Disusun oleh
Liza mizanny
1815020034
Fakultas ekonomi
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
Tahun ajaran 2021
Banda aceh
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan untuk
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk memandang
secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial
Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi
sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian
untuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka
memiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik
dengan bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang
ketika mereka bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia
dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologi
didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.
2.1.1. Psikologi
Psikologi Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-
konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku
kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan
pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial,
pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu para psikologi sosial
memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman, dan
perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhan
individu dan proses pengambilan keputusan kelompok.
Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang
berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau
berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan.
Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-
dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan
kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku,
dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang dinamakan psikologi
social
Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula para
sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan
pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan
sejenisnya. Sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan
struktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan
lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan struktur sosial. Jadi
psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang; sedangkan
sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi,
struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya
2.1. Sikap
Dalam organisasi, sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap disusun oleh
komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan
kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Informasi yang dimiliki oleh seseorang
mengenai penolakan sikap terhadap stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupun
yang tidak akurat, telah menciptakan satu kekuatan. Misal, komponen-komponen dari teori
sikap yang menolak komputerisasi dapat mengatakan bahwa ”bisnis perusahaan tidaklah
cukup besar untuk mengambil keuntungan atas komputerisasi. Komponen emosional atau
afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia
memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs),
kebutuhan akan keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth
needs ). Teori ERG mengandung suatu dimensi frustasi-regresi.
Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan menghantar ke
hasrat untuk memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih tinggi. Tetapi kebutuhan ganda
dapat beroperasi sebagai motivator dan halangan sekaligus, di mana dalam mencoba untuk
memuaskan kebutuhan tingkat lebih tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan
kebutuhan dengan tingkat yang lebih rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan
suatu versi yang lebih valid dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori
harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa
motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari
tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil
(income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan
seseorang terhadap hasil tertentu.
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah
bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan
terpengaruh perilaku kerjanya. Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tujuan yang mudah. Demikian pula halnya tujuan yang spesifik dan
menantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang
bersifat abstrak.
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan
bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa
pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena
mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.
2.3. Persepsi
Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain,
hal ini akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-
cara manusia menilai orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan
ke suatu prilaku tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang
mengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu
disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian
besarbergantung pada tiga factor berikut:
Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan
prilaku-prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi
criteria ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga
terlambat.
Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan
datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh
karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah
terlambat).
2.4. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir
dari eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan
suatu modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan. Nilai mengandung suatu unsur
pertimbangan dalam pengertian bahwa nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu
mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan.
2.5. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi
dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran
sosial.
2.6. Kepribadian
Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya.
Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat
konsisten dan kronsi. Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang komponennya adalah
penting karena memungkinkan untuk memprediksikan perilaku. Para akuntan perilaku dapat
menghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami bagaimana kepribadian
dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan
perilaku. Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan
pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji
dahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang
pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.
2.6.1.Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang
merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari
kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor
situasi. Kepribadian seorang dewasa umumnya dinggap terbentuk dari faktor keturunan,
dan lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi situasi.
2.6.2 Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian
seseorang individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.
2.6.3. Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah
budaya dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga,
temam-teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialami. Lingkungan
yang dipaparkan pada seseorang memainkan suatu peranan besar dalam membentuk
kepribadian orang tersebut. Pertimbangan yang saksama terhadap argumen-argumen yang
mendukung keturunan maupun lingkungan sebagai penentu utama dari kepribadian mengarah
pada kesimpulan bahwa keduanya adalah penting. Keturunan menentukan parameter-
parameter atau batas-batas luar, tetapi potensi penuh seseorang akan ditentukan oleh seberapa
baik orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan lingkungan.
2.6.4 Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
Kepribadian seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada
kondisi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan
aspek-aspek yang berlainan dari kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya pola
kepribadian tidak dilihat secaara terpisah. Kelihatannya adalah logis untuk mengandalkan
bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Bagaimanapun juga, memang
diketahui bahwa situasi tertentu pada kenyataannya lebih relevan dibandingkan dengan
situasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.
BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui, Psikologi dan Psikologi Sosial merupakan hal yang
bersangkutan, karna sama-sama menyangkut kepribadian masing-masing orang. Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah
perilaku manusia. Psikologi Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan
konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada
perilaku kelompok sosial.
Dalam hal ini, Psikologi dan psikologi Sosial dapat dilihat dari Sikap, Penilaian kita kepada
suatu kelompok atau individu lain, Kepribadian seseorang yang muncul karna lingkungan
atau keturunan, menggunakan presepsi untuk menilai dan memberi pendapat, dan bagaimana
pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA