Npm : 1811080286
Kelas : D SEMESTER 7
Matkul : BK Karir
Resume Makalah 1
PERSPEKTIF BK KOMPREHENSIF
Pengertian Bimbingan & Konseling Karir Bimbingan karir sebagai salah satu sarana pemenuhan
kebutuhan perkembangan individu harus dinilai sebagai bagian integral dari program Bimbingan
dan Konseling khususnya dan program pendidikan pada umumnya. Bimbingan karir lebih
menitikberatkan kepada perencanaan kehidupan dengan terlebih dahulu harus
mempertimbangkan poensi-potensi diri yang dimilikinya serta lingkungan sekitar agar individu
memperoleh dan memiliki pandangan yang cukup terang dari pengaruh terhadap berbagai
peranan positif yang layak dilaksanakan dalam masyarakat. Disimpulkan bahwa bimbingan
karier adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang berupa saran-saran dan masukan-
masukan yang berhubungan dengan pekerjaan yang cocok bagi orang tersebut, dengan melihat
latar belakang dan potensi (minat dan bakat) yang dimiliki orang tersebut. Saran-saran dan
masukan tersebut bukanlah hal yang mutlak harus dilaksanakan, akan tetapi hal tersebut
dikembalikan kepada individu yang diberi saran.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang secara kuantitatif maupun kualitatif diperlukan
dalam pembangunan nasional, sistem pendidikan secara menyeluruh dan terpadu wajib
melaksanakan program bimbingan karier yang terintegrasi dalam keseluruhan program
disekolah-sekolah. Secara umum, tujuan diselenggarakannya Bimbingan Karier di Sekolah
menurut Dewa Ketut Sukardi ialah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan
lingkungannya, dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan
yang menuju kepada karier dan cara hidup yang akan memberikan rasa kepuasan karena sesuai,
serasi, dan seimbang dengan dirinya dan lingkungannya.
Agar bimbingan karier di Sekolah dapat berfungsi dengan sebaik – baiknya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang prinsip-prinsip bimbingan perlu
diperhatikan oleh para pembimbing pada khususnya dan administrator sekolah pada umumnya,
terutama dalam penyusunan program pelaksanaan layanan bimbingan karier di sekolah. Setiap
siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai peranan dan
ketrampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma yang memiliki aplikasi bagi
karier di masa depannya. Dari beberapa prinsip yang terdapat dalam bimbingan karier tersebut
dapat disimpulkan bahwa, bimbingan karier dalam pelaksanaannya memiliki pedoman yang
umun dan jelas dalam memberikan pelayanan kepada siswanya dalam mendeteksi diri,
memberikan layanan tentang karakteristik dunia kerja sehingga mampu menciptakan
kemandirian siswa dalam menentukan arah pilih karier yang sesuai dengan keadaan dirinya, agar
mampu mencapai kebahagiaan hidup dimasa depan kariernya.
Resume Makalah 2
BK Karir Di TK/RA
Yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai tugas – tugas perkembangan (menyangkut
aspek fisik, kognitif, emosi, social dan moral spiritual). Dengan kata lain , proses pertumbuhan
itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus atau searah dengan potensi, harapan dan nilai –
nilai yang dianut. Sedangkan sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan.. Perubahan
yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life skill) apabila perubahan
yang terjadi sulit dirediksi dan diluar jangkauan kemampuan maka akan melahirkan kesenjangan
perkembangan perilaku peserta didik, seperti misalnya terjadinya stagnasi (kemandegan) proses
perkembangan individu. Upaya merangkul dan mencegah (tindakan Preventif) perilaku –
perilaku yang tidak diharapkan seperti disbutkan adalah dengan mengembangkan potensi peserta
didik dan memfasilitasi mereka secara sistimatis dan terprogram untuk mencapai standar
kompetensi kemandirian. Komponen penting dalam pemberian layanan konseling karir pada
pendidikan anak usia dini (TK) adalah : Pengetahuan diri (self knowledge), Eksplorasi
pendidikan dan okupasional (ducational and occupational exploration), Perencanaan Karier
(Career Planning). Strategi Layanan Konseling Karier di Taman Kanak – Kanak :
Pendekatan Instruksional yaitu terpadu dengan kegiatan dalam proses belajar mengajar secara
kurikuler dalam mata pelajaran yang diajarkan melalui unit dengan menetapkan tema – tema
tertentu. Pendekatan Interaktif yaitu melalui kegiatan-kegiatan interaktif dilakukan di luar
kegiatan belajar mengajar dalam berbagai bentuk kegiatan seperti permainan, konsultasi,
dinamika kelompok, kerja kelompok. Pendekatan dukungan system yaitu dengan menciptakan
suasana sekolah dan lingkungannya sedemikian rupa sehingga secara tidak langsung telah
memberikan suatu iklim yang menunjang perkembangan siswa.
Dalam konseling kelompok anak TK perlu mngikuti tahap-tahap berikut :
Tahap pembentukan, meliputi perencanaan awal :apa saja yang menjadi kebutuhan anak,
siapa saja yang ada dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, kapan waktu
pelaksanaan dimulai dan berakhir.
Tahap eksplorasi, dalam tahap ini anak-anak dilatih untuk menyadari dan mengerti
perasaan dan tingkah laku dirinya dan orang lain.
Tahap transisi, tahap dimana seorang anak menghadapi kecemasan dan konflik mereka
selama mereka memualai memecahkan masalahnya.
Tahap pelaksanaan ,pada tahap ini anak-anak dilatih untuk melihat beberapa alternative
tingkah lakunya dan untuk memecahkan masalah.
Tahap terakhir, tahap yang terakhir untuk anak-anak melakukan apa yang mereka telah
pelajari kedalam praktek.
BK Karir Di SD/MI
Intervensi pengembangan karir
Konselor sekolah diposisikan untuk menjadi menjadi pemimpin dalam menerapkan intervensi
pengembangan karir yang diharapkan dapat membantu siswa sekolah dasar dalam proses
eksplorasi karir yang akan mengatur mereka untuk kesuksesan karir sebagai orang dewasa
(Blackhurst & Auger, 2008). Salah satu intervensi terkait pengembangan karir di masa kanak-
kanak adalah konsepsi anak tentang pilihan karir dan model pencapaian/ Child’s Conception of
Career Choice and Achieevements (CCCA) yang dikembangkan oleh Howard dan Walsh (2010,
2011). Seorang anak di level ini tidak dapat membedakan antara bagaimana pekerjaan yang
dipilih dan bagaimana pekerjaan yang menjamin.Sedangkan level 2 pada asosiasi yaitu Magical
Thinking, dimana anak dapat menggambarkan metode untuk pilihan dan pencapaian pekerjaan
tetapi tidak dapat menjelaskan suatu proses dimana metode yang mereka asosiasikan dengan
pekerjaan atau karier mengarah pada pilihan aktual atau pencapaian pekerjaan / karier (Howard
& Walsh, 2011). Dalam kategori ini, anak mulai menggunakan minat untuk
mengonseptualisasikan pilihan dan pencapaian karier mengarah pada pertimbangan anak tentang
kekuatan dan kelemahannya yang mengacu pada bidang pekerjaan tertentu. Pendekatan
Sequence dapat ditandai dengan anak-anak yang dapat mengidentifikasi suatu kegiatan,
peristiwa,situasi dan / atau kondisi yang mengarah pada pilihan dan pencapaian pekerjaan atau
karier.
Hal ini akan memperkuat rasa ingin tahu anak dan merangsang lebih lanjut mengeksplorasi dan
kristalisasi kepentingan secara bertahap, dapat disimpulkan bahwa tujuan intervensi
pengembangan karir dapat memberikan pemahaman karir pada siswa dan membantu siswa untuk
mengeksplorasi keingintahuan siswa terkait karirnya dimasa depan sehingga anak/siswa mampu
rnengembangkan diri mereka secara optimal dan dapat merencanakan pencapaian pekerjaan
sebagai landasan karir yang sesuai dengan kemampuan anak/siswa tersebut.
Di abad ke-21 ini, manusia semakin dihadapkan pada situasi kehidupan yang kompleks tidak
terkecuali bagi para siswa yang didalamnya terdapat banyak peluang maupun tantangan serta
ketidakpastian terkait karir berupa profesi pekerjaan yang sangat beragam, sehingga anak perlu
mengetahui dan mengeksplorasi berbagai karir yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan
siswa.
Implikasi layanan bk karir disekolah dasar
Sebagai salah satu usaha pendidikan, BK karir menjadi bagian yang sangat krusial dalam
menunjang pelaksanaan kurikulum disekolah, karena pada dasarnya pendidikan dan BK
memiliki tujuan dan harapan yang sama untuk sasaran utamanya yaitu siswa, secara garis besar
untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi individu yang produktif dalam bidang
kehidupan (karir, belajar, sosial dan spiritual).
BK Karir Di SMP/MTS
Melihat indonesia yang saat ini tengah dihadapkan oleh tuntutan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) yang merupakan suatu bentuk target pencapaian yang digagas oleh ASEAN sebagai
kawasan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan arus modal yang
lebih bebas hal ini menuntut menghasilkan SDM yang bermutu yang akan berdampak pada
tugas-tugas remaja yang perlu dipersiapkan. Hal ini sejalan dengan keijakan pemerintah yang
memperkenalkan Kurikulum 2013 yang berfokus pada “Pendidikan” dan “Kebudayaan” yang
ditujukan untuk menghasilkan anak yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
menghadapi kehidupan masa kini dan masa depan. Sunaryo Kartadinata, (2011:57) Pendidikan
memiliki fungsi pengembangan, membantu individu mengembangkan diri sesuai dengan
fitrahnya (potensi), peragaman (differensiasi), membantu individu memilih arah perkembangan
yang tepat sesuai dengan potensi dan integrasi, membawa keragaman perkembangan ke arah
tujuan yang sama sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi pribadi yang utuh. Model ini
merupakan alternatif model bimbingan dan konseling yang memberikan kesempatan bagi
akademisi dan praktisi konseling untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Meskipun model ini diadopsi dari model ASCA yang dikembangkan untuk mengatasi
masalah yang dialami oleh bimbingan dan konseling di Amerika Serikat, namun model ini dapat
diadaptasikan di Indonesia.
Perencanaan karir merupakan suatu hal yang penting untuk menentukan masa depan setiap
individu. Perencanaan karir erat kaitannya dengan pemilihan jenis pekerjaan. Perencanaan karir
dilakukan oleh individu itu sendiri, dan keterampilan individual menjadi fokus analisis sendiri.
Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan karir yaitu:
menilai diri sendiri, menetapkan tujuan karir, menyiapkan rencan-rencana tersebut.
Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Menurut Supriatna (2011), bimbingan dan konseling komprehensif merupakan model bimbingan
dan konseling yang berpegang pada prinsip bimbingan dan konseling perkembangan. Akan
tetapi, masih ada beberapa persoalan yang berkaitan dengan implementasi bimbingan dan
konseling dimana pekerjaan dalam layanan bimbingan dan konseling lebih merupakan pekerjaan
administratif, seperti pengecekan kehadiran siswa, pemberian sanksi keterlambatan, pencatatan
poin pelanggaran siswa, dan lain sebagainya. Riset yang berbasis pada model komprehensif
memberikan penguatan untuk dikokohkannya model ini sebagai model bimbingan dan konseling
di sekolah, namun masih belum tersosialisasikan kepada seluruh sekolah dan belum menjadi
kebijakan nasional, substansi bimbingan dan konseling masih memerlukan
pengembangan.Permendikbud ini adalah payung hukum eksistensi dan acuan utama dalam
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
khususnya pada jalur pendidikan formal jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan bimbingan dan konseling komprehensif, namun
komponen layanan bimbingan dan koseling diadaptasi dari konsep bimbingan dan konseling
komprehensif. Layanan bimbingan dan konseling di luar kelas meliputi kegiatan konseling
individual, konseling kelompok, bimbingan kelompok, bimbingan kelas besar atau lintas keals,
konsultasi, konferensi kasus, kunjungan rumah (home visit), advokasi, alih tangan kasus,
pengelolaan media informasi (website, leaflet, papan bimbingan dan konseling), pengelolaan
kotak masalah, dan kegitan lain termasuk manajeman program, penelitian dan pengembangan
dan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan
konseling sekolah di Indonesia. Meskipun secara eksplisit tidak menyebutkan bimbingan dan
konseling komprehensif, namun komponen layanan bimbingan dan koseling diadaptasi dari
konsep bimbingan dan konseling komprehensif.
Resume Makalah 3
Secara umum tujuan diselenggarakannya bimbingan karir di SMA menurut Sukardi (1985:31-34)
adalah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan Lingkungannya, dalam pengambilan
keputusan, perencanaan, dan pengarahan Kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada karir dan
cara hidup yang memberikan Rasa kepuasan karena sesuai, serasi dan seimbang dengan dirinya
dan Lingkungannya. Pemahaman tentang dunia kerja meliputi pemahaman tentang informasi
Berbagai persyaratan penerimaan dalam dunia kerja, isi serta sifat suatu Lapangan kerja, situasi
pekerjaan termasuk dalam aspek sosial, fisik, Administrasi, masa depan suatu pekerjaan,
organisasinya, serta gaya hidup Dalam suatu jabatan dengan dirinya. Melalui bimbingan karir
siswa akan diarahkan dalam mengenal diri dan Kemampuannya untuk memahami diri dan
senantiasa mampu meningkatkan Kemampuannya, melatih dalam merencanakan karirnya
sehingga dengan Demikian siswa menjadi terlatih dan bersikap dewasa dalam berpikir dan
Merencanakan karirnya.
Metode pemberian informasi karir dapat ditempuh melalui metode Kelompok untuk masalah-
masalah yang sifatnya kelompok, dan metode individual Untuk masalah yang sifatnya pribadi
(Sukardi, 1987: 81), pelaksanaan bimbingan karir di SMA dapat dilakukan Dengan cara-cara
berikut : Ceramah dari nara sumber, Diskusi Kelompok, Pengajaran Unit, Sosiodrama,
Karyawisata karir yang diprogramkan oleh sekolah, Informasi melalui kegiatan kurikuler secara
instruksional, Hari Karier (Career Days).
Setiap siswa di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan Karir yang berbeda
melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas Bimbingan karir harus memiliki
tiga penekanan: mendorong perkembangan karir, Menyediakan perlakuan,dan membantu
penempatan (mengacu kepada perpindahan Pelajar ke tingkat pendidikan selanjutnya atau ke
kehidupan pekerjaan). Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-
syarat Memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah Lanjutan,
dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih Lanjut di perguruan tinggi atau
pendidikan pasca sekolah lanjutan yang Mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu
okupasi khusus (Daku, 2009). Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha
memperoleh Penghasilan untuk memenuhi kepentingan hidup, orientasi dan informasi Terhadap
pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang Hendak dikembangkan.
Pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri dan lingkungan itu dikerahkan Untuk
pengembangan diri siswa dalam segenap aspek pribadinya, termasuk Pegembangan arah karir
yang hendak diraihnya di masa yang akan datang (Hermayanti, 2008).
Karakteristik Perkembangan Karir di SMA Esensi dari adanya perkembangan karir adakah
bahwa setiap tahap kehidupan menuntut penguasaan berbagai penekanan yang meliputi
kesadaran akan sifat-sifat dan pilihan-pilihan kehidupan. Pada periode ini menurut Linda
memasuki tahap orientasi pada evaluasi social yaitu dimulainya untuk mengembangkan
eksistensi pilihan-pilihan pekerjaan dengan referensi dari kelompok social dan kemampuan yang
dimiliki. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir. Program bimbingan konseling karir yang komperhensif di semua
sekolah merupakan salah satu strategi penting untuk membantu remaja menghadapi transisi
kedunia kerja. Materi Layanan Konseling Karir di SMA Menurut Sciarra menjelaskan bahwa
komponen dan kompetensi yang akan diberikan kepada siswa SMA. Identifikasi pendidikan da
ketrampilan yang dimiliki untuk memilih karir yang sesuai dengan bidangnya atau yang
diminati.
Strategi yang digunakan untuk SMA yaitu adanya pemberian informasi secara kalsikal,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual dan konsultasi.
Proyek ini mengembangkan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Negeri se-
Indonesia yang langsung melibatkan mahasiswa dengan berbagai jenis layanan bimbingan dan
konseling. Sedangkan untuk di Amerika Serikat, Bimbingan karier telah dilaksanakan sekitar 20
tahun yang lalu, yang berfungsi untuk mendesain beraneka program komputer sebagai alat bantu
dalam memperoleh informasi karier di masa depan, selain itu di pusat bimbingan karier ini
tersedia bahan informasi karier dalam bentuk terbitan atau cetakan, audio visual dan program
komputer, serta alat tes atau asessment untuk mengukur minat dan bakat.
Untuk mengembangkan diri dan menghindari, serta mengatasi hambatan dan problema tesebut
diperlukan bimbingan para dosen yang dilakukan secara sistematik dan berpegang pada prinsip
“Tut Wuri Handayani”. Problema akademik Problema akademik merupakan hambatan atau
kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan
memaksimalkan perkembangan belajarnya. Problema sosial pribadi Problema sosial pribadi
merupakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengelola kehidupannya
sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial, baik di kampus maupun di lingkungan
setempat.
Resume Makalah 4
Teori Trait and factor memberikan asumsi bahwa kecocokan antara trait dengan factor akan
melahirkan kesuksesan dalam suatu karir yang dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya
kegagalan dalam mencocokkan Trait dengan factor akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah
pekerjaan.
Pendekatan trait dan faktor ini beranggapan kesamaan pekerjaan, hal inilah merupakan terdiri
dari faktor yang dibutuhkan dalam kesuksesan performa kerja yang bisa diprofilkan berdasarkan
kepada banyak trait yang dibutuhkan individu tadi.Menurut CH Miller (1974, p. 238). Asumsi
dari parsons yang mana pendekatan trait dan faktor berorientasikan kepada okupasi yang secara
spesifik atau khusus, atau tugas yang sebagai kriteria kepada variabel seperti perilaku,
kemampuan mental, sosioekonmi, ketertrikan atau gaji, menifestasi dari
kepribadian.Perkembangan karir sebenarnya tidak hanya mengenai pemilihan okupasi tetapi juga
mengenai proses seperti pemilihan secara tertuju dan terintegrasi dalam bentuk pilihan yang
tertata, yang sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan mengertinya antara perilaku dalam
pekerjaan. Menurut Krumboltz (1994), dia berpendapat diantara adanya teori trait dan faktor
bahwasanya “hal itu tidak membantu kita memahami pemerolehan emosional dan skill yang
dibutuhkan dalam pencarian kerja, hal ini pula tidak menginformasikan kita tentang adanya
pekerjaan dan phobia kerja, juga tidak menjelaskan bagaimana menangani keluarga yang
memiliki dual pekerjaan, bagaimana perencanaan pensiun dan hal lainnya da ini berkaitan
dengan konseling karir.
Teori trait-factor menawarkan sejumlah implikasi bagi para konselor antara lain (M. Thayeb,
1992: 67-68) : Karena individu-individu memilikih sifat-sifat yang berhubungan dengan pilihan
okupasional yang dapat diukur, maka konselor dapat membantunya memahami dirinya sendiri,
minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilannya yang dapat ditransfer,
Karena okupasi-okupasi dapat digambarkan menurut tugas-tugas, menjadi tidak asing dengan
tugas-tugas okupasional, maka konselor membantu klien mempelajarinya sehingga mereka dapat
membedakan dan mengambarkan okupasi-okupasi, Karena mempelajari bagaimana
mengumpulkan, memahami, dan menerapkan informasi tentang diri dan dunia kerja merupakan
suatu ketrampilan penting dan pokok untuk mengambil keputusan-keputusan, maka konselor
harus membantu individu-individu mempempelajari ketrampilan.
Fase fase perkembangan kematangan karir merupakan titik di mana kita dapat mengidentifikasi
dan mengases sikap dan kompetensi yang terkait dengan pertumbuhan karir yang efektif. Lebih
jauh, gambaran tentang sikap dan kompetensi yang diharapkan dicapai dalam setiap tahap itu
memungkinkan kita menentukan tujuan instruksional dan konseling yang dirancang untuk
membantu perkembangan kematangan karir.
Resume 5
Nuryati (2009) Kecocokan individu dengan lingkungan (Person Environment Fit) atau sering
disebut dengan P-E Fit merupakan hubungan antara individu (sikap, prilaku dan lainnya) dengan
lingkungan yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Kesesuaian antara pegawai dan lingkungan
kerjanya merupakan salah satu topik perilaku organisasi yang banyak diteliti ( KristofBrown,
Zimmerman, & Johnson, 2005; Schneider, 2001; dalam Greguras & Diefendorff, 2009) Edwards
(1996:292) dalam Kamarul Zaman Ahmad dan Kayathry a/p Veerapandian (2012) pada
dasarnya, Kecocokan individu dengan lingkungan (Person environment fit ) mewujudkan premis
bahwa sikap, perilaku dan hasil tingkat individu lainnya yang timbul bukan dari orang atau
lingkungan secara terpisah, melainkan dari hubungan antara dua.
Timpe (1999:6) mengemukakan bahwa organization fit adalah serangkaian sifat yang dapat
diukur berdasarkan persepsi kolektif dari orangorang yang hidup dan bekerja dalam lingkungan
tersebut dan biasanya mempengaruhi motivasi dan perilaku mereka. Lussier (2005:486)
mengemukakan bahwa organization fit adalah persepsi karyawan mengenai kualitas lingkungan
organisasi yang secara relatif dirasakan oleh anggota organisasi yang kemudian akan
mempengaruhi perilaku mereka berikutnya. Berdasarkan definisi di atas, maka organization fit
merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kualitas lingkungan organisasi yang
mempengaruhi perilaku angggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini dapat
dilihat dari keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam
mencapaitujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga
pemimpin itu dalam menciptakanmotivasi dalam diri setiap bawahannya maupun atasan
pemimpin itu sendiri. Budaya Budaya organisasi didefenisikan sebagai nilai-nilai dan cara
bertindak yang dianut organisasi dalam hubungannya dengan pihak luar. Iklim organisasi Iklim
organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang kualitas linkungan organisasi
yang mempengaruhi perilaku anggota oganisasi dalam melaksanakan pekerjaan.
Person Organisation Fit (Berhubungan dengan seberapa baik nilainilai dan perilaku seseorang
sesuai dengan budaya organisasi).
Teori ini juga dirasa mengabaikan faktor minat, keinginan, perasaan dan daya adaptasi seseorang
pada lingkungan pekerjaan yang baru, karena pada beberapa kondisi individu bukan hanya
kesesuain dengan lingkungan kerja semata, namun dalam beberapa kondisi minat, motivisi, dan
bahkan dukungan dari orang terdekat mampu membuat individu menyesuaikan dan beradaptasi
pada lingkungan kerja.
Resume Makalah 6
Secara signifikan, karya Holland telah mempengaruhi perkembangan persediaan minat, penilaian
karir, klasifikasi informasi pekerjaan, dan konseling karir (Patton & McMahon, 2014).Teori
pilihan karir yang dikembangkan oleh John L. Holland adalah salah satu teori pengembangan
karier yang paling banyak diteliti dan diterapkan. Teori ini menggabungkan beberapa konstruksi
dari psikologi kepribadian, perilaku kejuruan, dan psikologi sosial, termasuk teori persepsi diri
dan stereotip sosial (Foutch, McHugh, Bertoch, & Reardon, 2014) Penerapan teori pilihan karir
Holland melibatkan penilaian individu dalam hal dua atau tiga tipe kepribadian yang menonjol
dan kemudian mencocokkan tipe masing-masing dengan aspek lingkungan dari karir potensial.
Holland menegaskan bahwa ada keterkaitan antara karakter kepribadian, lingkungan dan
pekerjaan yang memungkinkan mereka mengasah keterampilan dan kemampuan,
mengungkapkan sikap dan nilai-nilai yang mereka yakini dan hal-hal sejenis lainnya (Rahmi,
2017). Holland menegaskan bahwa orang-orang dari tipe kepribadian yang sama yang bekerja
bersama dalam suatu pekerjaan menciptakan lingkungan yang cocok dan menghargai tipe
mereka (Sheu, et al., 2010).Berikut penjelasan dari ke-enam tipe kepribadian yang disebutkan
dalam teori karir John Holland (Wille & De Fruyt, 2014). Misalnya, orang Artistik lebih
mungkin berhasil dan puas jika mereka memilih pekerjaan yang memiliki lingkungan Artistik,
seperti memilih untuk menjadi guru tari di sekolah menari - lingkungan "didominasi" oleh orang-
orang tipe Artistik di mana kemampuan kreatif dan ekspresi sangat dihargai.
Kekuatan teori Holland dinilai sebagai teori komperhensif karena meninjau pilihan okupasi
sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup individu dan sebagai teori yang mendapatkan banyak
dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut modal-modal lingkungan serta kepribadian
(Winkel & Hastuti, 2005). Sedangkan Kekurangannya ini mungkin karena model Holland
menyederhanakan gagasan kecocokan; tidak cukup memperhitungkan kecocokan antara
kemampuan dan tuntutan pekerjaan; dan tidak memberi perhatian yang cukup terhadap pengaruh
khas antara individu dan lingkungan kerja (bagaimana cara kerja mempengaruhi individu dan
bagaimana individu mempengaruhi pekerjaan) (Michalos, 2010).
Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai seberapa jauh mereka mendekati salah
satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistik Type), Tipe
Peneliti/Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial (The
Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Konvensional (Conventional
Type). Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai
menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogenity), sehingga
seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas.
Orang yang memasuki lingkungan okupasi yang jauh dari tipe kepribadian yang paling khas
baginya akan mengalami konflik dan tidak akan merasa puas, sehingga cenderung untuk
meninggalkan lingkungan okupasi itu dan mencari lingkungan lain yang lebih cocok baginya.
Holland (Manrihu, 1992: 77-78) juga menambah tiga asumsi tentang orang orang dan
lingkungan-lingkungan, asumsi-asumsi ini adalah : Konsistensi, Diferensiasi, Kongruensi.
Salah satu asumsi Holland adalah Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai
seberapa jauh mereka mendekati salah satu tipologi karir yang terdiri atas enam tipe kepribadian,
yaitu : Tipe Realistik (The Realistik Type), Tipe Peneliti/Pengusut (The Investigative Type),
Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial (The Social Type), Tipe Pengusaha (The
Enterprising Type), dan Tipe Konvensional (Conventional Type). Berikut merupakan penjelasan
dari ke enam tipe kepribadian tersebut:
1. Tipe Realistik Preferensi-preferensi membawa kepada pengembangan kompetensi-kompetensi
dalam bekerja dengan benda-benda, binatang binatang, alat-alat dan perlengkapan teknik, dan
mengabaikan kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan.
3. Tipe Artistik lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambiguous, bebas, dan tidak
tersistematisasi untuk menciptakan produk-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan.
4. Tipe Sosial Tidak menyukai aktivitas-1aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-
obyek dan materi-materi.
6. Tipe Konvensional Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki
keterampilanketerampilan klerikal dan numerikal.
Ini memudahkan proses matching interest dan environment (Kulcsár, Dobrean, & Gati, 2020;
Savickas, 2015) Menurut Holland suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah
hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat
tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang
pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan
yang lain (Winkel & Hastuti, 2005).Model pilihan karir Holland menunjukkan bahwa individu
akan mencari lingkungan kerja yang sesuai dengan keterampilan, kemampuan, sikap, dan nilai
mereka atau harus terdapat kesesuaian antara RIASEC dengan lingkungan. Selanjutntya Holland
juga mengembangkan alat untuk individu dalam pemilihan karir yaitu the occupations finder dan
the self-directed search, yang manyakan kagiatan/aktivitas yang diminati, dan dievalusi diri
dalam bebrapa ketrampilan, harus dicocokan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandasan
pada teori yang sama, dengan demikian individu dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan
okupasi untuk pertimbangan lebih lanjut.
Resume Makalah 7
COUNSELING
Teori ini menjelaskan bagaimana pendekatan seseorang terhadap tugas pembelajaran, penetapan
tujuan, klarifikasi nilai, menghasilkan pilihan karir dan memperoleh informasi pekerjaan
tergantung pada interaksi antara genetik, lingkungan sosial dan budaya, dan masa lalu
pengalaman belajar. Empat faktor inilah nantinya yang akan saling bersinergi dalam membentuk
sebuah arah perencanaan karir bagi seorang individu dan pada akhirnya ia memutuskan karir apa
yang akan ia lalui, yaitu: Warisan Genetik dan Kemampuan Khusus, Kondisi dan Peristiwa
Lingkungan, Pengalaman Belajar, Keterampilan Pendekatan Tugas (tasks approach skills).
Dalam hal ini, bahwa dalam perencanaan karir atau pengambilan keputusan karir dipengaruhi
oleh Faktor internal yang terdiri dari bakat, minat, potensi dan hal yang yang menyangkut pada
diri individu yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam arah perencanaan karir atau
keputusan karir seorang individu dan faktor eksternal yang akan mendapatkan pengaruh dari
faktor lingkungan.
Menunjukkan fleksibilitas yang besar, karena tujuan tujuan konseling dan prosedur yang diikuti
dengan menggunakan pendekatan teori krumboltz hingga sampai pada tujuan, disesuaikan
dengan kebutuhan konseling.
Tidak efektif untuk kasus yang berkaitan dengan kehilangan makna dalam hidup. Tidak
menjelaskan pada tahap mana individu mulai menentukan pemilihan karier.
Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti
kebutuhan sifat-sifat kepribadian, kemampuan intelektual, dan banyak factor di luar individu,
seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga, variasi tuntutan lingkungan kebudayaan, dan
kesempatan/kelonggaran yang muncul. Tahapan perkembangan karir menurut Super mengenai
life span - life space, adalah hubungan antara tahapan hidup psikologis dengan teori peranan
sosial untuk mendapatkan gambaran umum mengenai karir yang multi peran. Apabila individu
telah memiliki rasa percaya diri, dapat belajar dari pengalaman, memiliki kesadaran bahwa ia
perlu membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan, dan mempersiapkan diri dalam membuat
pilihan karir tersebut. Nilai rendah pada dimensi perencanaan karir dilihat ketika individu
tersebut tidak dapat merencanakan masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu
memperkenalkan diri atau berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi ini dilihat
jika individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir seperti belajar tentang
informasi karir, membangun hubungan baik dengan orang dewasa untuk membicarakan tentang
rencana karir, mengikuti kegiatan kursus dan pelatihan yang mampu membantu menentukan
karir, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh waktu.
Sedangkan, nilai tinggi ditunjukkan jika individu memiliki wawasan yang luas dan dapat
menjadikan wawasan tersebut untuk mendapat informasi pekerjaan untuk dirinya sendiri dan
mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan. Proses perkembangan karir Donald E. Super
dalam (Thayeb, 2008) dalam tahapan usia yaitu : Growth (sejak lahir – 14 tahun). Dalam tahap
ini anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-
kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure). Exploration
(usia 15-24 tahun). Anak mulai memikirkan berbagai alternatif, Establishment (usia 25-44
tahun). Tahapan ini ditandai dengan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk beluk
pengalaman selama menjalani karir tertentu, Maintenance (usia 45-64 tahun). Tahapan ini
ditandai dengan proses penyesuaian berkelanjutan untuk memperbaiki posisi dan situasi kerja,
Decline (usia 65+). Pada tahap ini seseorang memasuki masa pension dan harus menemukan
pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya. Menurut Super dalam (Jatmika, 2015)
kematangan karir dapat diartikan sejauh mana individu dapat membuat keputusan karir tentatif
serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang beberapa alternatif pekerjaan dan pendidikan.
Lebih khusus lagi, sebagian besar dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, hubungan anak dan
orang tua, gaya orangtua, kecemasan, tekanan atau dorongan dan ukuran keluarga hanyalah
beberapa dari penentu aspirasi karir (Rehberg & Wetsby, 1967. ; Vignoli, Croity Beltz,
Chapeland, de Fillipis & Gareia, 2005; Jacobs et al., 2006) Faktor-faktor lain seperti jenis
kelamin (Davey & Stoppard,1993; Frome, Alfeld, Eccles & Barber,2006; Schoon, Martin, &
Ross, 2007) etnis (Carter, 1999), jenis institusi (Brint & Karabel, 1989), lingkungan sekolah
(Smart & Thompson, 2001; Sax & Bryant, 2006), bidang studi (Nauta, Epperson, & Kahn, 1998)
dan biaya dan metode pembiayaan studi (Huang, 2005) juga ditemukan memiliki dampak pada
aspirasi karir siswa.
Resume Makalah 9
DEVELOPMENT
Tim penelitian ini terdiri dari seorang pakar ekonomi, seorang psikiater, seorang sosiolog, dan
seorang psikolog, yang berkolaborasi untuk membentuk rasional pentingnya teori pilihan karier
(okupasi), yang untuk selanjutnya dikenal sebagai tim pengembang teori pilihan karier (okupasi)
Ginzberg. Ginzberg dan teman sejawatnya mengusulkan bahwa ciri utama dari periode fantasi
adalah sifat dasar yang berubah-ubah yang dimiliki oleh anak-anak, merupakan pilihan masa
kanak- kanak yang ditandai dengan sedikitnya orientasi realitas yang ada di dalamnya.Secara
spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal
dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan.Oleh karena itu,
kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi
selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
Dalam pengembangan teorinya, Ginzberg dan teman sejawat meletakkan konsep umum sebelum
masuk kepada konsep pokok teorinya. Ada dua tipe kepribadian dalam studi yang mereka
lakukan, yaitu kepribadian yang berorientasi pada pekerjaan dan kepribadian yang berorientasi
pada prinsip kesenangan.
Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya adalah didasari atas
pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep
perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga
unsur yaitu : Unsur Proses, Unsur irreversibilitas, dan Unsur kompromi.
Proses pemilihan karier oleh Ginzberg dan teman sejawatnya diklasifikasikan dalam tiga tahapan
utama yaitu :
1. Masa Fantasi yaitu Beranjak lebih dewasa, mendekati akhir dari masa fantasi, anak akan mulai
menunjukkan reorientasi secara berangsur-angsur, merefleksikan preferensi karier melalui
aktivitas yang berhubungan dengan karier, yang pada akhirnya akan mengarahkan mereka untuk
mencapai kepuasan abstrak. Mereka mengabaikan realita, kemampuan dan potensi yang mereka
miliki, dan pandangan zaman akan pekerjaan-pekerjaan yang berada dalam khayalan mereka.
2. Masa Tentatif yaitu Masa ini berlangsung antara usia 11 tahun sampai 18 tahun atau pada
masa anak bersekolah di SMP dan SMA.
3. Masa Realistik yaitu Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap
pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam kerangka
vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih
perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi).
Di beberapa bagiannya, teori ini masih dianggap kurang sempurna, mengingat sampel yang
dipilih Ginzberg dalam membangun teorinya ini kurang representatif, yakni hanya diwakili oleh
sampel laki-laki dari keluarga yang berpenghasilan diatas rerata (ayahnya adalah tenaga
profesional dan ibunya berpendidikan tinggi).Sementara kemungkinan adanya kalangan sampel
yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan mengalami tekanan keadaan tertentu,
termasuk juga sampel perempuan yang hamper tidak ada dalam studinya dalam kerangka teori
ini kurang mendapat perhatian.Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:92)
menyatakan bahwa “pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang
berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya.Keadaan ini
mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka
dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia
kerja”.
Teori Ginzberg adalah teori pilihan karier yang berlangsung sepanjang hayat individu. Hal ini
mempengaruhi sedikit banyaknya penelitian yang dilakukan sehubungan dengan teori yang
dikembangkan. Studi yang dilakukan oleh para ahli baik untuk menentang maupun menyetujui
tori Ginzberg adalah sebagai berikut. Davis, Hagen, dan Stouf (1962) membandingkan frekuensi
preferensi karier pada masa fantasi dengan frekuensi pilihan pada masa tentatif, yang dilakukan
pada 116 anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan dengan rentang usia antara 11 sampai 16
tahun. Kelso (1975) mengobservasi 1400 sampel yang terdiri dari siswa laki-laki kelas VII
sampai XII, menemukan bahwa siswa laki-laki yang memiliki keinginan untuk meninggalkan
sekolah sebelum mereka lulus menunjukkan bahwa mereka memiliki cara pikir yang lebih
realistis dibandingkan dengan mereka yang memilih untuk bertahan dan menyelesaikan
pendidikan mereka di institusi pendidikan formal.
Pengenalan terhadap minat dan kapasitas yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya
akan sangat diperlukan oleh guru BK dalam upaya mengembangkan, membina, dan
mengarahkan siswa pada pola-pola vokasionaldan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan
selaras dengan kondisi dan pilihan karier tersebut. Aplikasi konseling karier dengan pola
pendekatan konseling behavioral yangmuatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai
mengenai individu,keterampilan yang dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan,
tekanan, dan arah kecenderungan 11 dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam
mencapai kecocokan dan kepuasan kerja.
Resume Makalah 10
Dalam perencanaan layanan bimbingan karir peneliti menemukan adanya keterkaitan dengan apa
yang menjadi tugas dari konselor, hal ini tentunya sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Nurdin
Marty yaitu Perencanaan merupakan siklus kegiatan untuk menentukan kebutuhan tenaga di
sekolah, baik secara kuantatif maupun kualitatif untuk masa depan. Perencanaan pada dasarnya
merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan
sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode yang tepat, perencanaan mencakup
kegiatan menentukan sasaran dan alat sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
layanan bimbingan karir merupakan proses bantuan yang diberikan oleh konselor (guru
pembimbing) kepada siswa/konseli atau sekelompok siswa/konseli, agar mereka dapat
memahami lingkungannya berupa dunia kerja dalam upaya mengambil keputusan untuk
menentukan pilihan karirnya.
Tujuan ini memfokuskan pada kemampuan siswa/konseli untuk memahami situasi dan kondisi
dunia kerja (seperti berbagai ragam pekerjaan atau profesi, situasi dan kondisi masingmasing
pekerjaan atau profesi, termasuk juga besar kecilnya gaji, serta kondisi yang lebih spesifik yang
dimiliki oleh masing-masing jenis pekerjaan atau profesi), kemampuan siswa/konseli dalam
melihat peluang lowongan pekerjaan atau profesi yang ada disekitar yang dapat direbutnya,
mengembangkan sikap positif terhadap suatu pekerjaan atau profesi seperti etos kerja, dan
kemampuan siswa/konseli dalam membuat rencana karir dan keputusan karir.Tujuan layanan
bimbingan karir dari aspek siswa/konseli, sekolah, ekonomi, dan sosial Menurut Maguire dan
Killen dalam Hartono, 2016, 30, yang meliputi aspek individu, bimbingan karir bertujuan untuk
membantu siswa/konseli dalam memperoleh kemampuan dan keterampilan belajar (learning
outcomes).
Menurut Walgito (2004:205) layanan bimbingan karir merupakan salah satu aspek dari
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Oleh karena itu, kurang bijaksana apabila
pelaksanaan bimbingan karir tersebut jadi terbengkalai. siswa yang akan langsung terjun ke
dunia kerja tentu memerlukan bimbingan karir ini agar siswa dapat bekerja dengan senang dan
baik. Oleh karena itu diperlukan persiapan yang sebaik-baiknya untuk menghadapi masa depan,
serta menyiapkan dengan baik pekerjaan-pekerjaan atau jabatan-jabatan yang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka. Pada kenyataannya para siswa SMA pada berada dalam masa
remaja yang merupakan masa peralihan dalam masa anak ke masa dewasa.
Prinsip merupakan merupakan kaidah atau dasar yang dipakai dalam penyelenggaraan
bimbingan karir dikonseling yang dapat diperinci menjadi empat bagian, yaitu prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan layanan sasaran layanan, permasalahan yang dialami siswa/konseli,
program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan.
Ruang Lingkup Layanan Bimbingan karir di Sekolah.
Bimbingan karir di sekolah difokuskan kepada bantuan kepada siswa/konseli dalah hal
pemahaman diri, pemahaman karir, belajar mengambil keputusan dan melakukan keputusan karir
secara mandiri sebagai hasil perpaduan serasi atas pemahaman diri dan pemahaman karirnya.
Atas dasar, semua kegiatan dan aktivitas bimbingan karir di sekolah diarahkan untuk
mewujudkan kemandirian siswa/konseli dalam mengambil keputusan karir, meraih dan
mempertahankan karirnya dalam kehidupan di masyarakat mendatang. Ruang lingkup program
bimbingan karir menurut Zunker dalam Hartono 2016:35, meliputi :
Pengukuran kebutuhan (assessment of needs), Orientasi (orientation), Kegiatan-kegiatan
individual (individualized programs), Intervensi konselor (counselor intervention, Bantuan
internet (on-line assistance), Tindak lanjut (follow-up).
Dillard (1985: 24), mengemukakan bahwa perencanaan karir merupakan proses pencapaian
tujuan karir individu, yang ditandai dengan adanya: tujuan yang jelas setelah menyelesaikan
pendidikan, cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan, dorongan untuk maju dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan yang dicita-citakan, persepsi yang realistis terhadap diri dan
lingkungan, kemampuan mengelompokkan pekerjaanyang diminati, memberikan penghargaan
yang positif terhadap pekerjaan dan nilai-nilai, kemandirian dalam proses pengambilan
keputusan, kematangan dalam hal mengambil keputusan, dan menunjukan cara-cara realistis
dalam mencapai citacita pekerjaan. Tujuan perencanaan karir menurut Winkel (1997:623)
“jangka panjang yaitu gaya hidup (life style) yang ingin dicapai dan nilai-nilai kehidupan
(values) yang ingin direalisasikan dalam hidup, sedangkan jangka pendek adalah ijazah dan
sertifikat yang ingin diperoleh dalam rangka mempersiapkan diri mempersiapkan jabatan tertentu
dikemudian hari”.
Siswa yang memiliki perencanaan karir akan memanfaatkan informasi yang telah didapat dari
berbagai sumber untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki pemahaman tentang karir.
Siswa yang memiliki perencanaan karir akan mempunyai anggapan bahwa orang dewasa
merupakan orang yang memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan termasuk salah satu
pengalaman dan pengetahuan tentang karir. Siswa yang memiliki perencanaan karir akan
memanfaatkan ekstrakulikuler di sekolah sebagai media untuk menambah keterampilan yang
akan digunakan dalam pencapaian karir yang sesuai dengan cita-cita setiap siswa. Sama dengan
pendidikan tambahan dan ekstrakulikuler, diharapkan dengan mengikuti pelatihanpelatihan
terkait dengan pekerjaan yang diinginkan maka akan menambah keterampilan yang ada pada diri
siswa serta peningkatan pengetahuan tentang karir. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa
akan terarah pada kegiatan yang akan menunjang kesuksesan karir yang telah direncanakan
siswa. Sehingga cara yang memiliki kemampuan perencanaan karir pasti memiliki pengetahuan
tentang cara dan kesempatan untuk memasuki karir yang diinginkan.
Karir lebih dari sekedar rangkaian suatu pekerjaan atau jabatan. Karir sesuatu yang menyangkut
masa depan dalam perspektif jangka panjang yang harus direncanakan sejak jauhjauh hari,
merencanakan kemana siswa ingin melangkah dan apa yang ingin siswa capai. Winkel (2006:
632) menjabarkan mengenai proses perkembangan karir dibagi menjadi lima tahap, yaitu fase
perkembangan (growth) dari saat lahir sampai umur kurang lebih 15 tahun, dimana anak
mengembangkan berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan
yang di padukan dalam stuktur gambaran diri : fase eksplorasi (exploration) dari umur 15 sampai
24 tahun, dimana orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil
keputusan yang mengikat, fase pemantapan (establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun, yang
bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani
karir tertentu, fase pembinaan (maintenance) dari umur 45 sampai 65 tahun, dimana orang yang
sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya, fase kemunduran (decline), bila
orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan
jabatannya.
Dalam merencanakan karir, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi. Faktor- faktor tersebut
berasal dalam diri sendiri (internal) maupun dari luar diri sendiri (eksternal).
Keputusan yang diambil seseorang mengenai aspek-aspek karir yang akan ditempuh itu tidak
lepas dari pertimbangannya terhadap berbagai faktor yang yang ada dalam tatanan kehidupam
masyarakat yang merupakan sumber nilai dan tempat tersedianya berbagai hal yang dapat
dimanfaatkan oleh individu bagi pengembangan dirinya.
Resume Makalah 11
Donal D Super dalam Anas Salahudin mengatakan bahwa bimbingan karir adalah proses
membantu pribadi untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta
peranannya dalam dunia kerja. Menurut batasan ini ada 2 hal penting dalam konseling karir. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah proses bantuan,
layanan dan pendekatan terhadap individu (Siswa/remaja), agar individu yang
bersangkutanVdapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia
kerja,merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehiupan yang diharapkannya, untuk
menentukan pilihannya dan mengambil keputusan sesuai dengan keadaan dirinya dengan
memperhatikan persyaratan-persyaratan /tuntutan karir yang dipilihnya.
Pada penjelasan sebelumnya telah dikemukakan mengenai tujuan dari bimbingan karir Tujuan
Konseling karir dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain a. Konseling karir dilaksanakan
dengan cara yang disusun dalam suatu paket tertentu, yaitu paket bimbingan karir. Kegiatan
konseling karir dilaksanakan pada hari-hari tertentu yang disebut “hari karir” atau career
dayPada hari tersebut, semua kegiatan bimbingan karir dilaksanakan berdasarkan program
bimbingan karir yang telah dietapkan oleh sekolah setiap tahun.
Setiap siswa memiliki hak yang sama untuk mengembangkan diri dan merencanakan karir sesuai
dengan kemampuan yang ada pada dirinya, melalui kegiatan bimbingan karir.Dengan bimbingan
karir siswa mempunyai kemandirian dalam menentukan dan memilih karir yang dapat
memberikan kebahagiaan hidup dan masa depannya.Pelaksanaan bimbingan karir yang diberikan
semenjak kelas 1 hingga kelas 3 di SMA, memberikan pelayanan ganda, yaitu di ruangan
bimbingan konseling dan di ruang kelas.
Secara umum tujuan diselenggarakannya bimbingan karir di SMA menurut Sukardi (1985:31-34)
adalah membantu siswa dalam pemahaman dirinya dan lingkungannya, dalam pengambilan
keputusan, perencanaan, dan pengarahan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada karir dan cara
hidup yang memberikan rasa kepuasan karena sesuai, serasi dan seimbang dengan dirinya dan
lingkungannya.