Anda di halaman 1dari 3

Trade Off antara Efisiensi dan Equity(keadilan)

Dalam sektor publik terdapat konsep 3E yakni Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas. 3E
tersebut perlu diperluas dengan E yang ke empat yaitu Equity (keadilan).Dalam setiap
penyelenggaraan Pemerintahan, khususnya negara yang menganut konsep Welfare State seperti
Indonesia, pasti mengutamakan segi keadilan dan efisien. akan tetapi pada dasarnya kedua sifat
ini akan mengalami trade off antara keduanya. trade off ini merupakan suatu hal pelik yang pasti
terjadi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan.

Sebelum melanjutkan pembahasan pada trade antara efisiensi dan equity(keadilan), ada
baiknya terlebih dalu kita membahas pengertian dari efisiensi dan equity(keadilan). Efisiensi
(efficiency)  menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya),  mampu
menjalankan tugas dengan tepat dan cermat,  berdaya guna, bertepat guna.

Sedangkan menurut definisi yang lain efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara
minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan
yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian
relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima.terdapat 4 kondisi yang
dapat digolongkan sebagai efisien :

1. Menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu.


2. Menghasilkan output tetap untuk input yang lebih rendah dari yang seharusnya.
3. Menghasilkan produksi yang lebih besar dari penggunaan sumber dayanya.
4. Mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin.

Sedangkan pengertian equity sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil
berarti tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang, sehingga keadilan
mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak atau
sewenang-wenang
Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Politik menyatakan bahwa keadilan
sebagai suatu keadaan di mana orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama.
Sedangkan menurut Aristoteles dalam tulisannya Retorica membedakan keadilan dalam dua
macam :

Keadilan distributif atau justitia distributiva;

1. Suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau
pembagian menurut haknya masing-masing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan
antara masyarakat dengan perorangan.
2. Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa;
3. Suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa
masing-masing. Keadilan ini didasarkan pada transaksi baik yang sukarela atau tidak.
Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-
menukar.
4. Terdapat dua masalah yang ditimbulkan dari trade off ini yaitu, untuk menurunkan
ketidakadilan, seberapa besar efisiensi yang dikorbankan dan adanya ketidaksepakatan
mengenai nilai relatif yang harus diberikan atas penurunan nilai ketidakadilan
dibandingkan nilai efisiensi.

Sebagian berpendapat bahwa keadilan adalah masalah utama yang ada di masyarakat
sehingga untuk memaksimalkannya harus mengorbankan efisiensi, begitu pula sebaliknya
pandangan orang yang menyatakan bahwa efisiensi adalah masalah utama. Inilah mengapa
antara efisiensi dan keadilan tidak bisa berjala bersama, harus ada salah satu yang dikorbankan.

Efisiensi terjadi ketika kondisi kesejahteraan tidak dapat ditingkatkan lagi tanpa
mengorbankan tingkat kesejahteraan pihak lain (Pareto). Kalau dalam suatu komunitas ada A
(50), B (100), dan C (1000) dengan angka di dalam kurung mewakili tingkat kesejahteraan
hipotetis, maka menaikkan kesejahteraan A tanpa mengorbankan kesejahteraan B atau C adalah
kondisi dimana terjadi perbaikan efisiensi (Pareto improvement); tetapi jika untuk menaikkan
tingkat kesejahteraan salah satu anggota harus menurunkan kesejahteraan anggota lain, maka
kondisi awal ini sudah menunjukkan Pareto efficient.
Di lain sisi,keadilan adalah suatu istilah yang batasannya tidak tegas dan sangat relatif.
Adil bagi C belum tentu dianggap adil bagi A atau B. Kita tidak bisa memuaskan semua pihak
sekaligus. Subsidi BBM secara massal tidak efisien karena memicu over-consumption dan
dinikmati golongan yang tidak seharusnya menerima subsidi. Tetapi dengan struktur ekonomi
dan bisnis kita yang memang tidak efisien, menghilangkan subsidi sekaligus akan membuat
kehidupan lapisan miskin semakin menderita. Di sini kita lihat ada trade-off antara efficiency
dan equity. Saya tidak hendak membahas mana yang terbaik tetapi hanya ingin menunjukkan
bahwa dalam hampir semua hal efficiency itu bekerja berlawanan arah dengan equity.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pada kenyataannya, efisiensi dan
keadilan sering sekali tidak dapat sejalan. Untuk mencapai efisiensi maka harus mengorbankan
keadilan, begitu pula sebaliknya. Kaedilan dapat dicapai tetapi konsekuensinya adalah
menurunnya efisiensi. First fundamental theorem of welfare economics menyatakan bahwa
ekuilibrium yang kompetitif dapat mencapai pareto optimum dalam pasar yang sempurna. Dalam
kenyataannya, terjadi kegagalan pasar (market failure), sehingga lahirlah second fundamental
theorem of welfare economics yang menyatakan bahwa dalam konteks terjadi kegagalan pasar,
ekuilibrium yang kompetitif dan memiliki properti pareto yang optimal dapat dicapai melalui
lumpsum transfer. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar intervensi pemerintah untuk
mengatasi trade-off antara efisiensi dan pemerataan melalui kebijakan redistribusi dalam bentuk
pajak, subsidi, dan pengeluaran publik pemerintah

Anda mungkin juga menyukai