DOSEN PENGAMPU :
Drs.H. ALFIAN, M.Pd
DISUSUN OLEH:
RAHMI YUNITA (207210047)
VERA JULITA (207210013)
Laporan hasil observasi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dan
menambah wawasan di UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI.
Penulis menyadari bahwa dalam meyusun makalah ini tidak sempurna, karena
masih banyak kesalahan-kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak khususnya para pembaca.
Harapan penulis, semoga laporan hasil observasi ini bermanfaat khususnya bagi
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………
1.2 Biografi Goleman Dan Aktivitas Intelektualnya………………………………...
1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………….....
1.4 Tujuan Pembahasan………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
A. Pengertian Kecerdasan Emosional………………………………………………..
B. Peran EI Terhadap EQ……………………………………………………………...
C. Lima Dasar Kemampuan Teori Kecerdasan……………………………………...
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna dan mulia di
dunia ini, karena kesempurnaan itulah manusia di karuniai berbagai potensi yang
sangat luar biasa diantaranya adalah potensi kecerdasan. Menurut penelitian Daniel
Goleman seorang psikolog dari Harvard menunjukkan bahwa manusia mempunyai
suatu jenis potensi dasar yang lain,yaitu kecerdasan emosional. Menurut pendapatnya
bahwa kecerdasan dapat secara efektif apabila seseorang mampu memfungsikan
kecedasan emosionalnya. kecerdasan emosional (emotional quotient) dapat dilatih, di
pelajari dan di kembangkan pada masa kanak-kanak, sehingga masih ada peluang
untuk menumbuh kembangkan dan meningkatnya untuk memberikan sumbangan
bagi sukses hidup seseorang. Sedangkan kecerdasan intelektual sendiri menurut
Daniel Goleman tidak dapat banyak diubah oleh pengalaman dan Pendidikan.
Kecerdasan intelektual cenderung sebagai bawaan sehingga kita tidak dapat berbuat
banyak untuk meningkatkannya.
___________________________
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Cet. IV (terj) alex Tri
Kantjono Widodo (Jakarta: Gramedia Puskta Utama 2001), h. 18
____________________________
Bangka Pos,07 Agustus 2009.
Bangka pos,28 September 2012
Selama kurang lebih sepuluh tahun, Goleman menulis artikel tentang ilmu-ilmu
otak dan perilaku pada The New York Times. Ia pernah mengajar di Harvard (tempat ia
meraih gelar doktornya) dan juga pernah menjadi editor senior di Psychologi Today.
Untuk itu ia telah menerima banyak penghargaan jurnalistik untuk karya karyanya
tersebut, termasuk dua nominasi penghargaan yaitu “Prizer” untuk artikel-artikelnya di
majalah Times dan sebuah penghargaan “Career Achieve Ment” (prestasi karir) untuk
jurnalistik dari asosiasi psikologi amerika.
1.4 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Daniel Goleman mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari
hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesesuaikan diri dengan
suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki
tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam
pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam
memotivasi diri,ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan
menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional
tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilih
kepuasan dan mengatur suasana hati. Daniel Goleman (Emotional Intelligence) dan
menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau keahlian
dalam menentukan siapa yang akan menjadi bintang dalam suatu pekerjaan.
Meraih prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,
yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain di sebut juga empati. Menurut
Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukan
kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki empati lebih mampu
menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa apa yang
dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain,
peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina Hubungan
A.Kesimpulan
B.Saran
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:dbffeb40-cec7-4598-aa10-
85eb55bdcf7f
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:a9a8de65-34df-4ca1-bc5b-
ba8755692417
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:42a0468c-a19c-4d1a-924f-
fd95014296a0
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:08963da4-c87a-4552-a8e7-
f92ee30ba192
https://documentcloud.adobe.com/link/track?uri=urn:aaid:scds:US:40e0cddf-18bd-4586-a65b-
5158878fced0