Anda di halaman 1dari 25

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

TAHUN PELAJARAN 2021 / 2022

Satuan Pendidikan : SMK AMANAH HUSADA PEMALANG


Mata Pelajaran : FARMAKOLOGI
Kompetensi Keahlian : Farmasi Klinis dan Komunitas
Kelas/Semester : XI / II
Alokasi Waktu : 16 x 45 menit (4 kali pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI
1. Pengetahuan (KI-3)
 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan

faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan

lingkup kajian/kerja Seni Budayapada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,

berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam

konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia

kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

2. Keterampilan (KI-4)

 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur

kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang

kajian/kerjaSeni Budaya.

 Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur

sesuai dengan standar kompetensi kerja.

 Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,

produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu


melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

 Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak

mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan

dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan

faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan keahlian dan

lingkup kerja Farmasi Klinis dan Komunitas pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan

kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia

kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional

4.1 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja

yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan keahlian dan lingkup

kerja Farmasi Klinis dan Komunitas.

Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai

dengan standar kompetensi kerja.

Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,

produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan

tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,

menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan

langsung.

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

Indikator KD pada KI-3

3.7.1 Mengklasifikasi obat berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf

otonom

3.7.2 Membedakan obat berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf

otonom

Indikator KD pada KI-4

4.7.1 Memilah obat yang berhubungan dengan penyakit pada sistem saraf otonom

4.7.2 Mengidentifikasi obat yang berhubungan dengan penyakit pada sistem saraf

otonom

4.7.3 Menunjukkan obat yang berhubungan dengan penyakit pada sistem saraf otonom

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

 Melalui diskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat:

a.Mengelompokkan obat berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf

otonom secara mandiri

b.Menjelaskan obat berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf otonom

dengan cermat

c.menjelaskan jenis obat berdasarkan penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf otonom

dengan santun
E. MATERI PEMBELAJARAN
SISTEM SARAF OTONOM
Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang bekerja tanpa di sadarisecara

otomatis, dan tidak di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya

denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak peristaltik alat pencernaan, pengeluaran

keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh

hipotalamus di otak. Jika hipotalamus dirangsang maka akan berpengaruh terhadap

gerak otonom seperti contoh diatas, antara lain mempercepat denyut jantung,

melebarkan pupil mata, dan memperlambat gerakan peristaltik saluran pencernaan.

Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Sistem Saraf Simpatik

Ssaraf ini terletak di depan ruas tulang belakang, Fungsi saraf ini terutama untuk

memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang menghambat kerja organ

tubuh. Fungsi memacu antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil

mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain

memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontaksi

kandung kemih.

2. Sistem Saraf Parasimpatik

Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf

simpatik. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain memperlambat detak

jantung, memperkecil pupil mata, menciutkan bronkus, mempercepat kerja alat

pencernaan, merangsang ereksi dan mempercepat kontraksi kandung kemih. Jadi

karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan maka akan menghasilkan keadaan yang

normal.

Rangsangan dari susunan saraf untuk mencapai ganglion efektor memerlukan suatu

penghantar yang disebut transmiter neurohormon atau biasa disebut neurotransmiter.


Neurotransmiter adalah substansi kimia yang berfungsi membawa pesan yang akan

diantarkan ke reseptor. Neurotransmiter untuk saraf simpatik (adrenergik) adalah

Efinefrin (Adrenalin) dan Norefinefrin (Noradrenalin / NA) sedangkan

neurotransmiter untuk saraf parasimpatik (kolinergik) adalah Asetilkolin (Ach)

Klasifikasi Obat Saraf Otonom

Obat saraf otonom adalah obat yang memperngaruhi penerusan impuls dalam sistem

saraf otonom (SSO) dengan jalan menggangu sintesis, penimbunan, pembebasan, atau

penguraian neurotransmiter atau mempengaruhi kerja reseptor khusus. Hal ini akan

mempengaruhi fungsi otot polos atau organ, jantung, dan kelenjar. Menurut khasiatnya, obat

saraf otonom dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Zat yang bekerja terhadap saraf simpatik

 Simpatomimetik (adrenergik)

Adalah obat yang efeknya menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas

susunan saraf simpatik, seperti efek perangsangan susunan saraf otonom oleh

noradrenalin. Contohnya : efedrin, amfetamin, noradrenalin, isoprenalin

 Simpatolitik (adrenolitika)

Adalah obat yang justru menghambat timbulnya efek aktivitas saraf simpatik,

melawan efek perangsangan susunan saraf otonom oleh nor adrenalin,

contohnya : alkaloid sekale dan propanolol.

2. Zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatik

 Parasimpatomimetik (kolinergik), obat yang efeknya menyerupai efek yang

ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatik, seperti efek

perangsangan susunan saraf otonom oleh asetilkolin, contohnya : pilokarpin

dan fisostigmin.
 Parasimpatolitik (antikolinergik), obat yang menghambat timbulnya efek

aktivitas susunan saraf parasimpatik, melawan efek perangsangan susunan

saraf otonom oleh asetilkolin, Contohnya : alkaloid beladonna (hyoscyamin,

atropin, skopolamin) dan propantelin

3. Zat-zat perintang ganglion

Obat ini merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion simpatik dan

parasimpatik. Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi karena

blokade susunan simpatik, sehingga digunakan pada hipertensi tertentu. Namun

senyawa ini tidak digunakan lagi sebagai anti hipertensi karena efek samping nya.

Kebanyakan obat ini adalah senyawa amonium kuartener.

Selain efeknya terhadap saraf otonom, obat saraf otonom juga berkhasiat

terhadap susunan saraf pusat (SSP). Dalam SSP terdapat beberapa pusat yang

mengendalikan saraf simpatik dan parasimpatik yang disebut sentra otonom. Beberapa

obat hipertensi bekerja terhadap pusat ini, misalnya adrenolitik kodergokrindengan

efek penurunan tekanan darah dan kegiatan jantung (bradikardia). Disamping itu

dikenal pula sejumlah obat otonom perifer yang juga dapat mempengaruhi fungsi

SSP , misalnya :

a. Adrenergik (efedrin dan amfetamin) menstimulasi SSP

b. Antikolinergik (atropin dan derivatnya) menekan SSP dengan efek sedatif,

mungkin berdasarkan antagonisme dengan asetilkolin pada penerusan impuls

antara sel saraf otak.

c. Fenotiazin memblokir reseptor untuk noradrenalin di otak dengan efek sedatif

d. Reserpin, menghabiskan persediaan noradrenalin dalam jaringan perifer dan

memberikan efek sedatif pula.

e. Zat perintang MAO, merintangi penguraian noradrenalin dan serotonin

sehingga menimbulkan efek stimulasi SSP (antidepresi)


f. Klonidin, suatu derivat imidazolin yang mirip adrenergikum nafazolin, bekerja

pula terhadap sentra di SSP dengan efek meredakan tonus (ketegangan)

pembuluh saraf simpatik dan menurunnya tekanan darah.

Adrenergik dan Adrenolitik

Adrenergik (simpatomimetik)

Adrenergik (simpatomimetik) adalah zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek

yang sama dengan stimulasi susunan saraf simpatis dan melepaskan noradrenalin (NA) di

ujung-ujung sarafnya.

Adrenergik dapat dibagi dalam 2 kelompok menurut titik kerja nya di sel efektor dari

organ ujung, yakni reseptor alfa dan reseptor betha. Perbedaan kedua reseptor ini adalah atas

kepekaannya bagi adrenalin,noradrenalin dan isoprenalin. Reseptor alfa lebih peka bagi NA

sedangkan reseptor betha lebih sensitif bagi isoprenalin. Selanjutnya reseptor alfa dibagi lagi

menjadi alfa 1 dan alfa 2 begitu pula reseptor betha dibagi menjadi betha 1 dan betha 2.

Pada umumnya, stimulasi pada masing-masing reseptor akan menghasilkan efek

sebagai berikut :

Reseptor α-1 :

Menimbulkan vasokonstriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan

bertambahnya sekresi liur dan keringat.

Reseptor α-2

Menghambat pelepasan NA pada saraf adrenergik dengan turunnya tekanan darah. Pelepasan

asetilkolin di usus pun dikurangi sehingga peristaltik menurun.

Reseptor β-1

Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung (efek inotrop dan kronotrop)
Reseptor β-2

Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak

Penggolongan adrenergik

Adrenergik dapat dibagi dalam 2 kelompok yakni :

a. Zat yang bekerja langsung. Kebanyakan katekolamin bekerja langsung pada reseptor

organ tujuan, antara lain adrenalin, NA dan isoprenalin.

b. Zat dengan kerja tidak langsung. NA disintesis dan disimpan di ujung-ujung saraf

adrenegis dan dapat dibebaskan dari depotnya dengan jalan merangsang saraf yang

bersangkutan, dan dapat pula perantaraan obat-obatan seperti efedrin, amfetamin,

guenetidin dan reserpin.

Efek α +β : Adrenalin, efedrin dan dopamin

Efek α : NA, fenilefrin, nafazolin dan turunan

Efek α-2 : Metildopa, klonidin, guanfasin

Efek β-1+β-2 : Adrenalin, efedrin, isoprenalin, isoksuprin

Efek β-1 : NA, oksifedrin dan dobutamin (dgn kerja utama thd jantung)

Efek β-2 : Salbutamol, terbutalin, fenoterol dan turunan nya, dan ritodrin

Yang memberikan efek bronkodilatasi dan relaksasi rahim.

Selain itu, adrenergik juga dapat digolongkan secara kimiawi menjadi 2 kelompok,

yakni derivat feniletilenamin dan derivat imidazolin.

c. Derivat feniletilenamin : katekolamin, fenilefrin, efedrin, amfetamin dan turunannya.

d. Derivat imidazolin : silometazolin, nafazolin dan turunannya yang berkhasiat

dekongestif (menciutkan) mukosa hidung.

Penggunaan adrenergik

Berdasarkan khasiatnya, adrenergik digunakan pada bermacam-macam penyakit dan

gangguan, yang terpenting diantaranya :


1. Pada syok , untuk memperkuat kerja jantung (β-1) dan meningkatkan tekanan darah

pada penderita hipotensi (α-1) khususnya adrenalin dan NA

2. Pada asma , untuk mencapai bronkodolatasi (β-2) terutama salbutamol dan

turunannya, juga adrenalin dan efedrin.

3. Pada hipertensi, untuk menurunkan daya tahan perifer dinding pembuluh darah dengan

dengan jalan menghambat pelepasan NA (α-2)

4. Sebagai vasodilator perifer (β-2) pada vasokonstriksi di betis dan tungkai

5. Pada pilek (rinitis) , untuk menciutkan mukosa yang bengkak (α) terutama zat-zat

imidazolin.

6. Sebagai midriatikum, untuk melebarkan pupil (α) antara lain fenilefrin dan nafazolin.

7. Pada obesitas untuk menekan nafsu makan, khususnya fenfluramin dan mazindol.

8. Sebagai penghambat his dan pada nyeri haid (dismenore) misalnya ritodrin.

Efek samping adrenergik

Pada dosis biasa adrenergik dapat menimbulkan efek samping terhadap jantung dan

SSP, yaitu takikardi dan jantung berdebar, nyeri kepala, dan gelisah. Oleh karena itu,

adrenergik digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengidap infark jantung, hipertensi

dan hipertirosis.

Pada penggunaan yang lama (seperti pada asma) adrenergik dapat menimbulkan

takifilaksis, yaitu semacam resistensi yang terjadi dengan pesat bila obat diberikan berulang

kali dalam waktu yang singkat. Yang terkenal adalah efedrin dan obat lain yang bekerja tak

langsung karena penggunaannya dapat menghabiskan persediaan NA.

Obat-obat Adrenergik

1. Epinefrin

Efek utamanya terhadap tubuh antara lain :

a. Jantung : daya kontraksi diperkuat dan frekuensi ditingkatkan


b. Pembuluh : vasokonstriksi dengan naiknya tekanan darah

c. Pernapasan : bronkodilatasi kuat terutama pada asma

d. Metabolisme ditingkatkan dengan naiknya konsumsi oksigen.

Penggunaannya :

A. Analeptikum, yaitu obat stimulasi jantung yang aktif sekali pada keadaan

darurat seperti kolaps, syok anafilaksis atau jantung berhenti.

B. Sangat efektif pada serangan asma akut, tetapi harus diberikan secara injeksi,

karena jika peroral epinefrin akan diuraikan oleh asam lambung.

C. Tambahan pada anestesi lokal untuk memperpanjang kerjanya (efek

vasokonstriksi)

D. Pada tetes hidung untuk pilek, dan pada glaukoma untuk menurunkan tekanan

intra okuler.

Efek samping yang terpenting adalah pada dosis tinggi menimbulkan nekrosis pada

jari akibat vasokonstriksi dan akhirnya kolaps.

2. Isoprenalin

Penggunaannya : khusus digunakan pada kejang bronkus (asma) dan sebagai stimulan

sirkulasi darah.

ES terutama terjadi pada dosis tinggi berupa efek jantung (takikardia) dan efek sentral

(gelisah, eksitasi, rasa takut, sukar tidur, gemetar )

3. Oksiprenalin

Khasiat sama dengan isoprenalin, tetapi mulai kerjanya (onset) lebih lambat dengan

tersedianya β-2 mimetika yang lebih selektif dan aman seperti salbutamol.

4. Fenilefrin
Daya kerjanya 10 kali lebih lemah dari adrenalin, tetapi bertahan lebih lama.

Penggunaan nya pada hipotensi (kolaps) , midiriatikum, dekongestif dan sebagai

campuran obat flu.

ES obat ini dapat menimbulkan hipertensi pada bayi jika digunakan pada ibu

menyusui.

5. Efedrin

Merupakam alkaloid dari Ephedra vulgaris , tetapi saat ini sudah dibuat secara

sintetis. Daya kerjanya terhadap SSP relatif lebih kuat daripada jantung.

Penggunaannya pada asma karena efek bronkodilatasi yang kuat, dekongestif dan

midriatikum.

Efek samping :

Efek sentral pada dosis biasa seperti gelisah, nyeri kepala, cemas, dan sukar tidur.

Pada over dosis dapat timbul tremor, takikardia, aritmia serta debar jantung.

a. Pseudoefedrin adalah isomer dekstro dari efedrin dengan khasiat sama. Daya

bronkodilatasinya lebih lemah, banyak digunakan dalam sediaan obat flu.

b. Fenilpropanolamin adalah derivat tanpa gugus CH pada atom N dengan khasiat

menyerupai efedrin.

6. Derivat Imidazolin (oksimetazolin, silometazolin, nafazolin)

Senyawa ini memiliki efek α-adrenergis langsung dengan vasokontriksi tanpa

stimulasi SSP.

Penggunaan : dekongestif pada selaput lendir hidung yang membengkak, pilek,

salesma (rinitis, hay fever : sinusitis )

ES : Bayi dan anak kecil sebaiknya jangan diberikan lama dengan obat ini karena

dapat diabsorbsi dari mukosa dengan menimbulkan depresi SSP.

7. Amfetamin
Amfetamin termasuk psikostimulansia yang menstimulasi SSP, aktivitas fisik serta

meningkatkan mental, kepercayaan diri dan prestasi, sebaliknya rasa kantuk dan

keletihan dihilangkan sementara.

Adrenolitik (Simpatolitik)

Adrenolitik adalah zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf

simpatik. Berdasarkan mekanisme dan titik tangkap kerjanya, adrenolitik dapat dibagi

menjadi 2 kelompok :

1. Alfa bloker (α-simpatolitik)

Zat ini memblokir reseptor α yang banyak terdapat di jaringan otot polos, khususnya

dalam pembuluh kulit dan mukosa. Efek utamanya adalah vasodilatasi perifer

sehingga banyak digunakan pada hipertensi dan hipertrofi prostat.

Dikenal ada 3 jenis α-bloker, yaitu :

a. α-bloker non selektif : fentolamin dan alkaloid ergot

Fentolamin khusus digunakan untuk diagnosis dan terapi hipertensi tertentu

serta pada gangguan ereksi yang diberikan melalui injeksi intracavernous.

Alkaloid ergot (alkaloid secale) memiliki aktivitas vasokonstriksi yang banyak

digunakan pada serangan migrain, juga dalam kebidanan untuk menghentikan

pendarahan pasca persalinan.

b. α-1 bloker selektif

Derivat kuinazon (prazosin, terazosin, tamsulosin dan urapidil) penggunaan

nya sebagai obat hipertensi dan hyperplasia prostat.

c. α-2 bloker selektif

Yohimbin, yang digunakan sebagai obat yang dapat meningkatkan gairah

seksual (afrodisiak)

2. Beta bloker (β-simpatolitik)


Awalnya β-bloker digunakan untuk gangguan jantung (aritmia, angina pektoris)

namun, sejak tahun 1980 an obat ini lebih banyak digunakan sebagai anti hipertensi.

Obat ini dibagi menjadi 2 kelompok :

a. β-bloker selektif

Zat yang memiliki aktivitas melawan efek dari stimulasi jantung oleh adrenalin

dan NA (reseptor β-1) misalnya atenolol dan metoprolol.

b. β-bloker non selektif

Yang juga menghambat efek bronkodilatasi (reseptor β-2) misalnya alprenolol

Labetolol dan carvedilol merupakan zat-zat yang menghambat kedua reseptor

α dan β.

Kolinergik dan Antikolinergik

Kolinergik

Kolinergik atau parasimpatomimetik adalah kelompok zat yang dapat menimbulkan

efek yang sama dengan stimulasi susunan saraf parasimpatik. Seperti yang telah diketahui

bahwa susunan saraf parasimpatik melepaskan neurohormon asetilkolin (Ach) di ujung-ujung

saraf. Jadi penggunaan obat ini dapat merangsang pelepasan asetilkolin di ujung saraf.

Efek kolinergik faal yang terpenting adalah sebagai berikut :

1. Stimulasi pencernaan, dengan jalan mempercepat gerakan peristaltik, sekresi kelenjar

ludah dan getah lambung (HCl) dan sekresi air mata.

2. Memperlambat sirkulasi, mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi pembuluh darah,

dan penurunan tekanan darah.

3. Memperlambat pernapasan, dengan menciutkan bronkus (bronkokonstriksi)

4. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil mata (miosis) dan menurunkan

tekanan intra okuler mata.

5. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.
6. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot rangka.

Reseptor kolinergik

Reseptor kolinergik terdapat dalam semua ganglion, sinaps dan neuron

postganglioners dari saraf parasimpatik. Berdasarkan efeknya terhadap perangsangan reseptor

ini dapat dibagi dalam 2 jenis yakni reseptor muskarin dan reseptor nikotin.

1. Reseptor muskarin (M) berada di neuron posganglioner. Terbagi lagi menjadi reseptor

M1, M2 dan M3. Ketiga jenis reseptor ini bila dirangsang memberikan efek yang

berlainan.

Reseptor M1 : Aktivitas pelepasan NA ditingkatkan

Reseptor M2 : Kontraksi meningkat, bradikardia

Reseptor M3 : Sekresi, relaksasi

2. Reseptor nikotin (N) terdapat di pelat ujung mioneron otot rangka dan di ganglion

autonum (simpatik dan parasimpatik). Stimulasi reseptor ini oleh kolinergik

(neostigmin dan piridostigmin) menimbulkan efek yang menyerupai efek adrenergik,

jadi sifatnya sangat berlawanan.

Penggolongan kolinergik

Kolinergik dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat dengan kerja langsung dan zat

dengan kerja tak langsung .

1. Bekerja langsung ; karbakol, pilokarpin, muskarin dan arekolin , zat ini bekerja

langsung terhadap organ ujung dengan kerja utama yang mirip efek muskarin dari

asetilkolin. Semuanya adalah zat-zat amonium kuartener yang bersifat hidrofil dan

sukar memasuki SSP, kecuali arekolin.

2. Bekerja tak langsung : zat-zat antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin dan

piridostigmin. Obat-obat ini menghambat penguraian asetilkolin sementara.


Penggunaan kolinergik

Kolinergik dapat digunakan untuk penyakit-penyakit :

1. Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan cairan mata

intraokuler, yang bisa menjepit saraf mata. Pengobatan dapat dilakukan dengan 2 jenis

obat tergantung penyebab gangguan, yakni dengan kolinergik atau β-bloker.

2. Miastenia gravis

(Yunani, myo = otot, asthenia= kelemahan), adalah suatu penyakit auto imun dengan

gejala keletihan dan kelemahan terutama otot-otot muka, mata, dan mulut.

Penyebabnya adalah kekurangan asetilkolin relatif di otot lurik.

3. Demensia alzheimer

Berdasarkan penemuan bahwa kadar asetilkolin di otak berkurang pada demensia,

maka digunakan zat penghambat kolinesterase untuk mencegah perombakan dan

meningkatkan kadar asetilkolin di otak.

4. Atonia (keadaan kelemahan otot polos)

Setelah pembedahan besar terjadi peningkatan aktivitas saraf adrenergik, akibatnya

dapat berupa obstipasi dan sukar berkemih, bahkan obstruksi usus akibat penurunan

gerakan peristaltik. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan kolinergik (karbakol dan

neostigmin)

Efek samping kolinergik

Efek samping kolinergik sama dengan efek apabila saraf parasimpatik di stimulasi

secara berlebihan, antara lain : mual, muntah, diare, meningkatnya sekresi ludah, dahak,

keringat dan air mata, bradikardia, bronkokonstriksi serta depresi pernapasan.

Antidotum pada overdosis atau keracunan kolinergik adalah antikolinergik atropin

dengan dosis tinggi, khusus untuk melawan efek muskarin.


Obat-obat Kolinergik

Asetilkolin

Neurohormon ini bersifat sangat tidak stabil karena segera diuraikan oleh 2 jenis

enzim kolinesterase untuk menghindari stimulasi saraf kolinergik secara terus menerus.

Asetilkolin sudah tidak digunakan lagi dalam terapi dan diganti dengan derivat yang lebih

stabil seperti karbakol.

a. Karbakol, digunakan sebagai miotik pada glaukoma dan pada atonia organ dalam

b. Pilokarpin, digunakan sebagai miotik pada glaukoma.

c. Neostigmin, digunakan pada miastenia dan glaukoma

d. Piridostigmin, khusus digunakan pada miastenia gravis

Antikolinergik

Antikolinergik atau parasimpatolitik berlawanan dengan efek asetilkolin terutama

menghambat reseptor-reseptor muskarin yang terdapat di SSP dan organ perifer.

Khasiat antikolinergik

Efek antikolinergik terpenting adalah sebagai berikut :

1. Memperlebar pupil (midriasis) dan berkurangnya akomodasi mata

2. Mengurangi sekresi kelenjar (air liur, keringat, dahak)

3. Mengurangi tonus dan motilitas saluran lambung, usus juga sekresi getah lambung

4. Dilatasi bronkus

5. Meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat penerusan impuls di berkas his

6. Merelaksasi otot detrusor yang menyebabkan pengosongan kandung kemih, sehingga

kapasitasnya meningkat.

7. Mengurangi SSP dan pada dosis tinggi menekan SSP (kecuali zat amonium

kuartener).
Penggunaan antikolinergik

1. Sebagai midriatik, untuk melebarkan pupil.

2. Sebagai spasmolitikum (pereda kejang otot dan kolik) dari saluran lambung usus,

saluran empedu, dan organ urogenital (hiosiamin, butilskopolamin, propantelin)

3. Inkontinensi urin (flavoksat, tolterodin)

4. Penyakit parkinson

5. Asma dan bronkitis (ipratropium dan tiotropium)

6. Sebagai premedikasi pada pembedahan, untuk mengurangi sekresi ludah dan bronkus

(atropin dan skopolamin)

7. Pada hiperhidrosis, untuk menekan pengeluaran keringat berlebihan.

8. Sebagai antidotum intoksikasi zat penghambat kolinesterase (atropin).

Efek samping antikolinergik

Efek samping sangat tergantung dosis yakni mulut kering, obstipasi, retensi urin,

takikardia, aritmia, palpitasi, midriasis dan berkeringat.

Pada dosis tinggi dapat timbul efek sentral seperti gelisah, bingung, eksitasi, halusinasi

dan delirium.

Penggolongan antikolinergik

Antikolinergik dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Alkaloid beladona : atropin, hiosiamin, skopolamin, dan homatropin

Atropin memiliki khasiat antikolinergik yang kuat, sedativa, bronkodilatasi ringan

(melawan depresi pernapasan). Penggunaannya sebagai midriatika, spasmolitik, asma,

kejang pada lambung usus, serta antidotum pada over dosis pilokarpin dan kolinergik

lainnya. Turunan sintetiknya adalah homatropin dan benzatropin yang digunakan

sebagai antiparkinson.
Skopolamin lebih kuat dari atropin yang digunakan sebagai obat mabuk perjalanan,

midriatik dan pramedikasi operasi.

2. Zat amonium kuartener : propantelin, ipratropium dan tiotropium

Senyawa ini mengandung nitrogen bervalensi 5, bersifat basa kuat dan terionisasi baik,

maka sulit melewati sawar darah otak sehingga tidak memiliki efek sentral. Khasiat

antikolinergiknya lemah dengan kerja spasmolitik yang lebih kuat dari atropin dan

efek samping lebih ringan. Penggunaan untuk meredakan peristaltik lambung usus.

3. Zat amin tersier : pirenzepin, flavoksat dan tolterodin.

SPESIALITE OBAT-OBAT SARAF OTONOM

Spesialite obat adrenergika

NO GENERIK SPESIALITE PABRIK


1 Adrenalin atau Epinefrin Adrenal Cendo
2 Efedrin Asficap Imfarmind
Erladrine Erela
3 Fenilefrin Cendo Efrisel Cendo
4 Tetrazolin Visine Pfizer
5 Xilometazolin Otrivin Novartis

Spesialite obat adrenolitika

NO GENERIK SPESIALITE PABRIK


1 Ergotamin tartrat + Kofein Cafergot Novartis
Bellaphen Soho
2 Metilergometrin maleat Metherinal Landson
Metvell Novel Pharma

3 Ergotoksin Ergotika Ikapharmindo


4 Prazosin HCl Minipress Pfizer
5 Propanolol Inderal Astra Zenica
Propadex Dexa Medica
Spesialite Obat kolinergika

NO GENERIK SPESIALITE PABRIK


1 Asetilkolin Miochol-E Novartis
2 Pilokarpin Cendocarpine Cendo
Carlopin Otto
Carpinol Darya Varia
3 Neostigmin Prostigmin Combiphar
5 Piridostigmin Mestinon Combiphar

Spesialite obat antikolinergika

NO GENERIK SPESIALITE PABRIK


1 Atropin Cendotropin Cendo
2 Ipratropium Atrovent Boehringer Ingelheim
3 Tropicamida Cendo Midriatil Cendo
Midric Sanbe Farma

F. PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode : diskusi, penugasan, tanya jawab

(Diisi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan KD dan IPK)

G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan ke-1 : ( 4 JP)

Langkah Deskripsi Kegiatan Alokasi


Pembelajaran Waktu

Kegiatan 1. Mengawali pembelajaran dengan berdoa dan 20 menit


Pendahuluan memberi salam
2. Mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan.
3. Mendiskusikan kompetensi yang telah dipelajari
dan dikembangkan sebelumnya terkait dengan
kompetensi yang akan dipelajari.
4. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
manfaatnya bagi kehidupan.
5. Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
6. Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.

Kegiatan Inti 1. Pemberian stimulus terhadap siswa. 140 menit


a. Guru menugaskan siswa untuk menentukankasi
masalah utama apa yang berhubungan dengan
sistem saraf otonom.

b. Guru meminta siswa untuk menentukan


penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf
otonom sesuai aturan melalui buku siswa dan
hasil diskusi

c. Siswa mendiskusikan untuk menentukan


penyakit yang berhubungan dengan sistem saraf
otonom

d. Siswa menyampaikan pada kelompok lain dan


menanggapinya berkaitan dengan penyakit
yang berhubungan dengan sistem saraf otonomn

2. Identifikasi masalah
 Guru menugaskan siswa untuk menentukan masalah
utama apa yang berhubungan dengan sistem saraf
otonom.

 Siswa mengidentifikasi masalah – masalah melalui


contoh yang didemonstrasika n oleh guru mengenai
sistem saraf otonom

 Siswa membaca buku untuk mendapatkan informasi


tentang sistem saraf otonom

3. Pengumpulan data
 Guru meminta siswa untuk mencoba melakukan
identifikasi obat yang berhubungan dengan penyakit
pada sistem saraf otonom.

 Siswa mencoba memilih obat yang berhubungan


dengan penyakit pada sistem saraf otonom sesuai
dengan aturan seperti contoh sebagai pembuktian
rumusan masalah/hipotesis

4. Pembuktian / Menarik kesimpulan

 Guru meminta siswa untuk mencoba


melakukan identifikasi obat yang berhubungan
dengan penyakit pada sistem saraf otonom

 Siswa mencoba memilih obat yang


berhubungan dengan penyakit pada sistem saraf
otonom sesuai dengan aturan seperti contoh
sebagai pembuktian

5M

1. Mengamati

Guru meminta siswa melihat bahan


pembelajaran dari guru berupa ppt , dan contoh
sediaan dll
2. Menanya
 Siswa menggali informasi prosedur tentang
informasi obat yang berhungan dengan sistem saraf
otonom.
 Siswa mendiskusikan untuk menentukan penyakit
yang berhubungan dengan sistem saraf otonom
3.Mengumpulkan informasi
 Guru meminta siswa untuk mencoba melakukan
identifikasi obat yang berhubungan dengan penyakit
pada sistem saraf otonom.

 Siswa mencoba memilih obat yang berhubungan


dengan penyakit pada sistem saraf otonom sesuai
dengan aturan seperti contoh sebagai pembuktian
rumusan masalah/hipotesis

3. Menalar / pembuktian
 Guru menugaskan siswa untuk identifikasi obat
yang berhubungan dengan penyakit pada sistem
saraf otonom dan menilai hasil menggunakan
format penilaian.

4. Mengkomunikasi kan
 Guru menugaskan siswa untuk menyajikan cara
identifikasi obat yang berhubungan dengan penyakit
pada sistem saraf otonom
 Siswa membuat bahan presentasi tentang
identifikasi obat yang berhubungan dengan penyakit
pada sistem saraf otonom dan
dalam bentuk PPT.
 Siswa menyajikan tentang. identifikasi obat yang
berhubungan dengan penyakit pada sistem saraf
otonom

 Siswa lain memberikan tanggapan terhadap


presentasi.
 Siswa menerima tanggapan dari siswa lain dan
guru.
 Siswa memperbaiki hasil presentasi dan membuat
simpulan identifikasi obat yang berhubungan
dengan penyakit pada sistem saraf otonom

Kegiatan Kegiatan penutup meliputi antara lain: 20 menit


Penutup 1. melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan
Rangkuman

 Simpatomimetik (adrenergik) adalah obat yang

meniru efek perangsangan sistem saraf

simpatik

 Simpatolitik (adrenolitik) adalah obat yang

menekan saraf simpatik atau melawan efek

saraf simpatik

2. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil


pembelajaran.
3. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik; dan
4. menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.

TUGAS

Cocokanlah pernyataan berikut dengan pernyataan di samping nya !

NO PERNYATAAN ABJAD PASANGAN


1 Obat-obat yang meniru efek dan A Alkaloid ergot
perangsangan sistem saraf simpatis
2 Obat golongan adrenergika yang bekerja B Adrenergika

khusus pada β2
3 Senyawa α-bloker yang digunakan pada C Simpatolitika

migrain
4 Atenolol termasuk obat golongan D Nafazolin
5 Adrenergika yang merupakan derivates E Salbutamol

imidazolin

H. ALAT/BAHAN, MEDIA PEMBELAJARAN, DAN SUMBER BELAJAR


1. Alat/Bahan : contoh obat-obat saraf otonom yang ada di pasaran
2. Media : video, powerpoint, dll
3. Sumber Belajar : buku, modul
Daftar Pustaka:

Nila, Aster , Frianto, Dedi (2016), FARMAKOLOGI, APMFI Press, Jakarta

Andini, Meiana Dwi, (2015), FARMAKOLOGI , CV Karya Agung, Jakarta

2. Pertemuan Ke-2: (...JP) dan seterusnya diteruskan sendiri


3. Pertemuan Ke 3
4. Pertemuan ke 4

I. TEKNIK PENILAIAN
1. Teknik penilaian
a) Penilaian Pengetahuan : *(Tes Tertulis / Tes Lisan / Penugasan)
b) Penilaian Keterampilan : *(Unjuk Kerja (Praktik) / Produk / Proyek /
Portofolio)

2. Instrumen penilaian
a) Instrumen Penilaian Pengetahuan
b) Instrumen Penilaian Keterampilan

3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

Keterangan :
a. Pembelajaran Remedial
- Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD nya belum tuntas
- Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching
(klasikal), atau tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
- Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial
belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa
tes tertulis kembali.
b. Pengayaan
Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:
- Siswa yang mencapai nilai n(ketuntansan) < n < n(maksimum) diberikan materi masih
dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
- Siswa yang mencapai nilai n > n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD
dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

Mengetahui Pemalang , Mei 2021


Kepala SMK AMANAH HUSADA Guru Mata Pelajaran
PEMALANG

URIPNO, S.E.,M.Si ANGGUN FINA R.,S.Farm.,Apt

Anda mungkin juga menyukai