Di susun Oleh :
Kelompok 2 C/AK1
Maria Lomboan (18061104179)
Thasya Oroh (18061104185)
Ester Takalumang (18061104015)
Junior Lalonsang (18061104113)
Aisah Ramadhan (18061104061)
Norika Barry (18061104269)
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Dalam syariah, kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan, dan
praktik yang diterapkan entitas syariah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.
Bagian kebijakan akuntansi dalam Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal sebagai
berikut: (a) dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan; (b) kebijakan akuntansi
tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan secara benar.
DASAR AKRUAL
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali Laporan Arus Kas
dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha. Dalam penghitungan
pembagian hasil usaha didasarkan pada pendapatan yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar
kas).
KONSISTENSI PENYAJIAN
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten, kecuali:
(a) terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah atau perubahan
penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
(b) perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
INFORMASI KOMPARATIF
Informasi kuantitatif harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya, kecuali
dinyatakan lain oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Informasi komparatif yang
bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali
apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
PENGUNGKAPAN LAIN
- Untuk setiap jenis instrumen pendanaan dalam mata uang asing, entitas syariah harus
mengungkapkan informasi berikut ini:
a) karakteristik umum dari setiap instrumen pendanaan termasuk informasi mengenai nisbah
bagi hasil/ margin/ujrah dan nama pemodal;
b) nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, jadual angsuran
atau pembayaran;
c) dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen pendanaan dapat dikonversi;
d) nilai kurs yang digunakan pada tanggal Neraca;
e) jaminan; dan
f) hal penting lainnya.
- Apabila suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan diterapkan sebelum tanggal
berlaku efektif dan penerapan lebih dini tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
ada dalam Pernyataan ini, maka fakta tersebut harus diungkapkan.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan pada transaksi murabahah yang dilakukan entitas baik
sebagai penjual maupun pembeli.
- Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas sukuk yang
menggunakan akad murabahah.
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan
dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran.
Pendapatan murabahah adalah marjin dan pendapatan lain yang tercantum dalam akad.
Persediaan murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dengan
menggunakan akad murabahah.
KARAKTERISTIK
- Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah menerima pesanan
dari pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan
mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
- Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh
adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli,
tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
- Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati, maka hanya ada satu harga yang digunakan yaitu harga dalam akad.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual. Penjual harus
memberitahukan biaya perolehan persediaan murabahah kepada pembeli. Biaya
perolehan persediaan murabahah merupakan jumlah kas neto yang dikeluarkan oleh
penjual sampai dengan akad murabahah, termasuk diskon yang diterima oleh penjual
dalam bentuk apa pun atas pembelian persediaan murabahah sampai dengan terjadinya
akad murabahah.
- Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda, kecuali jika dapat
dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh
force majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk
membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai
dengan yang diperjanjikan dalam akad dan denda yang diterima oleh penjual
diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
- Penjual dapat memberikan potongan pada saat terjadi pelunasan piutang
murabahah; atau memberikan potongan atas piutang murabahah yang belum
dilunasi.
Akuntansi Pembeli
- Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang
murabahah sebesar jumlah yang wajib dibayarkan.
- Biaya perolehan dari aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diukur
pada:
a) harga beli ditambah biaya transaksi, jika murabahah secara tunai;
b) biaya perolehan tunai, jika melalui murabahah tangguh. Selisih antara harga
beli dan biaya transaksi dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.
- Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional selama masa akad.
- Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan,
dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah
tangguhan.
- Denda yang dibayarkan kepada penjual diakui sebagai beban.
- Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang diakui sebagai beban.
PENYAJIAN
- Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu
saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
- Pendapatan murabahah tangguhan dan biaya transaksi disajikan sebagai
pengurang (contra account) piutang murabahah.
- Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang
murabahah.
PENGUNGKAPAN
- Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
a) harga perolehan aset murabahah;
b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban
atau bukan; dan
c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
- Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi
tidak terbatas pada:
a) nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
b) jangka waktu murabahah tangguh; dan
c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101
TUJUAN
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
transaksi salam.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk :
a) Lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi salam baik sebagai penjual
maupun pembeli
b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi salam dengan lembaga keuangan syariah
- Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad salam
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini :
Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari
oleh muslam illaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur asset yang dapat
dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar (arm’s length transaction) yang melibatkan
pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai.
Nilai tercatat adalah nilai yang diakui dalam necara.
KARAKTERISTIK
- Lembaga keuangan syariah dapat bertindak sebagai pembeli dana tau penjual dalam suatu
transaksi salam. Jika lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penjual kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka
hal itu disebut salam parallel
- Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:
a) akad antara entitas (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad antara
entitas (sebagai penjual) dan pembeli akhir; dan
b) kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq).
- Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam
hal bertindak sebagai pembeli, entitas dapat meminta jaminan kepada penjual untuk
menghindari risiko yang merugikan.
- Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang
dikirimkan salah atau cacat, maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannya.
- Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang atau
manfaat. Peluansan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam
bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain
- Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih
dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barangnya, barang yang
dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari
penjual transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada
pembeli.
PENYAJIAN
- Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam .
- Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam .
- Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam .
PENGUNGKAPAN
- Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
b) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
- Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:
a) piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan istimewa;
b) jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c) pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang
melakukan transaksi istishna’, baik sebagai penjual maupun pembeli.
- Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain adalah:
a) Perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku
b) Lembaga keuangan syariah non-bank seperti asuransi, lembaga pembiayaan, dan dana
pension
c) Lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk menjalankan transaksi salam
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan
penjual (pembuat, shani’).
Istishna’ paralel adalah suatu bentuk akad istishna’ antara pemesan (pembeli, mustashni’)
dengan penjual (pembuat, shani’), kemudian untuk memenuhi kewajibannya kepada mustashni’ ,
penjual memerlukan pihak lain sebagai shani’.
Nilai tunai adalah jumlah yang harus dibayar apabila transaksi dilakukan secara kas.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan
kepada pembeli tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.
KARAKTERISTIK
- Berdasarkan akad istishna’, pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang
pesanan (mashnu’) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli,
dengan cara pembayaran dimuka atau tangguh.
- Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad.
Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
- Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli
dan penjual. Jika barang pesanan yang diserahkan salah atau cacat maka penjual harus
bertanggung jawab atas kelalaiannya.
- Entitas dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’. Jika
entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (produsen atau
kontraktor) untuk membuat barang pesanan juga dengan cara istishna’ maka hal ini
disebut istishna’ paralel.
- Istishna’ paralel dapat dilakukan dengan syarat akad pertama, antara entitas dan pembeli
akhir, tidak bergantung (mu’allaq) dari akad kedua, antara entitas dan pihak lain.
- Pada dasarnyaistishna’ tidak dapat dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi:
a) kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
b) akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Akuntansi Pembeli
- Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui hutang istishna’ kepada penjual.
- Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istishna’ tangguhan.
- Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan hutang istishna’.
- Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi
garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
- Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada
penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
- Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan
biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
- Dalam istishna’ paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka barang pesanan diukur dengan nilai yang
lebih rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna’. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
PENYAJIAN
- Penjual menyajikan dalam laporan keuangan halhal sebagai berikut:
a) Piutang istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
b) Termin istishna’ yang berasal dari transaksi istishna’ sebesar jumlah tagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.
- Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:
a) Hutang ishtisna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b) Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar:
- persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika
istishna’ paralel; atau
- kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’.
PENGUNGKAPAN
- Penjual mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas,
pada:
a) metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna’;
b) metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan;
c) rincian piutang istishna’ berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang;
d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
- Pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak
terbatas, pada:
a) rincian hutang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
b) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah baik
sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).
- Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad mudharabah.
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik
dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku
pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan
kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan
kepada pengelola dana, antara lain mengenai tempat, cara dan atau obyek investasi.
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama investasi.
KARAKTERISTIK
- Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
- Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, maka dana yang
diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.
- Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain:
a) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
b) tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau
tanpa jaminan; atau
c) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga.
- Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan, namun agar pengelola
dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta jaminan dari
pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola
dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
- Pengembalian dana mudharabah dapat dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah diakhiri.
- Jika dari pengelolaan dana mudharabah menghasilkan keuntungan, maka porsi jumlah
bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang
disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan
dana mudharabah menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi tanggungan
pemilik dana.
PENYAJIAN
- Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai
tercatat.
- Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
a) dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap
jenis mudharabah;
b) bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan
kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan di kewajiban
PENGUNGKAPAN
- Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas,
pada:
a) isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
b) rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
c) penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan; dan
d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
- Pengelola dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas, pada:
a) isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
b) rincian dana syirkah temporer yang diterima berdasarkan jenisnya;
c) penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayadah; dan
d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
F. PSAK 106 : AKUNTANSI MUSYARAKAH
TUJUAN
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi musyarakah.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi musyarakah.
- Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad musyarakah
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masingmasing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana
tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga
bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi
pemilik penuh usaha tersebut.
Mitra aktif adalah mitra yang mengelola usaha musyarakah, baik mengelola sendiri atau
menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
KARAKTERISTIK
- Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha
tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru.
Selanjutnya salah satu mitra dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang
telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.
- Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas.
- Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah:
a) pelanggaran terhadap akad, antara lain, penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya
dan pendapatan operasional; atau
b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
- Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.
- Keuntungan usaha musyarakah dibagi di antara para mitra secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas) atau sesuai nisbah
yang disepakati oleh para mitra. Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional
sesuai dengan dana yang disetorkan (baik berupa kas maupun aset nonkas).
- Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam
akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk
dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan
yang lebih besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnnya.
- Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati
dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang
disalurkan.
- Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan
investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri
PENYAJIAN
- Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
a) Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra pasif
disajikan sebagai investasi musyarakah;
b) Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana syirkah
temporer untuk;
c) Selisih penilaian aset musyarakah, bila ada, disajikan sebagai unsur ekuitas.
- Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan:
a) Kas atau aset nonkas yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai investasi
musyarakah;
b) Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada nilai
wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.
PENGUNGKAPAN
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada:
a) isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha,
aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
b) pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah.
- Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan
akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi
syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah.
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Aset ijarah adalah aset baik berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya
disewakan.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sewa
yang dimaksud adalah sewa operasi (operating lease).
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah dengan wa’d perpindahan kepemilikan aset yang di-
ijarah-kan pada saat tertentu.
Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arms length transaction).
Obyek ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud.
Umur manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan atau jumlah
produksi/unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset.
Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu.
KARAKTERISTIK
- Ijarah merupakan sewa menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan
kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
- Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa,
dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau diakhiri
dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah secara:
a) Hibah
b) penjualan sebelum akhir masa akad
c) penjualan pada akhir masa akad
d) penjualan secara bertahap.
- Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian.
- Spesifikasi obyek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis, harus jelas diketahui dan
tercantum dalam akad.
- Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam
ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara:
a) hibah, maka jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai beban;
b) penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah
tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat
objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
d) penjualan secara bertahap, maka:
- selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah
dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian;
- bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar
atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.
PENYAJIAN
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban
penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.
PENGUNGKAPAN
- Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
- Keberadaan wa’d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika
ada wa’d pengalihan kepemilikan);
- Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah-lanjut;
- Agunan yang digunakan (jika ada);
b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset
ijarah;
c) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).
- Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
- Total pembayaran;
- Keberadaan wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’d pemilik untuk pengalihan kepemilikan);
- Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah-lanjut;
- Agunan yang digunakan (jika ada);
b) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jualdan-ijarah).
RUANG LINGKUP
- Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan penyelesaian atas utang piutang
murabahah bermasalah.
- Pernyataan ini mengatur perlakuan akuntansi keuangan dan pelaporan penyelesaian utang
piutang murabahah bermasalah, baik bagi kreditur (penjual) maupun debitur (pembeli).
Pernyataan ini tidak mencakup akuntansi untuk penyisihan piutang tidak tertagih dan
tidak mengatur metode estimasi piutang tidak tertagih.
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Harga pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari kredituran suatu aset dalam pasar yang
aktif.
Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan/ amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau
penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
secara wajar.
KARAKTERISTIK
- Penyelesaian piutang murabahah melalui restrukturisasi piutang murabahah dapat
dilakukan terhadap debitur yang mengalami penurunan kemampuan dalam membayar
angsuran atau tagihan murabahah.
- Kreditur yang melakukan restrukturisasi atas piutang murabahah-nya yang bermasalah
akibat penurunan kemampuan pembayaran dari debitur dapat dilakukan dengan cara, satu
atau lebih kombinasi berikut:
a) memberi potongan tagihan murabahah;
b) melakukan penjadualan kembali tagihan murabahah;
c) melakukan konversi akad murabahah.
- Pemberian potongan tagihan murabahah dilakukan terhadap debitur yang mengalami
penurunan kemampuan pembayaran yang bersifat permanen sehingga debitur hanya
mampu membayar lebih kecil daripada utang murabahah-nya.
- Penjadualan kembali pembayaran angsuran murabahah dilakukan terhadap debitur yang
mengalami penurunan kemampuan pembayaran sehingga tidak mampu membayar
angsuran sesuai jumlah dan waktu dalam akad murabahah. Namun, debitur tersebut
masih mampu membayar sisa seluruh utangnya jika dilakukan penjadualan kembali.
- Konversi akad murabahah dengan membuat akad dilakukan terhadap debitur yang
mengalami penurunan kemampuan pembayaran atas angsuran murabahah-nya, namun
debitur tersebut masih prospektif. Konversi akad murabahah dilakukan dengan
menghentikan akad murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah
bittamlik, mudharabah atau musyarakah.
- Sedangkan bagi debitur yang tidak mampu membayar tagihan murabahah dapat
diselesaikan melalui penjualan obyek murabahah dan atau jaminan lainnya sesuai prinsip
syariah.
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Akuntansi Kreditur
a. Potongan Tagihan Murabahah
- Potongan yang diberikan dalam rangka restrukturisasi piutang murabahah diakui sebagai
pengurang jumlah tercatat marjin murabahah tangguhan sampai habis sebelum pada
akhirnya menggurangi biaya perolehan aset murabahah yang tersisa dalam piutang
murabahah yang direstrukturisasi.
- Jika jumlah potongan yang diberikan melebihi saldo margin keuntungan murabahah
tangguhan, maka selisih tersebut diakui sebagai kerugian.
Penjadualan Kembali Tagihan Murabahah
- Penjadualan kembali tagihan murabahah, dalam rangka restrukturisasi, diberikan kepada
debitur yang tidak bisa melunasi utangnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati.
Penjadualan kembali tagihan murabahah dilakukan dengan ketentuan:
a) tidak menambah jumlah utang yang tersisa;
b) pembebanan biaya dalam proses penjadualan kembali adalah biaya riil; dan
c) perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
- Biaya riil yang terkait dengan proses penjadualan kembali tagihan murabahah yang
dibebankan kepada debitur diakui sebagai pendapatan.
- Biaya riil dalam proses penjadualan kembali piutang murabahah adalah biaya langsung
(direct cost) dari aktivitas kreditur dalam melakukan penjadualan kembali tersebut.
b. Konversi Akad Murabahah
- Konversi akad murabahah menjadi akad lainnya bagi debitur yang tidak bisa
menyelesaikan utang murabahah sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati,
tetapi debitur tersebut masih prospektif dimungkinkan dengan ketentuan:
a) akad murabahah dihentikan dengan cara:
- obyek murabahah dijual oleh debitur kepada kreditur dengan harga pasar;
- debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan
ketentuan sebagai berikut:
i. jika hasil penjualan melebihi sisa utang, maka kelebihan itu dapat
dijadikan uang muka ijarah muntahiyah bittamlik, bagian modal
mudharabah musytarakah, atau bagian modal musyarakah;
ii. jika hasil kredituran lebih kecil dari sisa utang maka utang yang penjualan
setelah hasil kredituran tetap menjadi utang debitur yang cara
pelunasannya disepakati antara kreditur dan debitur;
b) para pihak di atas (kreditur dan debitur) selanjutnya dapat membuat akad baru dengan
akad:
- ijarah muntahiyah bittamlik;
- mudharabah; atau
- musyarakah.
- Kelebihan sisa hasil penjualan, jika ada, diakui sebagai uang muka ijarah muntahiyah
bittamlik, bagian modal mudharabah musytarakah atau bagian modal musyarakah, sesuai
dengan akad baru yang disepakati. Perlakuan akuntansi untuk akad baru sesuai dengan
PSAK terkait.
c. Debitur Tidak Mampu Bayar
- Debitur yang tidak mampu melunasi utang murabahah sesuai jumlah dan waktu yang
telah disepakati dapat melakukan restrukturisasi utangnya sesuai kesepakatan dengan
kreditur dengan cara sebagai berikut:
a) debitur menjual obyek murabahah dan atau jaminan lainnya kepada atau melalui kreditur
dengan harga pasar;
b) debitur selanjutnya melunasi sisa utangnya kepada kreditur dari hasil penjualan dengan
ketentuan sebagai berikut:
c) jika hasil penjualan lebih besar daripada sisa utang, maka sisa penjualan adalah hak
debitur;
d) jika hasil penjualan lebih kecil daripada sisa utang, maka selisihnya tetap menjadi utang
debitur, atau kreditur dapat membebaskannya jika debitur tidak mampu membayar sisa
utangnya.
- Pembebasan kewajiban debitur (debitur) untuk membayar sisa utangnya diakui sebagai
kerugian.
Akuntansi Debitur
- Perlakuan akuntansi untuk restrukturisasi utang murabahah melalui konversi akad
dilakukan sesuai dengan PSAK terkait untuk akad yang baru.
- Keuntungan neto atas restrukturisasi utang murabahah setelah pajak, jika ada, diakui
dalam laporan laba rugi dalam periode terjadinya dan disajikan tersendiri sebagai bagian
pendapatan nonusaha.
- Keuntungan neto yang timbul dari restrukturisasi utang murabahah sebesar selisih utang
murabahah tercatat dikurangi jumlah yang harus diselesaikan, atau selisih hasil kredituran
dengan nilai aset termasuk biaya-biaya yang terkait langsung dengan restrukturisasi utang
murabahah tersebut.
PENYAJIAN
Kerugian yang timbul, jika ada, atas restrukturisasi piutang murabahah disajikan secara terpisah
dalam laporan laba rugi.
PENGUNGKAPAN
- Kreditur mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan restrukturisasi piutang
murabahah bermasalah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama debitur, jumlah piutang
yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang digunakan.
- Kreditur juga mengungkapkan keberadaan hubungan istimewa dengan debitur yang
direstrukturisasi, jika ada.
- Debitur mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan informasi yang terkait
dengan restrukturisasi utang murabahah meliputi tetapi tidak terbatas pada, nama
kreditur, jumlah utang yang direstrukturisasi, alasan, dan metode restrukturisasi yang
digunakan.
DEFINISI
Definisi-definisi berikut digunakan dalam Pernyataan ini:
Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat, infak/sedekah.
Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infak/ sedekah serta dana lain yang oleh
pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil.
Dana infak/sedekah adalah bagian nonamil atas penerimaan infak/sedekah.
Dana zakat adalah bagian nonamil atas penerimaan zakat.
Infak/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang
peruntukannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.
Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq terdiri dari:
1. fakir;
2. miskin;
3. riqab;
4. orang yang terlilit utang (ghorim);
5. muallaf;
6. fisabilillah;
7. orang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
8. amil.
Muzakki adalah individu muslim yang secara syariah wajib membayar (menunaikan) zakat.
Nisab adalah batas minimum harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
KARAKTERISTIK
- Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada
mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur
mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif
zakat (qadar), dan peruntukannya.
- Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan
peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah.
- Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
Infak/Sedekah
a. Pengakuan awal
- Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat
sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar:
a) jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b) nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
- Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana
infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.
b. Pengukuran setelah pengakuan awal
- Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar
nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah.
Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat
apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
- Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai:
a) pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil;
b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
c. Penyaluran infak/sedekah
- Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar:
a) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas;
b) nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
- Penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana
infak/ sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang
disalurkan tersebut.
- Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat
sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/ sedekah.
Dana Nonhalal
- Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank
konvensional. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau
kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang.
- Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari dana zakat, dana
infak/ sedekah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.
PENYAJIAN
Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah
dalam neraca (laporan posisi keuangan).
PENGUNGKAPAN
Zakat
- Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak
terbatas pada:
a) kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;
b) kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat, seperti
persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
c) metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset
nonkas;
d) rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan
jumlah dana yang diterima langsung mustahiq; dan
e) hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi:
- sifat hubungan istimewa;
- jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
- presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.
Infak/Sedekah
- Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi
tidak terbatas pada:
a) metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa
aset nonkas;
b) kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan infak/sedekah,
seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
c) kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan
penerima;
d) keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih
dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan
infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya;
e) hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud di huruf (d) diungkapkan secara
terpisah;
f) penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang
berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah
serta alasannya;
g) rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup jumlah beban pengelolaan
dan jumlah dana yang diterima langsung oleh penerima infak/sedekah;
h) rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat; dan
- hubungan istimewa antara amil dengan penerima infak/sedekah yang meliputi:
- sifat hubungan istimewa;
- jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
- presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.
- Selain membuat pengungkapan di paragraf 35 dan 36, amil mengungkapkan hal-hal
berikut:
a) keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan
dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya; dan
b) kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.
RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
DEFINISI
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Beban ijarah adalah imbal hasil yang diberikan oleh penerbit sukuk kepada pemilik sukuk
ijarah.
Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
penerbitan atau perolehan sukuk.
Pasar yang lazim adalah pasar yang mana pembelian atau penjualan sukuk berdasarkan kontrak
yang mensyaratkan penyerahan sukuk dalam suatu kurun waktu yang umumnya ditetapkan
dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku di pasar.
Sukuk adalah efek syariah berupa sertifiat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi) atas: (a) aset berwujud
tertentu; (b) manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada; (c)
jasa yang sudah ada maupun yang akan ada; (d) aset proyek tertentu; atau (e) kegiatan investasi
yang telah ditentukan.
Sukuk Ijarah adalah sukuk yang menggunakan akad ijarah.
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang menggunakan akad mudharabah.
KARAKTERISTIK
- Sukuk merupakan sertifiat yang bernilai sama yang merepresentasikan hak pemilik
(investor) atas kepemilikan fiik aset, manfaat atas aset, proyek tertentu, atau jasa tertentu.
- Sukuk mewakili kepemilikan bersama dalam kepemilikan aset yang tersedia untuk
diinvestasikan, baik aset nonmoneter, manfaat, jasa, atau kombinasi ketiganya, ditambah
aset takberwujud atau aset moneter.
- Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad syariah, termasuk adanya
aset/aktivitas yang mendasari (underlying assets/activities).
- Perdagangan sukuk tunduk kepada ketentuan yang mengatur perdagangan hak-hak yang
diwakilinya.
- Pemilik sukuk memperoleh hasil dan menanggung kerugian sebagaimana dinyatakan
dalam akad.
- Penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya menggunakan
akad ijarah atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan dengan akad lain (multi
akad). Untuk tujuan pengaturan dalam Pernyataan ini, semua akad tersebut diperlakukan
sebagai satu kesatuan akad dalam penerbitan sukuk.
AKUNTANSI PENERBIT
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
Sukuk Ijarah
- Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan
penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan
premium atau diskonto, dan biaya transaksi terkait dengan penerbitannya.
- Setelah pengakuan awal, jika jumlah tercatat berbeda dengan nilai nominal disebabkan
penyesuaian seperti di paragraf 15, maka perbedaan tersebut diamortisasi secara garis
lurus selama jangka waktu sukuk ijarah.
- Beban ijarah diakui pada saat terutang.
Sukuk Mudharabah
- Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang terikat dengan ketentuan
penerbitan sukuk mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar nilai nominal. Biaya
transaksi diakui secara terpisah dari sukuk mudharabah.
- Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk mudharabah.
- Bagi hasil yang menjadi hak pemilik sukuk mudharabah diakui sebagai pengurang
pendapatan, bukan sebagai beban
PENYAJIAN
- Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas.
- Sukuk mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer.
PENGUNGKAPAN
- Untuk sukuk ijarah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk ijarah, termasuk:
- ringkasan akad syariah yang digunakan;
- aset atau manfaat yang mendasari;
- besaran imbalan;
- nilai nominal;
- jangka waktu;
- persyaratan penting lain.
b) Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari penerbitan sukuk ijarah, termasuk
jenis dan umur ekonomik; dan
c) Lain-lain.
- Untuk sukuk mudharabah, entitas mengungkapkan halhal berikut:
a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk mudharabah, termasuk:
- ringkasan akad syariah yang digunakan;
- aktivitas yang mendasari;
- nilai nominal;
- prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah bagi hasil;
- jangka waktu;
- persyaratan penting lain.
b) Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan sukuk mudharabah, termasuk
jenis usaha, kecenderungan (tren) usaha, pihak yang mengelola usaha (jika dilakukan
pihak lain); dan
c) Lain-lain.
AKUNTANSI INVESTOR
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
a. Pengakuan Awal
- Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah sebesar biaya
perolehan.
- Biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada biaya perolehan
dan pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain termasuk biaya transaksi.
Sedangkan biaya perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi tidak termasuk biaya transaksi.
- Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah pada saat tanggal
perdagangan atau penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim.
b. Klasifiasi dan Reklasifiasi
- Sebelum pengakuan awal, entitas menentukan klasifiasi investasi pada sukuk ijarah dan
sukuk mudharabah sebagai diukur pada biaya perolehan, diukur pada nilai wajar melalui
penghasilan komprehensif lain atau diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
- Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya perolehan dan pada nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain, selisih antara biaya perolehan dan nilai nominal
diamortisasi secara garis lurus selama jangka waktu sukuk.
- Entitas tidak dapat mengubah klasifiasi investasi, kecuali terjadi perubahan tujuan model
usaha sebagaimana dijelaskan di paragraf 39.
c. Setelah Pengakuan Awal
- Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lain, perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lain.
Pada saat terjadi penghentian pengakuan saldo perubahan nilai wajar dalam penghasilan
komprehensif lain direklasifiasi ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifiasi (lihat PSAK
101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah).
- Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, selisih antara
nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi.
PENYAJIAN
Pendapatan investasi dan beban amortisasi disajikan secara neto dalam laba rugi.
PENGUNGKAPAN
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:
a) Klasifiasi investasi berdasarkan jumlah investasi;
b) Tujuan model usaha yang digunakan;
c) Jumlah investasi yang direklasifiasikan, jika ada, dan penyebabnya;
d) Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan; dan
e) Lain-lain.
RUANG LINGKUP
Pernyataan ini diterapkan pada wa’d dalam transaksi syariah, termasuk transaksi
keuangan syariah.
DEFINISI
Berikut ini pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:
Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu.
KARAKTERISTIK
- Wa'd yang merupakan janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan
sesuatu di masa mendatang diterapkan pada beberapa transaksi syariah, seperti wa'd yang
ada dalam murabahah, ijarah muntahiyah bittamlik, line facility, jual-sewa-beli (al-bai`
wa al-isti’jar) dalam penerbitan sukuk, jual-sewa-janji-beli (al-bai` ma`a al-wa`d bi al-
syira’) dalam repo surat berharga syariah, dan lindung nilai syariah (al-tahawwuth al-
Islami).
- Hal utama yang membedakan antara wa'd dan akad adalah hak dan kewajiban hukum
akad. Wa'd belum menimbulkan hak dan kewajiban hukum akad, sementara akad telah
menimbulkan hak dan kewajiban hukum akad. Penunaian suatu wa'd akan dituangkan
melalui suatu akad.
- Janji (wa'd) dalam transaksi syariah bersifat mengikat (mulzim).
PENGAKUAN
- Pada saat entitas memberikan wa'd kepada entitas lain atau menerima wa'd dari
entitas lain, maka entitas tidak mengakui aset dan liabilitas yang akan terjadi dari
wa'd.
- Ketika entitas memberikan wa'd kepada entitas lain, maka hal tersebut belum
memunculkan aset atau liabilitas dalam laporan keuangan. Hal yang sama juga berlaku
ketika entitas menerima wa'd dari entitas lain. Wa'd hanya memunculkan potensi aset
atau potensi liabilitas di masa mendatang, tetapi bukan aset atau liabilitas saat ini.
- Entitas mengakui aset atau liabilitas yang terkait pada saat akad dilakukan atas dasar
wa'd sebelumnya sesuai dengan pengaturan dalam PSAK lain yang relevan. 10 Ketika
akad dilakukan atas dasar wa’d sebelumnya, entitas menerapkan pengaturan dalam PSAK
lain yang relevan, seperti PSAK 102: Akuntansi Murabahah dan PSAK 107: Akuntansi
Ijarah. Penerapan wa'd pada transaksi repo surat berharga syariah dan lindung nilai
syariah dijelaskan di Lampiran A dan B.
PENGUNGKAPAN
- Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi
sifat dan luas dari pemberian atau penerimaan wa’d serta dampaknya terhadap posisi dan
kinerja keuangan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) Uraian mengenai kesepakatan pokok dalam wa’d, termasuk jenis, nilai, jangka waktu,
dan pihak lawan.
b) Tujuan, kebijakan, dan pengelolaan risiko yang muncul dari wa'd.
c) Dampak potensial wa'd terhadap aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada akhir
periode.
d) Analisis mengenai dampak terhadap aset, liabilitas, penghasilan, dan beban pada saat
akad dilakukan atas dasar wad.
DAFTAR PUSTAKA
https://jassmh.wordpress.com/2017/01/02/sak-syariah/
KELOMPOK 3
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Syariah tidak terlepas dari perkembangan
industri bisnis dan keuangan syariah di Indonesia. Industri bisnis dan keuangan syariah di
Indonesia terbagi kedalam tiga sector utama, yaitu sektor keuangan syariah, sektor industri halal,
dan sektor keuangan sosial. Karena perkembangan yang begitu pesat, IAI sebagai lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, sejak tahun 2002
mengeluarkan SAK yang terkait dengan lembaga keuangan syariah.
Berikut ini adalah periodesasi perkembangan SAK Syariah di Indonesia (Wiroso, 2010) :
Periode sebelum tahun 2002 dimulai sejak kehadiran lembaga keuangan syariah yaitu tahun
1992. Dimana pada periode ini, lembaga keuangan syariah belum memiliki standar khusus yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi syariah. Lembaga keuangan syariah masih
menggunakan PSAK umum yang dianggap relevan untuk transaksi syariah, seperti PSAK 31
tentang Akuntansi Perbankan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain
itu lembaga keuangan syariah juga menggunakan standar akuntansi syariah yang dikeluarkan
oleh AAOIFI selama tidak bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Menginjak tahun 2002, lembaga keuangan syariah terus tumbuh bergeliat di tanah air, terutama
di sektor perbankan syariah. Maka IAI merespon dengan mengeluarkan PSAK khusus untuk
entitas syariah, yaitu PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah. PSAK 59 menjadi standar
akuntansi syariah pertama yang dikeluarkan di Indonesia. PSAK 59 disahkan pada tanggal 1 Mei
2002 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – IAI, dan berlaku efektif pada 1 Januari 2003.
PSAK 59 terdiri dari 201 paragraf yang mengatur transaksi syariah di bank syariah seperti
transaksi murabahah, salam, istisna’, mudharabah, musyarakah, ijarah, qardh, wadiah, dan sharf.
Hingga kini PSAK 59 masih berlaku, namun sebagian paragrafnya sudah dicabut dan digantikan
dengan PSAK Syariah lain.
Melihat industri bisnis dan keuangan syariah terus berkembangan pesat, dimana telah berdiri
beberapa bank syariah, baik Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, serta kehadiran lembaga keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah,
lembaga pembiayaan syariah, dan koperasi syariah. IAI menganggap penting untuk
mengeluarkan PSAK khusus untuk transaksi syariah (akad syariah) yang terpisah dari PSAK
pada umunya. Maka pada tanggal 27 Juni 2007 diterbitkan SAK Syariah yang khusus mengatur
transaksi syariah pada lembaga bisnis dan keuangan syariah serta penomorannya juga terpisah
dari SAK umum. Penomoran SAK Syariah dimulai dari 101. Badan yang menyusun SAK
Syariah juga terpisah dari SAK umum, SAK Syariah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Syariah (DSAS) yang anggotanya di isi dari perwakilan Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI
untuk memastikan SAK Syariah tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah yang terdapat
pada Fatwa DSN-MUI.
SAK Syariah pertama yang diterbitkan pada 27 Juni 2007 terdiri dari :
PSAK Syariah secara efektif mencabut beberapa paragraph pada PSAK 59 yang terkait dengan
transaksi yang sama.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini, perlakuan akuntansi syariah secara khusus diatur pada SAK
Syariah baik berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan Syariah (ISAK), dan Bulletin Teknis.
SAK Syariah terus mengalami perkembangan berupa penambahan dan revisi seiring dengan
perkembangan industri bisnis dan keuangan syariah serta perkembangan standar akuntansi
keuangan internasional. Hingga kini (Revisi, jumlah SAK syariah terdiri dari 1 Kerangka Dasar,
13 PSAK, dan 2 ISAK.
Untuk menyusun standar akuntansi keuangan syariah, IAI membentuk Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Syariah (DSAS). Susunan DSAS terdiri dari ketua, wakil ketua, dan anggota yang
terdiri dari perwakilan akademisi (kampus), regulator (OJK dan BI), praktisi, industri, dan DSN-
MUI.
Pembentukan DSAS, dimulai dari dibentuknya Komite Akuntansi Syariah pada tahun 2005
hingga 2010. DSAS mulai dibentuk pada tahun 2010, dengan ketua pertamanya M. Jusuf
Wibisana.
DSAS bertugas dan bertanggung jawab atas:
3.Menjawab pertanyaan dari pemerintah, otoritas, asosiasi, dan lembaga luar negeri yang terkait
dengan SAK Syariah.
DSAS dalam melakukan penyusunan SAK Syariah mengikuti due process procedures yang
ditetapkan oleh Peraturan Organisasi IAI. Proses penting tersebut meliputi identifikasi isu untuk
dikembangkan menjadi standar, melakukan riset, melakukan penulisan awal draf eksposur,
pembahasan draf eksposur, pengesahan draf eksposur, publikasi draf eksposur, melakukan public
hearing, dan pengesahan standar. SAK Syariah yang dipublikasikan seluruhnya disertai covering
letter dari DSN-MUI.
Daftar Pustaka
https://akuntansikeuangan.com/mengenal-standar-akuntansi-keuangan-sak-syariah/
KELOMPOK 1
Berikut ini adalah periodesasi perkembangan SAK Syariah di Indonesia (Wiroso, 2010) :
Berikut ini adalah periodesasi perkembangan SAK Syariah di Indonesia (Wiroso, 2010) :
Periode sebelum tahun 2002 dimulai sejak kehadiran lembaga keuangan syariah yaitu tahun
1992. Dimana pada periode ini, lembaga keuangan syariah belum memiliki standar khusus yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi syariah. Lembaga keuangan syariah masih
menggunakan PSAK umum yang dianggap relevan untuk transaksi syariah, seperti PSAK 31
tentang Akuntansi Perbankan selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Selain
itu lembaga keuangan syariah juga menggunakan standar akuntansi syariah yang dikeluarkan
oleh AAOIFI selama tidak bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Menginjak tahun 2002, lembaga keuangan syariah terus tumbuh bergeliat di tanah air, terutama
di sektor perbankan syariah. Maka IAI merespon dengan mengeluarkan PSAK khusus untuk
entitas syariah, yaitu PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah. PSAK 59 menjadi standar
akuntansi syariah pertama yang dikeluarkan di Indonesia. PSAK 59 disahkan pada tanggal 1 Mei
2002 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan – IAI, dan berlaku efektif pada 1 Januari 2003.
PSAK 59 terdiri dari 201 paragraf yang mengatur transaksi syariah di bank syariah seperti
transaksi murabahah, salam, istisna’, mudharabah, musyarakah, ijarah, qardh, wadiah, dan sharf.
Hingga kini PSAK 59 masih berlaku, namun sebagian paragrafnya sudah dicabut dan digantikan
dengan PSAK Syariah lain.
Melihat industri bisnis dan keuangan syariah terus berkembangan pesat, dimana telah berdiri
beberapa bank syariah, baik Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, serta kehadiran lembaga keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah,
lembaga pembiayaan syariah, dan koperasi syariah. IAI menganggap penting untuk
mengeluarkan PSAK khusus untuk transaksi syariah (akad syariah) yang terpisah dari PSAK
pada umunya. Maka pada tanggal 27 Juni 2007 diterbitkan SAK Syariah yang khusus mengatur
transaksi syariah pada lembaga bisnis dan keuangan syariah serta penomorannya juga terpisah
dari SAK umum. Penomoran SAK Syariah dimulai dari 101. Badan yang menyusun SAK
Syariah juga terpisah dari SAK umum, SAK Syariah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi
Syariah (DSAS) yang anggotanya di isi dari perwakilan Dewan Syariah Nasional (DSN) – MUI
untuk memastikan SAK Syariah tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah yang terdapat
pada Fatwa DSN-MUI.
SAK Syariah pertama yang diterbitkan pada 27 Juni 2007 terdiri dari :
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)
PSAK Syariah secara efektif mencabut beberapa paragraph pada PSAK 59 yang terkait dengan
transaksi yang sama.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini, perlakuan akuntansi syariah secara khusus diatur pada SAK
Syariah baik berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan Syariah (ISAK), dan Bulletin Teknis.
KDPPLKS
Kerangka Dasar 27 Jun
Penyusunan dan Penyajian 2007
–
Laporan Keuangan Syariah
16 Des
2011 15
Okt
PSAK 101 Penyajian 27 Jun 2014 25
Laporan Keuangan Syariah 2007 Mei
2016 27
Nov
2019
13
Nov
2013 6
PSAK 102 27 Jun
Jan
Akuntansi Murabahah 2007
2016 6
Sep
2019
PSAK 27 Jun
–
105 Akuntansi Mudharabah 2007
PSAK 27 Jun
–
106 Akuntansi Musyarakah 2007
PSAK 108 Akuntansi
28 Apr 25 Mei
Transaksi Akuntansi
2009 2016
Syariah
26 Okt 24 Feb
PSAK 110 Akuntansi
2011 2015
Sukuk
18 Ags
–
PSAK 111 Akuntansi Wa’d 2017
ISAK 101 Pengakuan
Pendapatan Murabahah
6 Sept 2019 –
Tangguh Tanpa Risiko
Signifikan Terkait
Kepemilikan Persediaaan
Pembentukan DSAS, dimulai dari dibentuknya Komite Akuntansi Syariah pada tahun 2005
hingga 2010. DSAS mulai dibentuk pada tahun 2010, dengan ketua pertamanya M. Jusuf
Wibisana.
3. Menjawab pertanyaan dari pemerintah, otoritas, asosiasi, dan lembaga luar negeri yang
terkait dengan SAK Syariah.
https://akuntansikeuangan.com/mengenal-standar-akuntansi-keuangan-sak-syariah/
Kesimpulan
Pada saat ini, banyak pebisnis-pebisnis yang mulai merambah dan beralih menggunakan prinsip
syariah dalam usahanya. Oleh karena itu, pembuatan dan penyusunan standar akuntansi
keuangan syariah perlu dibuat untuk menyambut tantangan dan perkembangan tersebut. Namun
tidak banyak orang yang mengetahui tentang cabang akuntansi yang tergolong baru ini. Sehingga
diperlukan pengenalan dan pelatihan untuk mensosialisasikan standar akuntansi keuangan
syariah ini
https://www.akuntansionline.id/standar-akuntansi-keuangan-syariah/