila:
a. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dan pasien
186
b. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut, salah satunya hak untuk menjaga privasi pasien
c. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain kelemahan
fisik dan ketidakberdayaan
d. Perawat harus memahami keberadaan pasien atau klien sehingga dapat bersikap sabar
dan tetap memperhatikan pertimbangan etis dan moral
e. Dapat bertanggungjawab dan bertanggung gugat atas segala resiko yang mungkin
timbul selama pasien dalam perawatan
f. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai
pribadinya dan nilai pribadi pasien dengan cara membina hubungan yang baik antara
pasien, keluarga dan teman.
2. Hubungan kerja perawat dengan sejawat
Perawat dalam menjalankan tugasnya harus dapat membina hubungan baik dengan
semua perawat yang berada di lingkungan kerjanya.Dalam membina hubungan tersebut,
sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi agar
tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci.
Perawat dan teman sejawat selalu menunjukkan sikap memupuk rasa perandaan dengan
silih asuh, silih asih, silih asah.
a. Silih asuh artinya sesama perawat diharapkan saling membimbing, menasihati,
menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan.
b. Silih asih artinya setiap perawat dalam menjalankan tugasnya diharapkan saling
menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai anggota profesi, saling
bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan
yang dapat membuat sikap saling curiga dan benci.
c. Silih asah artinya perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan
diharapkan membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesama perawat tanpa
pamrih.
3. Hubungan kerja perawat dengan profesi lain yang terkait
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja sendiri tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi,
ahli farmasi, tenaga laboratorium, tenaga rontgen dan sebagainya.

Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik
profesi masing-masing.Kelancaran tugas masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya
dalam menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat
terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik etis.
4. Hubungan kerja perawat dengan institusi tempat bekerja
Terbinanya hubungan kerja yang baik antara perawat dengan institusi tempat bekerja,
dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menanamkan nilai dalam diri perawat bahwa bekerja itu tidak sekedar mencari uang,
tapi juga perlu hati yang ikhlas
b. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti bahwa hasil yang diperoleh dari
pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab
akan dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batin.
c. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi
dengan baik sesuai dengan nilai-nilai yang ia miliki.
d. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas
keperawatan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat kerja

187
e. Menjalin kerjasama dengan baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi
kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan
sesuai IPTEK

Latihan
Buatlah diskusi dalam kelompok, anda bertugas mengidentifikasi, permasalahan etika
keperawatan yang pernah anda alami. Ketika anda menjadi seorang pasien atau keluarga pasien, adakah
tindakan-tindakan yang melanggar hak dan kewajiban yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap
anda!
Petunjuk Penyelesaian Tugas
Baca kembali uraian teori di atas dan cermati tentang konsep dasar etika keperawatan,
konsep tentang hak pasien, dan pola hubungan kerja perawat dalam menyelesaikan tugas di
Topik 2 ini.
Ringkasan
1. Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi
moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013). Etika keperawatan berguna sebagai dasar dalam
memberikan pertimbangan-pertimbangan etis ketika perawat dihadapkan pada isu, masalah dan dilema etik.
2. Dalam etika keperawatan, secara sederhana dapat dimaknai bahwa hak adalah tuntutan seseorang
terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
Hal tersebut melekat secara mutlak dalam profesi keperawatan dan dilindungi oleh peraturan
perundang-undangan (legalitas). Pasien juga memiliki hak yang melekat secara mutlak dan harus dipenuhi
oleh perawat, atau rumah sakit tempat ia mendapatkan pelayanan kesehatan.
3. Kewajiban dalam etika keperawatan dapat dimaknai sebagai tanggung jawab seorang
perawat maupun pasien untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilaksanakan
agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan hak-haknya. Kewajiban dapat juga
dikatakan sebagai “pintu muncul”nya hak artinya seorang perawat atau pasien tidak
akan mendapatkan haknya jika ia belum melakukan kewajibannya sebagai seorang
perawat atau pasien.
4. Pola hubungan kerja perawat dalam pelaksanaan praktek profesional mengatur
hubungan antara:
a. Hubungan kerja perawat dengan pasien
b. Hubungan kerja perawat dengan sejawat
c. Hubungan kerja perawat dengan profesi lain yang terkait
d. Hubungan kerja perawat dengan institusi tempat perawat bekerja

Test 2
1) Standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam
pelaksanaan tugasnya disebut:
A. Prinsip Keperawatan
B. Paradigma Keperawatan
C. Etika Keperawatan
D. Kode Etik Keperawatan
2) Dalam membuat keputusan etis ada banyak faktor yang berpengaruh antara lain : nilai
dankeyakinan klien, nilai dan keyakinan anggota profesi lain, nilai dan keyakinan
perawat itu sendiri, serta hak dan tanggung jawab semua orang yang terlibat. Hal
tersebut merupakan salah satu dari…….

188
A. Tujuan etika keperawatan
B. Kegunaan etika keperawatn
C. Fungsi etika keperawatan
D. Prinsip etika keperawatan
3) Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai dengan
kepercayaannya merupakan salah satu dari……
A. Tujuan etika keperawatan
B. Kegunaan etika keperawatan
C. Manfaat etika keperawatan
D. Prinsip etika keperawatan
4) Mendapatkan perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai
standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan salah satu bagian
dari:
A. Kewajiban perawat
B. Hak perawat
C. Kewajiban pasien
D. Hak pasien
5) Tujuan dari pendidikan etika keperawatan menurut National League for Nursing
(NLN)adalah………….
A. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan.
B. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu dan prinsipprinsip etika keperawatan
dalam praktek dan dalam situasi nyata.
C. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktekkeperawatan
D. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola
asuhan keperawatan
6) Ketika anda berdinas sebagai perawat, tiba-tiba salah satu teman pasien menanyakan
penyakit yang diderita oleh pasien yang anda rawat. Anda tidak menjawab pertanyaan
teman pasien anda karena anda sedang menghormati:
A. Kewajiban pasien
B. Kewajiban perawat
C. Hak pasien
D. Hak perawat
7) Seorang pasien menolak dirawat oleh Perawat A, pasien tersebut menilai perawat A kurang cekatan
dalam melakukan tindakan keperawatan. Apa hal mendasar yang perlu
dilakukan perawat A terhadap pasien tersebut:
A. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
B. Membujuk pasien agar tetap mau dirawat oleh Perawat A
C. Menceritakan kepada pasien bahwa perawat A lulusan universitas terkenal
D. Menceritakan kepada pasien bahwa perawat A sering mengikuti beberapa
pelatihan teknis keperawatan
8) Jika anda merasa bahwa anda perlu meningkatkan pendidikan anda, apalagi anda
mengabdi sudah cukup lama pada instansi anda, tetapi anda dihadapkan pada atasan
yang tidak memberikan ijin untuk melanjutkan pendidikan, apakah yang akan anda
lakukan?
A. Anda menghadap secara baik-baik dan meyakinkan atasan bahwa anda akan
tetap kembali mengabdi pada institusi anda
B. Anda tetap berangkat tanpa melapor pada atasan
C. Anda melaporkan atasan anda kepada pejabat yang lebih tinggi

189
D. Anda mogok kerja karena atasan tidak memberikan ijin
9) Suatu hari anda dihadapkan pada seorang pasien yang sangat menuntut perlakuan
istimewa. Pasien tersebut dirawat di kelas III tetapi marah-marah karena kepanasan,
bau dan kotor. Apakah yang anda lakukan dalam menghadapi pasien seperti ini?
A. Menegur balik pasien anda
B. Mengidentifikasi masalah yang ada, melakukan perbaikan fasilitas dan berupaya
memberikan suasana yang nyaman sekalipun di kelas III
C. Menganggapnya sebagai angin lalu yang tidak perlu direspon karena keadaan
tidak bisa diubah
D. Menganjurkan pasien pindah ke ruangan lain
10) Anda adalah perawat yang seharusnya berdinas malam tetapi anda berhalangan datang
dinas dikarenakan tiba-tiba sakit. Apakah tindakan yang akananda lakukan?
A. Anda cukup memberitahu teman anda tanpa perlu melapor atasan
B. Anda memberitahu atasan keesokan harinya
C. Anda tidak perlu memberitahu siapapun
D. Segera melapor pada atasan dan memberitahu rekan anda bahwa anda
berhalangan hadir

Kunci Jawaban Tes


Tes 2
1. A
2. D
3. A
4. D
5. B
6. B
7. C
8. C
9. D
10. B

REFERENSI
1) Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New York. Delmar Cengage
Learning (3)
2) Potter, P.A. & Perry ,A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set) .Edisi Bahasa Indonesia 7
Edition.Elsevier (Singapore) Pte.Ltd. (5)
3) Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and
Practice. New Jersey: Prentice Hall Health. (6)

190
LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 4
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
Mahasiswa mampu tentang
Keperawatan sebagai profesi, peran,
fungsi dan tugas perawat

SKILLS
Fondational literacies EXPERIENCE
4. Literacy
5. Numeracy MINGGU 4
6. Cultural and civic 3) MATERI PERKULIAHAN TENTANG KONSEP KEPERAWATAN SEBAGAI
PROFESI, PERAN, FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT
literacy
4) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
Competency: D. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
6. Crytical thingking E. MASING-MASING KELOMPOK MECARI INFORMASI DAN
7. Problem solving MEMBAHAS KONSEP KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI, PERAN,
8. Creativity FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT
9. Comunication F. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS
10. Collaboration
Caracter cuality:
5. Keingintahuan DATA YANG DIDAPAT:
6. Inisiative A. KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI
7. Tidak mudah B. PERAN, FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT
menyerah
8. Adaptif, leadership
PENELITIAN:
PERAN, FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT

PENGABMAS ;
PERAN, FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT

191
LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 5
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
Mahasiswa mampu tentang
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL

SKILLS
Fondational literacies EXPERIENCE
7. Literacy
8. Numeracy MINGGU 4
9. Cultural and civic 5) MATERI PERKULIAHAN TENTANG STANDAR PROFESI
KEPERAWATAN, SUMBER STANDAR KEPERAWATAN, STANDAR
literacy
PRAKTEK KEPERAWATAN, TUJUAN STANDAR PRAKTEK
Competency: KEPERAWATAN
11. Crytical thingking 6) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
12. Problem solving G. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
13. Creativity H. MASING-MASING KELOMPOK MECARI INFORMASI DAN
14. Comunication MEMBAHAS KONSEP STANDAR PROFESI KEPERAWATAN,
SUMBER STANDAR KEPERAWATAN, STANDAR PRAKTEK
15. Collaboration KEPERAWATAN, TUJUAN STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
Caracter cuality: I. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
9. Keingintahuan AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS
10. Inisiative
11. Tidak mudah
menyerah
DATA YANG DIDAPAT:
A. PENGERTIAN
12. Adaptif, leadership
B. JENIS STANDAR PROFESI KEPERAWATAN
C. SUMBER STANDAR KEPERAWATAN
D. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
E. TUJUAN STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

PENELITIAN:
STANDAR PRATEK KEPERAWATAN

PENGABMAS ;
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

192
LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 6 S/D 7
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns. Lisavina Juwita, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
Mahasiswa mampu tentang
PENERAPAN PRAKTEK
KEPERAWATAN PROFESIONAL

SKILLS
Fondational literacies EXPERIENCE
10. Literacy
11. Numeracy MINGGU 6-7
12. Cultural and civic 7) MATERI PERKULIAHAN TENTANG PENERAPAN PRAKTEK
KEPERAWATAN PROFESIONAL, TANGGUNG JAWAB PERAWAT
literacy
PROFESIONAL
Competency: 8) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
16. Crytical thingking J. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
17. Problem solving K. MASING-MASING KELOMPOK MELAKUKAN ROLE PLAY
18. Creativity PENERAPAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT PROFESIONAL
19. Comunication
20. Collaboration DATA YANG DIDAPAT:
Caracter cuality: F. PENERAPAN PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
13. Keingintahuan G. PENERAPAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT
14. Inisiative
15. Tidak mudah
menyerah
16. Adaptif, leadership
PENELITIAN:
PRAKTEK KEPERAWATAN DAN TANGGUNG JAWAB
PERAWAT PROFESIONAL
PENGABMAS ;
PRAKTEK KEPERAWATAN DAN TANGGUNG JAWAB
PERAWAT PROFESIONAL

193
LEARNING ACTIVITIES
FDK MATA KULIAH: KONSEP DASAR KEPERAWATAN
SEMESTER: 1
PERTEMUAN MINGGU 11 S/D 15
OBJECTIVE Nama Dosen : Ns Ratna Dewi, S.Kep.,M.Kep
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
LO:
Mahasiswa mampu tentang
aspek legal dan etis pada
pengambilan keputusan dalam
konteks keperawatan

SKILLS
Fondational literacies EXPERIENCE
13. Literacy MINGGU 11
14. Numeracy 9) MATERI PERKULIAHAN TENTANG KONSEP ETIKA, ETIKA
15. Cultural and civic KEPERAWATAN, KODE ETIK
literacy 10) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
L. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
Competency:
M. MASING-MASING KELOMPOK MECARI INFORMASI DAN
21. Crytical thingking MEMBAHAS KONSEP ETIKA, ETIKA KEPERAWATAN, KODE ETIK
22. Problem solving N. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
23. Creativity AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAA
24. Comunication MINGGU 12
25. Collaboration 11) MATERI PERKULIAHAN TENTANG ETIKA KEPERAWATAN, KODE
ETIK KEPERAWATAN
Caracter cuality:
12) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
17. Keingintahuan O. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
18. Inisiative P. MASING-MASING KELOMPOK MECARI KASUS DAN ANALISA
19. Tidak mudah KASUS ETIKA UMUM, ETIKA PROFESI KEPERAWATAN DAN KODE
menyerah ETIK KEPERAWATAN
20. Adaptif, leadership Q. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAA

MINGGU 13
13) MATERI PERKULIAHAN TENTANG PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN
14) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
R. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
S. MASING-MASING KELOMPOK MECARI KONSEP PRINSIP ETIK
DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
T. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAA

MINGGU 13
15) PRAKTIKUM KECENDERUNGAN ETIKA KEPERAWATAN
16) PRAKTIKUM PRINSIP ETIK KEPERAWATAN
17) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
U. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
V. MASING-MASING KELOMPOK MELAKUKAN PRAKTIKUM SESUAI
GUIDLINE
W. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAA

194
MINGGU 14
18) KONSEP NILAI, ETIK DAN LEGAL PRAKTEK KEPERAWATAN
19) KONSEP HUKUM DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
20) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
X. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
Y. MASING-MASING KELOMPOK MENDISKUSIKAN KONSEP NILAI,
ETIK DAN LEGAL PRAKTEK KEPERAWATAN, HUKUM DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN
Z. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAS
MINGGU 15
21) KONSEP ASKEP HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
22) KONSEP TANGGUNG JAWAB PROFESI KEPERAWATAN
23) KONSEP REGULASI KEPERAWATAN
24) ANALISA ISU LEGAL DAN TANTANGAN DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN PROFESIONAL
25) PEMAPARAN GEADLINE LEARNING AVTIVITIES;
AA. MAHASISWA DIBAGI MENJADI 4 KELOMPOK
BB. MASING-MASING KELOMPOK MENDISKUSIKAN KONSEP ASPEK
HUKUM PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL, TANGGUNG
JAWAB PROFESI KEPERAWATAN, REGULASI KEPERAWATAN,
ISUE LEGAL DAN TANTANGAN DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL
CC. HASIL INFORMASI DIBUAT ADALAM BENTUK MAKALAH YANG
AKAN DIPRESENTASIKAN DIDEPAN KELAA

PENELITIAN:
ASPEK LEGAL DAN ETIS DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
PROFESIONAL

PENGABMAS ;
PENERAPAN ETIKA KEPERAWATAN PADA MAHASISWA

195
Materi
1. Pengertian Etika Keperawatan
Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai moralitas,
pengakuankewenangan, kepatuhan pada peraturan, etikasosial, loyal pada rekan kerja serta
bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.

Menurut Cooper (1991), dalam Potter dan Perry (1997), etika keperawatan dikaitkan
dengan hubungan antar masyarakat dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang
lain.Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi segala macam masalah
yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan
dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013).Etika keperawatan merujuk pada
standar etik yang menentukan dan menuntun perawat dalam praktek sehari-hari (Fry, 1994).
Misalnya seorang perawat sebelum melakukan tindakan keperawatan pada pasien,
harus terlebih dahulu menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya serta
perawat harus menanyakan apakah pasien bersedia untuk dilakukan tindakan tersebut atau
tidak. Dalam hal ini perawat menunjukkan sikap menghargai otonomi pasien. Jika pasien
menolak tindakan maka perawat tidak bisa memaksakan tindakan tersebut sejauh pasien
paham akan akibat dari penolakan tersebut.

2. Kegunaan Etika Keperawatan

Coba anda bayangkan apabila seorang perawat memaksakan kehendaknya untuk melakukan tindakan
keperawatan terhadap seorang pasien tanpa menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan dilakukannya,
tidak meminta persetujuan terlebih dahulu kepada pasien tersebut, apalagi jika pasien tersebut berasal dari
desa, tidak berpendidikan, sulit berargumentasi dengan perawat, dan tidak mampu menolak tindakan.
Sebagai pasien tentunya ia akan merasa sangat terpaksa menerima perlakuan tersebut dan pasien tidak
berdaya untuk menolak.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika keperawatan adalah

mampu :

a. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktek keperawatan.

b. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktek

keperawatan.

c. Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.

Menurut National League for Nursing (NLN): Pusat Pendidikan keperawatanmilik Perhimpunan Perawat
Amerika, pendidikan etika keperawatan bertujuan:

a. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesikesehatan dan mengerti tentang
peran dan fungsi masing-masing anggota tim tersebut.

b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang berkenaan denganmoralitas, keputusan tentang


baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya.Mengembangkan sikap pribadi dan sikap profesional peserta didik.

c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu dan prinsip-prinsip etika keperawatan
dalam praktek dan dalam situasi nyata.

3. Fungsi Etika Keperawatan


196
Etika keperawatan juga memiliki fungsi penting bagi perawat dan seluruh individu yang

menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan

keperawatan

b. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam

kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan

jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan

c. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam mendidik dan

melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak hanya di rumah sakit tetapi

di luar rumah sakit.

d. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus untuk

meningkatkan kemampuan profesional, integritas dan loyalitasnya bagi masyarakat

luas

e. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan kepribadian

serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya

f. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsif, produktif,

terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa depan sesuai dengan

perannya

Pengertian Kode Etik Keperawatan

Menurut Wijono D.(1999), kode etik adalah asas dan nilai yang berhubungan erat

dengan moral sehingga bersifat normatif dan tidak empiris, sehingga penilaian dari segi etika

memerlukan tolok ukur.

Menurut PPNI (2003), Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan
kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar
profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan.Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh
terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

197
Dengan adanya kode etik, diharapkan para profesional perawat dapat memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik keperawatan
disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini di Indonesia adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI).

Tujuan Kode Etik Keperawatan

Menurut anda, apa sebenarnya tujuan dari kode etik keperawatan? Kode etik bertujuan untuk
memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan menggunakan
model-model moralitas yang konsekuen dan absolut.Menurut Hasyim, dkk, pada dasarnya, tujuan kode etik
keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat
menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman

sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun

dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.

2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi

keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya

3. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam

menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh

institusi maupun masyarakat

4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum

pendidikan keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan

yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan

5. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat

pengguna jasa pelayanan keperawatan akan pentingnya sikap

profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

Kode Etik Keperawatan

Saat ini, kita akan membahas terlebih dahulu tentang Kode Etik Keperawatan di Indonesia

dan di dunia.

1. Kode Etik Keperawatan di Indonesia (PPNI)

Sekarang, kita akan langsung membahas pada pokok-pokok etiknya yaitu:

a. Perawat dan Klien

198
Sebagai seorang perawat tentunya kita akan menghadapi pasien dengan

berbagai suku dan ras serta dengan segala keunikannya. Ada pasien kulit hitam,

pasien kulit putih, beragama Kristen, beragama Islam, tua, muda , kaya, miskin,

wangi, bau, diam, cerewet dan masih banyak segala keunikan pasien yang bisa

ditemui saat perawat merawat pasiennya. Perawat tidak bisa memilih hanya mau

merawat pasien yang muda saja, atau pasien yang kaya saja, atau pasien yang

bersih saja, atau yang pendiam saja. Perawat harus selalu siap sedia melayani

pasien dengan segala keunikannya dan penuh kasih.

Ketika saya menjadi keluarga pasien, saya pernah diperlakukan tidak nyaman

oleh seorang perawat. Hal itu menimbulkan kesan yang tidak begitu baik bagi

saya sampai saat ini.Ingatlah, tentunya kita ingin diingat oleh pasien karena

kebaikan kita bukan karena kejahatan kita. Sebagai keluarga pasien, rasanya saya

ingin balik marah dan mengutuki tetapi itu tidak saya lakukan karena tidak ada

gunanya. Lalu saya pikir, bagaimana dengan keluarga pasien lain yang tidak bisa

menerima diperlakukan tidak baik oleh perawat, mungkin saja ada yang

mengutuki. Anda tinggal memilih, mau menjadi perawat yang diingat

kebaikannya oleh pasien atau perawat yang diingat karena pernah menyakiti

pasien?

Berikut ini hal-hal yang perlu anda perhatikan dalam menjaga hubungan antara

perawat dan klien

rikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan

martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan

kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama

yang dianut serta kedudukan sosial. Artinya perawat tidak pandang bulu dalam

melayani pasiennya.

suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan

199
kelangsungan hidup beragama klien.

asuhan keperawatan.

dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang

berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek

Menurut anda bagaimana rasanya jika anda dirawat oleh perawat yang tidak

terampil, jika ditanya oleh pasien tentang perkembangan penyakit selalu

mengelak dan tidak mampu menjawab? Tentunya sebagai pasien tidak akan

merasa puas dan tidak mau dirawat oleh perawat seperti itu.

Sebagai seorang Perawat tentunya kita harus selalu berupaya meningkatkan

kemampuan diri sebagai perawat agar mampu memberikan yang terbaik bagi

pasien.Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai seorang

perawat terhadap praktek keperawatan.

Latihan

Buatlah diskusi dalam kelompok.Coba perhatikan antara Kode Etik Keperawatan

Indonesia yang disusun oleh PPNI dengan Kode Etik Keperawatan International yang

disusun oleh ANA.Adakah persamaan dan perbedaan diantara keduanya?Identifikasi

perbedaan dan persamaan antara keduanya.

Petunjuk Penyelesaian Tugas

Baca kembali uraian teori di atas dan cermati tentang pengertian kode etik, tujuan, kode etik

keperawatan dan kode etik keperawatan internasional dalam menyelesaikan tugas di Topik 3

ini.

Ringkasan

1. Kode Etik Keperawatan adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai

pedoman perilaku perawat dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan.

Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan

200
tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang

perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik

dapat dihindarkan.

2. Tujuan dari kode etik: mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman

sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun

dengan profesi lain di luar profesi keperawatan; sebagai standar untuk mengatasi

masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi

moral dalam pelaksanaan tugasnya; mendukung profesi perawat yang dalam

menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun

masyarakat; dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat

menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan;

memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan keperawatan

akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek keperawatan.

3. Kode Etik Keperawatan Indonesia terdiri dari mukadimah dan 5 pokok etik yaitu: 1)

perawat & klien; 2) perawat & praktek; 3) perawat dan masyarakat; 4) perawat dan

teman sejawat; 5) perawat dan profesi

Tes 3

1) Daftar perilaku yang mengarahkan individu berperilaku sesuai etika profesi disebut:

A. Sumpah Profesi

B. Kode Etik

C. Janji Kepaniteraan

D. Sumpah Keperawatan

2) Tujuan etika profesi keperawatan:

A. Menginspirasi kelompok berperilaku etik dan menyadari pertimbanganpertimbangan etik dalam


berperilaku.

B. Memberikan penekanan bahwa begitu banyaknya aspek-aspek pertimbangan

etik yang memberikan integritas (sebagai profesi). Standar untuk bertindak

secara etik dalam melakukan praktek.

201
C. Mengindikasikan harapan masyarakat umum dari anggota kelompok profesi.

D. Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat,

kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada

profesi keperawatan.

3) Tetangga anda dirawat oleh anda di rumah sakit tempat anda bekerja. Diagnosa pasien

tersebut adalah HIV/AIDS. Ketika kembali ke rumah, para tetangga mempertanyakan

diagnosa penyakit pasien tersebut. Anda tidak mau memberitahukan penyakit

tetangga anda karena anda menjaga salah satu kode etik yang mengatur:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan praktek

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

4) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat

manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,

kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta

kedudukan sosial. Artinya perawat tidak pandang bulu dalam melayani pasiennya.

Dalam hal ini perawat menjaga salah satu kode etik yang mengatur:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan praktek

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

5) Anda adalah perawat yang berdinas di UGD saat lawan politik anda dilarikan ke UGD

karena kecelakaan lalu lintas. Selama ini anda tidak terlalu bersahabat dengan pasien

karena pandangan politik yang bersebrangan. Saat itu anda berdinas berdua dengan

teman anda. Apakah yang akananda lakukan?

A. Segera menolong pasien tersebut tanpa memperhitungkan perbedaan politik

B. Meminta teman yang menangani pasien tersebut

C. Pura-pura keluar ruangan mengurus yang lain

D. Melakukan pertolongan sekedarnya

202
6) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang adekuat dan

mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,

menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain merupakan salah satu

kode etik yang mengatur hubungan antara:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan praktek

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

7) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal merupakan salah

satu kode etik yang mengatur hubungan antara:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan praktek

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

8) Seorang perawat melakukan kesalahan dalam pemberian transfusi darah. Transfusi

darah yang seharusnya diberikan kepada Pasien A malah diberikan kepada Pasien B.

Hal ini tentunya sangat melanggar kode etik yang mengatur hubungan antara:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan praktek

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

9) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara

kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu

tinggi.merupakan salah satu kode etik yang mengatur hubungan antara:

A. Perawat dengan klien

B. Perawat dengan profesi

C. Perawat dengan masyarakat

D. Perawat dengan teman sejawat

203
10) Bagaimana sikap anda jika rekan sejawat anda melakukan praktek pengobatan

terhadap pasien di rumahnya?

A. Menganjurkan untuk mengurus SIP (surat ijin praktek) keperawatan

B. Membiarkannya dan tidak mau tahu

C. Melaporkan pada Ketua PPNI setempat

D. Turut membantu praktek pengobatan yang dilakukannya

Kunci Jawaban
1. B

2. D

3. A

4. A

5. A

6. B

7. D

8. B

9. B

10. A

REFERENSI :
1. Aiken, T.D. (2004). Legal, Ethical, and Political Issues in Nursing. 2nd Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
(1)
2. Bertens, K. (2002). Etika. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. (2)
3. Daniels. 2010. Nursing Fundamental: Caring & Clinical Decision Making. New York. Delmar Cengage
Learning (3)
4. Franz Magniz S (2002). Etika Dasar, Yogyakarta: Penerbit Kanisius (4)
5. Potter, P.A. & Perry ,A.G. (2010). Fundamental Keperawatan (3-vol set) .Edisi Bahasa Indonesia 7
Edition.Elsevier (Singapore) Pte.Ltd. (5)
6. Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing:Concepts, Process, and Practice.
New Jersey: Prentice Hall Health. (6)
7. Kode Etik Perawat Indonesia (7)
8. Beauchamp TL & Childress JF (1994). Principles of Biomedical Ethics. New York : Oxford University Press.
(8)
9. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
(9)
10. Sistem Kesehatan Nasional dan Pelayanan Keperawatan, Kemenkes RI (10)
11. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (11)
12. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan (12)

204
PraktikumEtika Umum
Pelaksanaan Praktikum
Latihan 1: Identifikasi Sikap
Berikan beberapa contoh tindakan etis dan tindakan tidak etis dalam kehidupan sehari-hari sesuai
format di bawah ini.

No Tindakan Tindakan Tidak Etis


Etis
1 Misalnya: Misalnya:
Meminta ijin jika berhalangan Bolos kerja tanpa memberitahu
masuk kantor atasan

205
2

10

Latihan 2: Kasus
Seorang mahasiswi (T) yang sedang tugas belajar di salah satu institusi pendidikan terkenal menjalin
hubungan berpacaran dengan teman kelasnya yang sudah beristri yaitu (A). Selama berpacaran,
kedua insan tersebut sudah melakukan hubungan seperti suami istri. Sang istri sah (N) sudah
mencium kasus perselingkuhan suaminya dan pernah datang ke kampus untuk melabrak si mahasiswi
tersebut (T), tetapi berhasil digagalkan oleh suaminya (A). A pernah diajak ke kampung T untuk
diperkenalkan dengan keluarga besar T.

206
Latihan
1) Bagaimana pendapat saudara tentang kasus di atas? Apakah kasus tersebut termasuk
hal yang bertentangan dengan etika di masyarakat? Berikan alasan saudara!

207
......................................................................................................................
......................................................................................................................

2) Berikan pendapat saudara, apakah kasus tersebut dinilai hal yang biasa terjadi di jaman
modern ini? Berikan alasan saudara!
......................................................................................................................
......................................................................................................................

3) Menurut saudara, apakah kasus tersebut bertentangan dengan moral, hukum dan
agama? Berikan pendapat saudara!
......................................................................................................................
......................................................................................................................

4) Jika saudara sebagai teman sekelas A dan T dan mengetahui kasus tersebut, apa yang
akan saudara lakukan? Berikan alasan mengapa saudara melakukan hal tersebut!
......................................................................................................................
......................................................................................................................

5) Bagaimana seharusnya A dan T menjaga hubungan sebagai teman sekelas? Apa yang
seharusnya dilakukan oleh A dan T. Berikan pandangan sikap saudara dan alasannya!
Kaitkan dengan prinsip etika, moral, hukum dan agama!
......................................................................................................................
......................................................................................................................

Pelaporan Praktikum
Setelah melakukan praktikum setiap kelompok akan menyusun laporan kegiatan dan mendapatkan
penilaian berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1) Setiap kelompok menuliskan nama ketua dan anggota kelompok, no mahasiswa, nama
mata kuliah pada halaman depan laporan praktikum yang disusun
2) Laporan praktikum diketik dengan komputer dengan menggunakan ukuran kertas A4
huruf Times New Roman ukuran 12
3) Laporan praktikum mencakup setiap pertanyaan dan jawaban yang tepat dari
pertanyaan di atas
4) Laporan praktikum harus memuat minimal 3 sumber pustaka dan 2 sumber internet
5) Laporan disusun mengikuti pedoman penulisan yang ada.

PEDOMAN EVALUASI (PENILAIAN) PRAKTIKUM

No Komponen Yg Dinilai Bobo Score


t Yang
Didapat
208
1. Kesiapan mahasiswa mengikuti praktikum : 15
- Mahasiswa hadir saat pertemuan
- Mahasiswa telah mempunyai bahan kajian
diskusi
2. Ketersediaan bahan praktikum 20
- Alat bahan (jika ada)
- Buku sumber/ materi diskusi

209
3. Keaktifan selama Proses pelaksanaan praktikum : 25
- Mahasiswa antusias mencoba dan
mempraktekkan sesuai petunjuk praktikum
- Mahasiswa mengerjakan Lembar Kerja yang
tersedia
4. Kemampuan mengisi lembar kerja Mahasiswa : 25
- Isian sesuai dengan teori yang ada
- Narasi terisi lengkap sesuai buku sumber
- Terdapat ide kreatifitas dalam narasi
5. Sikap Selama praktikum : 15
- Sopan
- Hadir tepat waktu
- Aktif dalam kegiatan
- Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas
dan laporan tepat waktu

Laporan kegiatan ini akan dikumpulkan saat saudara bertemu dengan Tutor saudara. Saudara dapat
mengerjalan lembar latihan kasus ini sesuai dengan petunjuk tertulis. Hasil kerja laporan praktikum
ini telah dikoreksi oleh Tutor pengampu mata ajar Etika Keperawatan& Keperawatan Profesional sbb
:

Nilai/Skore Mengetahui Tutor

(..............................................)

210
akan menjaga sikap dan menghindari tindakan-tindakan yang tidak etis dalam kehidupan
sehari-hari.

Test 1

1) Anda adalah seorang pegawai yang bekerja pada sebuah kantor yang cukup ternama.
Suatu hari keluarga anda mengalami musibah yang mengharuskan anda untuk segara
pulang padahal sebentar lagi ada rapat penting yang harus anda hadiri. Dalam situasi
ini, apa yang seharusnya anda lakukan ?
A. Memberitahu atasan anda dan sesegera mungkin mendelegasikan tugas anda
pada rekan kerja yang anda anggap mampu.
B. Membolos kerja tanpa memberitahukan pada atasan anda
C. Tetap menghadiri pertemuan
D. Memberitahu atasan tetapi tidak mendelegasikan tugas anda

2) Suatu hari ketika anda pulang dari bekerja, anda mendapati anak anda sedang
menonton acara televisi yang tidak sesuai dengan umur nya. Dalam hal ini, tindakan
apa yang akan anda lakukan ?
A. Membiarkan anak anda tetap menonton acara tersebut
B. Memarahi anak anda dan memukulnya
C. Mengganti siaran TV kemudian memberi pengertian kepada anak anda bahwa
acara tersebut tidak layak untuk ditonton
D. Ikut menonton acara TV tersebut bersama anak anda

3) Anda adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan tugas skripsi.
Dalam mengerjakan skripsi, anda menemukan kesulitan yang tidak bisa anda
selesaikan sendiri. Dalam situasi tersebut, apa yang seharusnya anda lakukan ?
A. Membiarkan begitu saja
B. Meminta orang lain untuk menyelesaikan skripsi anda
C. Menganti judul skripsi baru
D. Mengkonsultasikan masalah yang anda temukan pada dosen pembimbing anda

4) Suatu hari ketika anda berbelanja disebuah supermarket. Saat anda membayar
belanjaan, anda mendapatkan uang kembalian yang berlebih dari kasir yang bertugas.
Apa yang akan anda lakukan dengan uang kembalian yang berlebih tersebut ?
A. Memasukkan uang kembalian tersebut pada kantong pribadi
B. Mengembalikan uang tersebut pada kasir

211
C. Acuh tak acuh, karena kasir nya tidak tahu
D. Pura-pura tidak terjadi apa-apa

212
5) Anda adalah seorang mahasiswa yang akan mengkonsultasikan karya tulis ilmiah pada
dosen anda. Tindakan yang anda lakukan sebelum bertemu dosen anda adalah:
A. Langsung datang menemui dosennya di ruang kerjanya
B. Membuat kontrak waktu dengan dosen anda melalui sms atau telpon
menggunakan bahasa yang sopan.
C. Dimana saja bertemu langsung minta konsultasi dengan dosennya
D. Tergantung kapan dipanggil oleh dosennya

213
Praktikum Etika Profesi Keperawatan
1) Berikan beberapa contoh tindakan etis dan tindakan tidak etis dalam praktek
keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat sesuai format di bawah ini.
No Tindakan Tindakan Tidak Etis
Etis
1 Misalnya: Misalnya:
Perawat menjelaskan tujuan dari Perawat tidak menjelaskan tujuan
tindakan yang akan dilakukan saat akan melakukan tindakan
kepada pasien kepada pasien

10

Pada latihan di bawah ini, saudara diminta untuk memberikan tanda centang (√) pada kolom hak
atau kewajiban Pasien dan hak atau kewajiban Perawat sesuai pernyataan yang saudara baca.

Kewajib Hak Kewajib


N Pernyataan Hak
an Peraw an
o Pasien
Pasien at Perawa
t
1 Seorang pasien menolak
tindakan yang hendak
dilakukan terhadap dirinya
sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentang
penyakitnya

214
2 Ketika ditanyai oleh
wartawan

215
mengenai penyakit pasien
yang dirawatnya, perawat
tidak menjawabnya

3 Ketika pasien tidak mampu


ditangani di Puskesmas maka
perawat akan merujuk pasien
ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mempunyai
keahlian atau kemampuan
yang lebih baik
4 Seorang artis yang sedang
sakit tidak mau diliput oleh
media karena merasa
terganggu
5 Seorang pasien mengakhiri
pengobatan serta perawatan
atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh
informasi yang jelas tentang
penyakitnya
6 Memperoleh jaminan
perlindungan terhadap
resiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya

7 Melunasi semua imbalan atas


jasa pelayanan
rumah
sakit/dokter
8 Menerima imbalan jasa
profesi yang proporsional
sesuai dengan
ketentuan/peraturan
yan
g
berlaku.
9 Memberikan informasi dengan
jujur dan selengkapnya
tentang penyakit yang diderita
kepada dokter yang merawat;

10 Melakukan pertolongan
darurat atas dasar
perikemanusiaan

216
2) Kaitkan pertanyaan di bawah ini dengan pola hubungan kerja saudara sebagai perawat
dengan pasien, perawat dengan teman sejawat dan perawat dengan profesi lain.
Berikan pandangan sikap saudara terhadap beberapa kasus di bawah ini:

217
1. Pasien saudara di diagnosa Ca Paru stadium 4, usia 35 tahun memiliki 2 anak yang
masih kecil umur 3 tahun dan 5 tahun. Dokter belum memberitahu diagnosa medis
pada pasien tersebut. Pasien tersebut bertanya pada saudara tentang penyakitnya.
Bagaimana sikap saudara sebagai perawat profesional dalam menjawab pertanyaan
pasien ini? Kaitkan dengan hak pasien untuk mendapatkan informasi!
.................................................................................................................
.................................................................................................................

2. Bagaimana sikap anda jika menghadapi pasien yang menolak dilakukan tindakan
keperawatan misalnya tindakan pemasangan kateterFolley dengan alasan takut dan
malu?
.................................................................................................................
.................................................................................................................

3. Seorang pasien mengeluh tidak ada nafsu makan selama 3 hari terakhir dirawat di
bangsal Penyakit Dalam. Tindakan kolaborasi apa yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien agar terpenuhi secara adekuat?
.................................................................................................................
.................................................................................................................

4. Saudara sebagai Ketua Tim di sebuah ruang rawat inap tiba-tiba diminta untuk
mengikuti kegiatan rapat mendadak, padahal saudara memiliki daftar tugas yang
banyak pada hari tersebut. Tindakan etis apa yang akan saudara lakukan agar
keduanya dapat berjalan dengan lancar?
.................................................................................................................
.................................................................................................................

5. Saudara diminta untuk menggantikan teman saudara yang berhalangan dinas sore
karena sakit padahal saudara baru saja menyelesaikan dinas pagi. Bagaimana sikap
saudara menghadapi keadaan tersbut?
.................................................................................................................
.................................................................................................................

Pelaporan Praktikum

Setelah melakukan praktikum setiap kelompok akan menyusun laporan kegiatan dan mendapatkan
penilaian berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
218
1) Setiap kelompok menuliskan nama ketua dan anggota kelompok, no mahasiswa, nama
mata kuliah pada halaman depan laporan praktikum yang disusun.
2) Laporan praktikum diketik dengan komputer dengan menggunakan ukuran kertas A4
huruf Times New Roman ukuran 12.

219
3) Laporan praktikum mencakup setiap pertanyaan dan jawaban yang tepat dari
pertanyaan di atas
4) Laporan praktikum harus memuat minimal 3 sumber pustaka dan 2 sumber internet
5) Laporan disusun mengikuti pedoman penulisan yang ada

PEDOMAN EVALUASI (PENILAIAN) PRAKTIKUM

Score
No Komponen yg Dinilai Bobo Yang
t Didap
at
1. Kesiapan mahasiswa mengikuti praktikum : 15
- Mahasiswa hadir saat pertemuan
- Mahasiswa telah mempunyai bahan kajian diskusi
2. Ketersediaan bahan praktikum 20
- Alat bahan (jika ada)
- Buku sumber/ materi diskusi
3. Keaktifan selama Proses pelaksanaan praktikum : 25
- Mahasiswa antusias mencoba dan mempraktekkan
sesuai petunjuk praktikum
- Mahasiswa mengerjakan Lembar Kerja yang tersedia

4. Kemampuan mengisi lembar kerja Mahasiswa : 25


- Isian sesuai dengan teori yang ada
- Narasi terisi lengkap sesuai buku sumber
- Terdapat ide kreatifitas dalam narasi
5. Sikap Selama praktikum : 15
- Sopan
- Hadir tepat waktu
- Aktif dalam kegiatan
- Tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas dan
laporan
tepat waktu

Laporan kegiatan ini akan dikumpulkan saat saudara bertemu dengan Tutor saudara. Saudara dapat
mengerjalan lembar latihan kasus ini sesuai dengan petunjuk tertulis. Hasil kerja laporan praktikum
ini telah dikoreksi oleh Tutor pengampu mata ajar Etika Keperawatan& Keperawatan Profesional sbb:

220
Nilai/Skore Mengetahui Tutor

(..............................................)

221
Kecenderungan Etik Keperawatan
Kecenderungan dan Isu Etik Keperawatan Retrospektif dan Prospektif

1. Permasalahan Dasar Etika Keperawatan


Dalam banyak hal, seorang perawat seringkali dihadapkan pada masalah etika dan moral ketika
menjalankan fungsinya sebagai perawat.Masalah itu biasanya adalah pertimbangan prinsip etika
yang bertentangan.Lalu bagaimana seorang perawat menghadapinya? Berikut ini, lima masalah dasar
etika dan moral menurut yang berhubungan dengan pertimbangan prinsip etika yang bertentangan
(Amelia, 2013).
a. Kuantitas versus Kualitas Hidup –Lihatlahilustrasi bawah ini sebagai contoh.
Ada seorang ibu yang meminta kepada perawat untuk melepas semua peralatan medis yang
dipasang pada anaknya yang berusia 12 tahun, yang telah koma selama 1 minggu.Dalam
keadaan seperti ini, perawat mengahadapi permasalahan tentang posisi apakah yang
dimilikinya untuk menentukan keputusan secara moral.Sebenarnya perawat tersebut berada
pada posisi kuantitas melawan kualitas hidup, karena keluarga pasien menanyakan apakah
peralatan yang dipasang dihampir semua bagian tubuh pasien dapat mempertahankan pasien
untuk tetap hidup.
b. Kebebasan versus Penanganan dan Pencegahan Bahaya
Seorang pasien yang menolak untuk dilakukan asuhan keperawatan pemasangan infus.Ia
beralasan tangannya tidak bisa bergerak dengan bebas apabila dipasang infus.Pada situasi ini,
perawat menghadapi masalah dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang
professional kepada pasien guna kesembuhan pasien tersebut. Tetapi disisi lain perawat tidak
bisa memaksapasien tersebut untuk menerima tindakan keperawatan yang akan diberikan
karena pasien tersebut memiliki

222
kebebasan untuk menolak atau menerimatindakan keperawatan yang akan dilakukandiberikan
kepadanya.
c. Berkata Jujur versus Berkata Bohong
Perawat menangani pasien yang terkena suatu penyakit karena mengkonsumsi obat- obatan
terlarang yaitu narkoba.Permasalahan yang timbul adalah apakah ia harus melaporkan
tindakan pasien tersebut kepada pihak berwajib atau tidak ?Sementara pasien sedang berobat
dan meminta pelayanan kesehatan kepada perawat tersebut.Tentu dalam kondisi seperti ini,
tidak mudah bagi perawat untuk mengambil keputusan yang tegas dan tepat. Lalu bagaimana
contoh keputusan yang tepat dalam etika-moral keperawatan bisa diambil oleh perawat ?
d. Keingintahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik, ekonomi dan
ideologi
Kecenderungan beberapa masyarakat yang masih menjadikan jasa dukun sebagai solusi untuk
menyembuhkan sakit kanker, mendapatkan keturunan, menyembuhkan gangguan kehamilan
dan sebagainya.Kejadian ini memang nyata bahwa masih banyak anggota masyarakat yang
lebih memilih ke dukun daripada ke dokter.Lalu bagaimana perawat menyikapi fenomena
ini?Khususnya ketika menjalankan fungsinya sebagai perawat di tengah masyarakat?
e. Terapi ilmiah Konvensional versus Terapi coba – coba
Hampir semua suku di Indonesia memiliki praktek terapi konvensional yang masih dianggap
sebagai tindakan yang dapat dipercaya.Secara ilmiah, tindakan tersebut sulit dibuktikan
kebenarannya, namun sebagian masyarakat mempercayainya. Misalnya masyarakat percaya
bahwa obat sakit perut adalah dengan cara mengikat perutnya dengan tali rumput yang
tumbuh di halaman rumah. Contoh lain, beberapa masyarakat juga masih percaya bahwa
untuk mengobati sakit gigi adalah dengan cara memberi getah pepohonan tertentu ke gigi
yang berlubang.Bahkan sebagian masyarakat juga masih percaya bahwa untuk memperindah
suara adalah denganmemakan buah pinang yang masih sangat muda. Lalu bagaimana seorang
perawat seharusnya menyikapi fenomena semacam itu?

2. Permasalahan Etika Dalam Praktik Keperawatan Saat Ini


a. Malpraktik
Secara harfiah malpraktik terdiri atas kata “mal” yang berarti salah dan “praktik” yang berarti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah.
Meskipun arti harfiahnya demikian, tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.Malpraktik
juga didefinisikan sebagai kesalahan tindakan professional yang tidak benar atau kegagalan
untuk menerapkan keterampilan profesional yang tepat.
Dalam profesi kesehatan, istilah malpraktik merujuk pada kelalaian dari seorang dokter atau
perawat dalam mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuannya

223
untuk mengobati dan merawat pasien. Malpraktik dapat juga diartikan sebagai tidak
terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang
biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena
tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan dalam arti harus
menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik
pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lain yang diberikan.
Malpraktik terbagi kedalam tiga jenis, yaitu malpraktik kriminil (pidana), malpraktiksipil
(perdata),malpraktik etik.
1) Criminal Malpractice atau Malpraktik kriminal (pidana) merupakan kesalahan
dalam menjalankan praktek yangberkaitan dengan pelanggaran UU Hukum
“pidana” yaitu seperti: melakukan tindakan medis tanpa persetujuan
pasienmenyebabkan pasien meninggal/luka karena kelalaian; melakukan
abortus; melakukan pelanggaran kesusilaan/kesopanan; membuka rahasia
kedokteran /keperawatan; pemalsuan surat keterangan atau sengaja tidak
memberikan pertolongan pada orang yang dalam keadaan bahaya.
Pertaggungjawaban didepan hukum pada criminal malpraktik adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain
atau kepada instansi yang memberikan sarana pelayanan jasa tempatnya
bernaung.
2) Civil malpractice atau Malpraktik sipil (perdata). Seorang tenaga kesehatan akan
disebut melakukan malpraktik sipil apabila tidak melaksanakan kewajiban atau
tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji).
3) Malpraktik etik, merupakan tidakan keperawatan yang bertentangan dengan
etika keperawatan, sebagaimana yang diatur dalam kode etik keperawatan yang
merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang beraku untuk
perawat.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik
dari kelalaian (negligence) yang ditujukan pada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekerjaannya.

b. Negligence (Kelalaian)
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005). Menurut Amir dan Hanafiah
(1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya
melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi
tersebut.Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia,
1994).
1) Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai berikut:

224
 Malfeasance: yaitu melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak.Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat.
 Misfeasance:yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat
tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat.Misal: melakukan tindakan
keperawatan dengan menyalahi prosedur.
 Nonfeasance:Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya. Misalnya Pasien seharusnya dipasang pengaman
tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga


kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi 4 unsur, yaitu :

 Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau


untuk tidak melakukan tindakan tertentu pada pasien tertentu pada situasi
dan kondisi tertrntu.
 Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban
 Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh
pemberi pelayanan.
 Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam
hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan
kewajiban dengan kerugian yang setidaknya.

2) Dampak Kelalaian
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas, tidak saja
kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku
kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan
perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari
pelanggaran dasar moral praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy,
justice, nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesaiannya dengan
menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum pelanggaran ini dapat ditujukan
bagi pelaku baik secara individu dan profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan
praktek keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana
dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP
Contoh Kasus:
Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada diruang perawatan. Perawat tidak
membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan keamanan pasien
dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian
terjatuh dari tempat tidur pada malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai. Dalam
kasus ini,perawat telah melanggar etika

225
keperawatan yang telah dituangkan dalam kode etik keperawatan. Dari kasus diatas, perawat
telah melakukan kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi pasien
c. Liability (Liabilitas)
Liabilitas adalah pertanggungan jawab yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan
atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang
dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.

3. Peranan Tanggungjawab dan Tanggunggugat


a. Pengertian Tanggungjawab
Tanggungjawab berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini
menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati- hati, teliti
dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.
Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggungjawab dan memiliki kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya (Kozier, 1983).
Responsibilityadalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas- tugas
yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam
pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA, 1985). Menurut pengertian
tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat diberikan ketentuan hukum
dengan maksud agar pelayanan perawatannya tetap sesuai standar.Misal hukum
mengatur apabila perawat melakukan tindakan kriminalitas, memalsukan ijazah,
melakukan pungutan liar dan sebagainya. Tanggungjawab perawat ditunjukan dengan
cara siap menerima hukuman (punishment) secara hukum kalau perawat terbukti
bersalah atau melanggar hukum.
Tanggungjawab adalah keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk
tidak.mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya, secara
retrosfektif atau prospektif (Bertens, 1993:133). Berdasarkan pengertian di atas
tanggungjawab diartikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan
yang sudah dilakukan perawat pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di
masa yang akan datang. Misal bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi
tanpa persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak akan
punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia. Perawat
secara retrospektif harus bisa mempertanggungjawabkan meskipun tindakan perawat
tersebut dianggap benar menurut pertimbangan medis.
Jenis tanggungjawab perawat

1) Tanggungjawab (Responsibility) perawat dapat diidentifikasi sebagai


berikut:
2) Responsibility to God (tanggungjawab utama terhadap Tuhannya)

226
3) Responsibility to Client and Society (tanggung jawab terhadap klien dan
masyarakat)
4) Responsibility to Colleague and Supervisor (tanggung jawab terhadap rekan
sejawat dan atasan)

1. Tanggungjawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien


Dalam sudut pandang etika normatif, tanggungjawab perawat yang paling utama adalah
tanggungjawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati
akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang etik
pertanggungjawaban perawat terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal
berikut ini:
Perawat harus melakukan tugasnya dengan niat yang tulus dan ikhlas sebagai bentuk
rasa syukurnya kepada Tuhan; mendoakan klien yang dirawatnya agar mendapat
kesembuhan dari Tuhan; memberi dukungan psikologis kepada klien untuk dapat
menerima sakit yang dideritanya dan mendapatkan hikmah dari pengalaman tersebut.
Termasuk didalamnya mempersiapkan klien klien tertentu untuk menghadapi maut jika
penyakitnya tidak dapat disembuhkan; mendorong klien untuk berdoa dan mendekatkan
diri kepada Tuhan yang memberikan kesembuhan kepadanya; bersama-sama dengan
pemuka agama dalam membantu pemenuhan kebutuhan spiritual klien selama sakit.

2. Tanggungjawab perawat terhadap klien.


Tanggungjawab perawat terhadap klien berfokus pada apa yang sudah dilakukan
perawat terhadap kliennya. Contoh bentuk tanggungjawab perawat selama dinas;
mengenal kondisi kliennya, melakukan operan, memberikan perawatan selama jam
dinas, tanggungjawab dalam mendokumentasikan, bertanggungjawab dalam menjaga
keselamatan klien, jumlah klien yang sesuai dengan catatan dan pengawasannya,
kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulang tanpa pemberitahuan,
bertanggungjawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop tanpa sepengetahuan perawat.
dsb.
Tanggungjawab perawat erat kaitannya dengan tugas-tugas perawat.
Tugas perawat secara umum adalah memenuhi kebutuhan dasar.Peran penting perawat
adalah memberikan pelayanan perawatan (care) atau memberikan perawatan
(caring).Tugas perawat bukan untuk mengobati (cure). Dalam pelaksanaan tugas di
lapangan adakalanya perawat melakukan tugas dari profesi lain seperti dokter, farmasi,
ahli gizi, atau fisioterapi.
Untuk tugas-tugas yang bukan tugas perawat seperti pemberian obat maka
tanggungjawab tersebut seringkali dikaitkan dengan siapa yang memberikan tugas
tersebut atau dengan siapa ia berkolaborasi. Dalam kasus kesalahan pemberian obat
maka perawat harus turut bertanggungjawab, meskipun tanggungjawab utama ada pada
pemberi tugas atau atasan perawat, dalam istilah etika dikenal dengan Respondeath
Superior.

227
Istilah tersebut merujuk pada tanggung jawab atasan terhadap perilaku salah yang
dibuat bawahannya sebagai akibat dari kesalahan dalam pendelegasian.

3. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan


Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap rekan
sejawat atau atasan. Diantaranya adalah membuat pencatatan yang lengkaptentang
tindakan keperawatan (kapan, frekwensi,tempat, cara,siapa yang melakukan) misalnya
perawat A melakuan pemasangan infus pada lengan kanan vena brachialis, dan
pemberian cairan RL sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 Juni 2013
jam 21.00. Keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg, N=80x/m, R=28x/m,
S=37C, kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama jelas perawat; mengajarkan
pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum mampu atau belum mahir
melakukannya misalnya perawat belum mahir memasang EKG diajar oleh perawat yang
sudah mahir; memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau
menyalahi standar;bila perawat lain merokok di ruangan, memalsukan obat, mengambil
barang klien yang bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang di luar
prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar, misalnya memasang
NGT tanpa menjaga sterilitas; memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus
yang dialami klien atau bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus malpraktik seperti aborsi,
infeksinosokomial, kesalahan diagnostik, kesalahan pemberian obat, klien terjatuh,
overhidrasi, keracunan obat, over dosis dsb. Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi
dengan menyertakan bukti-bukti yang memadai.

b. Pengertian Tanggung Gugat


Tanggung gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat
suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi- konsekuensinya.
Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang menggugat ia
menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
tindakan yang dilakukannya.

Keputusan Moral dan Teori Moral dalam Keperawatan

1. Pengertian tentang nilai, moral, dan tradisi


Nilai-nilai (values) dalam praktek keperawatan adalah suatu keyakinan seorang perawat
terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku perawat dalam pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Moral dalam dunia keperawatan sebenarnya hampir sama dengan pengertian etika. Biasanya
merujuk pada standar personal (seorang perawat) tentang benar atau salah dalam praktek
keperawatan. Pemahaman ini sangat penting bagi setiap perawat untuk bisa

228
mengenal antara etika dalam agama, hukum, tradisi dan adat istiadat, termasuk juga praktek
profesional seperti pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Tradisi adalah seperangkat keyakinan dan sikap masyarakat secara komunal tentang kebenaran dan
penghargaan dari suatu pemikiran, objek, atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan
pemberian makna pada kehidupan seseorang. Misalnya di sebuah masyarakat masih ada yang
menganggap bahwa persalinan tidak boleh lepas dari tenaga dan jasa seorang dukun beranak (bukan
perawat atau dokter). Oleh karena itu ketika melayani masyarakat yang memiliki tradisi semacam itu,
perawat harus bekerja sama dengan para dukun beranak, bukan menjauhi mereka. Dengan kerja
sama semacam ini, maka akan ada kesinambungan antara perawat dan dukun, dan membuat
masyarakat tetap menerima jasa pelayanan keperawatan dalam persalinan.

2. Nilai fundamental dalam praktek keperawatan professional


The American Association Colleges of Nursing mengidentifikasi tujuh nilai-nilai fundamental
dalam praktek keperawatan profesional atau kehidupan profesional seorang perawat yaitu:
a. Aesthetics (keindahan): Seorang perawat harus memberikan kepuasan terhadap
pasien dalam pelayanan kesehatannya dengan menghargai pasien, menunjukkan
kreativitas perawat dengan keahlian dan ketrampilan yang sangat mumpuni,
imajinatif, sensitivitas, dan kepedulian terhadap kesehatan pasien yang
dirawatnya.
b. Altruism (mengutamakan orang lain): Seorang perawat selalu mengutamakan
kepentingan pasien di atas kepentingan pribadinya dan berusaha peduli bagi
kesejahteraan orang lain.
c. Equality (kesetaraan): Seorang perawat memiliki hak atau status yang sama
dengan tenaga medis lain. Persamaan itu terletak dalam statusnya sebagai
pelayan kesehatan bagi masyarakat, meskipun keahlian dan kompetensinya jelas
tidak sama.
d. Freedom (kebebasan) :Seorang perawat memiliki kebebasan untuk berpendapat
dan bekerja yang tentunya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kode
etik keperawatan.
e. Human dignity (martabat manusia): Perawat menghargai martabat manusia dan
keunikan individu yang dirawatnya yang ditunjukkan dengan sikap empati,
kebaikan, pertimbangan matang dalam mengambil tindakan keperawatan, dan
penghargaan setinggi-tingginya terhadap kepercayaan pasien dan masyarakat
luas.
f. Justice (keadilan): Perawat berlaku adil dalam memberikan asuhan keperawatan
tanpa melihat strata sosial, suku, ras, agama dan perbedaan lainnya
g. Truth (kebenaran): Perawat selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dalam
menyampaikan pesan kepada pasien maupun melakukan tindakan keperawatan
terhadap pasien yang ditunjukkan dengan sikap bertanggung gugat, jujur,

229
rasional dan keingintahuan yang besar akan ilmu pengetahuan yang terus berkembang.
3. Teori Etik
Teori Etik akan kita bagi dalam 3 golongan yaitu teori etik tradisional, teori etik modern, dan
teori etik kontemporer.
a. Teori Etik Tradisional (Sebelum Tahun 1500) diantaranya adalah:
 Egoism: teori ini menekankan pada apa yang terbaik untuk saya. Perawat
merawat klien hanya untuk keperluan pribadi. Misalnya perawat mau
merawat klien AIDS asalkan dibayar lebih.
 Subjectivism: teori ini menekankan pada baik buruknya tindakan
ditentukan oleh pandangan seseorang. Misalnya jika menurut pandangan
seseorang merawat klien AIDS itu baik maka perawat akan merawatnya.
 Relativism: teori ini menekankan pada baik buruknya tindakan bergantung
pada nilai-nilai yang dianut oleh individu atau masyarakat. Misalnya
merawatpasien HIV itu bisa dikatakan baik dan bisa juga dikatakan tidak
baik tergantung pandangan masyarakat.
 Objectivism: teori ini menekankan bahwa ada nilai-nilai yang lebih tinggi
dalam menentukan baik buruk yang dapat dinilai secara objektif.
 Moralism: teori ini menekankan bahwa diperlukan diskusi moral dalam
membuat keputusan yang etis.
 Nihilisme: teori ini mengatakan bahwa tidak perlu ada argumentasi
terhadap masalah etik tentang kehidupan karena alam ini akan berakhir.
 Rasional Paternalistik: teori ini menekankan bahwa dokter/perawat lebih
tahu apa yang paling baik bagi pasien
 Eudemonism: tindakan dikatakan baik apabila bertujuan untuk
kebaikan/mempunyai tujuan yang baik
 Hedonism: teori ini menekankan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan
yang bisa menyenangkan banyak orang misalnya jika merokok itu
menyenangkan banyak orang maka dikatakan baik
 Stoicism: teori ini menekankan bahwa perawat menyadari keterbatasan
kekuatan manusia, pasrah dan menerima apa adanya adalah suatu
kebajikan.
 Natural law: teori ini menjelaskan bahwa apa yang diatur Tuhan, itulah
yang baik untuk dilakukan misalnya menurut Alkitab atau Al Qur’an.

b. Teori Etik Modern (1500-1900)


 Altruism: teori ini menekankan bahwa perawat menunjukkan kasih,
kebaikan dan jujur pada klien dalam memberikan asuhan keperawatan
 Utilitarianism dan Teleologi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil
akhir yang terjadi. Pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Misalnya bayi

230
yang lahir tanpa tulang tengkorak lebih baik diijinkan meninggal daripada
sepanjang hidupnya menderita.
 Deontologi: Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil
akhir atau konsekwensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.
Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas
harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperatif. Contoh
penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien
harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan
tersebut sangat menyakitkan.
 Voluntarism: teori ini menekankan pada niat. Suatu tindakan dikatakan
baik jika ada niat yang baik
 Marxism: teori ini menekankan bahwa tindakan yang baik didasarkan pada
komunis. Marxisme berisi nilai-nilai komunis, kelompon masyarakat yang
berkuasa, secara individu tidak bebas.

c. Teori Etik Kontemporer


 Individualism: Teori ini menekankan pada self determination artinya
tindakan dikatakan baik ditentukan oleh dirinya sendiri.
 Existentialism: Seseorang bertanggung jawab atas keputusan bagi dirinya.
 Justice based ethics: Teori ini menekankan pada keadilan sebagai titik
sentral. Sebaik-baiknya suatu teori jika tidak adil harus ditolak. Pada teori
ini hak asasi manusia dijamin karena keadilan

4. Prinsip Moral Dalam Etika


Keperawatan Prinsip
Moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam
pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu
sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk menilai secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam suatu keadaan. Prinsip moral
yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu: Otonomi, beneficience, justice/keadilan,
veracity, avoiding killing dan fidelity (John Stone, 1989; Baird et.al, 1991).

a. Prinsip Otonomi (Autonomy)


Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan
martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak menolak tindakan invasif yang
dilakukan oleh perawat. Perawat tidak boleh memaksakan kehendak untuk
melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas bagi
dirinya. Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-sejelasnya
bagi klien dalam berbagai rencana tindakan dari segi manfaat

231
tindakan, urgensi dsb sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi
dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman.
b. Prinsip Kebaikan (Beneficience)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak
merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus yang berhubungan dengan hal
ini seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh dipaksakan
untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien didorong menggunakan kursi
roda.
c. Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan
kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total care, maka
perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa membeda-bedakan
klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak
perlu memandikannya lagi.
d. Prinsip Kejujuran (Veracity)
Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak
membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling
percaya.
Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti klien yang menderitaHIV/AIDS
menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu memberitahukan apa adanya
meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi kesiapan mental klien untuk
diberitahukan diagnosanya.
e. Prinsip mencegahpembunuhan (Avoiding Killing)
Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Sumber
pertimbangan adalah moral agama/kepercayaan dan kultur/norma-norma tertentu.
Contoh kasus yang dihadapi perawat seperti ketika seorang suami menginginkan
tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara istrinya
diyakininya tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk tidak
melakukan tindakan euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa Indonesia yang
agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI memang belum ada
tentang legalitas tindakan euthanasia.
f. Prinsip Kesetiaan (Fidelity)
Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya, menepati janji,
menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. Kasus yang sering dihadapi misalnya
perawat telah menyepakati bersama klien untuk mendampingi klien pada saat tindakan
PA maka perawat harus siap untuk memenuhinya.

232
5. Masalah Etik Yang Sering Terjadi Dalam Pelayanan Kesehatan/Keperawatan
Menurut Rosdahal, 1999: 45-46, masalah isu etik dan moral yang sering terjadi dalam
praktekkeperawatan professional meliputi (dikutip dari Yosef, I):

a. Organ transplantation (transplantasi organ).


Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokan organ terhadap klien
yangmembutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal, truma ginjal atau gagal ginjal CRF (chronic
Renal Failure), ginjal dari donor ditransplantasikan kepada ginjal penerima (recipient).
Masalah etikyang muncul adalah apakah organ donor bisa diperjual-belikan? Bagaimana
dengan hak donoruntuk hidup sehat dan sempurna, apakah kita tidak berkewajiban
untuk menolong orang yangmembutuhkan padahal kita bisa bertahan dengan satu
ginjal. Apakah si penerima berhak untukmendapatkan organ orang lain?Bagaimana
dengan tim operasi yang melakukannya apakah sesuai dengan kode etik profesi?
Bagaimana dengan organ orang yang sudah meninggal, apakahdiperbolehkan orang mati
diambil organnya? Semua penelaahan donor organ harus ditelitidengan kajian majelis
etik yang terdiri dari para ahli di bidangnya.
Majelis etik bisa terdiri ataspakar terdiri dari dokter, pakar keperawatan, pakar agama,
pakar hukum atau pakar ilmu sosial. Secara medis ada persyaratan yang harus dipenuhi
untuk melakukan donor organ tersebut.Diantaranya adalah memiliki DNA, golongan
darah, jenis antigen yang cocok antara donor danresipien, tidak terjadi reaksi penolakan
secara antigen dan antibodi oleh resipien, harus dipastikanapakah sirkulasi, perfusi dan
metabolisme organ masih berjalan dengan baik dan belummengalami kematian
(nekrosis). Hal ini akan berkaitan dengan isu mati klinis dan informedconsent. Perlu
adanya saksi yang disahkan secara hukum bahwa organ seseorang ataukeluarganya
didonorkan pada keluarga lain agar dikemudian hari tidak ada masalah hukum.
Biasanya ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut sah dan legal. Pada
kenyataannyaperangkat hukum dan undang-undang mengenai donor organ di Indonesia
belum selengkap diluar negeri sehingga operasi donor organ untuk klien Indonesia lebih
banyak dilakukan diSingapura, China atau Hongkong.

b. Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis)


Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya seseorang secara klinis.
Banyak kontroversi ciri-ciri dalam menentukan mati klinis. Hal ini berkaitan dengan
pemanfaatan organorganklien yang dianggap sudah meninggal secra klinis. Menurut
Rosdahl (1999), kriteriakematian klinis (brain death) di beberapa Negara Amerika
ditentukan sebagai berikut: penghentian nafas setelah berhentinya pernafasan
artifisalselama 3 menit (inspirasi-ekspirasi); berhentinya denyut jantung tanpa stikulus
eksternal; tidak ada respon verbal dan non verbal terhadap stimulus eksternal; hilangnya
refleks-refleks (cephalic reflexes); pupil dilatasi; hilangnya fungsi seluruh otak yang bisa
dibuktikan dengan EEG.

233
c. Quality of Life (kualitas dalam kehidupan)
Masalah kualitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal ini mendasari tim
kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk menentukan seorang klien harus
mendapatkan intervensi atau tidak.Sebagai contoh di suatu tempat yang tidak ada donor
yang bersedia dan tidak adatenaga ahli yang dapat memberikan tindakan tertentu. Siapa
yang berhak memutuskan tindakankeperawatan pada klien yang mengalami koma?
Siapa yang boleh memutuskan untuk menghentikan resusitasi? Contoh kasus apakah
klien TBC tetap kita bantu untuk minum obat padahal ia masihmampu untuk bekerja?
Kalau ada dua klien bersamaan yang membutuhkan satu alat siapa yangdidahulukan ?
Apabila banyak klien lain membutuhkan alat tetapi alat tersebut sedang digunakanoleh
klien orang kaya yang tidak ada harapan sembuh apa yang harus dilakukan perawat?
Apabila klien kanker merasa gembira untuk tidak meneruskan pengobatan bagaiama
sikap perawat? Bila klien harus segera amputasi tetapi klien tidak sadar siapakah yang
harusmemutuskan?
d. Ethical issues in treatment (isu masalah etik dalam tindakan keperawatan)
Apabila ada tindakan yang membutuhkan biaya besar apakah tindakan tersebut
tetap dilakukan meskipun klien tersebut tidak mampu dan tidak mau ? Masalah-
masalah etik yang sering muncul seperti:
 Klien menolak pengobatan atau tindakan yang direkomendasikan (refusal
oftreatment) misalnya menolak fototerapi, menolak operasi, menolak NGT,
menolakdipasang kateter
 Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung (withdrawl
oftreatment)misalnya DO (Drop out) berobat pada TBC, DO (Drop out)
kemoterapi pada kanker.
 Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena tidak ada
donoratau keluarga menolak misalnya transplantasi ginjal atau cangkok
jantung.
e. Euthanasia
Euthanasia merupakan masalah bioetik yang juga menjadi perdebatan utama di dunia
barat. Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah, bahagia, atau baik) dan
thanatos (berarti meninggal dunia). Jadi bila dipadukan, berarti meninggal dunia dengan
baik atau bahagia. Menurut Oxford english dictionary, euthanasia berarti tindakan untuk
mempermudah mati dengan mudah dan tenang.
Euthanasia terdiri atas euthanasia volunter, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus
euthanasia volunter, klien secara sukarela dan bebas memilih untuk meninggal dunia.
Pada euthanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian dilakukan bukan atas
dasar persetujuan dari klien dan sering kali melanggar keinginan klien. Euthanasia aktif
melibatkan suatu tindakan disengaja yang menyebabkan klien meninggal, misalnya
dengan menginjeksi obat dosis

234
letal. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang melanggar hukum dan dinyatakan
dalam KUHP pasal 338, 339, 345 dan 359.Euthanasia pasif dilakukan dengan
menghentikan pengobatan atau perawatan suportif yang mempertahankan hidup
(misalnya antibiotika, nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh klien).
Kesimpulannya, berbagai argumentasi telah diberikan oleh para ahli tentang euthanasia,
baik yang mendukung maupun menolaknya. Untuk saat ini, pertanyaan moral
masyarakat yang perlu dijawab bukan “apakah euthanasia secara moral diperbolehkan”,
melainkan jenis euthanasia mana yang diperbolehkan? Pada kondisi bagaimana?
Metode bagaimana yang tepat?

c. Model Pengambilan Keputusan Dilema Etik Secara Bertanggung Jawab


1. Teori Dasar Pembuatan Keputusan
Teori dasar/prinsip etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis praktek
profesional (Fry, 1991).Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi
konflik antara prinsip dan aturan.Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa
teori etik, yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi Teori Teleologi dan
Deontologi.Kedua konsep teori ini sudah disinggung pada pokok bahasan tentang teori
etik.
2. Kerangka Pembuatan Keputusan
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan profesional (Fry, 1989).

Dalam membuat keputusan etis, ada beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu nilai dan
kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawat, dan prinsip etis dan model
kerangka keputusan etis. Unsur-unsur yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan
moral dalam praktik keperawatan (Diadaptasi dari Fry, 1991) sebagai dalam diagram berikut

Nilai dan
Kepercayaan Pribadi

Konsep Moral
Keperawatan
Kerangka Pembuat Keputusan dan
Keputusan
Tindakan
Kode Etik Perawat
Indonesia

Teori Prinsip Etika

235
Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, dan
semua kerangka etika tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika.

Gambar : Kerangka Pembuat Keputusan

Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan dengan mengacu pada
kerangka pembuatan keputusan etika medis (Murphy, 1976; Borody, 1981). Beberapa kerangka
disusun berdasarkan proses pemecahan masalah seperti diajarkan di pendidikan keperawatan
(Bergman, 1973; Curtin, 1978; Jameton, 1984; Stanley, 1980; Stenberg, 1979;
Thompson, 1985).
Berikut ini merupakan contoh model pengambilan keputusan etis keperawatan yang dikembangkan
oleh Thompson dan Jameton.Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika
keperawatan klien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991) adalah model 1 yang terdiri
atas enam tahap, model II yang terdiri atas tujuh tahap, dan model III yang merupakan keputusan
bioetis.

236
Model I
Tahap Keteranga
n
1 Identifikasi masalah.Ini berarti klasifikasi masalah dilihat dari nilai dan
konflik hati nurani. Perawat ini juga harus mengkaji keterlibatannya
pada masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter waktu untuk
proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaban
pada perawat terhadap pernyataan, “Hal apakah yang akan membuat
tindakan benar adalah benar?” Nilai-nilai diklasifikasi dan peran
perawat dalam situasi yang terjadi diidentifikasi
2 Perawat harus mengumpulkan data tambahan.Informasi yang
dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien,
harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam pembuatan
keputusan.Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari
konflik yang terjadi.
3
Perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara
terbuka kepada pembuat keputusan.Semua tindakan yang
memungkkinkan harus terjadi, termasuk hasil yang mungkin
diperoleh beserta dampaknya.Tahap ini memberikan jawaban atas
pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang benar? Perawat harus
memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti
perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi
individu, nilai dasar manusia yang menjadi pusat masalah, dan
prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah.Tahap ini
menjawab pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang benar?”
Pembuat keputusan harus membuat keputusan.Ini berarti bahwa
pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan
mereka paling tepat.Tahap ini menjawab pertanyaan etika, “Apa yang
harus dilakukan pada situasi tertentu?”
Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan
hasil.

237
Model II

Tahap Keteranga
n
1 Mengenali dengan tajam masalah yang terjadi,apa intinya, apa
sumbernya, mengenali hakikat masalah
2 Pembuat keputusan harus membuat keputusan.Ini berarti bahwa
pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan
mereka paling tepat.Tahap ini menjawab pertanyaan etika, “Apa
3 yang harus dilakuka.
Menganalisis data yang telah diperoleh dari menganalisis kejelasan orang
yang terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya,
relevansi keterlibatannya dengan masalah etika.
Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep
4 etika yang relevan untuk
Mengonsep argumentasi semua jenis isu yang didapati merasionalisasi
5 kejadian, kemudian membuat alternatif tentang tindakan yang akan
diambilnya
Langkah selanjutnya mengambil tindakan, setelah semua alternatif diuji
terhadap nilai yang ada didalam masyarakat dan ternyata dapat
diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid) secara etis.
Tindakan yang dilakukan menggunakan proses yang sistematis.
Langkah terkahir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yang
dilakukan mencapai hasil yang diinginkan mencapai tujuan
penyelesaian masalah, bila belum berhasil, harus mengkaji lagi hal-
hal apa yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik
untuk melaksanakan
pemecahan/penyelesaian masalah secara ulang.

Model III

Tahap Keteranga
n

238
1 Tinjau ulang situasi yang dihadapi untuk menetukan masalah kesehatan,
keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan
2 Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas
3 situasi Identifikasiaspek etis dari masalah yang
4 diahadapi
5 Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral
6 profesional Identifikasi posisi moral dan keunikan individu
7 atau berlainan Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada
8 Gali siapa yang harus membuat keputusan
9 Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang
10 diaharapkan Tentukan tindakan dan laksanakan
Evaluasi hasil keputusan/tindakan

239
Penyelesaian masalah etika keperawatan menjadi tanggung jawab perawat. Berarti
perawat melaksanakan norma yang diwajibkan dalam perilaku keperawatan, sedangkan
tanggung gugat adalah mempertanggungjawabkan kepada diri sendiri, kepada
klien/masyarakat, kepada profesi atas segala tindakan yang diambil dalam melaksanakan
proses keperawatan dengan menggunakan dasar etika dan standar keperawatan. Dalam
pertanggunggugatan tindakannya, perawat akan menampilkan pemikiran etiknya dan
perkembangan personal dalam profesi keperawatan.

3. Contoh Pemecahan Dilema Etik


Menurut Thompson & Thompson (1985) dilema etik merupakan suatu masalah yang
sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif
yang memuaskan dan yang tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada
yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harus
tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan
dilema etik banyak diutarakan oleh berbagai ahli dan pada dasarnya menggunakan
kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah.

Kozier and Erb (1989) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut:

1) Mengembangkan data dasar


2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
3) Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekwensi
tindakan tersebut
4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
5) Mendefinisikan kewajiban perawat
6) Membuat keputusan

240
Contoh Kasus:

Ibu A, 65 tahun, dirawat di RS, dengan laserasi dan fraktur multipel akibat
kecelakaan kendaraan bermotor. Suaminya juga ada dalam kecelakaan
tersebut tetapi ia meninggal di RS yang sama. Pada saat kecelakaan terjadi,
ibu A yang mengendarai mobil. Saat di RS, ibu A terus menerus menanyakan
suaminya kepada perawat yang merawatnya. Dokter bedah sudah
mengatakan kepada perawat untuk tidak memberitahukan ibu A tentang
kematian suaminya. Perawat tersebut tidak mengetahui alasan untuk tidak
memberitahukan keadaan ini kepada klien dan ia bertanya kepada kepala
ruangan. Kepala ruangan mengatakan untuk tidak memberitahu klien tentang
kematian suaminya.

4. Penerapan Pemecahan Dilema Etik


 Mengembangkan data dasar
 Orang yang terlibat: klien, suami klien, dokter bedah, kepala ruang rawat
dan perawat primer.
 Tindakan yang diusulkan: tidak memberi tahu klien tentang suaminya.
 Maksud dari tindakan tersebut: mungkin untuk mencegah ibu A, dari
trauma psikologis.
 Konsekwensi tindakan yang diusulkan: bila informasi tidak diberitahu,
klien akan terus cemas, marah dan mungkin akan menolak tindakan yang
akan dilakukan dan akibat proses penyembuhan akan terganggu.

 Identifikasi konflik akibat situasi tersebut


Konflik yang terjadi adalah pada perawat primer yaitu:

 Ingin jujur pada klien tetapi tidak setia pada dokter bedah dan kepala
ruang rawat
 Ingin setia pada dokter bedah dan kepala ruang rawat tetapi tidak jujur
pada klien
 Konflik tentang efek yang mungkin timbul pada klien kalau klien
diberitahu atau tidak diberitahu.

 Pikirkan tindakan alternatif terhadap tindakan yang diusulkan dan


pertimbangkan konsekwensitindakan alternatif tersebut.
Mengikuti anjuran dokter bedah dan kepala ruang rawat. Konsekwensi tindakan
ini antara lain:

Persetujuan dari dokter bedah241


dan kepala ruang rawat
 Resiko sebagai perawat yang tidak asertif

242
 Mengingkari nilai pribadi untuk menyatakan hal yang sebenarnya pada
klien
 Mungkin menguntungkan pada kesehatan ibu A
 Mungkin membuat kesehatan ibu A bertambah buruk

Mendiskusikan hal tersebut lebih lanjut dengan dokter bedah dan kepala ruang rawat
dengan menegaskan hak ibu A, untuk mendapatkan informasi dan penghargaan atas
otonominya.Konsekwensi tindakan ini antara lain:
 Dokter bedah mungkin akan menyadari hak ibu A, tentang pemberian
informasi dan akibatnya memberi tahu ibu A, tentang kematian
suaminya
 Dokter bedah mungkin akan tetap pada pendapatnya untuk tidak
memberi tahu ibu A, tentang kmatian suaminya.

 Menetapkan siapa pembuat keputusan yang tepat. Perawat tidak


membuat keputusan untukklientetapi perawat membantu klien dalam
membuat keputusan bagi dirinya. Dalam hal ini perludipikirkan:
 Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan mengapa?
 Untuk siapa saja keputusan itu dibuat?
 Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (sosial,
ekonomi, fisiologi, psikologik, peraturan/hukum)
 Sejauh mana persetujuan klien dibutuhkan?
 Apa prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan olehtindakan yang
diusulkan?
Dalam contoh di atas, dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan adalah dirinya dan
kepala ruang setuju.Namun, kriteria siapa yang seharusnya pembuat keputusan tidak
jelas.Bila kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang efek memberi informasi
atau tidak memberi informasi tentang kesehatan ibu A, sudah dapat diselesaikan.
Apakah secara psikologik menguntungkan bagi ibu A, bila diberitahu? Apakah secara
fisiologik menguntungkan diberitahu atau tidak diberitahu? Apa efek sosial dan efek
ekonomi dari tindakan yang diusulkan?

 Definisikan kewajiban perawat


Untuk membantu memutuskan, perawat perlu membuat daftar kewajiban perawat
yang harus diperhatikan, contoh kewajiban tersebut adalah:

 Meningkatkan kesejahteraan klien


 Membuat keseimbangan antara kebutuhan klien tentang otonomi dan
tanggung jawab keluarga tentang kesehatan klien
 Membantu keluarga dan sistem pendukung
 Melaksanakan peraturan RS
 Melindungi standar keperawatan
243
 Membuat keputusan
Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Mengatasi
dilema etik, tim kesehatan perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan/paling tepat untuk klien. Kalau keputusan sudah ditetapkan,
secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang diputuskan
untuk kasus tersebut, itulah tindakan etis dalam keadaan tersebut.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis dalam Praktek


Keperawatan
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan etis.
Faktor ini antara lain faktor agama, sosial, ilmu pengetahuan, teknologi, legislasi,
keputusan yuridis, dana,keuangan,pekerjaaan,posisi klien maupun perawat, kode etik
keperawatan, dan hak-hak klien.
a. Faktor Agama dan Adat-Istiadat
Berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis.Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun
kaidah agama yang dianutnya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan
berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap warga negara diberi
kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang dianutnya.ini sesuai dengan
Bab XI pasal 29 UUD 1945 yang berbunyi 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa, dan 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaanya.
Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembuatan keputusan etis. Contoh dalam budaya Jawa dan daerah lain
dikenal dengan falsafah tradisional “mangan ora mangan anggere kumpul”
(makan tidak makan asalkan tetap bersama).
b. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis.Faktor ini
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum dan
peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980).
Nilai-nilai tradisional sedikit demi sedikit telah ditinggalkan oleh beberapa
kalangan masyarakat.Misalnya, kaum wanita yang pada awalnya hanya sebagai
ibu rumah tangga yang bergantung pada suami, telah beralih menjadi
pendamping suami yang mempunyai pekerjaan dan banyak yang menjadi wanita
karier.Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap
keperawatan.

244
c. Faktor legislasi dan keputusan yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan
reaksi perubahan tersebut.Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu
konflik (Ellis, Hartley, 1990).
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etika
kesehatan sedang menjadi topik yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu,
diperlukan undang-undang praktik keperawatan dan keputusan menteri
kesehatan yang mengatur registrasi dan praktik perawat
Dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014 Bab VI tentang hak dan kewajiban
Pasal 36 butir a tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktek
keperawatan berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur
operasional, dan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 37 butir b
tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan
berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan peraturan perundang- undangan.

d. Faktor Dana/Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat
menimbulkan konflik.untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat,
pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan program yang dibiayai
pemerintah.
Perawat dan tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering
menerima keluhan klien mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis
keperawatan tidak ada pernyataan yang menyatakan ketidakcukupan dana, tetapi
hal ini dapat menjadi etilogi bagi berbagai diagnosis keperawatan antara lain
ansietas dan ketidakpatuhan. Masalah ketidakcukupan dana dapat menimbulkan
konflik, terutama bila tidak dapat dipecahkan.
e. Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan posisi
pekerjaannya.Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktek
sendiri, tetapi bekerja dirumah sakit, dokter praktek swasta, atau institusi
kesehatan lainnya.
Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan
sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia dapat mendapat
sanksi adminitrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.

245
Latihan

Buatlah diskusi dalam kelompok, bacalah kasus ini baik-baik dan selesaikan sesuai dengan petunjuk di
bawah.
Ny A berusia 37 tahun, menginginkan untuk mengakhiri hidupnya (euthanasia). Ny A mengalami
kebutaan, diabetes yang parah dan menjalani dialisis. Ketika Ny A mengalami henti jantung,
dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit
karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut.
Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut
atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat
ini klien mengalami koma. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan
memperhatikan antara keinginan/hak meninggal Ny A dengan moral dan tugas legal untuk
mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan di rumah sakit. Perawat X mendukung
dan menghormati keputusan Ny A yang memilih untuk mati. Perawat Y menyatakan bahwa semua
anggota/staf yang berada di rumah sakit tidak mempunyai hak menjadi seorang pembunuh. Perawat
Z mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk kasus tersebut, coba anda selesaikan dengan kerangka pemecahan dilema etik menurut Kozier
& Erb!

Ringkasan

Selamat,anda sudah menyelesaikan Topik 1 di Bab 6. Berikut ini Ringkasan yang bisa anda baca
kembali.

1. Kecenderungan dan isu etik keperawatan retrospektif dan prospektif


a. Permasalahan Dasar Etika Keperawatan
Lima dasar etika dan moral menurut yang berhubungan dengan pertimbangan prinsip
etika yang bertentangan (Amelia,2013) : 1) kuatitas versus kualitas hidup ;
2) kebebasan versus penanganan dan pencegahan bahaya ; 3) berkata jujur versus
berkata bohong; 4) keingintahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,
ekonomi dan ideology; 5) terapi ilmiah konvensional versus terapi coba-coba.
b. Permasalahan Etika dalam Praktek Keperawatan Saat ini: Malpraktik, Negligence, Liability.
Malpraktik dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya perwujudan hak-hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi dan
dilakukan oleh oknum yang tidak 246
mau mematuhi aturan yang ada karena tidak
memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan dalam arti harus
menceritakan secara jelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen,

247
baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lain yang diberikan.Malpraktik terbagi
kedalam tiga jenis, yaitu malpraktik kriminil (pidana), malpraktiksipil(perdata),
malpraktik etik.
Kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan pada tingkatan
keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah
ditentukan. Kelalaian (negligence) praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim
dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama. Jenis-jenis kelalaian: Malfeasance, Misfeasance, Nonfeasance.
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau
kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan
lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan dari kesalahan
tindakannya.
c. Penerapan Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya yang
menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati- hati, teliti
dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur.Klien merasa yakin bahwa perawat
bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan
dengan disiplin ilmunya.
Tanggung gugat/akontabilitas dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang
menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya

2. Keputusan Moral dan Teori dalam Keperawatan


Nilai fundamental dalam praktek keperawatan professional : estetika, kepedulian, persamaan
hak dan status, kebebasan menentukan pilihan, menghargai martabat manusia, keadilan dan
kebenaran.
a. Teori etik: Tradisional, Modern dan Kontemporer. Teleologi, Utilitarianism dan
deontologi adalah teori yang mendasari dalam pengambilan keputusan secara
etis.
b. Prinsip moraldalam etika keperawatan: otonomi (berhak menentukan sendiri),
beneficience (mengupayakan kebaikan semaksimal mungkin), veracity
(mengatakan yang benar), justice (keadilan), avoiding killing (mencegah
pembunuhan), fidelity (kesetiaan)
c. Masalah etik yang sering terjadi dalam pelayanan kesehatan/keperawatan;
transplantasi organ, euthanasia, perkiraan kematian klinis, kualitas dalam
kehidupan, isu masalah etik dalam tindakan keperawatan.

248
3. Model Pengambilan Keputusan Dilema Etik Secara Bertanggungjawab
Thompson & Thompson (1985) : dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak
ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan
yang tidak memuaskan sebanding. Untuk membuatkeputusan etis, seseorang harus
bergantung pada pemikiran yang rasional bukan emosional.Ada beberapa kerangka
pemecahan dilema etik yaitu menurut Kozier & Erb dan kerangkaJameton seperti yang ditulis
oleh Fry, 1991 adalah Model I (enam tahap), Model II (tujuh tahap), Model III (keputusan
Bioetis) .Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktek
keperawatan: faktor agama & adat istiadat, faktor sosial, faktor ilmu pengetahuan & teknologi,
faktor legislasi & keputusan yuridis, faktor dana/keuangan, faktor pekerjaan.

Test 1

1) Seorang ibu melahirkan anak pertama dengan Anensefali (kepala tanpa tulang
tengkorak). Ibu tersebut melahirkan dengan cara operasi dan bukan dari keluarga
berada.Saat lahir, bayi tersebut harus dirawat di NICU. Hari ke-2 dokter memanggil
keluarga pasien dan mengatakan bahwa harapan hidup bayi tersebut sangat kecil.
Sebagai seorang perawat yang bertugas disana, pertimbangan etis apa yang akan anda
sarankan pada keluarga pasien?
A. Anda menyerahkan sepenuhnya keputusan yang diambil kepada keluarga
B. Anda menyampaikan bahwa sebagai perawat memegang prinsip moral yang
menjunjung tinggi nilai kehidupan
C. Anda tidak memberikan pertimbangan apa-apa
D. Anda menyampaikan bahwa sebaiknya alat-alat bantu nafas tersebut dilepaskan
saja

2) Sepasang suami istri sudah 10 tahun menikah belum dikaruniai anak. Ternyata
masalahnya adalah karena kualitas sperma suami yang tidak baik. Ada seorang teman
yang menyarankan untuk mencari pendonor sperma agar sel telur di ibu dapat dibuahi
dan menghasilkan janin. Apa pendapat anda sebagai perawat dilihat dari sudut
pandang etika keperawatan?
A. Anda menyatakan tidak setuju karena bertentangan dengan nilai etika dan moral
yang berlaku di masyarakat
B. Anda menyatakan setuju karena itu hak asasi setiap orang
C. Anda menyatakan setuju karena anak sudah menjadi idaman sejak lama
D. Anda menyatakan setuju karena sperma tersebut merupakan sperma terbaik
yang sudah diseleksi dengan menggunakan teknologi tinggi

249
3) Seorang ayah meminta anda untuk melepas selang yang dipasang pada tubuh anaknya
yang berusia 15 tahun, yang telah koma selama 7 hari. Ayah beranggapan bahwa
selang yang dipasang hampir pada semua bagian tubuh anaknya tidak akan dapat
mempertahankan dia untuk tetap hidup, bahkan sebaliknya hanya akan menambah
penderitaannya. Bagaimana sikap anda sebagai perawat menghadapi keadaan seperti
ini?
A. Secara pribadi, perawat harus tetap memegang prinsip moral untuk menjunjung
tinggi nilai kehidupan
B. Perawat menyerahkan sepenuhnya kepada pihak keluarga
C. Perawat menyetujui keinginan pihak keluarga dan mendiskusikan dengan dokter
D. Perawat tidak memberikan pertimbangan apa-apa

4) Seorang pasien lanjut usia menolak untuk mengenakan sabuk pengaman sewaktu
berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas, sementara anda tahu bahwa hal itu akan
dapat membahayakan keselamatannya. Apa yang akan anda lakukan melihat keadaan
ini?
A. Perawat membiarkan keadaan tersebut
B. Perawat menjelaskan kepada pasien bahwa perawat menghargai hak pasien
untuk tidak menggunakan sabuk pengaman tetapi perawat menjelaskan bahwa
keadaan tersebut dapat membahayakan keselamatan pasien
C. Perawat meminta keluarganya yang menemani pasien berjalan
D. Perawat memarahi pasien agar menurut saran perawat

5) Perawat A di ruang Perinatologi tanpa sadar mengunggah foto bayi yang lahir cacat di
facebook miliknya. Banyak teman FB nya yang berkomentar negatif atas foto bayi yang
diunggah oleh perawat itu. Keluarga bayi tersebut mengetahui hal itu dan menuntut
perawat ini ke meja hijau. Sebagai perawat, apa respon anda terhadap kejadian seperti
ini?
A. Perawat A telah melanggar kode etik yang mengatur hubungan antara perawat
dengan klien
B. Perawat A tidak salah karena tidak bermaksud buruk atas pengunggahan foto
tersebut
C. Perawat A tidak salah karena tidak menguasai kode etik keperawatan
D. Perawat A harus dihukum seberat-beratnya

6) Seorang perawat meminta mahasiswa keperawatan untuk memberikan transfusi darah


pada pasien A. Karena miskomunikasi, transfusi darah diberikan pada pasien B yang
kebetulan bergolongan darah sama dengan pasien A. Kasus di atas termasuk:
A. Malpraktik
B. Kelalaian

250
C. Liabilitas
D. Tindakan kriminal

7) Seorang perawat di sebuah ruang rawat memberikan obat suntikan tidak sesuai
dosis yang dianjurkan dokter. Obat tersebut sangat mahal dan perawat hanya
memberikan setengah dari dosis yang dianjurkan. Ternyata obat tersebut akan
dijual kembali sehingga menambah pemasukan perawat. Kasus di atas termasuk
pelanggaran prinsip moral yang mana?
A. Otonomi
B. Keadilan
C. Kejujuran
D. Menghargai kehidupan

8) Kebiasaan masyarakat di Indonesia apabila ada anggota keluarga yang sakit,


biasanya keluarga akan turut serta menunggui, satu atau lebih dari satu orang.
Setiap rumah sakit mempunyai aturan menunggu dan persyaratan klien yang
boleh ditunggu. Namun hal ini sering tidak dihiraukan keluarga pasien karena
alasan rumah jauh, klien tidak tenang bila tidak ditunggu keluarga dan lain-lain.
Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan
keputusan etis yaitu:
A. Faktor dana
B. Faktor legislasi dan keputusan yuridis
C. Faktor adat istiadat
D. Faktor perkembangan teknologi

9) Jika perawat dihadapkan pada 2 atau lebih jawaban yang baik tapi tidak bisa
melakukan keduanya dan pilihan itu bisa dijustifikasi dengan prinsip moral
artinya perawat sedang menghadapi:
A. Dilema Etik.
B. Masalah Etik.
C. Isu Etik
D. Prinsip Etik

10) Teori dasar dalam pembuatan keputusan etik adalah:


A. Teleologi dan Deontologi
B. Moralism dan Objectivism
C. Rasional Paternalistik dan Hedonism
D. Altruisme dan Subjectivism

1
RUBRIK DESKRIPTIF

A. MAKALAH

NO Materi Penilaian
1 2 3 4 5
1 Halaman sampul
Berisi judul makalah, nama dan NIM penulis makalah, logo
institusi, nama institusi, dan tahun penulisan makalah

2 Kata Pengantar
Berisi gambaran isi makalah dan ucapan terimakasih
mahasiswa sebagai penulis yang ditujukan kepada dosen
pengampu dan lembaga terkait serta pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah
Tulisan KATA PENGANTAR ditulis dengan huruf kapital
simetris diatas bidang pengetikan, tanpa tanda titik, dan
berada ditengah atas.
Teks dalam kata pengantar diketik dengan spasi 1,5
Panjang teks tidak lebih dari 2 halaman kertas A4
Pada bagian akhir dicantumkan Penulis (dipojok kanan
bawah) tanpa menyebut nama terang

3 Daftar Isi
Memuat Judul BAB, Judul Sub BAB, dan judul anak sub
BAB yang disertai dengan nomor halaman pemuatannya
Semua judul BAB diketik dengan huruf kapital, sedangkan
sub bab dan judul anak sub bab hanya huruf awal pada
setiap kata saja yang diketik kapital . teks dalam daftar isi
diketik dengan spasi tunggal

4 Daftar Lampiran
Memuat nomor Lampiran, judul lampiran. Antara judul
lampiran yang satu dengan lainnya diberi jarak spasi 1,5

5 ISI
Pendahuluan
 latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan
makalah
ISI
 konsep yang diharapkan sesuai dengan
rancangan penugasan
Penutup
 Kesimpulan dan saran
6 Daftar Pustaka
Mencakup buku dan jurnal terkait berdasarkan evidance
based
7 Lampiran
Keterangan 1 =kurang sekali ,2=kurang ,3= sedang ,4= baik,5= baik sekali

2
B. PRESENTASI KELOMPOK
1. Cheklist pembelajaran diskusi kelompok, presentasi oleh Dosen
2. Dosen yang menilai :
3. Kelompok Tampil :
4. Mata Kuliah :
5. Tgl :
6. Proses Kelompok
7. Berikan pengisian : Berikan pendapat anda terhadap diskusi kelompok yang sedang berjalan

NO Materi Penilaian

1 2 3 4 5

1 Anggota kelompok menyiapkan materi dengan baik

2 LO sudah tercapai

3 Membuat kesimpulan kelompok

4 Diskusi kelompok merangsang anggota untuk


berpartisipasi

5 Semua anggota memberikan kontribusi pemikiran dalam


diskusi

6 Suasana kerjasama tampak didalam kelompok

7 Mahasiswa mampu bertanggung jawab pada ketepatan


informasi yang diberikan

8 Mahasiswa menggunakan sumber – sumber yang sesuai

Keterangan 1 =kurang sekali ,2=kurang ,3= sedang ,4= baik,5= baik sekali

3
RUBRIK HOLISTIK

A. SIKAP

Dosen yang menilai :

Nama Mahasiswa :

Tgl/ Hari :

Proses pembelajaran

Berikan pengisian : Berikan pendapat anda terhadap diskusi kelompok yang sedang berjalan

NO Ranah sikap Pribadi Penilaian obs

1 2 3 4 5

1 Berakhlak mulia dan sopan santun

2 Percaya diri

3 Bertanggung jawab

4 Disisplin

5 Berinteraksi secara efektif dengan


lingkungan sosial dan sekitarnya

6 Mampu bekerja sama

1 =kurang sekali ,2=kurang ,3= sedang ,4= baik,5= baik sekali

4
PERANGKAT ASESMEN

DAFTAR TILIK KOMPETENSI KDK

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI P1 STIKES


FORT DE KOCK
No. Skema sertifikasi :

Judul Skema Sertifikasi :

Cluster

Perumus:

______________

2016

5
FR-MPA 03.1 : PERTANYAAN TERTULIS – JAWABAN SINGKAT

Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis – Jawaban Singkat

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit kompetensi : KES. PG01.003.01

Judul Unit kompetensi :


Menghormati hak pasien /klien

Tanggal uji kompetensi :

Sifat uji : (tutup buku /buka buku)*

Waktu : menit

Petunjuk

a. Jawablah pertanyaan di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan dengan singkat dan
jelas

b. Posisikan alat komunikasi hp dengan getar pada saat uji berlangsung

Pertanyaan :

No. KUK No. Pertanyaan Soal


Soal

1.1. 1. Jelaskan , bila pasien baru masuk untuk dirawat, penjelasn apa yang harus
diberikan ? (TS)

2 Sebutkan hak dan kewajiban pasien ( TS)

3.
Apa yang akan terjadi bila pasien tidak mematuhi peraturan RS?

3.1 1. Jelaskan apa tindakan perawat bila ada obat dan infus yang tersisa setelah
pasien dinyatakan pulang agar pasien tidak rugi??(TS)

3.2 1 Siapa saja yang dapat dipakai sebagai sumber data saat anda melakukan
pengkajian ?? (TS)

6
2 Jelaskan langkah untuk pengisian informed consent tersebut?? (CMS)

Jawaban

No. KUK No. Pertanyaan Soal


Soal

1.1. 1. Perkenalkan nama perawat, ruangan dan fasilitas yang ada di ruangan

2 Hak pasien

a. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang


berlaku
b. Hak atas privasy dan kerahasiaan penyakit yang diderita pasien
termasuk data medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut
peraturan yang berlaku

Kewajiban pasien :

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur


b. Mematuhi nasehat dokter , dokter gigi, perawat

3.
Resiko yang mungkin diterima adalah tidak kontinuenya terapi , dan waktu
rawatan memanjanng

3.1 1. Obat-obatan yang tidak terpakai diusahakan dan dikoordinasikan dengan bagian
farmasi untuk diganti pembayarannya

3.2 1 Sumber data antara lain:

Pasien sendiri, keluarga, dokter yang merawat

2 Langkah informed consent:

- Pasien diberitahu
- Diberi penjelasn tentang penyakitnya oleh dokter dan rencana tindakan
yang akan dilakukan
- Bila pasien sudah mengerti pasien diminta mennada tangani
- Simpan informe consent dalam status pasien
- Beritahu pada shift berikutnya

FR-MPA 03.1 : PERTANYAAN TERTULIS – JAWABAN SINGKAT

7
Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis – Jawaban Singkat

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit kompetensi : KES. PG01.003.01

Judul Unit kompetensi :


Menghormati hak pasien

Tanggal uji kompetensi :

Sifat uji : (tutup buku /buka buku)*

Waktu : .....menit

Petunjuk

a. Jawablah pertanyaan di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas

b. Posisikan alat komunikasi hp dengan getar pada saat uji berlangsung

FR-MPA.05 : CEKLIS OBSERVASI-DEMONSTRASI/PRAKTEK

8
Perangkat asesmen : Daftar Cek Observasi – Demonstrasi/Praktek

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit kompetensi : KES. PG01.003.01

Judul Unit kompetensi :


Menghormati hak privasi pasien / klien
Tanggal uji kompetensi :

Waktu : Menit

Setiap tugas/ instruksi harus terkait dengan elemen/kuk

Penilaia
Pencapaian
No. n
Daftar tugas/ instruksi Poin yang dicek/ diobservasi
KUK Tida
Ya K BK
k

1.2 a.Memberitahu tujuan kolaborasi

Hargailah keinginan b.Memberitahu pada dokter


pasien dan keluarga
dihargai dan c. Memberitahu pada kepala ruangan
dikolaborasi oleh tim tentang kasus pasien
kesehatan dan pihak
d. Membahas tentang keinginan pasien
manajemen Rumah
dengan dokter penangung jawab dan
sakit.(TMS,CMS,JRES)
karu

d. mencatat semua jawaban dan hasil


kolaborasi

1.3 Menerapkan prinsip etik pada setiap


semua tindakan
tindakan keperawatan ; respek ,
didasarkan pada aspek
autonomy , benefience, non
legal etik ( TS)
malefisiensy , confidensial, justice

2.1 Sediakan ruang khusus a. Tersedia ruangan yang tertutup


untuk percakapan ber b. Meletakkan meja dengan alas
meja
Sifat pribadi antara c. Komputer lengkap
klien dan pemberi d. Alat tulis ( kertas , pulpen)
asuhan profesional ( TS)

2.2 diatur dan dijaga posisi a. Pasein diberi tahu semua


klien privasinya dalam kegiatan
higiene , eliminasi , ganti b. Menyediakan tempat tidur
9
pakaian dan lengkap dengan pengalas
pemeriksaan ( c. Menyediakan skerem
TMS,CMS,JRES) d. Menyediakan alat alat
pemasangan kateter dengan
vulva higiene dan ganti pakaian
dalam
e. Melakukan vulva higiene dan
ganti kateter
f. Melakukan penggantian baju dan
pakaian dalam pasien
g. Mencatat semua kegiatan

2.3 diperhatikan nya a. Mengkaji keyakinan yang dianut


keyakinan beragama pasien
klien harus (TS) b. Memberitahu tempat ibadah
yang terdekat
c. Memberitahu fasilitas dan arah
sholat yang ada di ruangan
d. Mengingatkan pasien bila jam
sholat datang

Bantu dan fasilitasi klien


/pasien dengan kasus
terminal menjelang a. Memperhatikan tanda vital
2.4 kematian (TMS) pasien saban 1/5 jam
b. Memberitahu keluarga kondisi
pasien , dan menyarankan
untuk banyak berdoa
c. Memberitahu pada tim rohani
RS
d. Mendekatkan semua kebutuhan
peralatan emergensy ke dekat
pasien

jaga situasi keamanan a. Memasang pagar tempat tidur


2.5
dan kenyamanan fisik pasien
dan psikolog pasien (TS) b. Memberitahu pada pasien bila
perlu bantuan
c. Mengganti laken pasien setiap
hari dan kapan diperlukan
d. Mencatat kondisi pasien secara
ketat dan memberitahu kepada
dokter

10
3.3 Llaksanakan Mekanisme a. Disiapkan form informed
informed consent (CMS) consent
b. Diberi penjelasan kepada pasien
c. Diisi informed consent tersebut
d. Dicatat

4.1 a. Menyediakan form dokumentasi


askep
gunakan Pedoman dan b. Mengisi form askep dengan
persyaratan lengkap yang isinya ( identitas,
dokumentasi asuhan format pengkajian , diagnosa
keperawatan klien ( keperawatan, intervensi,
TMS, CMS, JRES) evaluasi)

4.2 catatan klien disimpan a. Menyimpan lembaran catatan


(TS) pasien pada masing-masing
status pasien
b. Status pasien diletakkan di meja
c. Bila pasien telah pulang status
pasien harus dikembalikan ke
MR

4.3 Pencatatan data-data a. Sumber data pasien adalah dari


klien/pasien pasien sendiri
dibatasi pada orang- b. Sumber data sekunder dari
orang tertentu ( TS) istri/suami /anak kandung
c. Sumber data harus dicatat

4.4 Kerahasiaan data klien a. Status pasien disimpan di


pasien disimpan dan ruangan MR
dijaga ( TS) b. Status pasien hanya bisa keluar
bila ada keperluan
peneyelidikan di kepolisian /
kejaksaaan

11
FR-MPA.05 : TUGAS PRAKTEK-DEMONSTRASI/PRAKTEK
Perangkat asesmen : Daftar Cek Observasi – Demonstrasi/Praktek

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit kompetensi : KES. PG01.003.01

Judul Unit kompetensi :


Menghormati hak privasi klien
Tanggal uji kompetensi :

Waktu : ..... menit

A. Petunjuk

1. Baca dan pelajari setiap langkah/instruksi dibawah ini dengan cermat sebelum melaksanakan
praktek

2. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan urutan proses yang sudah ditetapkan

3. Seluruh proses kerja mengacu kepada sop/wi/ik yang dipersyaratkan

4. Waktu pengerjaan yang disediakan ........ menit


12
B. Instruksi kerja :
1. Hargailah keinginan pasien dan keluarga dihargai dan dikolaborasi oleh tim kesehatan dan pihak
manajemen Rumah sakit.
2. semua tindakan didasarkan pada aspek legal etik
3. Sediakan ruang khusus untuk percakapan bersifat pribadi antara klien dan pemberi asuhan
profesional
4. Diatur dan dijaga posisi klien privasinya dalam higiene , eliminasi , ganti pakaian dan
pemeriksaan diperhatikan nya keyakinan beragama klien harus
5. Bantu dan fasilitasi klien /pasien dengan kasus terminal menjelang kematian (TMS)
6. jaga situasi keamanan dan kenyamanan fisik dan psikolog pasien (TS)
7. Llaksanakan Mekanisme informed consent (CMS)
8. gunakan Pedoman dan persyaratan dokumentasi asuhan keperawatan klien ( TMS, CMS, JRES)
9. catatan klien disimpan (TS)
10. Pencatatan data-data klien/pasien dibatasi pada orang-orang tertentu
11. Kerahasiaan data klien pasien disimpan dan dijaga

FR-MPA.06 : CEKLIS OBSERVASI PORTOFOLIO

Perangkat asesmen : Ceklis Observasi Portofolio

Nama peserta sertifikasi :

Nama asesor :

Kode Unit kompetensi : KES.PG01.006.01

Mengevaluasi Pembelajaran Dan Pemahaman Tentang Praktik


Judul Unit kompetensi :
Kesehatan

Tanggal uji kompetensi : Maret 2016

Waktu : 30 menit

Dokumen bukti/ portofolio telah Valid)* Asli)* Terkini)*


menunjukan pemenuhan terhadap
aturan bukti :
Ya Ya
Tidak Ya Tidak Tidak

1.

2.

3.

13
4.

5.

6.

Isi dari dokumen portofolio telah menunjukkan kemampuan peserta sertifikasii (memadai/ sufficient)
terhadap setiap elemen kompetensi/kriteria unjuk kerja sebagai berikut :

Memadai*
Elemen Kompetensi/ KUK
Bukti no.
Ya Tidak
No. Elemen Kompetensi
Elemen

1 Mengkaji kebutuhan belajar klien/pasien

Menyiapkan rancangan evaluasi


2 pembelajaran

Melakukan evaluasi pembelajaran dan


3 pemahaman tentang praktek kesehatan

4 Mendokumentasikan hasil evaluasi

14
Sebagai tindak lanjut hasil verifikasi terhadap bukti-bukti, substansi dari materi dibawah ini harap
diklarifikasi pada saat wawancara :

Diperlukan bukti-bukti tambahan pada unit/ elemen kompetensi sebagai berikut :

15

Anda mungkin juga menyukai