Anda di halaman 1dari 12

SEKILAS TINJAUAN MODERNISME ISLAM

MATA KULIAH : PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM

Dosen Pengampu : Drs. H. Yaya, M.Ag.,

Nama Penyusun :

NAUFAL NUR AULIA (1204030079)


RIDA NABILAH PUTRI (1204030089)
RIZAL FATHURROHMAN (1204030093)
SITI KOMALA (1204030102)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta
hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmu kalam ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Drs. H. Yaya, M.Ag., pada mata kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penyusun tersendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang Kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 28 September, 2021

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................Error:
Reference source not found

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN....................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................5

C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Awal munculnya modernisme islam..................................................................6

B. Pandangan sekilas tentang modernisme dalam islam.........................................8

C. Islam dan modernisme.......................................................................................10

D. Dampak modernisme islam...............................................................................12

BAB III...................................................................................................................23

PENUTUP..............................................................................................................23

A. KESIMPULAN..................................................................................................23

B. SARAN..............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan secara sempurna sehingga dalam perkembangan


kehidupan manusia akan selalu dituntut untuk berfikir dalam segala bidang, manusia
akan menciptakan inovasi-inovasi terbaru yang mendorong untuk menuju kehidupan
yang lebih baik dan maju,agama sendiri memperbolehkan dalam masalah ini,dari
inilah agama terus menyesuaikan diri untuk selalu menjadi pengayom bagi
pengikutnya.

Islam pun selalu berinovasi untuk mencari suatu pembaruan-pembaruan yang


tidak bertentangan dengan syariat yang sesuai dengan kebutuhan zaman atau kita
menyebutnya dengan MODERNISME ISLAM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis


merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa itu modernisasi islam?
2. Kapan dan siapakah pencetus awal modernisme dalam islam?
3. Bagaimana perkembangan modernisasi dalam islam?
4. Bagaimana islam melakukan proses modernisme?
5. Apa dampak modernisme islam?

C. Tujuan Pembahasan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
pembahasan ini adalah :

a. Mengetahui tentang tinjauan modernisme islam


b. Mengetahui dampak dalam modernisme islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Modernisme Islam

Dalam masyarakat Barat “modernisme” mengandung arti pikiran, aliran,


gerakan, dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan lain sebagainya, agar semua itu menjadi sesuai dengan pendapat
dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.1
Istilah modernisasi dalam terminologi Islam sering disebut sebagai ahli
“tajdid” yang secara sederhana berarti “pembaruan” (renewal) atau islah, yakni
“perbaikan” (reform). Terlepas dari perbedaan-perbedaan kecil diantara tajdid dan
islah, keduanya mengandung esensi yang sama, yaitu kajian dan refleksin ulang
atas pemahaman, interpretasi terhadap Islam, dan cara kerja lembaga-lembaga Islam
untuk menemukan pemahaman, interpretasi baru, dan lembaga-lembaga Islam
yang lebih relevan dan kontekstual dengan situasi dan tantangan kontemporer.2
Sedangkan Fazlur Rahman, sarjana asal Pakistan mendefinisikan modernisasi
dengan “usaha-usaha untuk melakukan harmonisasi antara agama dan pengaruh
modernisasi yang berlangsung di dunia Islam”.3 Mukti Ali, mengartikan modernisasi
sebagai “upaya menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk
mensesuaikannya dengan perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung”.
Dunia Islam pada abad pertengahan abad 19 M menghadapi masalah yang
sangat rumit dan berbahaya, yang sama eksistenisnya di masa depan sebagai dunia
yang memiliki karakteristik tersendiri tergantung pada setiap sikap yang diambil
dalam peradaban Barat Modern yang penuh dengan vitalitas, semangat, harapan dan
kekuatan untuk berkuasa. Ini merupakan peradaban manusia yang paling tangguh
sepanjang sejarah. Kejadian ini merupakan problem terbesar bagi dunia Islam dan
merupakan suatu masalah yang realistis yang tak bisa diatasi hanya dengan harapan,
dan kelemahan ini sesungguhnya masalah intern negara-negara Islam, pengaruh
peradaban Barat dan berkuasanya pemikiran-pemikiran Barat yang materialistik dan
politis.
Dalam hal ini agama-agama berusaha untuk berelevansi dengan dunia modern
atau dengan kata lain usaha untuk merelevansikan agama dengan peradaban Barat
modern sesungguhnya menjadi perhatian menarik perhatian, yakni salah satu usaha
untuk merelevansi itu dan memberikan jalan keluar untuk menghadapi problem yang

1
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan Dan Pemikiran, Cet. Ke-1 (Bandung: Mizan, 1995), h. 181

2
Jalaludin Rakhmat, et.al, “Prof. Dr. Nurcholish Madjid: Jejak Pemikiran dari Pembaharu sampai Guru Bangsa”, Cet.
Ke-I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 81-82

4
besar ini. Yaitu gerakan reformasi yang secara luas menyusup pada agama-agama
besar seperti Yahudi, Kristen maupun Islam. Gerakan reformasi ini dalam pemikiran
agama barat dikenal dengan nama Modernisme. Istilah nama modernisme ini bukan
hanya penisbatan terhadap dunia modern, tetapi merupakan istilah yang mempunyai
maksud tertentu.
Modernisme dalam agama adalah setiap pemikiran agama yang berangkat dari
keyakinan bahwa kemajuan-kemajuan sains dan kebudayaan modern menuntut
adanya reinterpretasi terhadap ajaran-ajaran agama klasik sesuai pemikiran filsafat
dan ilmiah yang berlaku. Modernisme dapat disimpulkan menjadi sebuah sebuah
gerakan yang berusaha menundukkan prinsip-prinsip agama di bawah nilai-nilai dan
juga konsep peradaban Barat beserta pola pemikirannya dalam segala kehidupan.
Beberapa definisi modernisme menurut dua orang Protestan Inggris yang
pertama adalah Percy Gardner mengatakan bahwa modernisme berpijak pada
perkembangan sains dan metode kritik historis, sedangkan tujuannya bukan untuk
menghapus ajaran-ajaran agama Kristen, tetapi untuk menguatkan dan
memperbaharuinya, menurut pengetahuan yang berkembang dan menafsirkan kembali
dengan metode yang sesuai dengan kondisi kebudayaan masa kini. Yang kedua dari
Vernon Storr, mengatakan bahwa modernisme adalah usaha-usaha yang dilakukan
oleh sejumlah pemikir untuk meyakinkan ajaran-ajaran agama menurut kaidah-kaidah
sains modern.

B. Awal Mula Munculnya Modernisme Islam

Gerakan modernisme Islam berawal pada abad ke-19 dipelopori oleh Sayyid
Jamaluddin al-Afghani (1839–1897). Meskipun lahir di Afghanistan, usianya
dihabiskan di berbagai bagian Dunia Islam: India, Mesir, Iran, dan Turki. Dia
mengembara ke Eropa, dari Saint Petersburg sampai Paris dan London. 3 Di mana pun
dia tinggal dan ke mana pun dia pergi, Jamaluddin senantiasa mengumandangkan ide-
ide pembaharuan dan moderenisasi Islam.
Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905) dari Mesir,
Jamaluddin pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah al-Wutsqa (Le Lien
Indissoluble), yang berarti “ikatan yang teguh”. Abduh menjadi pemimpin redaksi,
dan Jamaluddin menjadi redaktur politik.

C. Perkembangan Modernisasi Islam


Modernisme atau pembaharuan dalam Islam timbul dalam periode sejarah
Islam sekitar abad ke-19. Sebagaimana yang diketahui, bahwasanya didalam
sejarah Islam, periodesasi sejarah Islam dibagi kedalam tiga periode besar, yakni
periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode
modern (1800- sekarang).4

3
Gerakan modernisme Islam berawal pada abad ke-19 dipelopori oleh Sayyid Jamaluddin al-Afghani (1839–1897)

5
Modernisasi Islam muncul karena akibat dari ketertinggalan yang dihadapi
umat Islam dari bangsa Barat. Pada masa awal, dunia Islam mengalami
perkembangan yang signifikan dibidang ilmu pengetahuan. Namun puncak
kemegahan dunia Islam itu akhirnya mengalami kemerosotan, disertai dengan
kemunduran pada abad ke-10, kemudian tenggelam berabad-abad lamannya.
Bebarapa faktor yang menyebabkan
kemunduran tersebut, antara lain :
1. Isu pintu ijtihad tertutup telah meluas di kalangan umat Islam, yang berdampak
kepada kemunduran pemikiran dalam ilmu pengetahuan.
2. Keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah, kekuasaan khalifah
menurun, umat Islam terpecah belah dan saling bermusuhan.
3. Adanya perang Salib yang dilakukan oleh gereja Katolik Roma, dan serbuan
tentara Barbar dibawah kepemimpinan Hulagukan dari Tartar. Sehingga kota

Namun faktor yang utama yang menyebabkan kemunduran dunia Islam adalah
kemunduran spirit yang yang menimpa umat Islam, seperti khurafat, umat Islam tidak
lagi menggunakan pikirannya sebagaimana para pemikir sebelumnya yang melakukan
ijtihad, untuk menggali sumber yang asli al-Qur’an dan Hadits, praktek bermazhab
dan bi’dah berkembang dan subur pada masa itu.Bagdad dirampas dan dihancurkan
pada tahun 1258 M.

Periode modern dinamakan juga dengan zaman kebangkitan Islam. Karena


pada masa ini terjadinya kontak antara islam dan dunia Barat yang pada akhirnya
membuka mata dunia Islam. Hal ini ditandai dengan ekspedisi Napoleon Bonaparte ke
Mesir,7 baik itu secara kultural maupun secara politis.8 Sehingga mengguncang
pondasi negeri yang menggunakan bahasa Arab itu. Mereka memperkenalkan budaya
Perancis dan ilmu pengetahuan Barat pada orang-orang Mesir, kemudian orang-orang
Arab secara keseluruhan.

Dengan adanya kontak antara Islam dan Barat, maka timbullah pemikiran dan
aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Kemudian pemuka-pemuka Islam
mulai memikirkan bagaimana cara dan solusi untuk membuat umat Islam maju
kembali sebagaimana kemajuan yang pernah dirasakan umat Islam pada masa
sebelumnya.
Faktor-faktor lain yang mendukung terjadinya modernisasi pada dunia Islam
khususnya Mesir pada saat itu, yakni perhatian yang besar dari gubernur Mohammad
Ali terhadap kebudayaan Mesir, seperti pendidikan dan penerjemahan ilmu-ilmu
pengetahuan Barat ke dalam bahasa Arab. Untuk mewujudkan keinginannya itu, maka
gubernur Ali mengirim para pelajar keluar negeri, seperti ke Perancis, Inggris, Italia
Chekoslowakia untuk belajar dibeberapa universitas. Tujuan Ali yakni agar
terwujudnya suatu generasi penerus yang memiliki ilmu pengetahuan tentang Eropa

4
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI-Press, 1985), 50

6
dan bahasanya. Selain itu, agar para pelajar dapat mentransfer ilmu pengetahuan Barat
dan peradabannya ke dalam bahasa Arab (menterjemahkan buku-buku ke dalam
bahasa Arab), sehingga ilmu tersebut dapat diberikan di sekolah-sekolah yang
menggunakan kata pengantar bahasa Arab.5

D. Pandangan Sekilas Tentang Modernisme Dalam Islam

Wacana modernisme Islam saat ini tampaknya semakin meredup dan sayup
sayup, seiring munculnya wacana lain yang lebih aktual dan kontemporer dalam
bidang ekonomi, sosial, maupun politik, yang jauh lebih menarik. Kalau pun masih
eksis, wacana ini dinilai sudah tidak relevan lagi diperbincangkan karena konteks
zaman telah lari kencang ke depan dan berubah drastis secara revolusioner. Kalangan
ini, setidaknya, memberikan beberapa catatan penting:

Pertama, gerakan modernisme Islam lahir dalam konteks keterpurukan,


ketertinggalan, dan sikap inferioritas kaum muslim di berbagai belahan dunia dalam
menghadapi cengkeraman kolonialis-imperialisme Barat abad ke-20. Saat ini, negara
Islam yang dulunya terjajah telah merdeka dan mulai bangkit dari keterpurukan.
Bahkan, di beberapa negara, peradaban Islam semakin menguat.

Kedua, gerakan modernisme Islam, harus diakui, pada satu sisi identik dengan
puritanisme. Sebut saja misalnya tokoh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan
gerakan Wahhabiyah-nya di Arab Saudi yang kental dengan puritanismenya. Menurut
mereka, apa pun yang tidak sesuai dengan ajaran otentik Al-Qur’an dan sunah Nabi,
ia dianggap bid’ah dan harus dilenyapkan. Jauh sebelum ini, ada Ibnu Taimiyyah
yang mendobrak kebekuan pintu ijtihad.

Pada sisi lain, modernisme Islam, menampilkan sosok seperti Muhammad


‘Abduh, Jamaludin al-Afghani, dan Rasyid Ridha, yang berpemikiran modernis 6.
Ketiga tokoh ini bertarung dalam ranah pemikiran berbeda. Muhammad ‘Abduh lebih
cenderung dalam teologi, al-Afghani dalam politik, dan Ridha dalam pendidikan.
Tokoh-tokoh ini sama-sama berangkat dari persoalan keterpurukan umat yang harus
diangkat. ‘Abduh menawarkan teologi rasional ala Muktazilah, al-Afghani
menawarkan politik pan-Islamisme, dan Ridha dengan peningkatan mutu pendidikan
umat lebih modern mengadopsi model pendidikan Barat.

Ketiga, modernisme, selain identik dengan puritanisme, juga banyak dicurigai sebagai
agen Barat yang disusupkan ke dunia Islam. Kita kenal, misalnya, jargon modernisme
adalah westernisasi (pembaratan). Domain yang berbeda jauh.

5
Males Sutiasumarga, Kesusastraan Arab Asal Mula dan Perkembangannya, 100

6
modernisme Islam, menampilkan sosok seperti Muhammad ‘Abduh, Jamaludin al-Afghani, dan Rasyid Ridha, yang
berpemikiran modernis

7
E. Islam Dan Modernisme

Meski Islam potensial menghadapi perubahan, tetapi aktualitas potensi


tersebut membutuhkan peran pemeluknya. Ketidakmampuan pemeluk Islam dapat
berimbas pada tidak berkembangnya potensi yang ada7. Ungkapan yang sering
dipakai para pembaru Islam untuk menggambarkan hal ini adalah “al-
Islammahjubbial-muslimin”.
Dalam mengaktualisasikan potensi tersebut, pemeluk Islam difasilitasi dengan
intitusi tajdid (pembaruan, modernisasi). Ada dua model tajdid yang dilakukan kaum
muslim: seruan kembali kepada fundamen agama (al- Qur’an dan hadith), dan
menggalakkan aktivitas ijtihad. Dua model ini merupakan respons terhadap kondisi
internal umat Islam dan tantangan perubahan zaman akibat modernitas.
a) Model pertama disebut purifikasi, upayapemurnian akidah dan ajaran Islam
dari percampuran tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan Islam.
b) Model kedua disebut dengan pembaruan Islam atau modernisme Islam
(Achmad Jainuri; 1995, 38). Di sini, Tajdid memiliki peranan yang signifikan.
Ketiadaan rasul pasca Muhammad SAW. bukan berarti tiadanya pihak-pihak
yang akan menjaga otentitas dan melestarikan risalah Islam. Jika sebelum
Muhammad SAW. peranan menjaga dan melestarikan risalah kerasulan selalu
dilaksanakan oleh nabi atau rasul baru, pasca Muhammad SAW. peran
tersebut diambil alih oleh umat Islam sendiri. Rasul Muhammad SAW. pernah
menyatakan bahwa ulama` merupakan pewarisnya, dan di lain kesempatan ia
menyatakan akan hadirnya mujaddid di setiap seratus tahun.

F. Dampak Modernisme Islam

Sebagian dari unsur kebudayaan dunia Barat adalah pemikiran modern. Dampak
dari pemikiran modern terhadap kondisi umat Islam di Indonesia terjadi dalam dua
wilayah sentral yang sangat menentukan dalam perjalanan kehidupan umat Islam
selanjutnya8. Dua pengaruh ini telah menimbukan permasalahan-permaslahan lain
sebagai konsekuensi yang cukup pelik dan sulit. Satu permasalahan dengan lainnya
saling terkait berkelindan sehingga untuk menyelesaikannya dituntut untuk dapat
menemukan inti yang menjadi akar dari munculnya permasalahan-permasalahan lain.

Dampak pemikiran zaman modern telah merasuki cara berpikir sebagian umat
Islam baik yang melanjutkan studi di Negara-negara Barat atau mereka yang studi di
dalam negari tapi banyak mengakses khajanah-khajanah pemikiran dunia Barat. Cara
berpikir yang diwariskan adalah cara berpikir rasionalistik-empirik9. Artinya, cara
berpikir yang didasarkan pada penalaran logis dan teori-teori ilmiah yang dihasilkan

7
Meski Islam potensial menghadapi perubahan, tetapi aktualitas potensi tersebut membutuhkan peran pemeluknya

8
Dampak dari pemikiran modern terhadap kondisi umat Islam di Indonesia terjadi dalam dua wilayah

8
dari beberapa observasi. Ilmu-ilmu yang paling berpengaruh terhadap cara berpikir
umat Islam adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kemanusiaan. Jenis ilmu-ilmu ini
sering disitilahkan dengan ilmu-ilmu humaniora, misalnya psycologi, filsafat,
sosiologi, dll.

9
Cara berpikir yang diwariskan adalah cara berpikir rasionalistik-empirik

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif- negatifnya,
menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah kondisi
keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras mengembangkan seagala
potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya.

Tajdid sebagai upaya menjaga dan melsetarikan ajaran Islam menjadi pilihan
yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam. Upaya tajdid harus terus
dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan cost yang besar. Wallahu a`lam

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh
dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan
tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Drs Ahmad Amir Aziz, MAg, Neo-Modernisme Islam Di Indonesia, 1999, Rineka
Cipta, Jakarta.

Drs. H. Irfan anshory, Modernisme Islam di Indonesia , Artikel Pada Majalah "Suara
Muhammadiyah" No.8, 16-30 April 2002:

10
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI-Press,
1985),

11

Anda mungkin juga menyukai