Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGUMPULAN DATA

OLEH :
Kelompok 3

1. Rosdiana
2. Supry Ronald Fatu
3. Theresia Maryanti Dadut
4. Yohanna WentyAnggraini Mesu
5. Yolfiantri Evelin Longgo
6. Eliaty Tjung
7. Ery May Nggiri

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
BAB I
PENGUMPULAN DATA

A. Pendahuluan
Dari berbagai penelitian kuantitatif, bahan-bahan pustaka merupakan sumber
sekunder dari penelitian. Pentingnya pengumpulan data dalam penelitian merupakan
langkah-langkah yang diatur dalam penelitian. Selain pada penelitian pengumpulan data,
juga dalam menyusun dan merumuskan landasan teoritis dan kerangka konseptual.
Menurut Lofland sumber data utama adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lainnya.
Berkaitan dengan hal itu makalah ini akan menjelaskan tentang jenis data dibagi
kepada, angket questioner, waancara, observasi, analisis data dan lainnya.
1. Menggunakan Angket dan Quesioner
Penelitian, disamping perlu menggunakan metode yang tepat, juga memilih
tekhnik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan tekhnik dan
pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperoleh data yang objektif. Angket
sebagai alat pengumpul data, berisi pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada
subjek/resfonden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket, bisa berbentuk
tertutup ( bersturuktur) dan bisa juga berbentuk terbuka(tidak berstruktur). Dibawah
ini akan diuraikan tekhnik penelitian sebagaimana cara yang dapat ditempuh untuk
mengumpulkan data.
1) Angket
Untuk melakukan penelitian, angket sangat diperlukan. Digunakan apabila
responden jumlahnya besar, dapat membaca dengan baik dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Untuk pengumpulan data atau
pengetahuan yang akan diperoleh perlu kiranya mencatat data hasil observasi
tersebut yang diantaranya adalah :
a) Cacatan anekdot : yaitu alat untuk mencatat gejala- gejala khusus atau luar
biasa menurut urutan kejadian.
b) Cacatan berkala yaitu pencacatan yang dilakukan secara berturut menurut
waktu munculnya suatu gejala dan tidak dilakukan secara terus menerus,
melainkan pada waktu tertentu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang
ditetapkan untuk setiap pengamatan
c) Daftar cek yaitu penataan data yang dilakukan dengan mempergunakan
sebuah daftar yang memuat nama obsever disertai dengan jenis gejala yang
akan diamati
d) Skala nilai yaitu pentatan data dengan cara men-chek list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat
e) Peralatan mekanis yaitu pencatatan data tidak dilakukan pada saat observasi
langsung, karena data diambil denga cara menggunakan alat elektronik dan
sesuai dengan keperluan.
Di bawah ini beberapa contoh pertanyaan yang diajukan terhdap
questioner yang diantaranya adalah :
1. Apakah agama yang anda anut ?
a. Islam
b. Katholik
c. Kristen Protestan
d. Hindu
e. Budha
2. Apakah anda termasuk mahasiswa yang memperoleh beasiswa ?
a. Ya
b. Tidak
2. Wawancara
Untuk semakin objektifnya penelitian tentunya seorang peneliti harus melakukan
wawancara. Pengertian wawancara bisa dikategorikan sebagai percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yaitu yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yaitu memebrikan jawaban dari atas petanyaan-pertannyaan.
Setiap peneliti kebanyakan telah melakukan suatu wawancara, beberapa dari
mereka melakukannya dengan efisiensi, sementara yang lainnya memperoleh
kegagalan dalam informasi yang dikehendaki. Wawancara sangat sangat diperlukan,
terutama pada penaksiaran penelitian bidang wawancara kualitatif.
Menurut Patton cara pembagian wawancara di bagi sebagaimana berikut : (1)
Wawancara pembicaraan informal (2) pendekatan dengan menggunakan petunjuk
umum wawancara, dan (3) wawancara baku terbuka. Pembagian wawancara yang
dilakukan Patton di dasari atas perencanaan pertanyaan. Ketiganya di jelaskan secara
singkat di bawah ini.
a. Wawancara pembicaraan informal dengan mengjukan pertanyaan yang
bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantungnya secara spontanitas
ketika mengajukan pertanyaan kepada terwawancara
b. Pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum wawancara yaitu dengan
membuat kerangkan dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan dan tidak
tidak perlu dipertanyaan secara berurutan. Demikian pula pewawancara dengan
penggunaan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan
sebelumnya.
c. Wawancara baku terbuka ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya sama
untuk setiap resfonden. Keluwesan untuk mengadakan pertanyaan pengalaman
(probling) terbatas, dan hal bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan
pewawancara.
Pada jenis wawancara pertanyaan akan diajukan sangat tergantung pada
pewawancara itu sendiri, kebergantungan ini meliputi spontanitas dalam
mengajukan pertanyaan kepada orang yang diwawancara. Hubungan
pewawancara dengan orang yang diwawancarai adalah suasana biasa, wajar,
sedangkan pertanyaan dan jwabannya seperti pembicaraan biasa yaitu alat
pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan.
Ciri utama dari wawancara ini adalah dengan kontak langsung atau tatap muka
antara peneliti dengan objek. Untuk mendapatkan informasi yang tepat dan
objektif harus menciptakan hubungan baik dengan responden dan mengadakan
raport ialah suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden bersedia
bekerjasama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi sesuai
dengan pikiran dan keadaan yang sebenarnya.
Keadaan ini akan menciptakan suatu suasana, dimana responden meresahkan
adanya kehangatan dan sikap simpatik, merasakan kebebasan untuk berbicara
bahkan terangsang untuk berbicara dan yang terpenting lagi, bahwa kesan
pertama dari penampilan peneliti sangatlah penting untuk menjalin kerjasama.
Selanjutnya akan dilakukan pengujian validitas instrument yang diantaranya :
pengujian validitas internal (rasional) Selanjutnya pengujian validitas isi dengan
membendingkan isi instrument dengan isi objek yang telah diperoleh dan
selanjutnya dan validitas eksternal yaitu membandingkan antara criteria yang ada
pada instrument dengan fakta-fakta emfiris yang didapatkan setelah melakukan
observasi.
3. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga
observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut dengan observasi langsung,
sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang melakukan observasi agar
penggunaan tekhnik ini dapat menghimpun data secara efektif berikut ini :
1. Memilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang di observasi.
2. Memahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.
3. Menentukan cara dan alat yang pergunakan dalam pencatatan data objektif
4. Menentukan kategori pendapatan gejala yang diamati, apakah dengan
menggunakan skala tertentu atau sekedar mentatat frekuensi munculnya gejala
tanpa klasifikasi tingkatannya sehingga perumusan dengan tegas dan jelas ciri
setiap kategori sangat perlu
5. Mengamati dan proses pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis
6. Pencacatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling
mempengaruhi dan seterusnya.
7. Dalam pengumpulan data atau pengetahuan yang akan diperoleh perlu kiranya
mencatat data hasil observasi tersebut yang diantaranya adalah :
a) Cacatan anekdot : yaitu alat untuk mencatat gejala- gejala khusus atau luar
biasa menurut urutan kejadian.
b) Cacatan berkala yaitu pencacatan yang dilakukan secara berturut menurut
waktu munculnya suatu gejala dan tidak dilakukan secara terus menerus,
melainkan pada waktu tertentu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang
ditetapkan untuk setiap pengamatan
c) Daftar cek yaitu penataan data yang dilakukan dengan mempergunakan
sebuah daftar yang memuat nama obsever disertai dengan jenis gejala yang
akan diamati
d) Skala nilai yaitu pentatan data dengan cara men-chek list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat
e) Peralatan mekanis yaitu pencatatan data tidak dilakukan pada saat observasi
langsung, karena data diambil denga cara menggunakan alat elektronik dan
sesuai dengan keperluan.
4. Menggunakan Tes
Langkah selanjutnya dalam penelitian adalah dengan menggunakan tes, yaitu
seperangkat ransangan atau stimulus kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapannya (biji-angka
seseorang ) yang berkenaan dengan karakteristik/variable tertentu yang hendak
diukur, untuk mengukur da melukiskan aspek-aspek tertentu dari atingkah-laku
manusia. Ditiliti dari tujuannya, tes bisa dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu ;
1) tes prestasi belajar ( achievement test) dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar
seseorang pada suatu bidang pengetahuan atau keterampilan :mengukur tingkat
performant individu sehingga bisa menetapkan status atau posisi sesuatu individu
atau kelompok did lam pengusaannya terhadap suatu bidang pengetahuan atau
keterampilan tertentu.
2) tes intelegensi atau kecerdasan yang belakangan ini lebih cenderung disebut
dengan " tes kemampuan skolastik " ( scholastic aptitude test ) dimaksudkan
untuk mengukur tingkat kemampuan umum seseorang guna untuk mendapatkan
tingkat kafasitas atau potensi kecendasan seseorang. Dalam penelitian,
kecerdasanya lazimnya di tempatkan sebagai variable yang berkenaan dengan
performans dari responden subjek penelitian pada sesuatu hal.
3) tes kepribadian (personality meansurement )dimaksudkan untuk mendapatan
ukuran kepribadian seseorang, apakah berkenaan dengan sikap, motivasi, minat,
ataukah " gangguan kejiwaan ". Pengukuran kepribadian tersebut, biasa dilakukan
dengan menggunakan tekhnik seperti, (1) tekhnik inventory (2) tekhnik skala
penilaian ( rating scale) (3) tekhnik proyektif dan (4) tekhnik skala sikap ( attitude
scale ).
5. Studi Dokument
Penelitian yang berorientasi kepada dokument membahas empat pokok persolan,
antara lain :
1) Dokumen pribadi
Penelitian ini tentang cacatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tidakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud dari pengumpulan
dokumen pribadi adalah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial
dan arti berbagai factor sekitar subjek untuk menuliskan pengalaman berkesan
mereka, hal ini dipandang juga sebagai dokumen pribadi.
2) Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga
masyarakat tertent yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk di
dalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan
semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan,
aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan.
Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang di hasilkan oleh
suatu lembaga sosial, misalnya majalah, bulletin, pertanyaan, dan berita yang
disiarkan kepada media massa. Dokumen eksternal dapat dimamfaatkan untuk
menelaah konteks sosial, kepimimpinan dan lain-lain.
Daftar Pustaka

Ahmad, Selamat Triono, Kumpulan Makalah Medologi Peneltian.


Medan,tt.

Chulsum, Umi & Windy Novia, Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Surabaya: Kashiko, 2006.

Davies,Ivor K., Pengelolaan Belajar:Seri pusyala Tekhnologi Pendidikan


N0.8. Jakarta: Rajawali Pers,1986.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Judul asli, An
English-Indonesia Dictionary. Jakarta: PT.Gramedia, 1990.

Faisal, Sanafiah, Format-format Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2001.

Goode dan Hatt, Metode-metode Penelitian Sosial: di sadur oleh Imam


Munawir. Surabaya: Usaha Nasional,tt.

Harjanto, Perencanaan Pengakaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan.Semarang: Rineka Cipta, 1996.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Rosdakarya, 2006.

Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru,


1989.

Sugeng, Nyoman Sudana, Ilmu Taksonomi Variabel. Jakarta: Depertemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
dan Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, 1989.

Anda mungkin juga menyukai