Anda di halaman 1dari 2

Nama: Anastasya Rahmadani Afandi

Kelas: XI MIPA 7

No.Absen: 06

Hembusan Asap Beracun

Mentari hangat mulai menyelimuti astmosfer bumi, itu pertanda untukku segera bangun dan bergegas
ke sekolah. Dasi biru mulai ku kenakan pada leher ku dan segera merapikan seragamku. Ku mencium
lembut tangan kedua orang tua ku seraya mengucapkan salam untuk pergi sekolah.

Saat ini aku duduk di bangku SMP kelas 9 dan sebentar lagi aku akan lulus. Tiap hari penaku tiada henti
menari nari diatas kertas, Karena aku berusaha lulus dengan nilai yang terbaik. Hingga akhirnya kerja
keras ku terbayarkan. Aku Dio setyawan lulus dengan nilai tertinggi di sekolahku.Dan ini merupakan
kado indah untuk kedua orang tuaku yang bangga padaku.

Dan kini, aku menginjakkan kaki di sebuah SMK favorit. Seperti biasa di kala mentari menyapa, aku
bergegas menyelimuti tubuhku dengan seragam kebanggan ini.Dasi yang telah berubah warna menjadi
abu2, dengan bangga ku kalungkan di leherku. Pagi itu hari pertamaku sebagai murid SMK.“Ibu ayah aku
berangkat dulu ya” Pamitku pada mereka.“Iya hati-hati ya nak. Alhamdulillah kamu sekarang sudah
besar dan masuk sekolah yang kamu inginkan. Doa ibu dan ayah agar kau kelak menjadi orang yang
berguna” kata lembut darinya“Iya bu amin Dio akan berusaha.” Ujarku

Tibalah kakiku berpijak di SMK ini. Terlihat barisan para siswa yang berdiri kokoh siap untuk memulai
harinya. Aku pun mulai melaksanakan LOS dan akhirnya aku resmi menjadi bagian dari sekolah ini.

SMK ini memang sekolah Favorit, akan tetapi setiap sekolah pasti ada segelintir tikus kecil yang
memberikan pilu pahit di sekolah. Mereka berjumlah 5 orang dikelasku. Sebut saja Amir,Nata,Rizki,Stef
dan Ketua mereka Sandy. Mereka tikus pengganggu yang kerjanya Cuma bermalas malasan dan
melakukan hal yang dilarang.
Entah kenapa aku tiba-tiba masuk pada dunia mereka. Aku pintar, tetapi aku tidak pandai untuk
berkelahi. Saat itu wajahku berubah merah kebiruan akibat di hantam oleh murid sebelah yang tidak
menyukai kepintaranku. Lalu datanglah 5 tikus pengganggu menyelamatkanku dengan menghantam
keras orang yang menggangguku tadi.“Hai Dio kamu tidak apa-apa?” Tanya Nata “Iya aku tidak apa-apa
makasih ya”Ucapku“ ahh cupu banget lo bro masak sama semut aja kalah”ejek sandy“Mending lo
gabung kita aja deh, soalnya lo bakal selalu dihantui oleh mereka”Ajak Rizki

Entah jarum apa yang merasuki fikiranku hingga aku bersedia menjadi bagian dari mereka.Rasa terima
kasihku ternyata menjadi sebuah bom untukku.Selama aku sekolah kemanapun aku selalu bersama
mereka. Sosok diriku yang biasanya hanya duduk memegang pena di kelas berbalik total. Aku tiap hari
rutin mengelilingi sekolah dengan mereka dan aku menemukan banyak hal keji baru.“Eh bro lu mau ini?”
“Kata sandy sambil menunjukkan sebuah rokok“Itu rokok ya, gamau ah takut kecanduan terus sakit”
Kataku dan semua tertawa“Ih lu cupu banget ya, lo bisa lihat kan kita baik2 aja kan. Rokok itu ibarat
buku yg harus kita gunakan” Kata Amir

Yah tentunya aku mulai penasaran dan belajar akrab dengan benda itu. Hingga akhirnya aku tidak bisa
lepas dari hembusan kotor itu. Tiap hari hubungan kami ber 6 semakin erat. Aku sudah melupakan
harapan kecilku di SMK ini. Aku sudah mahir beradu tinju disekolah dan akupun mulai berani membawa
rokok kerumah.Krekk pintu kamar terbuka, “Astaghfirullah Dio kamu merokok?” Kata ibuku
terkejut“hehe iya bu dio ngerokok” Kataku dan kemudian ayah datang dan menamparku keras“Dasar
anak kurang ajar, kenapa kamu merokok? Kamu gatau itu berbahaya”Marah ayahku“Eh yah suka-suka
dio dong, Ini Hidupku! Lagian ngerokok itu gak bahaya itu hanya mitos lama”geramku“Yaallah nak
kenapa kamu jadi seperti ini, kamu gatau ibu punya penyakit pernafasan akut. Kalo kamu ngerokok
dirumah, entah apa yang terjadi padaku” Ucap sedih ibuTetapi aku tidak menghiraukan ucapan mereka
dan aku bergegas pergi main karena amarahku.Dan kawanku dengan santai menyodorkan sebuah
minuman haram untuk menenangkanku. Gemerlap dunia remaja seolah telah menutupiku. Tiap hari
aku menyeburkan asap rokok kedalam rumah. Dan aku tidak khawatir dengan batuk ibuku yang tak
kunjung sembuh.Hingga suatu hari badai dahsyat menghantamku. Ibuku yang menjadi senderan
hidupku, menghembuskan nafasnya karna penyakit tersebut. Air mata turun deras menutupiku.
Penyesalan yang pasti menempel di benakku. Untaian harapan kecilku untuk ibu musnah hilang hanya
karena sebuah hembusan asap beracun rokok.Masa kejayaan putih abu-abu harapanku musnah sudah
karena aku divonis terkena kanker tenggorokan.Dan sekarang aku hanya bisa terkulai lemas dibalik
selimut tidurku. Aku tidak tau lagi apa yang harus kulakukan. Kilatan kenangan manisku dulu sewaktu
SMP selalu terbayang olehku. Rintihan kesedihan hanya bisa terurai dihatiku dikala melihat temanku
lainnya sukses mengharumkan nama sekolah dan keluarganya. Dan sebelum aku meninggalkan semua
ini, pesanku hanya untuk kaum muda saat ini. Andai mereka merasakan apa yang kurasakan mereka
tidak akan mendekati asap beracun itu.

Anda mungkin juga menyukai